Selasa, 24 November 2015

Cara berjalan secepat kilat

Dikisahkan oleh Al Habib Ali Habsyi /Shohibul Maulid Simtuddhuror
Ahmad bin Thaha bertanya, "Bagaimana para wali dapat berjalan cepat, apakah itu bumi yang dilipat bagi mereka, atau
bagaimana?
Al Habib Ali Habsyi berkata, "Tidak, itu adalah jasad yang mengikuti ruh. Alam jasmani itu terikat oleh sebab-sebab. Jika kau ingin ke Mekah, kau harus menyiapkan kendaraan, bekal, atau perahu dan lain-lain. Kau tidak akan bisa sampai kesana kecuali dengan susah payah. Namun bila jasmani ringan (dari dosa) maka ia akan mengrkuti ruh.

Jika terlintas keinginan di hatimu untuk pergi ke Mekah, maka, saat itu juga kau akan sampai ke Mekah: kau akan bertawaf, berziarah ke Nabi Saw dan kembali saat itu juga sebagaimana yang terjadi pada Syeikh Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Saggaf.
Suatu hari teman-temannya mendengar suara-suara (aneh).
Mereka bertanya: ”Apa itu?”
Syekh Abu bakar berkata, “Shafra binti Khathlin datang dari India bersama 30 wali wanita ke kota ini.

Mereka hendak berziarah makam Nabi Hud As, Anaknya yang ditinggalkan di India menangis. Lalu ia menggoyangkan mainan anaknya yang gemerincing, untuk menenangkan anaknya”.
Demikian pula yang terjadi dengan Sya’rani, ia berkata:
“Datang kepadaku 7 orang dari India mereka berkata:
“Kami berangkat semalam dari India. Kami umrah,menziarahi Nabi Saw
pergi ke Bait al-Maqdis dan pagi ini kami bersamamu”.
'Abdul Qadir bin Ahmad bin Thahir bercerita bahwa Habib Abu Bakar berkata; ”Ketahuilah Nak. (dari Huraidhah) aku pergi ke Syibam ke tempat Habib Ahmad bin Umar bin Smith kemudian ke Masileh, ke rumah syeikh, lalu berziarah kepada Habib Thahir dan Habib Abdullah, kemudian aku kembali lagi ke Huraidhah.
Semua ini berlangsung selama bacaan Fatihah”.,
Subhanallah

Sholu Alan Nabi.....

Senin, 23 November 2015

Menangislah karena cinta kepada Sayyidina Muhammad

Allah swt memerintahkan Jibril as agar pergi ke surga yang disebut Jannat al-Buraq, Surga tempat para Buraq dan membawa satu Buraq untuk membawa Nabi (saw) dalam perjalanan Isra Mi'raj. Surga itu dipenuhi Buraq dan dia harus memilih satu Buraq. Ketika dia sedang mencari Buraq ini. Jibril as bingung mana yang harus dipilih, karena mereka semua terlihat sama, dan mereka semua sedang bersalawat atas Nabi saw.

Sebagaimana Allah memerintahkan dalam ayat suci Al-Qur'an: InnaAllaha wa malaikatahu yusalluna ala nabi ya ayyuhal ladzina amanu sollu alaihi wasalimu taslima Allah dan malaikat-Nya bersalawat atas Nabi, Wahai orang beriman bersalawatlah kalian atas Nabi dengan sebaik-baiknya salawat.

Jadi Buraq sebenarnya adalah malaikat dalam bentuk Buraq, sehingga mereka pun senantiasa mengucapkan salawat kepada Nabi saw. Jibril (as) melihat seluruh Buraq, dan ia melihat satu Buraq duduk menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis, dan menangis, dari tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari matanya yang merupakan tangisan cinta dan kerinduan.

Jibril as pergi mendekati Buraq itu dan berkata, "Semua Buraq lain bersalawat memuji Nabi saw dengan gembira, tetapi mengapa kau disini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis? Buraq itu berkata, "Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad saw, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti. Aku berkata, “Ya Allah hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi saw, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad saw ke surga-Mu.

Maka sejak hari itu aku menangis terus menerus dengan rasa cinta dan kerinduan yang amat sangat kepada Nabi Muhammad saw. Jibril as mengatakan kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi saw.

Dan Syaikh Muhyidin ibn Arabi mengatakan pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Sayyidina Muhammad saw. Inilah buah yang manis dari tangisan karena cinta dan kerinduan kepada Nabi saw.

Buatlah Matamu Menangis Karena Cinta

Wahai Muslim! Buka mata kalian. Apakah kalian ingin melihat Nabi Muhammad (saw)? Jika kalian ingin melihat Nabi saw maka buatlah mata kalian menangis karena kerinduan kepada Nabi (saw) dan itu sudah cukup bagi Allah untuk menunjukkan kepada kalian untuk dapat melihat Nabi Muhammad (saw).

Dimalam hari ketika setiap orang telah tertidur, duduklah di sudut ruangan yang gelap, dalam kegelapan tanpa cahaya, kemudian bersalawat bagi Nabi Muhammad (saw) dan katakan, "Ya Sayyidii Ya Rasuluullah inni uhibuk. Ya Rasulullah adrikni. Salamu alayk Ya Rasulullah sallaAllahu `alayhi wasallam". "Nazhra ya Rasulullah adrikna ya Rasulullah, unzhur alayna ya Rasulullah”.

Pandanglah kami Yaa Rasulullah, angkatlah penderitaan kami, peganglah tangan kami, nazhran minka ya Rasulullah tutahhiru bihaa qulubaana, adrikna ya Rasulullah Ya Sayyid al-Bashar Ya HabibAllah". Dengan Doa ini Anda akan merasakan kehadirannya, kalian akan merasakan sesuatu. Dan kemudian menangislah dan menangislah terus menerus sepanjang malam sampai sungai air mata keluar dari mata kalian.

Ketika kalian bisa menangis karena cinta, maka itulah tanda bahwa Sayyidina Muhammad (saw) sedang melihatmu. Begitu air mata kalian keluar, maka itu berarti Nabi saw sedang melihat kalian. Sebagaimana Nabi saw berkata, "Aku melihat ummatku apa yang mereka lakukan, aku mengamati mereka".


(Diambil dari Buku Cinta dan Kerinduan 160 Halaman, Suhbah Mawlana Syaikh Nazim, Tentang Cinta, Penyusun Arief Hamdani

Selasa, 17 November 2015

Do'a membuka toko / TEMPAT USAHA


Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Ketika Maulid di Istiqal

Ketika di Sahah (pelataran), di tengah pasar kota Tarim. Mengijazahkan doa supaya di baca setiap kali mau membuka toko atau tempat usaha.
-Ta'awwud 1x (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم )
- Basmalah 1x (بسم الله الرحمن الرحيم)
- Ayat Kursi 1x
اَللهُ لآَإِلهَ إِلاَّهُوَالْحَىُّ الْقَيُّوْمُ ج لاَتَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ ط لَهُ مَافِى السَّموَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ قلى مَنْ ذَالَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَه اِلاَّبِاِذْنِه ط يَعْلَمُ مَابَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ ج وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِه اِلاَّبِمَاشَآءَ ج وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضَ ج وَلاَيَؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

- Al-Ikhlas 3x
- Al-Falaq 1x
- An-Nas 1x
Insya ALLAH yang membacanya, akan dimudahkan rezekinya dari ALLAH juga akan diberikan:
- Himayah ( Penjagaan, di jaga rezekinya oleh ALLAH )
- Kifayah (diberikan kecukupan dalam rezeki )
- diberikan Keberkahan
Kemudian Habib Umar mengucapakan "Ajaznaakum" ( saya beri ijazah pada kalian semua )
Selamat mengamalkan......
Semoga berkah.

Senin, 16 November 2015

Ismul A'dzham

bismillahirahmanirahim.

sahabatku yang dirahmati Allah.

apakah ismul a’zam itu ?

adakah yang tahu ?

kenapa sangat rahasia ?

seberapakah hebatnya ismul a’zam ?

habib munzir al musyawa mengisahkan sebuah kisah.

Diriwayatkan seorang pemuda berguru pada gurunya yg shalih, lalu suatu ketika ia diperintah gurunya membeli beberapa hajat di pasar, dan ia kembali dengan wajah marah dan meminta pada gurunya Ismul A’zam, yaitu Nama Allah Yang Maha Agung yg jika seseorang berdoa dg memanggil Allah dg nama itu maka pasti doanya dikabul, tentunya tak sembarang orang mengetahuinya.

gurunya bertanya, kalau kuberi kau Ismul A’zam, apa yg akan kau lakukan?, ia berkata : aku tadi melihat seorang kakek kakek tua renta yg membawa kayubakar dari hutan untuk dijual dipasar, lalu seorang kesatria membeli semuanya dan tak membayarnya, ketika kakek itu menagih uangnya maka kakek itu didorong hingga terjatuh dan ksatria bersenjata itu pergi.

lalu gurunya berkata : kalau kuberi kau ismul a’dham kau mau apa?, muridnya berkata : aku akan berdoa kepada Allah agar kakek itu dimakmurkan Allah dan kesatria itu diberi musibah dan bala atas kejahatannya.

gurunya bertanya : coba ceritakan ciri ciri kakek yg kau liha dipasar itu?

muridnya menceritakannya, maka gurunya berkata : muridku, kakek kakek itu guruku, dia tahu ismul a’dham, dia bisa berdoa pada Allah untuk mencelakai kesatria itu, tapi demikianlah orang yg shalih, semakin tinggi derajatnya ia semakin merendah. subhanAllah..

“ISMUL A’ZAM menurut imam Al-Ghazali”

Imam Abi Hamid Al-ghazali menerangkan dalam kitabnya Al-maqshadul asna syarhi asmua illahil Husna, halaman 82:

Sebuah wirid menerangkan, Rasulullah SAW berkata: Ismul a’zam terdapat dalam dua buah ayat. Pertama ayat “Wa ilaa hukum… sampai akhir (Ar-Rahmin)”. Dan kedua, ayat permulaan surah Ali imran, iaitu “Alif laaam miin… sampai akhir (alqayyuum)”.

Wa ilaahukum ilaahun waahid, laa ilaaha illa huwar rahmaanur rahim.

Alif laam miim. Alaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum.


“Allaahumma innii as aluka bi annii asyaduannaka antallaahu laa ilaaha illaa antal ahadush shamadu lam yalid walam yuulad walam yakun lahuu kufuwan ahad.”

Artinya: Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang satu. Tidak ada Tuhan yang patut disembah hanya Dia (Allah) yang maha Pengasih dan Penyayang.

Alif Laam Miim (Hanya Allah yang mengetahui maksudnya) Allah, Dialah Tuhan yang mutlak disembah, tidak ada Tuhan selainNya, hanya Dia yang maha Hidup dan Berdiri Sendiri.

Aku meminta kepadaMu ya Allah, bahwa aku menyaksikan tidak ada Tuhan yang patut disembah hanya Engkau yang maha Esa, Engkau tempatku meminta, Engkau tidak dilahirkan dan tidak melahirkan, dan tidak ada siapa juga yang menyekutui Engkau.

FADHILAH ISMUL A’ZAM

Selain itu Imam Al-ghazali menerangkan: ada sebuah hadits yang menerangkan bahawa pada suatu peristiwa Rasulullah SAW mendengar seseorang yang mengucapkan doa seperti yang tersebut diatas  lalu Rasulullah SAW berkata:demi diriku yang dijadikan Allah, sesungguhnya dia berdoa dengan ismul a’zam. Apabila meminta dengannya nescaya diberi Allah dan apabila berdoa dengannya, nescaya diperkenan Allah

sahabatku yang dirahmati Allah.

Ada  pendapat yang mengatakan demikian Ismul Azham adalah nama2 Allah yg paling agung diantara 99 Asma’ul Husna, jumlahnya ada 7 yaitu :
Ya Allah, Ya Hayyu, Ya Qoyyum, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Malikal Mulk, Ya Dzal Jalali wal Ikraam

Ad-Damiri berkata di dalam kitab Hayat al-HayawanKubra, bahwa Ibnu ‘Adi berkata: ” Ja’far bi Hassan meceritakan kepada kami dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” Aku telah memohon dengan ism al-A’zam kepada Allah, lalu jibril as datang membawakannya kepadaku dalam keadaan tertutup.
Siti Aisyah berkata:’Wahai Nabi Allah. ajarkan ia kepadaku!’, Rasulullah SAW menjawab: ‘ Kami dilarang megajarkannya kepada kaum wanita, anak-anak dan orang bodoh’. “
, Dalam hadist lainnya yang diriwayatkan oleh ibnu Majah dari siti Aisyah, bahwa ia berkata:” Aku mendengar Rasulullah SAW berdo’a : ” Ya Allah, aku memohon ampun kepada Mu dengan Ism-Mu yang suci dan diberkati, yang palig Engkau sukai, yang jika seseorang berdo’a dengannya niscaya Engkau perkenankan, dan jika ia meminta kepadaMu dengannya niscaya Engkau beri; dan jika ia minta dikasihani niscaya Engkau kasihani; dan jika ia minta dilepaskan dari kesulitan niscaya Engkau lepaskan kesulitannya.”

Siti Aisyah melanjutkan: pada suatu hari, Rasulullah SAW. berkata kepadaku; ” Wahai Aisyah, tahukah engkau bahwa Allah telah menunjukkan kepadaku Ism al-A’zam, yang bila seseorang berdo’a dengannya niscaya doanya akan diperkenankan?”, Aisyah menjawab: “Ya Rasulullah, semoga Allah melimpahkan shalawat kepadamu, ajarkanlah ia kepadaku!”, Rasulullah menjawab: ” Itu tidak patut buatmu wahai Aisyah!”.

Siti Aisyah melanjutkan: ” Kemudian aku berpaling dan duduk, beberapa saat kemudian aku bangkit kembali dan mendekati beliau seraya berkata: ” Ajarkkanlah ia kepadaku!”, Rasulullah menjawab: ” Itu tidak patut buatmu wahai Aisyah!”engkau tidak boleh mempergunakanya satupun untuk kepentingan dunia!.”



Selanjutnya Aisyah mengatakan: “Setelah itu aku beranjak dari tempat duduk dan berwudhu, kemudian shalat 2 raka’at lalu berdoa:

“Allaahumma innii ad-‘uukallaaha wa ad-‘uukarrahamaana wa ad-‘uukal barrarrahiima wa ad’-uuka bi-asmaa-ikal husna kullihaa maa ‘alimtu minhaa wa maa lam a’lam an taghfiralii wa tarhamaii”

Ya Allah, sesungguhnya aku berdoa kepadaMU, ya Allah. Aku berdoa kepadaMU, ya a-Rahman. Aku berdoa kepadaMU, ya ar-Bar ar-Rahim. Aku berdoa kepadaMU dengan seluruh namaMU yang indah, yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui, agar Engkau mengampuni dan mengasihiku

Kemudian Rasulullah SAW tersenyum kepadanya sambil bersabda, “Sesungguhnya nama itu ada diantara nama-nama yang engkau sebutkan dalam doamu itu” (HR Ibn Majah dari Aisyah RA)

 SAHABATKU YANG DIRAHMATI ALLAH.

Sebut saja nama-nama Allah ini (Ismul Azam – nama Allah yang teragung lagi dirahsiakan), PASTI DAN PASTI INSYAALLAH… doa akan dimakbulkan (selagi ia baik). Ada pendapat mengatakan, nama Allah adalah 100 dan 99 diketahui melalui Quran dan satu di rahasiakan. Yang satu itulah Ismul-Azam. Nama yang teragung dan dirahsiakan.

Himpunan Nama-Nama Allah Yang Teragung

Himpunan dari kitab-kitab muktabar:
‘Abdu Dhaif Faqir Haqir
Hadrat Maulawi Jalaluddin Ahmad Ar-Rowi
Naqshbandi Mujaddidi Uwaisi
‘Ufiyallahu ‘Anhu Wali Walidaihi
Wali Mashaikhihi Wali Jami’il Muslimin

1. Imam Al-ghazali menerangkan: ada sebuah hadits yang menerangkan bahawa pada suatu peristiwa Rasulullah SAW mendengar seseorang yang mengucapkan doa seperti yang tersebut diatas lalu Rasulullah SAW berkata: demi diriku yang dijadikan Allah, sesungguhnya dia berdoa dengan ismul a’zam. Apabila meminta dengannya nescaya diberi Allah dan apabila berdoa dengannya, nescaya diperkenan Allah

2. Ismul a’zam yg digunakan Zaid bin Harisah dlm kisahnya beliau berhadap dgn musuhnya yg ganas dgn pedang terhunus lalu berkata “bersiaplah hai Zaid utk mati”, lalu Zaid menjawab, “tunggulah sebentar aku hendak solat”. lalu Zaid solat 2 rakaat lalu berdoa apabila selesai dan dia membaca doa ini :“ALLAHUMA YAA WADUUD YAA WADUUD YAA WADUUD YAA ARSJIL MAJIID YAA MUBDII-U YAA MU’IID YAA FA’AAL UL LIMAA YURIID. ‘ASALUKA BINUURI WAJHIKAL LADZII MALA-A ARKAANA ‘ARSYIKA WA BIQUDRATIKAL LATII BIHAA ALAA JAMII-I KHALKIKA WA BIRAHMATIKAL LATII WASI’AT KULLA SYAIIN LAA ILAAHA ILLA ANTA YAA GHAYYAATSAL MUS-TAGHIISTIINA AGHITSNII YAA GHAYYAATSAL MUS-TAGHIISTIINA AGHITSNII YAA GHAYYAATSAL MUS-TAGHIISTIINA AGHITSNII. ”

ALLAHUMA YAA WADUUD YAA WADUUD YAA WADUUD
Ya Allah Yang Maha Pengasih
YAA ARSJIL MAJIID
Tuhan yg memliki arasy yg mulia
YAA MUBDII-U YAA MU’IID
tuhan yg menzahirkan dan yg mengembalikan
YAA FA’AAL UL LIMAA YURIID
tuhan yg membuat apa yg Dia inginkan
‘ASALUKA BINUURI WAJHIKAL LADZII MALA-A ARKAANA ‘ARSYIKA
aku bermohon kpd-Mu dan nur zat-Mu yg memenuhi seluruh arasy-Mu
WA BIQUDRATIKAL LATII BIHAA ALAA JAMII-I KHALKIKA
dan dgn kudrat-Mu yg telah Engkau anugerahkan kpd seluruh makhluk-Mu
WA BIRAHMATIKAL LATII WASI’AT KULLA SYAIIN
dan sgn rahmat-Mu yg meluas kpd taip-tiap sesuatu
LAA ILAAHA ILLA ANTA
tiada tuhan selain Engkau hai tuhanku
YAA GHAYYAATSAL MUS-TAGHIISTIINA AGHITSNII
tuhan yg memberi pertolongan kpd yg meminta tolong, berilah aku pertolongan

lalu dtg seorang yg tidak dikenali mengendari kuda dgn pedang terhunus, bertempurlah musuh Zaid dgn pemuda baru tersebut, maka tergulinglah musuh Zaid itu lalu pendatang itu berkata, ” Ketika engkau berdoa pertama kalinya aku berada di langit ke-7 dan diperintahkan Jibrail utk turun membantumu, ketika engkau membaca kali ke-2 aku telah berada di kaki langit, ketika engkau membaca ke-3 kalinya aku telah berada di depan musuh mu, ketahuilah hai Zaid bahwa sesiapa yg membaca doamu ini akan diperkenankan Allah saat itu juga. Ketika Zaid pulang ke madinah dia lalu mengabarkan berita itu kpd RAsulullah s.a.w dan RAsulullah menjawab, “Hai Zaid, engkau telah diajari Allah kalimat isim a’zam(ismul a’zam). Siapa berdoa dgnnya akan diperkenankan dan siapa meminta dgnnya akan diberi dgn segera

(dipetik dari kitab Syamsul Ma’rifat juz II halaman 465)

tetapi doa ini kadang-kala membuatkan seseorang itu berasa panas (hendak marah) jadi perlulah di mulai atau disusuli oleh selawat atau surah al-Fatihah atau Ayatul kursi

Inilah Himpunan Nama-Nama Allah Yang Teragung dari 5 kitab-kitab muktabar yang disebut tadi.

Allah
Ya Allah
Allahumma
Allah Hu
Huwallah
Ya Hu
Hu
Ilahi
Ilahana
Rabb Rabb
Ya Rabbi Ya Rabbi
Rabbana
La Ilaha Illa Allah
La Ilaha Illa Hu
La Ilaha Illa Anta
Wa Ilahukum Ilahun Wahid
La Ilaha Illa Hu Arrahman Nurrahim
Bismillah
Bismillah Hir Rahmanir Rahim
Ar-Rahman
Allahur-Rahmanur Rahim
Al Hayyu Al Qayyum
Ar-Rahmanur Rahimul Hayyul Qayyum
Ya Arhamar-Rahimin
Ya Hayyu Ya Qayyum
Ya Badi’as-Samawatiwal-Ardhz
Badi’us-Samawatiwal-Ardhz Dzul-Jalali wal Ikram
Al-Hannan Al-Mannan Badi’us-Samawatiwal-Ardhz Dzul-Jalali wal Ikram
Dzul-Jalali Wal Ikram
Malikul Mulk
Ya Malikal Mulk
Ya Dzal-Jalali Wal-Ikram
Ya Halim Ya A’lim Ya ‘Aliy Ya’Azim
Al ‘Aliyul ‘Azimul Halimul ‘Alim
Allahu La Ilaha Illa Hu
Allahu La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum
Al Hannan
Al Mannan
Ya Hannan Ya Mannan
Al Ahad
As Samad
As Sari’
Al Wahhab
Al Wadud
Al Mani’
Al Ghaffar
Al-Qarib
As-Sami’
Al-Basir
Al-Haqq
Al-Latif
Al-Muhyi Al Mumit
Ya Zahir
Arhamur-Rahimin
Allahu Hamidun Qahhar
Khairul Waritsin
Hasbunallahu Wani’mal Wakil
La Ilaha Illa Antal Ahadus Samadillazi Lam Yalid Walam Yulad Walam Yakunlahu Kufuwan Ahad
Tarkul Ma’asi
Sami’ud-du’a
Salamun Qaulam Mir Rabbir Rahim
Lailaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minaz-Zalimin
Huwallah Allah Allahullazi La Ilaha Illa Huwa Rabbul ‘Arshil ‘Azim
Alif Lam Mim
Ha Mim
Ta Sin
Nun
Alif Ha Ra Ta Kaf Lam Mim Nun Sin ‘Ain Qaf Sad Ha Ya
Kaf Ha Ya ‘Ain Sad Ha Mim ‘Ain Sin Qaf

 Sahabatku yang Aku sayangi Karena Allah.beberapa izmul a’zam yg diamalkan ulama terdahulu.

ISMUL A’ZAM YANG DI AMALKAN OLEH USTHUM AL-ARIF BILLAH DI ZAMAN NABI SULAIMAN ALAIHI SALAM

YAA HAYYU YA QAYYUM YAA ILAAHANAA WA ILAAHA KULLI SYAI’IN ILAAHAN WAAHIDAN LAA ILAAHA ILLA ANTA.

ARTINYA:

Ya, allah tuhan yang hidup, tuhan yang berdiri sendiri, ya allah tuhan kami,tuhan segala sesuatu, tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan yang benar di sembah hanya engkau wahai tuhan kami.

 KETERANGAN:

           Sebagian riwayat menerangkan bahwa yang memindahkan istana balqis dari negeri saba’ ke dalam kerajaan nabi sulaiman adalah jin ifrit yang bernama ashif bin barkhriya.

           Tetapi ada pula terdapat riwayat lain bahwa yang melaksanakan pemindahan istana balqis dari saba’ ke palestina adalah seorang waliyullah Arif billah yang bernama USTHUM  yang selalu mengamalkan ismu a’zam tersebut di atas.

                                                                                                                           

ISMUL A’ZAM YANG DI AMALKAN OLEH ALA BIN HADLRAMI

YAA HALIMU YAA ‘ALIMU YAA ‘ALIYYU YAA’ADHIIM

ARTINYA:

 Yaa allah tuhan yang maha kasih sayang, tuhan yang maha tahu, maha tinggi dan maha besar.

KETERANGAN:

          Terdapat dalam sebuah kitab do’a yang di karang oleh salah seorang ulama besar yang sangat wara’ dan baik budi, yaitu Al-‘alaamah Abi Bakhrin Muhammad Alwaliid.  Suatu keterangan yang sangat menarik hati, antara lain seperti yang tersebut di bawah ini:

          Muthrib ibnu ‘Abdullah ibnu Mash’ab Al-madahi menerangkan: bahwa dia pada suatu hari datang berkunjung kerumah khalifah Amirul mukminin Al-mansuur. Muthrib menampak wajah khalifah penuh dengan kedukaan, mungkin ada suatu musibah yang menimpa diri beliau.

          Khalifah berkata: “ wahai saudaraku muthrib, telah di timpahkan tuhan kepada diriku suatu ujian, yaitu perasaan sedih dan duka dalam masa beberapa hari ini, aku tidak dapat menghilangkannya, berilah aku ucapan-ucapan dan do’a semoga dengan itu tuhan menghilangkan dengan segera “.

          Muthrib berkata: “ ya amirul mukminin, Muhammad Bin Tsabit pernah becerita kepadaku bahwa salah seorang penduduk bashrah telah di timpa musibah menderita sakit telinga beberapa hari lamanya, menyebabkan dia tidak dapat tidur. Hasan bashri berkata kepada si penderita itu: “ bacalah do’a yang di amalkan dan selalu dibaca oleh ‘Ula bin Khadhrami. Ia pernah berada dalam kesempitan, yaitu kehabisan air di tengah-tengah di padang pasir. Dan pernah ia hendak menyebrangi laut Bahrain bersama kudanya ketika dalam peperangan, sedang kapal alat menyebrang tidak ada, dan ketika itu ia bersama dengan Abi hurairah.

Khlifah berkata: “ teruskanlah ceritamu itu hai muthrib”.

Muthrib meneruskan dengan berkata: “ ketika ‘Ula bin Khadrami sedang dalam perjalanan di tengah-tengah padang pasir, ia kehabisan air, hampir saja ia binasa kehausan. Lalu ia sembahyang dua rakaat kemudian di bacanya beberapakali do’a tersebut di atas yng memang sudah menjadi bacan dan amalannya beberapa lama sebelum itu.

Tidak lama kemudian awanpun mendung dan mencurahlah air hujan dari langit sangat lebatnya.

Muthrib melanjutkan ceritanya, begitu juga ketika ‘Ula bin khadhrami pada sutu kali peristiwa hendak menyebrangi laut Bahrain bersama kudanya sedang alat penyebrangan tidak ada. Ia sembahyang dua rakaat, kemudian membaca do’a tersebut di atas beberapa kali. Ia mengendarai kudanya dan dengan tidak ragu-ragu lalu menyebrangi laut yang luas itu dengan tidak terkena basah dan selamat sampai ke seberang.

Khalifah mendengar cerita ini sangat tertarik lalu bertanya: “ Bagaimana laki-laki yang menderita sakit telinga tadi?”

Muthrib menjawab: “ lelaki itu membaca dan mengamalkan terus menerus dengan tidak henti-hentinya dengan penuh pengharapan semoga kiranya tuhan menyembuhkan penyakit itu. Maka pada suatu hari terasa oleh lelaki itu seolah olah ada sesuatu yang keluar dari dalam telinganya. Kemudian terbang, dan dia merasa sembuh dari penyakitnya”.

Adapun khalifah setelah mendengar cerita itu lalu meminta diri kepada muthrib masuk ke kamar ibadahnya. Tidak beberapa lama kemudian khalifah keluar dengan muka tersenyum dan wajah gembira, lalu berkata: “ hai muthrib, tuhan telah menghilangkan kedukaanku dengan do’a ‘Ula bin khadhrami itu “.

Kemudian khalifah meminta kepada pelayan istana supaya di siapkan makanan dan minuman untuk di santap bersama dengan muthrib sebagai ucapan syukur kepada tuhan dengan lenyapnya musibah kedukaan yang di derita khalifah beberapa hari lamanya.

                                                                                                                           

ISMUL A’ZAM YANG DI AMALKAN OLEH MUSA AL-KADHIM IBNU JA’FAR S-SHADIQ

YAA SAMI’A KULLI SHOUTIN, WA YAA SAABIQA KULLI FAUTIN, WA YAA KASIYAL IDHAAMI LAHMAN WA MUNSYI RAHAA BA’DAL MAUTI, AS ALUKA BI ASMAA-IKAL ‘IDHAAMI WA BI-ISMIKAL AKBARIL MAKHZUUNI MAKNUUNIL LADZII LAM YATHTHALI’ ‘ALAIHI AHADUN MINAL MAKHLUUQIINA. YAA HALIMAN DZAA ANAATIN LAA YUQADDARU ‘ALAA ANAATIHII, YAADZAL MA’RUUFIL-LADZII LAA YANQATHI’U MA’RUUFUHU ABADAN WALAA TUHSHAA LAHUU ‘ABADAN FARRIJ ‘ANNII.

ARTINYA:

Ya allah tuhan yang mendengar setiap suara, ya allah tuhan yang mendahului setiap yang berlalu, ya alah tuhan yang membalut tulang dengan daging kemudian memisahkannya setelah mati, aku meminta dengan nama mu yang maha agung yang tersembunyi dan tersimpan tidak di ketahui oleh seorang makhluk pun. Ya allah tuhan yang maha kasih sayang, tidak terbatas kasih sayangmu, ya allah tuhan yang mempunyai kebaikan, tidak terputus kebaikanmu selama-lamanya dan tidak terhitung banyaknya. Semoga kiranya engkau selamatkan aku.

KETERANGAN:

          Pada suatu peristiwa, khalifah Al-Rasyid telah menahan seorang ulama besar bernama Musa Al-Kazim bin Ja’far Shadiq pada suatu tempat tahanan karena ada terdengar fatwanya di masyarakat yang sifatnya tidak menyetujui tindakan khalifah dalam beberapa hal. Tetapi anehnya dalam waktu tidak beberapa lama kemudian khalifah memanggil penjaga pintu tahanan agar Musa Al-Kazim segera di keluarkan dan di beri hadiah sebesar 30.000 dirham.

          Penjaga pintu bertanya kepada khalifah: “ Apakah sebabnya wahai amirul mukminin maka demikian?”.

          Khalifah menjawab: “ Malam tadi ketika aku sedang tidur, aku bermimpi seorang lelaki dengan pisau terhunus datang kepadaku dan berkata ‘lepaskan musa Al-Kazim, dia di fitnah dan di dzalim. Jika tidak saya akan menikam-mu dengan pisau ini’. Saya merasa seram terhadap mimpi ini. Lepaskanlah dia”.

          Dengan segera penjaga pintu itu pergi ke tempat tahanan dimana Musa Al-Kazim di tahan. Pintu tahanan segera di buka dan di persilahkan beliau keluar.

          Di saat itu penjaga pintu menerangkan kepada Musa Al-Kazim tentang mimpi yang terjadi diri khalifah.

          Musa Al-Kazim berkata: “ saya selama dalam tahana dan bermimpi berjumpa dengan rasulullah s.a.w. lalu beliau mengajarkan kepadaku kalimat ismul a’zam. Rasululah berkata: ‘bacalah kalimat itu (do’a tersebut di atas), allah akan memelihara kamu. Kalimat-kalimat itu lalu saya baca dan saya amalkan selama dalam tahanan iniISMUL A’ZAM MENURUT PENDAPAT IMAM AL-GHAZALI

WA ILAHUKUM ILAAHUN WAHIDUN LAA ILAAHA ILLA, HUWAR RAHMAANURRAHIM. ALIF LAAM MIIM. ALLAHU LAA ILAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUM. ALLAHUMMA INNI AS ALUKA BI ANNII ASYHADUANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLA ANTAL AHADU SHSHAMADU LAM YALID WALAM YUULAD WALAM YAKUN LAHUU KUFUAN AHAD.

ARTINYA:

Dan tuhan kamu adalah tuhan yang satu. Tidak ada tuhan yang patut di sembah hanya dia (allah) yang maha pengasih dan penyayang. Alif laam miim ( hanya allah yang mengetahui maksudnya) allah, dialah tuhan yang muthlaq di sembah, tidak ada tuhan selainnya, hanya dia yang maha hidup dan berdiri sendiri. Aku meminta kepadamu yaa allah, bahwa aku menyaksikan tidak ada tuhan yang patut di sembah hanya engkau yang maha Esa, engkau tempatku meminta, engkau tidak di lahirkan dan tidak melahirkan, dan tidak ada siapa juga yang menyekutui engkau.

KETERANGAN:

          Imam Abi Hamid Al-Ghazali menerangkan dalam kitabnya Al-Maqshadul Asna Syarhi Asmaa Illahil Husna.

          Sebuah warid menerangkan, rasulullah s.a.w. berkata: “ ismul a’zam terdapat dalam dua buah ayat. Pertama ayat “ wa ilaa hukum ” sampai akhir ( surah Ar-rahim ), dan ke dua ayat permulaan surah ali imran,yaitu “ alif laam miim “ sampai akhir (surah Al-Qayyum).

          Selain itu imam Ghazali menerangkan: ada sebuah hadits menerangkan bahwa pada sutu peristiwa rasulullah s.a.w. mendengar seseorang yang mengucapkan do’a yang tersebut di atas, lalu Rasulullah s.a.w. berkata: demi diriku yang di jadikan tuhan, sesungguhnya dia berdo’a dengan ismul a’zam. Apabila meminta dengannya niscaya di beri tuhan dan apabila berdo’a dengannya niscaya di perkenankan tuhan.

Asmaul A’zham Al Husna.



Barangsiapa membiasakan dirinya sebelum berdoa untuk mengawali dengan berdoa/mengucap Asmaul A’zham ini maka akan mempermudah/mempercepat terkabulnya do’a kita..



1.  يقول يا ارحم الراحمين



YAA ARHAMAR ROOHIMIIN.



Artinya : Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang.



ان لله تعالى ملكا موكلا بمن يقول يا ارحم الراحمين فمن قالها ثلاثا قال له الملك ان ارحم الراحمين قد أقبل عليك فسل.



Dari Abu Umamah ra., Nabi Muhammad saww. bersabda: Inna lillaahi ta’aalaa malakan muwakkalan biman yaqulu yaa arhamar roohimiina faman qoolahaa tsalaatsan qoola lahul malaku inna arhamar roohimiina qod aqbala ‘alaika, fasal.



Artinya : Sesungguhnya Allah swt. itu mempunyai seorang Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang berkata “YAA ARHAMAR ROOHIMIIN” (wahai Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang), barangsiapa yang mengatakan perkataan itu tiga kali, maka malaikat itu berkata kepadanya, sesungguhnya Allah yang Maha Pengasih Lagi Penyayang telah menerima pujianmu, Maka bermohonlah.”. (HR. Al Hakim).2. يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ



YAA HAYYU YAA QAYYUUM.



Artinya : Wahai Dzat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).



حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ يَحْيَى بْنُ الْمُغِيرَةِ الْمَخْزُومِيُّ الْمَدِينِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْفَضْلِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَهَمَّهُ الْأَمْرُ رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَإِذَا اجْتَهَدَ فِي الدُّعَاءِ قَالَ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ



Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Yahya bin Al Mughirah Al Makhzumi Al Madini serta lebih dari satu orang, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik dari Ibrahim bin Al Fadhl dari Al Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila merasa gundah karena suatu perkara maka beliau mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan: “SUBHAANALLAHIL ‘AZHIIMI” (Maha Suci Allah yang Maha Agung). Dan apabila bersungguh-sungguh dalam berdoa beliau mengucapkan: “YAA HAYYU YAA QAYYUUM” (Wahai Dzat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits gharib. (HR. At Tirmidzi No.3358)



3.  اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ



ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BIANNII ASYHADU ANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTAl AHADUSH SHAMAD, ALLADZII LAM YALID WA LAM YUULAD WA LAM YAKUN LAHU KUFUWAN AHAD.



Artinya : Ya Allah, aku memohon kepadaMu dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa, Tempat bergantung, Yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, dan tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya.



حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِمْرَانَ الثَّعْلَبِيُّ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ الْأَسْلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ قَالَ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى قَالَ زَيْدٌ فَذَكَرْتُهُ لِزُهَيْرِ بْنِ مُعَاوِيَةَ بَعْدَ ذَلِكَ بِسِنِينَ فَقَالَ حَدَّثَنِي أَبُو إِسْحَقَ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ قَالَ زَيْدٌ ثُمَّ ذَكَرْتُهُ لِسُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ فَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَى شَرِيكٌ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ وَإِنَّمَا أَخَذَهُ أَبُو إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ



Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Imran Ats Tsa’labi Al Kufi telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab dari Malik bin Mighwal dari Abdullah bin Buraidah Al Aslami dari ayahnya, ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar orang yang berdoa dengan mengatakan; ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BIANNII ASYHADU ANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, Al AHADUSH SHAMAD, ALLADZII LAM YALID WA LAM YUULAD WA LAM YAKUN LAHU KUFUWAN AHAD (Ya Allah, aku memohon kepadaMu dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa, Tempat bergantung, Yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, dan tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya). Kemudian beliau mengatakan: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh ia telah meminta dengan namaNya yang paling agung, yang apabila Dia dimintai suatu doa maka Dia akan mengabulkan dan apabila diminta dengannya maka Dia akan memberi.” Zaid berkata; kemudian aku menyebutkannya kepada Zuhair Zaid berkata; kemudian aku menyebutkannya kepada Zuhair bin Mu’awiyah beberapa tahun setelah itu. Kemudian ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Malik bin Mighawal, Zaid berkata; kemudian aku menyebutkannya kepada Sufyan Ats Tsauri kemudian ia menceritakan kepadaku dari Malik. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib, dan Syarik meriwayatkan hadits ini dari Abu Ishaq dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, dan sesungguhnya Abu Ishaq Al Hamdani mengambilnya dari Malik bin Mighwal. (HR. At Tirmidzi No.3397, Abudaud No.1276, Ahmad No.21963)



4.  يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ



YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM.



Artinya : Wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.



وَبِإِسْنَادِهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ أَنَسٍ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ



Dan dengan sanadnya (Yaitu; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim Al Muktib telah menceritakan kepada kami Abu Badr Syuja’ bin Al Walid dari Ar Ruhail bin Mu’awiyah saudara Zuhair bin Mu’awiyah, dari Ar Raqasyi dari Anas bin Malik), ia mengatakan; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Tetaplah berdoa dengan mengucapkan; YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM.” (Wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan) Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits gharib. Dan hadits ini telah diriwayatkan dari Anas dari selain jalur ini. (HR. At Tirmidzi No.3447, 3448 dan 3450)



5. اللَّهُمَّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ



ALLAAHUMMA LAA ILAAHA ILLAA ANTA Al MANNAAN, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDHI DZAL JALAALI WAL IKRAAM.



Artinya : Ya Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Memberi, Pencipta langit dan bumi, Dzat Yang memiliki keagungan dan kemuliaan.



حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الثَّلْجِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَغْدَادَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ صَاحِبُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَرْبِيٍّ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ وَثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسْجِدَ وَرَجُلٌ قَدْ صَلَّى وَهُوَ يَدْعُو وَيَقُولُ فِي دُعَائِهِ اللَّهُمَّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ بِمَ دَعَا اللَّهَ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ عَنْ أَنَسٍ



Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abu Ats Tsalj yang merupakan penduduk Baghdad berkunyah Abu Abdullah, sahabat Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Zarbi dari Ashim Al Ahwas dan Tsabit dari Anas ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki masjid dan terdapat seorang laki-laki yang melakukan shalat dan berdoa dengan mengucapkan: ALLAAHUMMA LAA ILAAHA ILLAA ANTA Al MANNAAN, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDHI DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Memberi, Pencipta langit dan bumi, Dzat Yang memiliki keagungan dan kemuliaan). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tahukah kalian, dengan apakah orang tersebut berdoa kepada Allah? Ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang paling agung, yang apabila Dia dimintai doa maka Dia akan mengabulkannya. Dan apabila diminta maka Dia akan memberi.” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits gharib dari jalur ini. Dan telah diriwayatkan dari selain jalur ini. (HR. At Tirmidzi No.3467)6. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ



ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BIANNA LAKAL HAMDU LAA ILAAHA ILLAA ANTAl MANNAANU, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDHI, YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA HAYYU YAA QAYYUUM.



Artinya : ya Allah, aku memohon kepadaMu bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).



حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَلَبِيُّ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ عَنْ حَفْصٍ يَعْنِي ابْنَ أَخِي أَنَسٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّي ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى



Telah menceritakan kepada Kami Abdurrahman bin ‘Ubaidullah Al Halabi, telah menceritakan kepada Kami Khalaf bin Khalifah dari Hafsh yaitu anak saudara Anas dari Anas bahwa ia duduk bersama Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam dan terdapat seorang laki-laki yang melakukan shalat, kemudian ia berdoa; ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BIANNA LAKAL HAMDU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, Al MANNAANU, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDHI, YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA HAYYU YAA QAYYUUM (ya Allah, aku memohon kepadaMu bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepadaNya dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya.” (HR.Abudaud No.1277)



7.  لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ



LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN.



Artinya : Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya.



حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ مَرَّةً عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ أَبِيهِ وَقَدْ رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ وَلَمْ يَذْكُرُوا فِيهِ عَنْ أَبِيهِ وَرَوَى بَعْضُهُمْ وَهُوَ أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَقَ فَقَالُوا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ نَحْوَ رِوَايَةِ ابْنِ يُوسُفَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ وَكَانَ يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ رُبَّمَا ذَكَرَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ أَبِيهِ وَرُبَّمَا لَمْ يَذْكُرْهُ



Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu Ishaq dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa’d dari ayahnya dari Sa’d ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Doa Dzun Nuun (Nabi Y (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah; LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” Muhammad bin Yahya berkata; berkata Muhammad bin Yusuf suatu kali dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa’d dari Sa’d dan ia tidak menyebutkan padanya dari ayahnya. Dan hadits ini telah diriwayatkan lebih dari satu orang dari Yunus bin Abu Ishaq dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa’d dari Sa’d dan mereka tidak menyebutkan padanya dari ayahnya. Dan sebagian mereka yaitu Abu Ahmad Az Zubairi telah meriwayatkan dari Yunus bin Abu Ishaq lalu mereka berkata dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa’ad seperti riwayat Ibnu Yusuf dari ayahnya dari Sa’ad. dan terkadang Yunus bin Abu Ishaq menyebutkan dalam hadits ini dari ayahnya, dan terkadang tidak menyebutkannya.(HR. At tirmidzi No.3427)



Tambahan :



Al Habib Abdullah bin Husien Bin Thohir pernah ditanya/diminta oleh seseorang untuk memberikan  Asmaul A’zham kepadanya yang bila berdo’a dengan Asma’ul A’zham itu maka do’anya akan langsung/cepat terkabul, lalu Beliau berkata, maukah engkau ku ajarkan amalan yang lebih cepat dari pengabulan dengan menggunakan Asmaul A’zham, lalu beliau berkata, do’akanlah aku (mendoakan orang lain), karena apa yang engkau pinta untukku maka Allah akan mengabulkannya untukmu juga dengan pengabulan yang sangat cepat melebihi dengan Asmaul A’zham..



Ini dalil-dalilnya :



حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ صَفْوَانَ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَفْوَانَ وَكَانَتْ تَحْتَهُ الدَّرْدَاءُ قَالَ قَدِمْتُ الشَّامَ فَأَتَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فِي مَنْزِلِهِ فَلَمْ أَجِدْهُ وَوَجَدْتُ أُمَّ الدَّرْدَاءِ فَقَالَتْ أَتُرِيدُ الْحَجَّ الْعَامَ فَقُلْتُ نَعَمْ قَالَتْ فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ قَالَ فَخَرَجْتُ إِلَى السُّوقِ فَلَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ يَرْوِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَقَالَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَفْوَانَTelah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami ‘Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Malik bin Abu Sulaiman dari Abu Az Zubair dari Shafwan bin ‘Abdullah bin Shafwan dan riwayat selanjutnya adalah dari Ummu Darda’, dia berkata; “Saya pernah pergi ke Syam dan mengunjungi Abu Darda’ di rumahnya. Namun saya tidak bertemu dengannya, lalu saya pergi menjumpai Ummu Darda’. Setelah itu, Ummu Darda’ bertanya kepada saya; ‘Hai Shafwan, apakah kamu akan pergi haji pada tahun ini? ‘ Saya pun menjawab; ‘Ya.’ Ummu Darda’ berkata; ‘Mohonkanlah kepada Allah kebaikan untuk kami, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan ‘Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.’ Shafwan berkata; ‘Setelah itu saya pergi ke pasar dan di sana saya bertemu dengan Abu Darda’. Ternyata ia pun mengatakan seperti itu kepada saya yang diriwayatkannya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari ‘Abdul Malik bin Abu Sulaiman melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa. dia berkata; dari Shafwan bin ‘Abdullah bin Shafwan. (HR. Muslim No.4914)



حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَكَانَتْ تَحْتَهُ أُمُّ الدَّرْدَاءِ فَأَتَاهُمْ فَوَجَدَ أُمَّ الدَّرْدَاءِ فَقَالَتْ لَهُ أَتُرِيدُ الْحَجَّ الْعَامَ فَقَالَ نَعَمْ قَالَتْ فَادْعُ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِنَّ دَعْوَةَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ مُسْتَجَابَةٌ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ بِهِ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ قَالَ فَخَرَجْتُ إِلَى السُّوقِ فَلَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَحَدَّثَنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ ذَلِكَ



Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik dari Abu Zubair dari Shafwan bin Abdullah -yang dia menanggung Ummu Darda’, kemudian dia mendatangi mereka- dan mendapati Ummu Darda’, maka Ummu Darda’ berkata kepadanya, “Apakah kamu hendak melaksanakan haji tahun ini?” Dia menjawab, “Ya.” Ummu Darda’ lalu berkata, “Tolong do’akan kebaikan untuk kami, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya do’anya seorang Muslim kepada saudaranya yang berada di tempat yang jauh adalah dikabulkan, dan di sisikepalanya ada para Malaikat yang ditugaskan kepadanya, setiap kali berdo’a kepada saudaranya dengan kebaikan para Malaikat berkata, ‘Amiin, dan bagimu yang semisalnya’.” Shafwan berkata, “Kemudian aku keluar ke pasar dan bertemu dengan Abu Darda’, lalu ia menceritakan kepadaku tentang hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti itu.” (HR. Ahmad No.26279 dana No.20717)



حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَفْوَانَ قَالَ وَكَانَتْ تَحْتَهُ ابْنَةُ أَبِي الدَّرْدَاءِ فَأَتَاهَا فَوَجَدَ أُمَّ الدَّرْدَاءِ وَلَمْ يَجِدْ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَقَالَتْ لَهُ تُرِيدُ الْحَجَّ الْعَامَ قَالَ نَعَمْ قَالَتْ فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ دَعْوَةُ الْمَرْءِ مُسْتَجَابَةٌ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ يُؤَمِّنُ عَلَى دُعَائِهِ كُلَّمَا دَعَا لَهُ بِخَيْرٍ قَالَ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلِهِ قَالَ ثُمَّ خَرَجْتُ إِلَى السُّوقِ فَلَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَحَدَّثَنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ ذَلِكَTelah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Abdul Malik bin Abu Sulaiman dari Abu Az Zubair dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan -suami dari putri Abu Darda-, ia berkata; “Suatu ketika ia mendatanginya, namun ia hanya mendapati Ummu Darda’ dan tidak mendapati Abu Darda’. Ummu Darda pun berkata; ‘Apakah kamu mau berangkat haji tahun ini? ‘ Shafwan menjawab; ‘Ya’ lalu Ummu Darda berkata; ‘Doakan kebaikan untuk kami, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Doa seseorang untuk saudaranya yang sedang tidak bersamanya adalah mustajab (terkabul). Karena di atas kepalanya terdapat malaikat yang akan mengamini doanya setiap kali ia berdoa untuk kebaikan saudaranya. Malaikat itu akan berucap: ‘Amin, dan untukmu kebaikan yang serupa’. Shafwan berkata; ‘Kemudian aku pergi ke pasar, dan di sana aku bertemu dengan Abu Darda, ia lantas membacakan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sama kepadaku’. (HR. Ibnumajah No.2886)



Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari doa-doa yang hampir sama seperti doa diatas.



SHALAWAT ISMUL A’ZHOM.



Al-Imam As-Sayyid Syekh Muhammad Taqyudien Ad-Damsiq Al Hanbaly R.a



inilah diantara sholawat yang mempunyai banyak fadhilah. Kebesaran dan ke agungan sholawat ini telah banyak dibuktikan oleh para Alim Ulama Shalaf,.Syekh Yusuf  bin Ismail An-Nabhani sendiri telah mencantumkan Sholawat ini didalam kitab beliau Sa’adatuddara’in. Sholawat inilah yang sering digunakan sebagai wasilah untuk bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS.



SHALAWAT ISMUL A’ZHOM ini saya dapatkan/di ijazahkan dari Ayahanda Al Habib Abunawar bin Ahmad Al ‘Aydrus dan juga dari salah satu guru saya Al-Ustadz Ahmad Dasuki bin Dahlan beliu di ijasahkan dari guru beliau.Sebelum mengamalkan SHALAWAT ISMUL A’ZHOM ini alangkah baiknya agar mengirimkan Al-Fatihah untuk Al-Imam Shohibus sholawat Syaikh Muhammad Taqyudien Ad-Damsiq, dan semua Rijalul Ghoib, dan semua arwah dari golongan mereka yang suci, juga kepada semua para ahli Taubat, dan semua pemimpin mereka. Kepada Nabi Allah Sayyidina Khidhir AS, dan kepada kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW.



inilah SHALAWAT ISMUL A’ZHOM



بسم الله الر حمن الرحيم

اللهم انى اسالك باسمك الاعظم المكتوب من نوروجهك الاعلى الموبدالدائم

الباقى المخلد فى قلب نبيك ورسولك محمد واسالك باسمك الاعظم

الوحد بوحدة الاحد المتعالى عن وحدةالكم والعدد المقدس عن كل احد وبحق بسم

الله الرحمن الرحيم قل هوالله احد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له

كفوا احد ان تصلي على سيدنا محمد سر حياةالوجود والسبب الاعظم لكل

موجود صلاة تثبت فى قلبى الايمان وتحفظنى القران وتفهمنى منه الايات

وتفتح لى بها نورالجنات ونورالنعيم ونورالنظر الى وجهك الكريم وعلى اله

وصحبه وسلم



Allaahumma innii as-aluka bismikal a’zhoomil maktuubi min nuuri wajhikal a’laa al-mu-abbadid-daa-imil baqiil mukholladi fii qolbi nabiyyika wa rosuulika muhammadin. Wa as-aluka bismikal a’zhoomil waahidi biwahdatil ahadil muta’aalii ‘an wahdatil kammi wal’adad. al-muqoddasi ‘an kulli ahaad. wa bihaqqi bismillahirrahmanirrahim. qul huwallahu ahad allahush shamad lam yalid wa lam yuulad walam yakullahu kufuwan ahad. an tusholliya ‘alaa sayyidinaa muhammadin sirri hayatil wujuudi was-sababil a’zhoomi likulli maujuudi sholaatan tu-tsab-bitu fii qolbil iimaani wa tuhaffizhunil qur-aan, wa tufah-himunii minhul ayaati wa taftahuli bihaa nuurol jannati wa nuuron na’iim wa nuuron nazhoori ilaa wajhikal kariimi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallim.

 Ya Allah aku mohon kepadaMu dengan AsmaMu yang Agung, yang tertulis dari cahaya wajahMU yang maha Tinggi dan maha Besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan NabiMU Muhammad SAW. Aku memohon dengan AsmaMU yang Agung dan Tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang Maha Agung dari kesatuan jumlah, dan maha Suci dari setiap sesuatu, dan dengan hak BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM. QULHUALLAHU AHAD. ALLAHUSH SHOMAD. LAM YALID WALAM YULAD WALAM YAKUL LAHU KUFUWAN AHAD. Semoga Engkau limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad SAW,  rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajahMu yang Mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya limpahkan pula salam sejahtera padanya.





Catatan dan cara :



Ini shalawat As-syekh Al-Arif Al-Imam As-sayyidi Muhammad Taqiuddin

Ad-Damsyiq ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu

Sirrohu wa Nafa`na bihi.Amin ) Tertulis dalam kitab Saadatud Dara`in

karya Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani.Dalam satu risalahnya tentang shalawat

Ismul A’zhom disebutkan faedah tasarruf dengan shalawat ini mengandung

rahasia luar biasa, antara lain :



1. Jika dibaca 100x tiap hari akan mendapatkan kedudukan wali dari Auliya Allah.

2. Apabila dibaca 1000x tiap hari, engkau akan dapat memberi nafkah

secara ghaib.Dengan kata lain bila ada keperluan masukkanlah tanganmu

kedalam satu, maka akan engkau dapatkan yang engkau perlukan.

3. Untuk membinasakan orang zholim, dibaca pada malam sabtu 1000x maka

engkau akan melihat keajaibannya, kebinasaannya.(hati-hati jangan

sembarangan, bisa kena diri sendiri)

4. Untuk mencegah perampok dan musuh yang banyak, ambillah segenggam

tanah dari bawah telapak kaki sebelah kiri, bacakan shalawat ini 7x,

tiupkan pada tanah tersebut ( dijampikan ) dan lemparkan kearah dimana

musuh/perampok berada, akan terjadi kebinasaan pada mereka seketika.

5. Untuk mengembalikan barang hilang dam melunasi hutang, bacalah tiap

hari 7x.Tiap mulai satukali diniatkan pahala yang engkau baca

dihadiahkan keHadratun Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, serta pada

Rijalul Ghaib dan Ashaabun Naubah dan kepada pemimpin mereka. Dan

berniat bila hajatmu tercapai engkau bersedekah dengan makanan dan

pahalanya untuk mereka. Atau kau dapat memberi makan orang miskin

sebagai terima kasih kepada Allah karena barokah merekalah dan

shalawat ini sehingga hajatmu tercapai.Insya Allah.

6. Untuk sakit kepala, demam, sakit mata, migran ( sakit kepala

sebelah ) dibacakan pada air mawar 7x dan diminumkan pada

sisakit.Insya Allah sembuh!

7. Untuk melancarkan air susu bagi manusia atau hewan ternak, ambil

air dari mata air (sumur) baca shalawat ini 7x diusapkan pada

teteknya dan diminum, maka air susunya akan banyak.Insya Allah.

8. Untuk kencing tersumbat (kencing batu) dan wanita yang akan

melahirkan (susah melahirkan) dibacakan seperti diatas.

9. Untuk sesak nafas, medu, rasa takut, sering mimpi yang tidak

enak/menakutkan, masuk angin, sakit dada, TBC, sulit tidur bikinlah

air jampian seperti tadi dan dikerjakan/diminum MALAM HARI.

10. Dibaca untuk perempuan/laki-laki agar cepat menemukan jodohnya,

dibikin air diminumkan pasti banyak yang menyukainya dan cepat

menemukan jodohnya.

11. Bila didawamkan/rutin dibaca 100x setiap hari selama 40 hari,

engkau akan menjadi seorang Arif mungkin Kasyaf.

12. Untuk wanita yang menginginkan anak/mandul dibaca diair seperti

diatas pada MALAM JUM`AT dan diminumkan kemudian dicampur oleh

suaminya pada malam itu juga, insya Allah dia akan hamil.Cara pengamalan sholawat ini :



Sholawat ini termasuk salah satu sholawat yang mempunyai asror yang

luar biasa. Ijazah yang ada pada kami adalah dibaca 1 kali setiap

ba’da sholat fardhu atau 3 kali setiap shubuh dan maghrib. Jika

mempunyai hajat dibaca 100 kali. Sebaiknya malam jum`at. Sholawat ini

termasuk sholawat yang Multifungsi dengan kata lain dapat digunakan

untuk niat apa saja.



Cara mengirimkan/menghadiahkan alfatihah untuk pengarang shalawat tersebut :



Ilaa hadrotin Nabiyyil Mushthofa Rasuulillaahi shallallaahu ‘alaihi wasallama wa aalihi wa ashhaabihi wa ilaa hadroti rijaalil ghoibin naubati wa ilaa rotibsihim wa ilaa man ajazani wa ilaa hadrotil imaamil ‘aarifi billahi Asy Syaikh Muhammad taqiyyiddimasyqiy Al Hanbaliy radhallahu anhum alafatihah.. baca alfatihah 7x

wallahu a’lam. hanya Allah dan Rosulnya yang tahu pasti rahasia izmul a’zamNYA…

ALLAHU AKBARR…..

ISMUL A'DZHAM

Dahsyatnya Berdoa dengan Ismu A’zham
(ILMU RAHSIA PARA ARIFFIN)

Banyak riwayat yang telah menukilkan tentang ismu A’zham. Jika doa dimulai dengan membaca ismu A’zham, pasti doa itu akan dikabulkan. Dan apabila doa dimulai dengan membaca asmaul husna, maka tidak usah ragu lagi bahwa doa itu akan dikabulkan. Dan banyak sekali riwayat yang menyebutkan tentang ketentuan Ismu A’zham. Ini adalah kebiasaan Allah swt.

Segala sesuatu yang bersifat rahasia, tentu memiliki cir-ciri tententu untuk berhubungan dengannya. Misalnya doa ketika malam Lailatul Qadar, ketika hari Jum’at dan doa tententu juga akan dikabulkan oleh Allah swt secara khusus.

Demikian juga tentang penemuan Ismu A’zham telah tertulis dalam banyak riwayat diatas. Dalam hadits lain juga disebutkan mengenai manfaat ayat-ayat tersebut.

Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasullah saw bersabda “tidak ada yang dapat kekuatan dua ayat ini untuk mengalahkan kemungkaran dan kejahatan syaitan, yaitu dimulai dari ayat “waila hukum Ilahuw wahid”.

 Ibrahim bin Wasmah rah.a. berkata, “ayat-ayat ini dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit gila dan penyakit lainnya. Barangsiapa selalu menjaga bacaannya, maka ia akan terselamatkan dari bahaya, yaitu ayat: Al Baqarah : 163, 255, 286, - Al Araf : 54, 55, 56 - Al Hasyir: 22, 23, 24. Diriwayatkan bahwa semua ayat diatas, tertulis di Arsy Ilahi.

Ibrahim rah.a pun berkata, “Jika anak-anak terkena gangguan jin, maka tulislah ayat-ayat tersebut kepada mereka. “Allamah Syami rah.a. meriwayatkan bahwa, imam Abu Hanifah, berkata, “Ismu A’zham ialah Lafazh Allah.”

Juga ditulis bahwa ini pun pendapat Thahawi rah.a dan ulama yang lainnya. Bahkan para arifin (ketua ahli tasawuf) senantiasa memperbanyak bacaan lafazh Allah dalam zdikir mereka.

Sayyidu Thaifah Abdul Qadir Jaelani nawarullah marqadahu juga mengatakan bahwa Ismu A’zham ialah Lafazh Allah, dengan syarat ketika menyebutkan benar-benar hanya asma-Nya dalam lubuk hati kita, tanpa ada yang lainnya.

Beliau juga mengatakan kepada masyarakat awam; “Sebutkanlah nama Allah dengan penuh rasa Agung dan takut di dalam hati.” sesangkan bagi kalangan khusus, “Hendaklah mereka membayangkan kehadiran-Nya ketika menyebut nama-Nya.”

Dan kalangan yang lebih istimewa lagu, “Ketika membaca lafazh ini hendaklah tidak ada sesuatu selain Allah didalam hatinya.” Disebutkan bahwa di dalam al-Qur’an pun nama itu banyak sekali disebut. Bahkan ada yang menghitungnya mencapai 2630 kali.

Syaikh Ismail Farghani rah.a. berkata “saya sudah berusaha keras mempelajari Ismu A’zham ini, bahkan dengan sangat bermujahadah. Kami sering berhari-hari kelaparan dan sering pingsan karena laparnya. Pada suatu hari saya sedang duduk si masjid damsyik, tiba-tiba datanglah dua orang masuk ke masjid dan berdiri didekatku.

Sambil memandang mereka hati saya berkata, seakan-akan mereka adalah malaikat. Ia bertamya kepada kawannya “apakah kamu mau mempelajari Ismu A’zham?” jawab yang satunya “ya beritahukanlah aku ingin belajar” setelah saya merenungkan dan mendengarkan dengan seksama ia berkata “Lafazh itu ialah Allah”. Dengan syarat agar dibaca penuh ikhlas”

Syaikh Ismail berkata “Yang dimaksud dengan ikhlas ialah orang yang mengucapkan hendaknya membayangkan seakan-akan ia akan tenggelam didalam sungai, dan tidak seorangpun menyelamatkannya ketika itu. Lalu ayat ini diucapkan dengan benar-benar ikhlas” kondisi seperti inilah yang dikehendaki. Untuk mencapainya diperlukan kepandaian serta ketabahan yang luar biasa.

Dikisahkan ada seorang syaikh yang telah menguasai Ismu A’zham. Lalu datanglah seorang fakir ingin mempelajari Ismu A’zham dariya. Ia memohon, “ajarilah saya Ismu A’zham” Syaikh pun berkata kepada si fakir, “Kamu bukanlah ahlinya.” Si fakir menjawab, “Saya, salah seorang ahlinya” Sahut Syaikh “Baiklah sekarang pergilah kesana. Jika terjadi sesuatu, ceritakanlah kepadaku”.

Si fakir itupun pergi ketempat yang ditunjuk. Disana ada seorang tua yang datang dengan membawa kayu-kayu diatas seekor keledai. Tiba-tiba datanglah sepasukan tentara, orang tua itu dipukuli sehingga kayu-kau berserakan.

Orang fakir tersebut sangat marah terhadap tentara. Ia segera menjumpai Syaikh tadi. Dan diceritakan kepadanya semua kejadian itu seraya berkata “Jika saya telah menguasai Ismu Az’ham tentu saya akan berdo’a buruk untuk tentara itu.”

Syaikh berkata, “sesungguhkanya saya telah mempelajari Ismu Az’ham ini dari orang pembawa kayu tadi.”

Demikianlah Berdoalah dengan Ismu Az’ham, yang terdapat didalam Al-Qur’an sebagai berikut:

1. “Ismullah Al Az’ham” yang apabila diseru dengannya ia penuh didalam 3 surat dari Al-Qur’an: dalam Al-Baqarah, Ali Imran dan Surat Thaha.

2. “Ismullah Al Az’ham”, terdapat pada Surah Al Baqarah : 163, 255, 286, - Al Araf : 54, 55, 56 - Al Hasyir: 22, 23, 24. Diriwayatkan bahwa semua ayat diatas, tertulis di Arsy Ilahi.

3. “Ismullah Al Az’ham” adalah dalam dua ayat ini :
(1) “Wa ilaahum ilahum Waahid, laaa ilaaha ila huwar Rahmaannur Rahiim” (Al-Baqarah: 163) (2) “Alif Laam miim, Allahu laa Ilaaha huwal Hayyul Qayyum” (Permulaan Ali Imran)

4. “Ismullah Al Az’ham” yang apabila diseru dengannya ia memenuhi adalah didalam ayat: “Qulil Laahumma Malikal mulki.............................(Surat Ali Imran: 26)

5. “Ismullah Al Az’ham” yang apabila diseru dengannya ia memenuhi dan apabila diminta itu ia memberi adalah seruan Nabi Yunus bin Matta.

Agar Kuat dalam Hafalan

TIPS UNTUK MENGUATKAN HAFALAN:
Syeikh Sholih ibn Muhammad al-Ja’fari rahimahullahu ta'ala berkata :

“Kami telah diajar semenjak 35 tahun lalu oleh Syeikh Ahmad Maraghah rahimahullahu ta'ala kaedah untuk menghafal dan menghilangkan lupa. Yaitu meletakkan tangan di atas kepala setiap kali selepas solat sambil membaca ayat ke-6 dari Surah al -A’laa sebanyak 7 kali."                                    
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰ

*ditambah pada bacaan yang terakhir dengan ayat ke-7 Surah al-A’laa.

إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ

Rujukan : Kitab Adab dan Doa Penuntut Ilmu, karangan Syeikh Muhammad Fuad bin Kamaludin Al-Maliki As-Sanusi                                              

Senin, 09 November 2015

Berkah Tawasul kepada Habib Umar bin Hafidz dan Syaikh Abu Bakar Bin Salim

Dikisahkan oleh Alhabib Baghir bin Alwi bin Yahya.. Malam tadi, saat berlangsungnya Majlis Rasulullah mingguan @Masjid Raya Almunawar, Pancoran, Jaksel.
"Belum lama ini, Kurang lebih seminggu yg lalu, ada seorang jama'ah yg sedang dalam perjalanan melihat seorang anak kecil tertabrak di depan kendaraanya.. Tidak ada yg berani menolong, namun jama'ah tsb tergerak hatinya u/menolong si anak ini, saat ia lihat, ternyata.. "Maaf" hancur kepala anak ini.
Kemudian segera dibawanya anak ini ke salah satu rumah sakit terdekat, namun melihat keadaan parah dr si anak, rumah sakit tsb pun tidak bs menerima& tdk menyanggupi u/mananganinya.
Kemudian bergegaslah jama'ah tsb membawa anak ini ke rumah sakit berikut'y. Dgn penuh KEYAKINAN & HARAPAN BESAR atas kesembuhan anak ini, dalam perjalanan ia pun terus bertawasul, Ia katakan "Ya Allah... Dengan keberkahan guru mulia, Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz & Dengan keberkahan Syech Abu Bakar bin Salim,, mohon tolong Ya Allah... anak ini!"
Ia bertawasul dr hatinya yg paling jujur dgn Allah..
Kemudian, hingga masuk ke dalam Rumah sakit, lalu ditangani oleh dokter, di obati segala macam& setelah diobati, subhanallah dirapikan kepalanya, sampai dokter katakan "ini terkena selaput otaknya." Kemudian dilakukanlah tindakan operasi oleh pihak dokter. Singkat cerita, selesai operasi, sadarlah anak ini, setelah sadar, dgn polosnya ia katakan "Dimana orang td yg kasih saya makanan, yg pakai sorban sorban di kepalanya??" Seisi ruangan tsb pun dibuat bingung oleh pertanyaan si anak.. Lalu jamaah yg menolong anak inipun mengatakan "Yang mana? Saya bawa km kesini sendiri, tidak ada orang lain, tidak ada orang yg mengenakan sorban, hanya saya, yg pakai pakaian kantor."
Tapi hatinya jujur, mungkin anak ini belum pernah bertemu dgn guru mulia. Kemudian dilanjukan oleh si anak dengan mengatakan "itu, yang jenggotnya merah". Mendengar pernyataan anak ini, Teringatlah Habibana Umar di benak jama'ah tsb. Lalu ia ambil hp miliknya, ia cari foto guru mulia, kemudian ia tunjukan kepada anak ini & menanyakan "Yang ini kah orangnya??" & lagi-lagi dgn polosnya si anak menjawab "iya, yang ini orangnya, td dia kasih makan saya yg enak-enak"
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad!!!

Sabtu, 07 November 2015

Keberkahan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Oleh: Al Habib Quraisy bin Hasan Baharun



Al Allamah Al Musnid Habib Umar Bin Hafidz ketika lawatannya ke Inggris menuturkan, ada seorang yang hidup di masa Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Syekh ‘Abdul Qadir Al Jilani. Ketika orang itu meninggal dunia dan di kuburkan, orang-orang yang berada di sekitar pekuburan mendengar jeritan, lolongan orang itu dari dalam kubur.

Para sahabat (murid-murid) Syekh ‘Abdul Qadir Al Jilani bercerita kepadanya, dan segera Syekh Abdul Qadir Al Jilani menghampiri kubur tersebut. Masyarakat menyaksikan dan memohon kepada beliau agar memohon kepada Allah subhanallahu wata`ala agar hukumannya di angkat.

Kemudian Syekh Abdul Qadir Al Jilani bertanya kepada para sahabat-sahabatnya:

“Apakah ia salah satu dari sahabatku (muridku)?”

Mereka menjawab: “Bukan wahai Syekh……”

Lalu beliau bertanya kembali :

“Pernahkah kalian melihatnya hadir pada salah satu majelisku?”

Mereka menjawab : “Orang itu tidak pernah menghadiri majelismu.”

Asy Syekh Abdul Qadir bertanya lagi :

“Pernahkah ia masuk ke salah satu masjid dengan tujuan untuk mendengarkan ceramahku, atau shalat di belakangku?”

Mereka menjawab : “Tidak pernah , ya Syekh..!!!!!”

Lalu Asy-Syeikh Abdul Qadir bertanya lagi :

“Pernahkah aku melihatnya?”

Mereka menjawab : “Tidak pernah, ya Syekh…!!!”

Lalu Asy Syekh Abdul Qadir bertanya lagi :

“Apakah ia pernah melihatku?”

Mereka menjawab : “Tidak ya Syekh….!!”

Lalu salah seorang dari mereka berkata: “namun, wahai Syekh, aku pernah melihatnya melintas di suatu jalan setelah engkau dan para sahabatmu baru saja selesai dari majelis, dan ia melihat jejak jalanmu” (di masa itu Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani bila berjalan dengan rombongannya, dengan mengendarai kuda, hingga menimbulkan debu-debu yang mengepul di udara, orang akan segera tahu, “Wah…konvoi Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani barusan lewat nih.” (Kira-kira begitu).

Lalu Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani menengadahkan tangannya kepada Allah subhanallahu wata`ala seraya berdo`a :

“Ya Allah, orang ini adalah orang yang pernah melihat debu jejak jalan kami selesai majelis, jika Engkau mencintai kami Ya Allah…., kami memohon kepada-Mu berkat kecintaan-Mu kepada kami untuk mengangkat hukuman serta siksaan pada hamba ini.”

Seketika itu juga, jeritan dari dalam kubur terhenti. Subhanallah.

Baru melihat debunya saja , seorang Wali Allah, Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Asy Syekh Abdul Qadir al Jilani memberikan syafaat di alam kubur! Lalu bagaimana dengan para sahabatnya (muridnya) yang siang dan malam menghadiri majelis-majelis beliau, mengenal dan mencintainya? (Tentu lebih dahsyat lagi, red).

Dari debu inilah Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani memohonkan ampun, memberikan syafaat kepada orang tersebut. Bagaimana jika seandainya orang tersebut sulit di cari , apa alasan Asy Syeikh Abdul Qadir Al Jilani untuk memberikan syafaat kepadanya? Naudzubillah.

Oleh karena itu semasa hidupnya seorang muslim selayaknya mencintai para shalihin, para wali Allah! Sebab merekalah perantara antara kita dengan Allah. Para Wali Allah dicintai di langit dan di bumi sebagaimana Allah berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Imam Bukhari,

“Jika Allah Ta`ala cinta kepada hamba-Nya, maka Allah akan berkata kepada malaikat Jibril yang merupakan pemimpin dari para malaikat di tempat tertinggi:

“Wahai Jibril , Aku mencintai hamba itu, maka umumkanlah kepada semua penduduk langit untuk mencintai hamba tersebut.” Lalu malaikat Jibril as mencintai hamba tersebut karena Allah Ta`ala dan mengumumkannya, sehingga seluruh para malaikat ikut mencintainya.

Wallahu`alam

Allahumma shalli alaa Ruuhi Sayyidina Muhammadin fil arwah, wa ‘ala Jasadihi fil jasad, wa ‘ala Qabrihi fil qubuur

Kamis, 05 November 2015

KHALWAT THARIQAH ALAWIYYAH

Habib Munzir Almusawa - Khalwat

mengenai khalwat, ia adalah membersihkan hati dari dosa dan memperbanyak mengingat Allah swt daripada makhluk, khalwat adalah menyendiri, pada thariqah alawiyyah khalwat bisa dilakukan beberapa saat setiap harinya, bisa dilakukan dirumah atau dikamar anda sendiri asal anda sendiri, dan anda beribadah dan bertafakkur akan kemuliaan Allah swt, jika hati terasa gundah maka keluarlah bergaul.

didalam thariqah alawiyah juga diajarkan khalwat ditengah orang ramai, hal ini sunnah Rasul saw juga, yaitu kita bergaul dg teman, keluarga, bekerja, dll, namun hati kita terus kita perjuangkan untuk bersama Allah, inilah khalwat terluhur yg banyak thariqah lain tak memiliki dan mengamalkannya, mereka hanya tahu khalwat adalah semedi, yaitu menyendiri beberapa hari atau bahkan berbulan bulan dari pergaulan orang banyak.

namun guru guru besar Thariqah alawiyah mengajarkan khalwat nabawiy, yaitu lebih mudah karena sesekali menyendiri dan bertafakkur meninggalkan pergaulan karena Allah, dan juga tetap bergaul dg orang namun hati terus berjuang untuk berdzikir dan mengingat Allah, hal ini sangat mudah dan bisa dilakukan siapa saja,

sebab khalwat dg waktu berhari hari bisa didatangi jin penggoda atau syaitan yg memberikan seakan ilham atau pemikiran yg keluar dari syariah islam walau masuk akal.

tejadi seorang pemuda berkhalwat berbulan bulan meninggalkan pergaulan, hingga karena banyaknya ibadah ia semakin benci pada iblis, tentunya hal yg baik, maka ia terus berdoa utk berjumpa dg iblis, walau imannya menolak namun nafsunya mengalahkannya untuk hanya berhajat ingin jumpa dg iblis,

subhanallah, adakah hajat lain?, ia ibadah banyak fokus hanya agar diperjumpakan dg iblis, maka suatu malam iblis datang padanya dan berkata : aku iblis, mau apa kau ingin jumpa denganku?, pemuda itu menjawab : aku ingin jumpa denganmu untuk melaknatmu, karena kaulah biang perusak orang..
maka iblis berkata, aku terima laknatmu, adakah kau minta sesuatu padaku?
maka pemuda itu menjawab aku tidak butuh apapun darimu..!, aku hanya puas sekarang telah melaknatmu..!!, aku akan meneruskan ibadahku.

lalu iblis berbalik pergi dan berkata, kau pemuda hebat, tak tergoda denganku, padahal ribuan orang shalih terkena jebakanku, aku sangat salut padamu, patuh beribadah pada Allah dan menyendiri, padahal usiamu masih 60 tahun lagi.
lalu iblis menghilang.

pemuda itu meneruskan ibadahnya, namun mulai berfikir, usiaku masih 60 tahun lagi..??, kalau begitu lebih baik aku keluar dan bermaksiat paling tidak 10 tahun, aku rindu keduniawian yg sudah kutinggalkan, lalu aku masih punya wakty 50 tahun untuk ibadah dan tobat.

maka ia keluar dan meninggalkan khalwatnya, mabuk, berzina, dan berbuat macam macam maksiat, dan esoknya ia wafat.

demikianlah jahatnya tipuan iblis, dan hal ilham ilham aneh spt itu sering muncul dalam kesendirian/khakwat yg lama.

Thariqah alawiyyah mengajarkan i;tikaf di masjid, duduk diantara oirang orang yg tidak kita kenal, merenung dan melihat mereka dan bertafakkur.

dan khalwat yg paling berat adalah khalwat ditengah orang banyak, namun tidak terlalu sulit jika kita bersemangat, yaitu terus tafakkur, melihat kejadian dihadapan kita seakan kita bukan dari kelompok mereka, seakan kita sudah mati dan hanya ruh saja, melihat orang yg berkelahi sebab masalah kecil, melihat orang lain didholimi, melihat orang terkena musibah, melihat orang kaya yg kikir, dan hati terus berdoa utk semua, mendoalan yg terkena musibah, mendoakan semua yg kita lihat,

hingga ia akan mencapai derajat yg sangat tinggi yaitu sejiwa dg Nabi saw, satu tujuan dg Nabi saw, satu cita cita dg Rasulullah saw, yaitu yg selalu berdoa, berjalan dijalanan misalnya, maka jiwa kita merintih wahai Allah ampuni semua orang yg melintasi jalan ini, beri mereka hidayah, maafkan kesalahn mereka dan bantu keadaan mereka dunia dan akhirat,

hal ini akan semakin tinggi dan tinggi, sehingga setiap nafasnya terus mendoakan seluruh ummat Muhammad saw, yg sakit agar diberi kesembuhan, yg dimurkai dan berdosa agar dimaafkan dan diampuni, yg terkena jebakan narkotika, zina, judi dan dosa lainnya agar diberi hidayah,

dan alam sanubarinya menjadi satu cita cita dg Nabi saw, maka ia menjadi Rahmat bagi alam sekitarnya tanpa orang lain mengetahui kemuliaannya, dan ia terus meminta doa dan bimbingan dari para shalihin, terus merendahkan hati dan merasa dirinyalah yg paling hina di dunia, maka merekalah kekasih kekasih Allah,

demikian sekilas mengenai thariqah alawiyah saudaraku, mungkin anda bertemu mereka tampaknya mereka biasa saja, bercanda, atau tidak terlihat orang yg khusyu, namun hatinya penuh cahaya, sebagaimana ucapan syeikh ahmad al alawiy, ia berkata : mereka melihat kami duduk duduk bercakap cakap dg mereka, padahal hati kami tak bersama mereka, hati kami berada di puncak puncak tertinggi.

mereka belajar semnampunya, mereka mengajar semampunya, dan mereka mengamalkan sunnah Nabi saw semampunya,

