,,,,,,,,
Anakku….
Jalan kau tempuh ini hanya bisa dilewati oleh para
pemberani. Para sahabat Nabi utama; Abu Bakar,
Umar, Ustman dan Ali adalah orang-orang
pemberani yang mempertaruhkan nyawanya demi
tegaknya Agama Islam Mulia Raya ini.
Kalau engkau penakut, lebih baik engkau berhenti
disini saja, jangan lanjutkan perjalanan ini karena
engkau pasti akan gagal.
Jalan ini telah di isi oleh lautan air mata kepedihan
para Nabi dan Rasul, telah di genangi oleh darah
para suhada dan itu akan tetap berlangsung
sampai akhir zaman. Kalau engkau siapkan
mentalmu maka berjalanlah bersamaku niscaya
engkau akan ku tutun dengan selamat kepada-
Nya.
Anakku…
Jangan engkau sibukkan dirimu dengan mengurus
setan diluar, kalahkan dulu setan dalam perutmu
maka engkau akan sanggup mengalahkan setan di
luar perutmu.
Akan tetapi suatu saat nanti engkau akan
berterima kasih pada setan karena hakekatnya dia
diciptakan untuk membuat para penempuh jalan
kebenaran menjadi hati-hati dan kuat. Setan itu
lawan tandingmu namun suatu saat dia tidak akan
bisa lagi mempengaruhimu, ketika engkau telah
menyatu dengan Tuhan, maka tidak ada lagi
sesuatu selain Dia.
Anakku…
Suatu saat nanti Tuhan langsung akan mengujimu.
Ingatlah kisah ahli ibadah zaman dahulu yang
dinaikkan maqamnya kepada maqam sangat mulia
sehingga Tuhan berkata, “Wahai hambaku yang
baik dan mulia, mintalah kepadaku, segala
permintaanmu akan Aku penuhi, apakah engkau
menginginkan maqam abdul qadir? Atau maqam
Abu Yazid?”. Jika suatu saat engkau di uji seperti
itu maka serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya,
jangan engkau meminta apapun karena setiap
permintaanmu justru akan membuat engkau
terjatuh. Para Guru kita mengajarkan bahwa do’a
tertinggi adalah “Engkau yang ku maksud, ridha-
Mu yang aku tuntut” dan maqam tertinggi itu tidak
lain menjadi Hamba yang baik.
Anakku…
Jalan menuju surga itu penuh duri dan air mata.
Apakah kita harus mengalami sakit?
Ya
Apakah harus menjalani derita?
Ya
Apakah harus tertumpah air mata?
Ya
Dan hanya air mata orang Zikirullah yang bisa
memadamkan neraka.
Kalau engkau masih merasakan sakit, susah,
kecewa dan tersinggung maka sebenarnya engkau
masih lemah, jalani semua cobaan Tuhan dengan
sabar dan tawakal. Disaat semua penderitaan dan
kesusahan yang menimpamu tidak
mempengaruhimu sedikitpun, maka disaat itulah
engkau telah mengalami pencerahan dan engkau
telah menjadi manusia kuat dalam arti yang
sebenarnya. Bukankah nabi kita telah
mengingatkan melalui sabdanya, “Orang kuat
bukanlah orang yang mengalahkan musuh di
medan pertempuran akan tetapi orang yang bisa
menahan marah disaat dia bisa marah”.
Anakku…
“Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah
sabda Nabi. Akan tetapi bisakah seorang Ibu yang
belum masuk surga bisa memasukkan anaknya ke
dalam surga? Atau surga di bawah telapak kaki
ibu yang dimaksud oleh nabi itu hanyalah surganya
anak-anak? Pertanyaan ini biar engkau saja yang
menjawabnya.
Surga itu akan bisa engkau capai setelah melewati
70.000 rasa dan akhirnya engkau akan diberi
sebuah kunci surga yaitu “LA ILAHAILLALLAH,
MUHAMMAD RASULULLAH”. Itulah bentengmu
dunia dan akhirat.
Anakku….
Apa beda ucapan “LA ILAHAILALLAH” yahudi,
atheis dengan Wali Allah?
Yahudi sangat fasih mengucapkan kalimah itu,
lebih fasih dari dirimu, lebih fasih dari ulama di
negeri kita karena yahudi itu juga orang Arab, akan
tetapi sayang nya ucapan yahudi hanya dimulut
saja dan tidak ada kontak dengan Allah. Bukan
ukuran fasih nya, akan tetapi bagaimana engkau
bisa beserta dengan yang punya Nama. Nama
Allah diturunkan dari sisi-Nya sendiri barulah
berlaku berlaku di alam ini. Nama Presiden harus
dikeluarkan lawat jalur resmi, turun kepada para
menteri kemudian kepada Gubernur sampai ke
aparat desa barulah nama itu bisa keramat dan
ditakuti serta dipatuhi oleh segenap warna negara
termasuk aparat negara. Kalau engkau ambil nama
itu bukan lewat jalur yang Haq maka nama itu
hanya menjadi sebuah nama saja tidak ada power
nya. Kun Fayakun akan terjadi apabila yang
mengucapkannya adalah Allah sendiri dan orang
yang beserta Allah yang disalurkan lewat jalur
yang Haq dengan menggunakan Metode (thariqat)
yang benar pula.
Anakku…
Lima Puluh Tahun aku me-riset ilmu zikir dan aku
mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan yang
lebih mudah menghampiri diri dengan Allah
kecuali melalui Tharikatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar