Senin, 16 Desember 2013

Setan dan jin

Habib Munzir Almusawa - Syetan/Jin
mengenai syaitan, ia memang ada, namun ia
dibatasi oleh tabir ilahi sehingga tak bisa dilihat
oleh manusia, namun ada kejadian yg sangat
jarang mereka bisa tampak,
namun kebanyakan yg di film film itu dusta,
pocong itu tidak ada, karena semua orang yg
sudah dikubur itu semua tali kafannya dibuka dan
dilepas, hanya tinggal kafannya saja, sedangkan
pocong yg dikenal masyarakat itu masih terikat
dikepalanya, leher dan tubuhnya (ikatan kafan),
itu tentunya dusta, karena semua orang yg
dikubur pasti dilepas ikatan kafannya.
demikian pula orang yg mati hidup lagi, itu tak
bisa terjadi, karena kalau ia jahat maka ia disiksa
dan dipenjara, jika ia baik maka ia beristirahat
hingga hari kebangkitan, cuma jin saja yg
berkeliaran menyerupakan orang itu, dg wajah yg
menyeramkan dlsb.
saya beri resep tuk saudari, Jin itu takut pada
orang yg sedang marah, jika manusia marah, dan
dalam ledakan emosi, jin akan menghindar
karena aura syaitan lebih dahsyat memancar
darinya, dan Jin itu kalah oleh syaitan,
Jin dan Manusia sama sama digoda oleh syaitan,
ada yg menyembah syaitan pula, kekuatan
syaitan mengalahkan kekuatan jin, dan justru
sebagian kekuatan jin adalah dari kekuatan
syaitan,
maka jika orang sedang sangat marah, maka aura
syaitan berpadu padanya, saudari bisa lihat
wajah orang kalau sedang marah, tak ada rahmat
dan cahaya dzikir pada wajahnya, tapi berubah
menjadi mengerikan dan tidak enak dilihat, itulah
aura syaitan, dan Jin akan menghindar.
tapi bisa saja Jin itu membuat orang yg marah itu
takut bahkan lari, yaitu dengan wujud yg
menyeramkan.
resep yg paling mudah saudari amalkan dua
dzikir ini :
Audzubikalimatillahittaaammati min syarri maa
khalaq 3X pagi atau sore.
dan : Bismillahilladziy Laa Yadhurr Ma;asmihi
Syay'un fil Ardhi wala fissama' wahuwassamii'ul
'alim 3X pagi atau sore.
ini diajarkan oleh Rasul saw, yg membacanya tak
akan pernah diganggu jin dan semua jin dan
syaitan akan dibentengi hingga tak bisa
menampakkan diri.

Rabu, 04 Desember 2013

DOA UNTUK MELUNASI HUTANG


Dalam suatu riwayat, ada seorang budak
mukatab (budak akan dimerdekakan apabila
sanggup menebus dirinya dengan sejumlah
uang tertentu) datang kepada Imam Ali bin Abi
Tholib berkeluh kesah.
Dia berkata: “Sesungguhnya aku sudah tidak
sanggup lagi untuk menebus diriku dari
perbudakan, tolongilah aku.”
Imam Ali berkata: “Akan aku ajarkan beberapa
kalimat yang telah diajarkan Rosulullah
kepadaku, meskipun engkau menanggung
hutang sebesar gunungpun pasti Allah akan
melunaskannya. Ucapkanlah:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻛﻔﻨﻲ ﺑﺤﻼﻟﻚ ﻋﻦ ﺣﺮﺍﻣﻚ ، ﻭﺃﻏﻨﻨﻲ ﺑﻔﻀﻠﻚ ﻋﻤﻦ ﺳﻮﺍﻙ
"Ya Allah, cukupkanlah bagiku dengan yang
halal dari sisi-Mu dari yang haram,
cukupkanlah aku dengan kemurahan-Mu dari
selain-Mu."
Imam Ali juga mengajarkan kalimat yang telah
diajarkan Rosulullah kepada Abu Umamah:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺍﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﻢ ﻭﺍﻟﺤﺰﻥ ، ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺠﺰ ﻭﺍﻟﻜﺴﻞ ، ﻭﻣﻦ
ﺍﻟﺠُﺒﻦ ﻭﺍﻟﺒُﺨﻞ ، ﻭﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﻏﻠﺒﺔ ﺍﻟﺪَّﻳﻦ ﻭﻗﻬﺮ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan,
dari kelemahan dan kemalasan, dari ketakutan
dan kekikiran, dari terlilit hutang dan tekanan
orang.
____________
Ajarkan dan sebarkan doa ini kepada yang
lain!!
Shobahul kheir..
Baarakallah fiikum..

Selasa, 03 Desember 2013

HABIB SYAIKHON BIN MUSTHOFA ALBAHAR


( Kelakuan Nyeleneh seorang
Wali )
Saya penasaran ingin sekali
berjumpa dengan Habib
Syaikhon bin Mustofha Al
bahar, ada cerita- cerita
menarik yang saya dengar dari
guru guru dan teman teman
saya yang pernah berjumpa
dengan beliau bahwa ,beliau
seorang ulama min Awliyaillah
yang Mazdub . Kelakuan yang
sering diperlihatkan memang
terasa aneh dan ganjil diluar
kebiasaan manusia (khorikul
a’dah ) bagi pandangan mata
awam kita. Sebut saja ketika
Habib Syaikhon menghadiri
Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW pada saat
Mahalul qiyam sedang
berlangsung , Habib Syaikhon
hanya duduk dan nampak asyik
makan dan mengacak acak
hidangan yang ada di
hadapannya. Para jamaah
terperanjat di buatnya namun
bagi yang mengerti dan
memahami beliau hal tersebut
di diamkan saja dan tak ada
satupun jamaah yang
menegurnya. Dan yang lebih
mengherankan lagi sewaktu
adzan magrib berkumandang
tepat di depan Musholla Habib
Syaikhon membawa gitar dan
teriak teriak di saat jamaah
akan melangsungkan sholat
maghrib, tentu saja hal ini
membuat marah sang Marbot
Mushollah dengan lantang
sang Marbot mencaci maki
Habib Syaikhon habis habisan.
Tiba tiba Habib Syaikhon
menjepit leher Marbot tersebut
dan di benamkan kedalam
ketiaknya, dan tiba tiba marbot
tersebut menangis sambil
mengatakan ” saya lihat
Mekkah….saya lihat Ka’bah dan
Marbot tersebut meminta maaf
kepada Habib Syaikhon.
Menurut seorang kerabat beliau
bernama Sania ibrahim , bahwa
untuk dapat bertemu dengan
Habib syaikhon mudah saja
asalkan punya niat yang baik
untuk bersilahturahim , karena
Habib Syaikhon sering
berpindah pindah tempat ,
kadang beliau ada di Makam
Ayahnya di Masjid Baidho di
lubang buaya jakarta timur dan
terkadang ada di Gang Nangka
Bintara 3, dan menurut cerita
kalau bertemu beliau akan di
sambut Khodam ( jin ) di depan
pintu dan hanya orang orang
yang sholeh dan punya niat
yang baik yang dapat
berjumpa dengan beliau dan
apapun kata kata Habib
Syaikhon dan kelakuan beliau
jangan di terjemahkan dan
diartikan seenaknya karena
yang tahu maksudnya hanya
Alloh swt.
Berbicara tentang sosok
Waliyulloh di jaman sekarang
memang sangat sulit di nalar
oleh akal sehat, Kalau jaman
dahulu sosok Waliyulloh dapat
di jumpai di setiap daerah
karena derajatnya di tinggikan
dan di tampakkan karomahnya
oleh Alloh SWT sebagai
“Himmatul Ummah” sosok
manusia yang mempunyai
kharisma dan karomah tinggi di
hadapan Ummat seperti kisah
perjuangan Wali songo tapi di
jaman sekarang Derajat dan
Karomah kewaliaan tidak
semua di tampakkan dan
banyak Para Waliyulloh
menutup diri dari pandangan
sifat manusia karena takut
terjadi Fitnah di tengah umat
karena kehidupan manusia
yang selalu berubah cendrung
kepada kehidupan duniawiyah
dan jauh dari ilmu agama. Ada
beberapa pendapat dari teman
teman saya yang mengangap
bahwa apa yang saya
ceritakan tentang Habib
Syaikhon mengada ada ,
mengandung Kufarat, tahayyul
akan tetapi bagi Waliyulloh
kemampuan tersebut bukanlah
sesuatu yang beliau cari itu
adalah anugrah alloh yang
diberikan kepada para
waliyulloh ,Karena mereka telah
melakukan pengembangan
potensi ruh dengan cara