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita

Rabu, 04 November 2015

Tentang Mufaddhal

 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله 
Tentang Mufaddhal   
Biografi Ringkas Mufaddhal bin Umar             
Nama: Mufaddhal, 
Nama ayah: Umar 
Julukan: Abu Muhammad atau Abu 'Abdillah,[1] 
Tempat lahir: Akhir kurun pertama atau permulaan kurun kedua Hijriyah di kota Kufah.[2]         
Mufaddhal adalah salah seorang sahabat yang terhormat dan memiliki kedudukan yang mulia di sisi Imam Shadiq As dan Imam Kazhim As[3], ia menduduki kedudukan yang agung dan tinggi serta merupakan salah satu sahabat khusus Imam alaihimussalam.[4]         
Pada masa Imam Shadiq As dan Imam Kazhim As, Mufaddhal mendapat kepercayaan untuk menjadi wakil beliau-beliau di Kufah, demikian juga dia mendapatkan tugas dari Imam Shadiq As untuk memegang harta beliau dan juga mempunyai izin untuk mengambilnya dari tangan rakyat, ia teguh dan istiqomah dalam mengamalkan amar makruf dan nahi munkar, senantiasa mendamaikan dan memperbaiki perbedaan yang terjadi di antara masyarakat.[5] Dalam kitab Ushul Kâfi terdapat sebuah hikayat nyata yang sangat menarik untuk disampaikan, akan tetapi karena keadaan tertentu sehingga membuat kami tidak mempunyai kesempatan untuk menyampaikannya.[6]   
Kedudukan Tinggi Mufaddhal dalam Riwayat         
Riwayat merupakan argumentasi paling mendasar yang dapat digunakan untuk membuktikan keotentikan[7] bagi keagungan sosok Mufaddhal. Dan terdapat begitu banyak riwayat yang langsung berasal dari para Imam alaihimussalam yang mengetengahkan dan menyebutkan tentang ketinggian kedudukan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh sosok agung Islam ini. 
Karena keterbatasan ruang dan waktu, kami hanya akan menyinggung sebagian dari riwayat-riwayat tersebut, antara lain:   
1.     Syaikh Mufid dengan sanad sahih dari Imam Shadiq As, menukilkan, "Wahai Mufaddhal, aku bersumpah kepada Allah, aku menyukaimu dan menyukai sahabat-sahabatmu. Wahai Mufaddhal, jika seluruh sahabatku mengetahui apa yang engkau ketahui, maka tidak akan pernah terjadi sedikit pun perbedaan di antara dua orang Syiah."[8] 
2.     Muhammad bin Sinan[9] mengatakan, "Ketika aku tengah menghadap Imam Khadim As, aku melihat putra beliau 'Ali bin Musa as berada di dekatnya. Imam Khadim As bersabda kepadaku, "Wahai Muhammad!" Aku menjawab, "Silahkan wahai putra Rasul", beliau melanjutkan, "Wahai Muhammad! Mufaddhal adalah sahabat yang dekat, sedarah dan memberiku ketenangan, demikian juga engkau adalah sedarah dan memberi ketenangan bagi mereka berdua (Imam Ridha As dan Imam Jawad As)."[10] 
3.     Kulainy Ra, dalam kitabnya yang sangat berharganya al-Kafi, dengan beberapa perantara menukilkan dari Ibnu Sinan dan Mufaddhal yang berkata, "Imam Shadiq As bersabda, Jika kalian menemukan pertengkaran di antara dua orang Syiah, maka damaikanlah mereka dengan hartaku."[11] 
4.     Yunus bin Ya'kub berkata, "Imam Shadiq As memerintahku supaya aku pergi ke tempat Mufaddhal dan menyampaikan ungkapan bela sungkawa atas wafatnya Ismail As Pada saat itu Imam As bersabda, "Sampaikan salamku kepada Mufdhadhal dan katakan bahwa kami telah tertimpa musibah dengan wafatnya Ismail As dan kami bersabar, dan engkau sebagaimana kami, bersabarlah dalam musibah ini. Kami menginginkan sesuatu akan tetapi Tuhan menghendaki yang lain, dan kami telah pasrah dengan perintah Tuhan Yang Kuasa."[12] Ayatullah Khui Ra menanggapi  hadis ini dalam kitabnya Mu'jam Rijal al-Hadis dengan mengatakan, "Riwayat ini menunjukkan kecintaan mendalam Imam Shadiq As kepada Mufaddhal bin Umar, dan riwayat ini sahih."[13] 
5.     Faidh bin Mukhtar[14] mengatakan, "Aku mengatakan kepada Imam Shadiq As, aku pertaruhkan nyawaku padamu wahai Putra Rasul, ketika berada di tengah-tengah para cendekiawan Kufah, aku senantiasa merasa ragu dan bimbang karena melihat perbedaan-perbedaan penafsiran tentang akidah dan ketuhanan di antara mereka, akan tetapi ketika berada di dekat Mufaddhal bin Umar, dia senantiasa akan memberi penjelasan kepadaku sehingga aku menjadi tenang karenanya. Imam Shadiq As bersabda, "Benar wahai Faidh. Demikianlah hakikat yang ada,"[15] 
6.     Hisyam bin Ahmad berkata, "Pada suatu hari yang panas menyengat aku mendekati Imam Shadiq as yang tengah berada di kebunnya dengan keringat bercucuran di dada mulianya, aku bertanya tentang Mufaddhal bin Umar kepada beliau, dan bersabda, "Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, Mufaddhal bin Umar adalah laki-laki yang sangat baik dan mulia", Imam Shadiq As mengulang-ulang perkataan ini, hingga aku perkirakan mencapai hitungan tigapuluh sekian kali."[16] Sebenarnya, satu hadis-pun telah cukup untuk menunjukkan keagungan dan kedudukan yang tinggi dan mulia dari sosok Islam yang jarang ditemukan ini.   
Kedudukan Mufaddhal dalam Pandangan para Ulama Islam         
Para ulama ilmu rijal, biografi, fuqaha-fuqaha besar dan para muhadis-muhadis ternama, banyak yang mengisyaratkan bahwa Mufaddhal telah mencapai kedudukan yang sangat agung dan mulia. Dan di sini kami hanya akan mengutarakan sebagian kecil dari pandangan-pandangan mereka tersebut, antara lain:   
1.       Syaikh Saduq Ra Ia menyertakan hadis pada beberapa tempat dalam kitab-kitab magnum opus-nya dimana Mufaddhal berada dalam rangkaian hadis-hadis tersebut. Karena tujuan Syaikh Shaduq  terutama dalam kitab Kitab man la yahdhuru al-Faqih adalah hanya membahas hadis-hadis otentik, pada sisi lain Syaikh Shaduq berkali-kali menggunakan hadis-hadis Mufaddhal, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Syaikh Saduq, Mufaddhal mempunyai kedudukan dan keotentikan yang tinggi.[17] 
2.       Muhammad bin Ya'kub Kulaini Kulaini, dalam kitab terkenalnya al-Kafi, berkali-kali  pula mencantumkan hadist-hadis dimana Mufaddhal sebagai perawinya, terutama riwayat Yunus bin Ya'kub[18], hal ini menunjukkan kejelasan argumen atas ketinggian mAgham dan kedudukan agung Mufaddhal.
3.       Syaikh Mufid Ra tentang Mufaddhal mengatakan, "Mufaddhal merupakan salah satu sahabat yang menukilkan teks keimamahan Imam Musa Kazhim As dari ayahnya Imam Shadiq As. Ia merupakan salah satu sahabat khusus dan memiliki ketinggian mAgham di sisi Imam Shadiq As dan merupakan salah seorang fukaha shaleh yang sangat dipercaya."[19] 
4.       Syaikh Thusi Ra juga menyepakati bahwa Mufaddhal bin Umar Ja'fy merupakan salah satu sahabat Imam Shadiq As dan Imam Kazhim As.[20] Syaikh Thusi dalam kitab al-Ghaibah-nya menulis, "Dia merupakan salah satu sahabat hakiki para Imam alaihimussalam yang sangat dipercaya dan senantiasa menjadi penyampai pesan-pesan suci mereka."[21] Salah satu ulama besar Islam ketika menjelaskan salah satu hadis Syaikh Thusi Ra yang dinukilkan oleh Mufaddhal, mengatakan, "Perkataan Syaikh Thusi ini merupakan argumentasi yang jelas dan pasti bahwa Syaikh mempunyai kepercayaan pada Mufaddhal dan periwayatan hadis-nya tidak lemah di sisinya"[22] 
5.       Ibnu Syahr Aasyub Ra mengangapnya sebagai salah satu sahabat khusus Imam Shadiq As.[23] 
6.       Sayyid bin Thawus Ra, tentang kitab Mufaddhal mengatakan, "Salah satu dari adab-adab musafir (orang yang melakukan perjalanan-pent) adalah membawa kitab Tauhid Mufaddhal yang dinukilkannya dari Imam Shadiq As dan memuat tentang pengenalan hikmah, makrifat dan rahasia-rahasia terpendam dalam penciptaan alam ini."[24] Kepada anaknya, Sayyid juga mengatakan, "Berfikir dan lakukan kontemplasi tentang Nahjul Balaghah dengan rahasia-rahasia yang ada di dalamnya dan juga kitab Tauhid Mufaddhal bin Umar yang berisi tentang rahasia dan hikmah penciptaan Tuhan yang didiktekan oleh Imam Shadiq As."[25] 
7.       Allamah Majlisi ra dikarenakan kesepakatannya akan kemuliaan dua hadis[26], maka Allamah mengutarakan keduanya secara komplit pada jilid ketiga dari kitab magnum opus-nya Biharul Anwar, yang dilengkapi dengan penjelasan dan penafsiran pada beberapa tempat. Pada awal pencantuman kedua hadis tersebut Allamah berkata, "Jika Tauhid Mufaddhal dan risalah Hilaliyah yang telah diriwayatkan dari Imam Shadiq as dianggap sebagai hadis-hadis yang mursal[27], maka hal ini tidak bermasalah, karena ketersambungan kedua hadis ini kepada Mufaddhal telah masyhur di kalangan ulama yang dipertegas pula oleh Sayyid bin Tawuus dan selainnya. Demikian juga, jika menganggap Mufaddhal bin Umar dan Muhammad bin Sinan sebagai perawi yang lemah, maka hal inipun tidak bermasalah, karena kita tidak menerima kelemahan tersebut, karena dalam banyak riwayat telah dibuktikan tentang ketinggian mAgham dan kedudukan keduanya. Disamping itu adanya dua teks pemberitaan tersebut merupakan saksi atas kebenaran berita tersebut dan juga teks-teks jenis ini tidak membutuhkan kebenaran berita."[28] 
8.       Allamah Sayyid Sadruddin Amili ra[29] mengatakan, "Seseorang yang memperhatikan hadis masyhur Mufaddhal dari Imam Shadiq as dengan cermat akan menemukan bahwa Imam as tidak akan mengutarakan perkataan yang jelas, penuh makna dan kata-kata yang asing[30] ini selain kepada laki-laki yang agung, memiliki kedudukan mulia, cendekia, cerdas dan layak mengemban rahasia yang detil dan menakjubkan seperti ini."[31] 
9.       Ahli hadis agung Islam, Haji Syaikh 'Abas Qummy ra, meskipun dalam kitab terkenal-nya Safinatul Bihar, Syaikh mencantumkan beberapa pendapat yang berbeda namun sepertinya dia tidak mengutarakan pendapatnya sendiri, akan tetapi dalam kitab Muntah Al-Âmal ketika membicarakan tentang sahabat-sahabat Imam Musa Kazhim As, Syaikh Qummy membahas tentang Mufaddhal secara panjang lebar dan ketika memuji lelaki agung ini, mengatakan, "Dari kitab Syaikh bisa diketahui bahwa ia adalah bagian dari pengikut setia para Imam alaihimussalam, orang yang paling dekat dan dipercaya oleh beliau, kitab ini juga menunjukkan atas keagungan dan kepercayaannya, ia adalah wakil Imam Shadiq as dan Imam Kazhim as, dan Kaf'ami[32] menganggapnya sebagai pelindung setia para Imam alaihimussalam.[33] Kemudian Syaikh Qummy ra menyiratkan beberapa hadis[34] yang berisi tentang keutamaan-keutamaan Mufaddhal, dan pada penutup kitab, beliau juga mengetengahkan tentang hadis-hadis yang menolak Mufaddhal juga tentang kelemahan Mufaddhal dalam pandangan beberapa ulama, yang insyaallah akan kami utarakan pada akhir bagian. 
10.  Syaikh Agha Buzurg Tehrani, dalam kitabnya menulis tentang keutamaan Mufaddhal sebagai berikut, "Kitab ini berasal dari Abu Abdillah atau Abu Muhammad, Mufaddhal bin Umar Ja'fi Kufi. Najasi dalam kitab Rijal-nya menamakan kitab Tauhid ini dengan kitab Fakkir (Berfikirlah) dan salah satu ulama menamakannya Kanzul Haqâiq wal Ma'ârif (gudang hakikat dan makrifat-makrifat). Sayyed bin Thawuus dalam kitabnya Aman al-Ikhthâr dan Kashf al-Muhajjah memerintahkan untuk membawa kitab ini dan mempelajarinya … demikian juga, dikarenakan kemuliaan dan ketinggian dua kitab ini[35], almarhum Majlisi menulis keduanya dalam Bihârul Anwâr.[36]"[37] Pemilik kitab Mustadrak termasuk salah satu ulama yang mempertahankan kedudukan tinggi Mufaddhal dan menjawab sebagian keraguan dalam riwayat.[38] 11.  Ayatullah Khui Ra, mufassir, faqih dan salah satu tokoh rijal yang ternama, tentang sosok Mufaddhal mengatakan, "Untuk membuktikan ketinggian dan keagungan kedudukan Mufaddhal cukup dengan mengatakan bahwa Imam Shadiq As telah memberikan perhatian semacam ini dan mendiktekan kitab terkenal Tauhid Mufaddhal[39] kepadanya. Kitab ini adalah apa yang dinamakan oleh Najashi sebagai kitab Fakkir (Berfikirlah). Hal ini dengan sendirinya merupakan argumentasi yang jelas bahwa Mufaddhhal merupakan salah satu sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Imam Shadiq As. Selain hal ini, Ibnu Quluwiyah dan Syaikh Mufid Ra menegaskan pula tentang sosoknya yang sangat dipercaya, dan Syaikh Mufid menganggapnya sebagai salah satu dari penulis yang terpuji."[40]   

Jawaban untuk Sebuah Keraguan         
Setelah menyajikan pandangan-pandangan di atas maka harus kami jelaskan bahwa jika benar bahwa Mufaddhal adalah salah satu dari sahabat, penjaga, pengikut, pembawa dan penyimpan rahasia para Imam alaihimussalam, dan secara ringkas ia mempunyai kedudukan dan tingkatan yang khusus, mulia dan, tinggi, lantas kenapa masih juga ada riwayat yang menolaknya[41], dan sebagian lagi bahkan menganggapnya sebagai orang yang lemah iman, fasik dan …?         
Jawaban benar dan pasti atas pertanyaan tersebut dapat didapatkan ketika kita mengetahui situasi dan kondisi yang ada pada masa Imam Shadiq as dengan tekanan-tekanan yang dilakukan oleh penguasa zalim Abbasiah.         Dikarenakan tekanan-tekanan keras yang dilakukan oleh pihak kerajaan Bani Abas kepada Imam as dan sahabat-sahabatnya-lah sehingga taqiyyah[42] merupakan salah satu perbuatan yang sangat umum dilakukan oleh semua sahabat Imam pada masa itu. Kadangkala Imam As terpaksa harus menuduh sahabat terdekatnya untuk menyelamatkannya dari kematian dan inilah yang menjadi kunci rahasia hingga muncul hadis-hadis yang mencela sebagian sahabat, sementara keadilan dan kepercayaan kepada mereka tidak diragukan lagi. Mufaddhal-pun termasuk dalam kelompok sahabat ini dimana hadis-hadis yang menolaknya harus dianggap sebagai sebuah taqiyyah.         

Kepada 'Abdullah bin Zurarah bin A'yan, Imam Shadiq As bersabda, "Sampaikan salamku kepada ayahmu dan katakan, jika aku mengatakan sesuatu yang bertentangan denganmu ketahuilah bahwa hal itu aku lakukan untuk melindungimu. Rakyat dan para musuh senantiasa berusaha untuk mengganggu orang-orang yang dekat dan memiliki kedudukan di sisi kami. Mereka akan menyiksa dan membunuh sahabat-sahabat kami ini karena kecintaan dan kedekatan kami kepada mereka. Sebaliknya mereka akan memuji orang-orang yang kami cela dan kami ejek. Katakan kepada ayahmu, jika secara lahiriah aku mencela dan menolaknya, hal ini karena engkau telah mengenal wilayah dan keimamahan kami dan semua mengetahui bahwa engkau senantiasa mengikuti kami, oleh karena itulah sehingga di mata rakyat engkau tercela dan tidak diterima, maka aku mencela dan menolakmu secara lahiriah karena aku ingin engkau dicintai rakyat, dengan demikian hal ini tidak akan membahayakan agamamu dan mereka tidak lagi berbuat kejahatan-kejahatan atasmu."[43]         Tentang hal ini Syaikh Abbas Qumy Ra mengatakan, "Akan tetapi riwayat yang memfitnah Mufaddhal tidak bisa dibandingkan dengan berita-berita yang memujinya. Syaikh kita, pada akhir kitab Mustadrak meluaskan pembahasannya dalam menjelaskan tentang keadaan Mufaddhal dan menjawab riwayat-riwayat yang mencelanya dan seseorang yang merujuk pada kitab Tauhid Mufaddhal yang disabdakan oleh Imam Shadiq As kepadanya, pasti akan mengetahui bahwa Mufaddhal adalah sahabat yang mempunyai kedudukan tinggi dan agung di sisi Imam dan mampu mengemban ilmu dan makrifat beliau."[44]         Setelah melakukan studi-analisa pada hadis-hadis yang mencela dan memfitnah Mufaddhal serta mengevaluasi perkataan-perkataan para ulama rijal, pengarang Mu'jam al-Rijal, pada akhir bahasan menyimpulkan demikian (penukilan isi), "Begitu banyak riwayat yang menyebutkan tentang ketinggian dan keagungan mAgham Mufaddhal dan ilmunya yang mendetail dalam bentuk hadis-hadis tersebut biasanya berasal dari Imam Maksum As. Meskipun terdapat pula beberapa hadis yang mencela dan menolaknya, akan tetapi harus dikatakan bahwa di antara hadis-hadis tersebut hanya terdapat 3 hadis yang mempunyai sanad sempurna dan hadis-hadis yang sedikit ini tidak bisa dibandingkan dengan hadis-hadis otentik yang ada. Demikian juga, hukum yang harus kita keluarkan untuk hadis-hadis ini harus sebagaimana hukum pada hadis-hadis yang tertolak (Zurarah bin A'yan) sebagaimana yang telah kami singgung sebelumnya[45] dan kedudukan sebenarnya tentang hadis-hadis ini kita serahkan saja pada ahlinya."[46]      

Kitab Tauhid Mufaddhal         
Setelah setetes air dari samudera keutamaan Mufaddhal selesai kita bahas, kini kami akan mengetengahkan point-point penting yang terdapat dalam kitabnya.        
Imam Shadiq as mendiktekan hadis panjang ini kepada Mufaddhal dalam 4 hari dan 4 kali pertemuan, dimana tema untuk setiap kali pertemuan dapat diringkas sebagai berikut:   
Pertemuan Pertama, tentang keajaiban-keajaiban penciptaan manusia. Pertemuan kedua, tentang keajaiban-keajaiban penciptaan binatang. 
Pertemuan ketiga, tentang keajaiban-keajaiban penciptaan alam. 
Pertemuan keempat, tentang kemalangan dan perubahan-perubahan. 

  Kemiripan Tauhid Mufaddhal dengan al-Quran         
Metodologi yang digunakan oleh al-Quran adalah mengajak manusia untuk berfikir dan bertadabbur tentang eksistensi-eksistensi dan maujud-maujud termasuk manusia sendiri. Dengan sebuah pandangan global kita akan menemukan bahwa al-Quran berkali-kali mengajak manusia untuk berfikir dan mengamati segala sesuatu yang mempunyai keterkaitan dengan manusia sepanjang hari, setiap jam dan bahkan setiap saat.          
Al-Quran memberikan semangat kepada manusia untuk mengamati binatang, langit, gunung-gunung dan bumi. Apakah manusia tidak memperhatikan semua hal tersebut? Jawabannya adalah Ya, tentu saja mereka melihat! Akan tetapi mereka tidak memahami dan tidak berkontemplasi tentangnya. jika manusia memandang fenomena-fenomena lahiriah ini dengan berfikir, maka mereka akan menemukan keajaiban-keajaiban yang terdapat di seluruh elemen-elemen penciptaan. Imam Shadiq As yang merupakan “al-Quran berjalan dan berbicara”, mengajak manusia untuk lebih memperhatikan dan memahami keberadaan hakikat gunung, sahara, samudera, langit, bumi, hewan, manusia, burung, dan …         
Keteraturan, keseimbangan, hikmah, dan keharmonisan yang terdapat dalam seluruh benda merupakan perkara yang sangat membingungkan akal-pikiran manusia. Di alam keberadaan ini, seluruh elemen mulai dari bintang yang paling jauh hingga benda yang paling senantiasa mempunyai hikmah yang mengagumkan. Akan tetapi, karena manusia mengenal alam keberadaan ini secara bertahap, maka baginya semuanya merupakan suatu hal yang alami dan biasa-biasa saja. Manusia tidak mengenal apapun ketika lahir ke dunia[47], lama-kelamaan dia akan tumbuh berkembang kemudian mulai mengenal dirinya, akan tetapi pengenalan ini sebegitu lamban berproses sehingga tidak terasa sama sekali. Andai saja sejak awal kelahirannya, manusia mempunyai pemahaman yang tinggi dan memasuki alam keberadaan ini secara mendadak, maka keheranan dan ketakjuban akan menjadi penghalang kehidupan normal mereka.         

Para pembaca yang budiman, janganlah menyepelekan dan menganggap ringan perkataan Imam As, karena inilah jalan keselamatan, dengan berfikir dan melakukan kontemplasi dalam keteraturan dan hikmah yang menyelimuti seluruh alam ini, kita akan bisa mencapai makrifat Ilahi dan awal penciptaan. Imam as mengajak Mufaddhal dan seluruh manusia untuk merenung secara vertikal dan horisontal, karena disitulah terdapat tanda dan jejak-jejak kekuasaan Ilahi yang bisa disaksikan. Al-Quran al Karim berfirman: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"  (Qs. Fushilat:53)         
Dengan demikian, merenungi perkataan Imam Shadiq As akan membawa manusia ke arah hakikat sehingga manusia akan menemukan wujud Tuhan di seluruh realitas eksistensi. Pada akhir ayat di atas Allah berfirman: "Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. Fushilat:53)         
Manusia harus terbiasa untuk senantiasa bertafakkur dan merenungi segala sesuatu. Jika manusia memiliki pandangan yang tajam, maka sebagaimana perkataan Amirul Mukminin Ali As, segala sesuatu mengandung hikmah dan pelajaran.         
Maka, tidaklah tanpa tujuan jika dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa satu jam tafakkur dan berfikir lebih baik dari tujuh puluh tahun ibadah.[48] Karena tafakkur dan berfikir akan membawa manusia ke arah makrifat Tuhan. Kadangkala manusia mengetahui sesuatu, akan tetapi dengan mengetahui saja tidaklah cukup, harus senantiasa ada perenungan dari pengetahuan yang dimiliki. Imam Shadiq As pada kitab ini juga, berkali-kali bersabda kepada Mufaddhal, "Innaka tara…." (sesungguhnya engkau akan melihat …". Sebenarnya, jika Mufaddhal telah "mengetahui" dan lebih tinggi lagi telah "melihat", lalu apa yang dikehendaki Imam As darinya? Imam hanya menginginkan Mufaddhal melakukan perenungan dan mengambil pelajaran, oleh karena itu, beliau senantiasa bersabda, "Wahai Mufaddhal, berfikirlah secara mendalam …, dan belajarlah dari …."         
Kita mengetahui bahwa ketika kayu diceburkan ke air, maka dia akan tetap mengapung di atas air, dalam pandangan kita hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan tidak ada yang menakjubkan, akan tetapi Imam Shadiq as bersabda, "Berfikirlah pada masalah ini, kewajaran sebuah persoalan tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak berfikir tentangnya, karena dengan berfikir pada masalah-masalah yang secara lahiriah sederhana, akan mampu membawa manusia kepada persoalan yang sangat besar."         
Kita telah berkali-kali menyaksikan jatuhnya buah apel dari pohon, sebuah hal yang wajar, akan tetapi kenapa hanya Newton saja yang mempersoalkan jatuhnya buah apel ke atas bumi dan mengutarakan begitu banyak pertanyaan, sehingga kemudian menemukan sebuah hukum ilmiah yang begitu besar dan sangat terkenal (yaitu daya tarik bumi)?" Hal ini karena persoalan yang sederhana itu tidak menyebabkan berhentinya proses berfikir. Kita harus senantiasa berfikir dan merenungi seluruh elemen yang ada di alam ini.         Kebanyakan manusia akan menggumamkan keagungan Pencipta ketika menyaksikan realitas-realitas menakjubkan semacam gugusan bintang, langit, pesawat, perjalanan manusia ke planet lain, pecahnya atom dan persoalan-persoalan luar biasa lainnya, padahal keagungan dan kepengaturan Tuhan berada dimana saja, dan inilah yang diajarkan oleh Imam Shadiq As kepada Mufaddhal dalam kitab yang sangat berharga ini. "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar." (Qs. Fushilat:53)   

Mukjizat Perkataan Imam Shadiq As         
Mukjizat merupakan sebuah perbuatan yang orang lain tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Biasanya ketika seseorang diminta untuk menyebutkan mukjizat yang dimiliki oleh para Imam alaihimussalam, dengan cepat mereka akan berfikir ke arah menghidupkan orang mati, mengubah arah perjalanan matahari, menjinakkan binatang liar, memberi syafaat pada orang sakit yang tak bisa disembuhkan dan lain-lain. Padahal Nahjul Balâghah dan Sahifah Sajjâdiyah adalah mukjizat, demikian juga kitab Tauhid Mufaddhal pun adalah sebuah mukjizat yang mengandung perkataan-perkataan hikmah, makrifat tertinggi atau prediksi masa depan. Imam Shadiq As mempunyai pengetahuan sempurna dalam filsafat dan rahasia penciptaan, dan beliau menyampaikan pelajaran ini dalam bentuk filsafat Ilahi, Teologi, ilmu Kedokteran, ilmu Kimia, ilmu Anatomi, ilmu Pertanian (Agrikultur), Perkebunan (Hortikultur). Dan dengan satu kalimat dapat dikatakan bahwa Imam as merupakan "Sosok yang mengetahui semua rahasia alam dan memahami seluruh fenomena-fenomena yang terletak di antara langit dan bumi"[49]. Dan inilah mukjizat itu. Sebenarnya, adakah mukjizat yang lebih tinggi dari ini?         Tak bisa dipungkiri, jika aspek kemukjizatan yang terdapat pada seluruh mukjizat lainnya tidak banyak membutuhkan pemikiran dan pemahaman, maka dalam kitab ini yang ada adalah sebaliknya, di antaranya: 
1.          Ketika Imam as membicarakan tentang keajaiban penciptaan ikan, beliau bersabda, "Ikan mengambil air dari mulut dan mengeluarkannya dari kedua telinganya sehingga hewan-hewan lainnya bisa mengambil manfaat darinya." Perkataan ini menjelaskan tentang kebutuhan ikan terhadap oksigen, hal ini baru ditemukan beberapa kurun setelahnya. 
2.          Ketika membicarakan tentang bintang dan gerakannya, Imam As mengungkapkan adanya dua gerakan untuk setiap bintang, yang kemudian hal ini beliau umpamakan dengan dua gerakan yang dilakukan oleh semut di atas batu penghalus tepung, dimana batu bergerak ke arah kiri dan semut bergerak ke arah kanan. Dalam keadaan seperti ini, batu penghalus tepung akan bergerak ke arah kiri dan semut, meskipun dia bergerak bersama batu, diapun akan melakukan gerakannya sendiri yang berlawanan dengan gerakan batu. Dari perkataan dan perumpamaan yang disampaikan oleh Imam As, kita bisa menyimpulkan adanya “gerakan tetap” dan “gerakan perpindahan” serta “tujuan gerakan bintang”. Tentunya pada bagian ini Imam as banyak membahas bagian-bagian lain secara mendetail dan jika saja para cendekiawan dari setiap disiplin keilmuan berkumpul untuk melakukan pembahasan bersama, tanpa ragu lagi mereka akan menemukan puluhan bahkan ratusan hukum-hukum alam yang selama ini belum ditemukan. Akan tetapi dengan menyepelekan perkataan para Imam Maksum alaihimussalam manusia telah menganiaya diri mereka sendiri. 
3.          Dalam pembahasan mengenai udara, Imam as menyebutkan bahwa udara merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya gelombang suara. Pada era kita telah terbukti bahwa pada tempat yang hampa udara sama sekali tidak akan terjadi gerakan gelombang suara, demikian juga adanya  komposisi dan kematerian udara,  bisa difahami dari perkataan Imam as, padahal pada masa itu masyarakat sama sekali belum mengenal dan mengetahui tentang komposisi udara serta kemateriannya. 
4.          Gerakan dan bentuk bulat-nya bumi bisa difahami dari salah satu ibarat yang dikemukakan oleh Imam As, beliau bersabda, matahari telah diciptakan sedemikian sehingga terbit dari arah timur dan teranglah segala sesuatu yang berhadap-hadapan dengannya dari arah barat.           
Dasar pembahasan kita terutama pada kalimat “teranglah segala sesuatu yang berhadap-hadapan dengannya dari arah barat”, tentang kenapa Imam As tidak bersabda “matahari menerangi segala sesuatu”, hal ini dikarenakan beliau ingin menunjukkan bahwa cahaya matahari sampai ke seluruh permukaan bumi karena adanya perputaran bumi. Pada tempat lain, ketika mengutarakan tentang terbenamnya matahari, diantaranya bersabda, "Dan terbenam sehingga menyinari pada tempat dimana pada awal subuh tidak tersinari". Sebuah ibarat yang sangat menakjubkan. Dengan memperhatian secara lebih seksama, Anda akan menemukan bahwa dalam kalimat ini terkandung adanya pemahaman tentang kebulatan bumi dan gerakannya.         
Pada tempat yang lain bersabda, "Dan matahari menyinari bumi sehingga setiap bagian bumi mengambil bagian dari cahayanya."  Kalimat ini pun menjelaskan tentang kebulatan bumi dan gerakannya, karena dalam ungkapan Imam As kata "qesth" (pembayaran) yang kami terjemahkan dengan "nasîb" (bagian), dan "qesth" menjelaskan tentang keharmonian nisbi yang hanya benar ketika bentuk bumi adalah bulat. Walhasil, keseluruhan kitab dipenuhi oleh keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia segala sesuatu; dan yang harus kita lakukan hanyalah berfikir dan bertafakkur tentangnya untuk meyakini adanya Pencipta Yang Maha Agung dan Tinggi.   

Menghapus Sebuah Keraguan         
Bisa jadi seseorang menyangka bahwa salah satu ungkapan  yang barus saja selesai ia baca, adalah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan inovasi saat ini. Mereka yang memiliki pendapat seperti ini harus memperhatikan beberapa point berikut:   
1.    Pengetahuan manusia sangatlah sedikit dan terbatas, Allah berfirman: "… Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Qs. al-Israa: 85) Oleh karena itu, manusia tidak seharusnya menyepelekan cahaya dan pengetahuan Ilahi dari setiap perkataan Imam Maksum as, karena pengetahuan kita hanyalah sedikit dan kita belum mampu mencapai posisi yang sangat agung, dengan ibarat lain tolok ukur ilmu sebenarnya adalah ilmu yang dimiliki oleh Imam As, bukannya ilmu yang kita miliki. jika kita tidak menyetujui point ini maka harus diketahui bahwa kita belum sampai pada rahasia dan hakikat pengetahuan Imam As. 
2.    Pada masa-masa sebelumnya, banyak sekali perkataan-perkataan Imam Shadiq As yang kelihatan aneh dan asing, akan tetapi dengan adanya penemuan-penemuan baru, hakikat-hakikat yang sebelumnya diutarakan oleh Imam As saat ini telah menjadi jelas. Bisa jadi pula, saat ini hakikat tersebut belum mampu terungkap secara menyeluruh, akan tetapi generasi mendatang dengan adanya inovasi dan pengetahuan yang semakin berkembang, akan mampu menggali lebih dalam hakikat-hakikat yang semula tersembunyi menjadi nampak dengan jelas. 
3.    jika muncul keraguan terhadap ungkapan-ungkapan Imam As maka solusinya adalah bertanya kepada para ulama dan cendekiawan Islam, karena kadangkala kata yang terdapat dalam ungkapan Imam As harus diinterpretasikan terlebih dahulu untuk menemukan rahasia yang tersimpan di dalamnya. Bisa jadi pada tahapan awal kata tersebut tidak memiliki makna khas, akan tetapi ketika maknanya diintepretasikan dan dikaitkan dengan kondisi zaman pada saat itu, mungkin saja kita akan menemukan pengetahuan yang luar biasa. Pada tempat lain Imam As mengungkapkan tentang keajaiban dinginnya temperatur bumi. Bisa jadi ketika memandang ibarat ini seseorang langsung menyepelekan perkataan Imam As ini dan mengatakan bahwa isi bumi begitu panas dan membakar, lantas bagaimana bisa dikatakan temperaturnya dingin? Orang ini lengah dan tidak memperhatikan perkataan Imam As secara mendalam, Imam As  menggunakan konteks-konteks untuk mengatakan bahwa kulit bumi-lah yang mempunyai temperatur dingin. Apakah bukan suatu hal yang menakjubkan jika dikatakan bahwa bumi yang pada bagian luar dan dalamnya dipenuhi dengan api membakar, akan tetapi manusia mampu mengambil manfaat dari permukaannya yang dingin? Pada bagian yang lain lagi, Imam As bersabda, "Raihlah hikmah, jika bumi tidak tenang dan tidak konstan, apa yang akan terjadi ….?" Perlu diketahui bahwa kata konstan mempunyai dua makna, pertama adalah ketetapan ketika berhadapan dengan getaran dan gerakan-gerakan tak beraturan lainnya, dan kedua bertolak belakang dengan gerak secara mutlak. Imam As dalam bagian ini menjelaskan bahwa jika bumi senantiasa bergetar dan tidak konstan maka …, jadi konstan dan ketenangan tidak kontradiktif dengan getaran dan gerakan bagian dalam bumi. Dimana saja kita tidak mampu memahami ibarat yang dikatakan oleh Imam As, kita harus melakukan hal semacam itu dalam memahami konteks dan makna kalimat supaya memahami hakikatnya, dan jikapun kita tidak mengetahui hakikat yang sebenarnya, maka seharusnya kita menyadari bahwa pengetahuan yang kita miliki yang sangalah sedikit dan terbatas, bukan menisbahkan kekurangan itu kepada para Imam Maksum alaihissalam sebagai pemilik ilmu mutlak.   