melakukan amal khariqul ‘adah
(amal ibadah yang melampaui
lazimnya kesanggupan
manusia), lalu Allah pun
menganugrahkan kepada
mereka kemampuan khariqul
‘adah (kemampuan melakukan
sesuatu hal yang berada di luar
kemampuan lazimnya
manusia).
Teman teman saya yang
menolak karamah al-awliya’,
disebabkan mereka tidak
mengetahui persoalan ini
kecuali kulitnya saja. Mereka
tidak mengetahui perlakuan
Allah terhadap para wali.
Sekiranya orang tersebut
mengetahui hal-ihwal para wali
dan perlakuan Allah terhadap
mereka, niscaya mereka tidak
akan menolaknya. Penolakan
mereka terhadap karamah al-
awliya’, disebabkan oleh kadar
akses mereka terhadap Allah
hanya sebatas menegaskan-
Nya bersungguh-sungguh di
dalam mewujudkan kejujuran
(al-shidq); bersikap benar
dalam mewujudkan
kesungguhan sehingga meraih
posisi al-qurbah (dekat dengan
Allah). Sementara mereka buta
terhadap karunia dan akses
Allah kepada hamba-hamba
pilihan-Nya. Demikian juga
buta terhadap cinta
(mahabbah) dan kelembutan
(ra’fah) Allah kepada para wali.
Apabila mereka mendengar
sedikit tentang hal ini, mereka
bingung dan menolaknya.
karomah yang dimiliki para
Wali adalah merupakan
sesuatu perkara yang terjadi
diluar kemampuan akal
manusia biasa untuk
memikirkan atau
menciptakan .perkara itu
( karomah) diberikan Alloh
kepada hambanya yang sudah
terang kebaikannya
( shalehnya), setiap sikap
perbuatan dan ucapannya serta
keadaan hatinya selalu
bergerak sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam yang
dibawa oleh Rosululloh SAW
baik dalam segi syaria’t atau
aqidah serta akhlaknya.
Oleh karena itu bagi Waliyulloh
dengan Karomahnya kadang-
kadang tampak keanehan-
keanehan baik dalam sikap
tindakan dan ucapan yang
tidak begitu saja mudah bagi
akal manusia biasa untuk
memahaminya. Sebagai contoh
karomah ialah seperti dapat
dilihat adanya peristiwa
Maryam yang disebut dalam
surat Ali Imron ayat 37, juga
peristiwa Ashabul Kahfi dalam
surat al kahfi ayat 25 dan tidak
berbeda pula halnya dengan
Karomah-karomah Para Habaib
dan Para Ulama yang saya
tulis tersebut seperti
karomahnya Al Habib Abduloh
bil Faqih yang selalu bertemu
langsung dengan Rosululloh
begitu pula dengan KH.Hamim
Djazuli (Gus Miek) yang
melakukan dakwahnya
ditempat hiburan malam/
diskotik begitupun dengan
Habib syaikhon al bahar.
Semoga Alloh dapat
mempertemukan saya dan
mungkin para muhibbin dengan
Habib Syaikhon Al bahar
sekedar mencium tangan dan
menjabat tangannya sebagai
rasa Mahabbah dan cinta
terhadap Ulama dan waliyulloh.
Wallohu a’lam
 

KH MUHAMMAD RAMLI ( WALI KATUM )


Kata Katum diambil dari bahasa Arab yang berarti sembunyi.
Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau Al-Qur’an tersebut tidak lagi persegi melainkan lonjong karena sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.
Belia suka khalwat dan uzlah ( melatih melawan hawa napsu ) selama 30 thun dan wktu khalwat itu beliau sekeluarga makan Cuma 1 genggam beras perhari tapi bila ada orng yg memberi beliau lebih dari itu beliau menolak , dan beliau punya pakaian hanya beberapa saja
Rumah belia berdinding daun rumbia dan berlantai pelepah rumbia
Sebagian dari karomah beliau :