Tafsir dan Terjemahan Tauhid Mufaddhal         
Pada beberapa abad yang lalu para ulama dan cendekiawan Islam belum ada yang terjun langsung untuk melakukan penerjemahan sekaligus pentafsiran terhadap kitab yang sangat berharga ini. Akan tetapi, pada masa kini beberapa dari mereka telah berhasil menerjemahkannya atau menafsirkannya dan beberapa lainnya hanya memberikan catatan kaki. 
Di bawah ini kami akan menyebutkan beberapa tafsir dan terjemahan yang ada:
1.        Tafsir Maula Baqir bin Maula Ismail Kajuri Tehrani, dalam kitabnya yang berjudul Zabdah al-Mâtsar, Muhammad saudara lelaki Maula Baqir mengatakan, "Penafsiran yang sangat berharga ini telah dikemas dalam 30 pertemuan yang bertema Wahai Mufaddhal! Dan memiliki lebih dari 20 ribu bait.[50]   
2.        Tafsir Persia oleh Maula Fadhil Fajruddin Ma wara an-Nahra.[51] 
3.        Ketika menulis riwayat panjang ini pada buku Biharul Anwar-nya, almarhum Majlisi ra menafsirkan sebagian besar dari kalimat-kalimat yang ada.[52] 
4.        Ogho Kazhim Mudaffar-pun berusaha untuk meneliti kitab ini dan terbilang sukses dengan adanya penambahan berupa mukadimah dan catatan kaki yang sangat berharga.[53] 
5.        Ismail bin Husain Tabrizi, dengan nama samaran Taib dan terkenal dengan "Penyampai Masalah". Menyusun seluruh Kitab Tauhid Mufaddhal dalam bentuk 2 ribu bait syair.[54] 
6.        Terjemahan Allamah Muhammad Baqir Majlisi, pemilik Bihârul Anwâr. Terjemahan ini selain penuh manfaat, diterjemahkan oleh penerjemah tersohor, pada berbagai bagian juga mengetengahkan point-point berharga dalam tema "Penerjemah mengatakan,…", bahkan pada tempat-tempat lain, Allamah juga menambahkan pembahasan yang bersumber dari beliau sendiri yang digabung dengan perkataan Imam As, dengan ibarat lain, terjemahan Allamah Majlisi bisa dikatakan sebagai tafsiran ringkas yang berbaur dengan teks aslinya dimana untuk mengenal kembali antara tafsiran dan teksnya, hanya mungkin dilakukan dengan membandingkan dengan aslinya.[55] 
7.        Terjemahan Maula Muhammad Shaleh bin Muhammad Baqir Gazwini Rughni.[56] 
8.        Terjemahan Syaikh Fahruddin Turkestani Ma Wara Al Nahra.[57] 
9.        Terjemahan Ogho Zainal 'Abidin Kazhimi Khalkhali. Terjemahan ini bergabung dengan terjemahan dari penerjemah lainnya (Akhlak di sisi Imam Shadiq As) yang dicetak dalam satu jilid.[58] Ketika kami mencoba membandingkan halaman-halaman pertama, pertengahan dan akhir kitab terjemahan ini dengan terjemahan Allamah Majlisi ra konklusi yang kami dapatkan tidak terlalu menggembirakan, karena pada keduanya hampir tidak ada perbedaan yang mencolok, dengan ibarat lain, terjemahan ini identik dengan terjemahan milik Marhum Majlisi dengan perbedaan yang sangat sedikit.
10.   Terjemahan Ogho 'Ali Asghar Faqihi, kitab kecil ini bukan merupakan terjemahan lengkap dari kitab Tauhid Mufaddhal, melainkan penerjemah berusaha menghilangkan beberapa tema dari kitab Tauhid dan menambahkan beberapa pandangan dan kalimat-kalimat yang sederhana dan ringan sehingga menjadi sebuah buku yang sesuai untuk para pelajar.   

Refleksi pemikiran yang Hadir di Hadapan Anda         
"Keajaiban-keajaiban Penciptaan, dari lisan mulia Imam Shadiq as", merupakan judul yang kami pilih sebagai terjemahan dari Tauhid Mufaddhal. Pada kesempatan kali ini, ada baiknya jika kami mengetengahkan beberapa point berikut:   
1.     Kami berusaha untuk tidak menyisipkan keinginan pribadi ke dalam teks dan juga tidak meletakkan kalimat atau penjelasan pribadi ke dalamnya. 
2.     Selain tetap berusaha menjaga keaslian dan keteraturan teks hadis, dan dalam penggunaan bahasa kami juga berusaha untuk tidak menyalahi aturan-aturan penulisan dan semaksimal mungkin tetap menjaga kesederhanaan dan keringanan bahasa. 
3.     Karena kitab ini merupakan sebuah hadis yang sangat panjang dan untuk tidak menemukan kesulitan dalam memahami kedalaman maknanya maka kami berusaha memilih tama untuk setiap pokok bahasan dengan bahasa yang sesuai dan mudah dimengerti oleh para pembaca. 
4.     Mufaddhal bin Umar Ja'fi merupakan perawi hadis yang panjang ini tidak begitu dikenal di masyarakat, dan hal ini dikarenakan adanya ikhtilaf di kalangan para ulama mengenai sosoknya, misalnya para ilmuwan besar seperti Najashi dan Ibnu Ghadhairi menganggapnya sebagai perawi yang lemah, berdasarkan hal inilah kami menganggap penting untuk mengetengahkan beragam pandangan yang ada, pada mukadimah kitab, supaya ketinggian dan keagungan maqam sahabat Imam Shadiq dan Imam Kazhim alaihimussalam ini menjadi jelas bagi semuanya dan tidak ada keraguan lagi tentangnya. 5.     Pada tahapan persiapan penerjemahan, kami banyak memanfaatkan teks Arab Biharul Anwar dan terjemahan almarhum Majlisi berkaitan dengan isinya, demikian juga pada penyusunan daftar isi serta bab, kami banyak belajar dari Ohgo Mudhaffar.   

Epilog         
Tak diragukan lagi bahwa manusia tidak jarang melakukan kesalahan ketika melakukan suatu pekerjaan, terutama dalam pekerjaan yang kita tidak mempunyai pengalaman atasnya, berdasarkan hal ini maka pertama: jika penerjemah dan penulis melakukan kesalahan dalam alih bahasa dan menafsirkannya, maka dengan segenap kerendahan hati memohon maaf kepada yang mulia Imam Shadiq As. Kedua: kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca yang budiman supaya kami mengetahui kesalahan yang ada dan kemudian bisa diperbaiki pada kesempatan lain, demikian juga hal ini akan dapat menambah mutu dan kualitas pada kesempatan mendatang.     
[1].  Al-Dharii'atu ilaa Tasaanifu Al-Syiah, jilid. 4, hal. 482. 
[2].  Tauhid Mufadhdhal dengan mukadimah dan tafsir dari Kazhim Mudaffar, hal. 4. 
[3].  Rijal, Syaikh Tusy dalam Sahabat-sahabat Imam Shadiq As, hal. 314 dan Sahabat-sahabat Imam Kazhim As, hal 360. 
[4].   Al-Irsyad fi Makrifat Hujajullah 'ala al-'Ibad, hal. 208. 
[5]. Ushul Kafi, jilid. 2, hal. 209. 
[6]. Ushul Kafi, jilid. 2, kitab al-iman wa al-kufr, bab Ishlah, hal. 209. 
[7]. Kami tidak mengikuti keotentikan kitab  sebagaimana keotentikan Syaikh, karena menurut Almarhum Majlisi yang akan kami singgung pada pembahasan sesi selanjutnya, matan kitab menunjukkan dengan baik bahwa perkataan tersebut merupakan perkataan Imam dan bahkan kelemahan perawi dan …. tidak akan membahayakan keberadaan riwayat, terutama karena hadis ini tidak ada kaitannya dengan ahkam, dan akal lebih banyak memiliki peran di dalamnya. 
[8]. Al-Ihtishahs, hal. 216, hadis Mufadhdhal dan penciptaan arwah para Syiah dari para Imam As. 
[9]. Muhammad bin Sinan terdapat dalam sanad riwayat Mufadhdhal dan riwayat ini merupakan argumentasi keotentikan dan kedudukannya di sisi Imam Kazhim As. 
[10]. 'Uyun Al-Ahbar Al-Ridha as, jilid. 1, bab 4, hadis 29.   
[11]. Ushul Kafi, jilid. 2, hal. 209. 
[12]. Ushul Kafi, jilid. 2, Kitab al-iman wa al-kufr, bab ash-Shabr, hadis 16. [13]. Mu'jam Rijal Al-Hadis, jilid. 18, hal 302. 
[14]. Merupakan salah satu dari sahabat yang dipercaya dan mempunyai manzilat yang tinggi di sisi Imam Shadiq as. Lihat Muntaha Al-Amaal, jilid. 2, Sahabat-sahabat Imam Shadiq as, hal. 320. 
[15]. Mu'jam Rijal Al-Hadis, jilid. 18, hal. 404 dengan nukilan dari Rijal Al-Kasyi. [16]. Rijal Al-Kasyi, biografi Mufadhal bin Umar Ja'fi. 
[17]. Kitab man La Yahdharuh Al-Faqiih, jilid. 1, hal. 3. 
[18]. Ushul Kafi, jilid. 2, Kitab al-iman wa al-kufr, bab ash-Shabr, hadis 16. [19]. Al Irsyad fi Al-Ma'rifat Hujajullah 'ala Al-'Ibaad, hal. 208. 
[20]. Rijal Syaikh Thusy, Sahabat-sahabat Imam Shadiq as dan Imam Kazhim as, dengan urutan halaman: 314 dan 360. 
[21]. Al Ghaibah, hal. 210 
[22]. Mu'jam Rijal Al-Hadis, jilid. 18, hal 294. 
[23]. Al-Manaqib, jilid. 4, bab Keimamahan Imam Shadiq as. 
[24]. Al-Iman min Akhtar Al-asfar wa Al-azman, hal 87, demikian juga lihat: Safinatul Bihar, jilid. 2, hal 372. 
[25]. Kashf Al-Muhajjah li Tsamarati Al-hujjah, hal. 50. 
[26]. Maksudnya adalah Hadis Tauhid Mufadhdhal dan Ahli Hadis Ahlijiyah (Hilaliyah). 
[27].   Hadist Mursal adalah hadist yang tidak bersambung, berlawanan dengan hadist memiliki sanad dimana muhadis menisbatkan sebuah hadist kepada Imam Maksum as dengan menyebutkan seluruh sanadnya. Untuk penjelasan lebih luas, rujuk: Subhani, Ja'far, Ushul al-Hadis wa Ahkamuh, hal. 95.  
[28]. Biharul Anwar, jilid. 3, hal. 55, 56. Argumentasi akhir dari Marhum Majisi adalah: Hadis harus memiliki sanad sahih yang merupakan penjelas bagi hukum ibadah ataukah non-ibadah, akan tetapi hadis jelas semacam ini dimana akal mempertegas keterjaminannya,tidak ada urgensinya memerlukan sanad sahih. [29]. Untuk mengenal ulama besar ini lebih jauh lagi, rujuklah: Muntaha al-âmal, jilid. 2, hal 410. 
[30]. Tauhid Mufadhdhal terbagi dalam dua bagian: satu bagian  adalah apa yang berada di alam materi ini yang tersusun dalam empat kali pertemuan, dan yang di kalangan ulama masyhur dengan nama Tauhid Mufadhdhal, sedangkan satu bagian lagi adalah apa yang disebut dengan Makrifat-makrifat Malakuti dan Alam Metafisik yang dijanjikan oleh Sadhiqul Wa'd as kepada Mufadhal. Bagian ini menduduki posisi yang lebih penting dan lebih menakjubkan dari Tauhid Mufadhdhal. Almarhum Syaikh Ogho Buzurg Tehrani mengatakan, seseorang bernama Sayyid Mirza Abul Qasim Dhahabi, telah berhasil menemukan keduanya lalu mengumpulkan keseluruhannya dalam kitab bernama Tabashir al-Hikmah. Rujuk: Al Dhariyah ila Tashanifi Al-Syiah, jilid. 4, hal 488. 
[31].  A'yan Al-Syiah, jilid. 10, hal. 132-133 dan Safinatul Bihar, jilid. 2, hal. 372. 
[32]. Marhum Kaf'ami mengatakan: Sepertinya maksud dari bab Imam adalah bab rahasia dan pengetahuan-pengetahuannya", rujuk: Al-Misbah, hal. 277, demikian juga almarhum Nuri dalam Mustadrak Al Wasail, jilid. 3, hal. 570 dan Abu 'Ali dalam Rijal bab Sahabat pada hal. 319, A'yan al-Syiah, jilid. 4, hal. 544, keseluruhannya menukilkan perkataan tersebut. 
[33]. Muntaha al-Âmal, jilid. 2, bab kesembilan, pasal ketujuh, hal. 442-443. [34]. Hadis-hadis ini telah kami utarakan dalam bagian Mufadhdhal dalam pandangan riwayat. 
[35]. Tauhid Mufadhdhal dan Tauhid Hilaliyah. 
[36]. Biharul Anwar, jilid. 3, hal. 57 dan 152. 
[37]. Al Dhari'atu ilaa Tashanifu Al-Syiah, jilid. 4, hal. 482 dan 483. 
[38].  Perkataan almarhum Haji Syaikh Abasi Qumi akan kami ketengahkan pada halaman berikutnya. 
[39]. Harus diketahui bahwa perhatian Imam Shadiq As kepada Mufadhdhal lebih tinggi dari hal ini, karena pada akhir pertemuan keempat dari kitab ini, Imam as kepada Mufadhdhal menjanjikan bahwa pada pertemuan berikutnya beliau akan mengutarakan tentang makrifat-makrifat dan hakikat malakuti. Tanpa ragu lagi Imam adalah Sadiqul-Wa'd dan harus ada kelanjutan dari kitab tersebut. Tentu saja perkataan almarhum Aqa Buzurg Tehrani tentang telah ditemukannya kitab tersebut pun telah kami utarakan. Wal hasil janji dan amalan ini dengan sendirinya merupakan penjelas kedudukan Mufadhdhal di sisi Imam Shadiq As. 
[40]. Lihat: Mu'jam Rijal al-Hadis, jilid. 18, hal. 303 dan 304. 
[41]. Ibid, hal. 303 dan 304. 
[42] . Taqiyah adalah salah perbuatan yang dilakukan untuk menyembunyikan sebuah keyakinan dan akidah tertentu, hal ini biasa dilakukan untuk menyelamatkan jiwa sendiri atau menyelamatkan jiwa orang lain dan melindungi harta benda. 
[43]. Wasail al-Syiah, jilid. 3, hal. 584 dan Rijal al-Kasyi, hal. 91. 
[44]. Muntaha al-Amal, jilid. 2, hal. 443 dan 444. 
[45]. Lihat juga Mu'jam Rijal al-Hadis, jilid. 7. hal. 245. 
[46]. Mu'jam Rijal al-Hadis, jilid 18, hal. 303. 
[47].  Imam Shadiq As dalam perkataannya mengutarakan begitu banyak hikmah berkaitan dengan persoalan ini. 
[48]. Tentang Tafakkur dan pengaturan, merujuklah al-Muhajjat al-Baidha, jilid. 8, Kitab al-tafakkur, hal. 192 dan selanjutnya. 
[49]. Muhammad Husaini Al-Mudhaffar, Hayat al-Imam Shadiq As, hal. 248. [50]. Al-Dhariatu ilaa Tashanifis asy-Syiah, jilid. 4, hal. 482. 
[51]. Ibid, J. 4, hal. 382. 
[52]. Biharul Anwar, jilid. 3, hal. 57 dan 152. 
[53]. Tauhid al-Mufadhdhal, Maktabah Al Dawary, jilid. 3, dengan mukadimah dan catatan kaki Ogho Kazhim Mudaffar. 
[54]. Al-Dhari'at ilaa Tsanif asy-Syiah, jilid. 4, hal. 288. 
[55]. Penulis tidak memiliki tulisan asli dari teks ini dan kesimpulan yang diambil adalah berdasarkan beberapa teks cetakan yang penuh dengan kesalahan. Bisa jadi Allamah Majlisi dalam tulisan aslinya telah memisahkan antara perkataan dan penjelasan beliau dari matan aslinya. 
[56]. Al-Dhari'ah ilaa Tasanif asy-Syiah, jilid. 4, bagian terjemahan-terjemahan. [57]. Ibid. 
[58]. Kitab ini telah dicetak oleh Penerbit Hujr pada tahun 1361 H.Syamsi.