- Mngetahui barang yg tercecer
- Tidak kering minyak pda lampu duduk
Pada wktu beliau mngajar pada saat itu masih tidak ada lampu listrik jdi pakai lampu duduk aja..nah lampu duduk itu minyak nya gk habis sampai beliau selesai mngajar pdahal nyata minyak di lampu itu 0,5 cm yg di perkirakan 15 menit habis dan pasti padam lampu nya tapi sampai siang gk padam’’ lampu nya
- Mengetahui keadaan orng yg berkunjung
- Bisa ke mana saja dalam sekejap
Yaitu orng pernah bertemu beliau di mekkah dan di muka Baitullah padahal beliau belum pernah naik haji
- Rumah beliau yg reot dan kecil mampu menampung sebanyak apapun murid yg hadir untuk belajar , padahal lantai rumah beliau Cuma pelepah Rumbia
- Barang yg di minta beliau membawa barokah
- Pekerjaan yg dibantu beliau membawa barokah
- Air minum di teko kecil tak habis padahal untuk mnum seluruh jama’ah yg hadir di pengajian beliau ( di sni aby al faqier yg jdi tukang surung air mnum itu dan mnyaksikan sendiri karomah wali katum itu )
- Mngetahui sesuatu tanpa melihat
- Mngetahui apa yg akan terjadi
- Tubuh beliau tidak pernah di gigit nyamuk pada waktu beliau khalwat dan sterus nya
- Datang di alam mimpi
- Hadir ke dunia walau sudah lama wafat
- Masyarakat mngetahui perubahan cuaca melalui cara beliau mandi
- Klo beliau memasak nasi dgn menggunakan kayu dari pelepah nyiur yg masih hijau dan panci nya tempurung kelapa , tapi sebanyak apapun orng yg makan bersama beliau nasi itu pasti cukup
- Beliau wafat tanggal 24 Juni 1982 M bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.

- Makam Wali Katum terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.

Di ambil dari Manaqib KH Muhammad Ramli ( Wali Katum ) yg kitab manaqib ini di serahkan oleh cucu Wali Katum kepada al faqir berserta air di tempayan yg bekas Wali Katum Buat menjamu murid’’ yg hadir di pengajian beliau dan al faqie juga di suruh masuk di tempat bekas khalwat Wali Katum
Ket :
boleh aja bertnya tentang karomah beliau tentang gimana kisah selngkap nya

KH MUHAMMAD RAMLI ( WALI KATUM )


Kata Katum diambil dari bahasa Arab yang berarti sembunyi.
Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau Al-Qur’an tersebut tidak lagi persegi melainkan lonjong karena sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.
Belia suka khalwat dan uzlah ( melatih melawan hawa napsu ) selama 30 thun dan wktu khalwat itu beliau sekeluarga makan Cuma 1 genggam beras perhari tapi bila ada orng yg memberi beliau lebih dari itu beliau menolak , dan beliau punya pakaian hanya beberapa saja
Rumah belia berdinding daun rumbia dan berlantai pelepah rumbia
Sebagian dari karomah beliau :

- Mngetahui barang yg tercecer
- Tidak kering minyak pda lampu duduk
Pada wktu beliau mngajar pada saat itu masih tidak ada lampu listrik jdi pakai lampu duduk aja..nah lampu duduk itu minyak nya gk habis sampai beliau selesai mngajar pdahal nyata minyak di lampu itu 0,5 cm yg di perkirakan 15 menit habis dan pasti padam lampu nya tapi sampai siang gk padam’’ lampu nya
- Mengetahui keadaan orng yg berkunjung
- Bisa ke mana saja dalam sekejap
Yaitu orng pernah bertemu beliau di mekkah dan di muka Baitullah padahal beliau belum pernah naik haji
- Rumah beliau yg reot dan kecil mampu menampung sebanyak apapun murid yg hadir untuk belajar , padahal lantai rumah beliau Cuma pelepah Rumbia
- Barang yg di minta beliau membawa barokah
- Pekerjaan yg dibantu beliau membawa barokah
- Air minum di teko kecil tak habis padahal untuk mnum seluruh jama’ah yg hadir di pengajian beliau ( di sni aby al faqier yg jdi tukang surung air mnum itu dan mnyaksikan sendiri karomah wali katum itu )
- Mngetahui sesuatu tanpa melihat
- Mngetahui apa yg akan terjadi
- Tubuh beliau tidak pernah di gigit nyamuk pada waktu beliau khalwat dan sterus nya
- Datang di alam mimpi
- Hadir ke dunia walau sudah lama wafat
- Masyarakat mngetahui perubahan cuaca melalui cara beliau mandi
- Klo beliau memasak nasi dgn menggunakan kayu dari pelepah nyiur yg masih hijau dan panci nya tempurung kelapa , tapi sebanyak apapun orng yg makan bersama beliau nasi itu pasti cukup
- Beliau wafat tanggal 24 Juni 1982 M bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.

- Makam Wali Katum terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.

Di ambil dari Manaqib KH Muhammad Ramli ( Wali Katum ) yg kitab manaqib ini di serahkan oleh cucu Wali Katum kepada al faqir berserta air di tempayan yg bekas Wali Katum Buat menjamu murid’’ yg hadir di pengajian beliau dan al faqie juga di suruh masuk di tempat bekas khalwat Wali Katum
Ket :
boleh aja bertnya tentang karomah beliau tentang gimana kisah selngkap nya

Sayyidina Imam Husein Bin Ali Bin Abi Thalib ra

.
Satu tahun sesudah kelahiran Sayyidina Al-Hasan, cucu Rasulullah SAW, tanggal 3 Sya’ban tahun keempat Hijriah, Rasulullah SAW menerima kabar gembira dengan kelahiran Al-Husain Ra. Maka, beliau pun segera menuju rumah Sayyidina Ali Krw dan Sayyidatina Fatimah Az Zahra Ra , dan berkata kepada Asma binti ‘Umais, “Hai Asma, tolong bawa kemari anakku itu.” Asma pun lalu membawa bayi yang terbungkus kain putih itu dan memberikannya kepada Rasulullah SAW. Beliau begitu gembira lalu mendekapnya. Dibacakannya adzan di telinga kanan bayi itu, dan iqamat di telinga kirinya. Kemudian ditidurkannya cucunya itu di kamarnya, lalu beliau menangis tersedu-sedu.
Mendengar tangis Rasulullah SAW itu, bertanyalah Asma, “Demi ayah dan ibuku, siapa yang engkau tangisi ya Rasulullah Saw..?” “Anakku ini,” jawab beliau. “Dia anak zaman,” kata Asma. “Wahai Asma, dia kelak akan dibunuh oleh sekelompok pembangkang sesudahku, yang syafaatku tidak akan sampai kepada mereka,” kata Rasulullah Saw menjelaskan. Kemudian beliau berkata pula, “Wahai Asma, jangan engkau sampaikan apa yang kukatakan tadi kepada Fatimah, dia baru saja melahirkan.”
Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada Sayyidina Ali Krw, “Engkau beri nama siapa anakku ini..?” “Saya tidak berani mendahului Anda, ya Rasulullah,” jawab Ali Krw . Allah SWT kemudian menurunkan wahyu yang suci kepada kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW, dengan membawa nama yang diberikan-Nya untuk anak itu. Dan ketika beliau telah menerima perintah untuk memberi nama anaknya tersebut, beliau menatap Sayyidina Ali Krw dan berkata, “Namai dia Husain.”
Pada hari yang ketujuh, Rasulullah SAW bergegas datang ke rumah SayyidatinaAz-Zahra Ra, lalu menyembelih seekor domba sebagai aqiqah untuk Imam Husain, mencukur rambutnya, dan bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut itu, lantas menyuruh agar cucunya itu dikhitan. Begitulah, telah dilakukan untuk Imam Al-Husain upacara sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW untuk kakaknya Imam Al-Hasan.
Kedudukan Imam Al-Husain
Kedudukan Sayyidina Husain mempunyai kedudukan yang luhur yang tak mungkin dicapai kecuali oleh ayahnya, ibunya, kakaknya serta para imam yang merupakan putera-puteranya. Dalam kesempatan yang terbatas ini, kami akan mencoba mengemukakan hal-hal penting yang akan memperlihatkan kedudukan Imam Al-Husain dalam pandangan syariat Islam.
Al-Quran Al-Karim, dokumen Ilahi yang agung yang tidak mengandung kebatilan di dalamnya, mengungkapkan dalam banyak ayatnya sebagian besar dari derajat luhur di sisi Allah SWT yang diraih Imam Al-Husain. Beberapa di antara ayat-ayat tersebut adalah :
1. Ayat Tathhir : “Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.”(QS. Al-Ahzab : 33).
Para penyusun kitab-kitab hadis shahih menuturkan, sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat ini adalah, bahwa suatu kali Nabi SAW meminta diambilkan kain lalu muncullah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Maka Nabi SAW pun berdoa, “Allahumma, ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku, karena itu hilangkanlah dosa dari mereka, dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.” Maka turunlah ayat ini dalam hubungannya dengan peristiwa tersebut. Ayat ini merupakan kesaksian dari Allah tentang kesucian Ahlul Bait dan tingginya kedudukan mereka di sisi Allah, dan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang memiliki kepribadian paling luhur dalam Islam.
2. Ayat Mubahalah : “Barangsiapa yang membantahmu tentang Nabi Isa as sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah kepadanya, marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS. Ali Imran : 61).
Tentang sebab turunnya ayat ini, para ahli tafsir dan orang-orang yang berilmu berpendapat, ayat ini diturunkan ketika orang-orang Nasrani Najran bersepakat dengan Nabi SAW untuk bermubahalah. Masing-masing pihak bersaksi kepada Allah agar barangsiapa yang berdusta dalam pengakuannya, hendaknya ditimpa bencana (mati). Di tempat mubahalah yang dijanjikan, Rasulullah SAW datang dengan membawa Ahlul Baitnya. Nabi menggendong Al-Husain dan menggandeng Al-Hasan, Fatimah berjalan di belakang beliau, kemudian Ali menyusul berjalan di belakang mereka. Lalu Nabi SAW berkata, “Apabila nanti aku berdoa, aminkanlah ….” Akan tetapi orang-orang Nasrani, ketika melihat wajah-wajah yang suci dan mulia yang sedang mereka hadapi itu, segera meminta maaf kepada Rasulullah SAW dan membatalkan mubahalah. Mereka lalu tunduk kepada kekuasaan Negara beliau dan membayar jizyah. Disini bisa dilihat bahwa ayat yang mulia ini mengakui Al-Hasan dan Al-Husain sebagai “anak-anak kami”, sedangkan diri beliau sendiri dan diri Ali dinyatakan sebagai “diri kami”, sedangkan Fatimah yang mewakili seluruh wanita kaum mukminin yang ada saat itu dinyatakan sebagai “wanita-wanita kami” – suatu hal yang secara jelas dan tegas mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan oleh Ahlul Bait tersebut mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah, yang tak mungkin bisa dicapai oleh orang lain. Sebab, kalau tidak demikian, niscaya saat itu Rasulullah SAW membawa orang-orang lain selain mereka untuk bermubahalah.
3. Ayat Mawaddah : “Katakanlah, aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali kasih sayang terhadap keluargaku.”(QS. As-Syura : 23).
Para ahli tafsir mengatakan bahwa, ayat tersebut diturunkan mengenai Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain. Jabir bin Abdullah mengatakan, “Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Muhammad, tuturkan kepadaku tentang Islam.” Nabi berkata, “Hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa dan tanpa sekutu, dan bahwasanya Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.” “Apakah untuk ini engkau meminta upah?” Tanya orang itu pula. “Tidak,” jawab Nabi, “Kecuali kasih sayang terhadap keluarga (mawaddah fi al-qurba).” “Kasih sayang terhadap keluargaku atau keluargamu?” tanya orang itu pula. “Keluargaku,” jawab Nabi SAW. Orang Arab itu lalu berkata, “Baik, mari sekarang aku baiat engkau, dan kepada orang yang tidak mencintaimu dan keluargamu, hendaknya laknat Allah ditimpakan kepadanya.” “Amin,” kata Nabi.
Dari ayat-ayat tersebut diatas, tampak jelaslah kedudukan Al-Husain dan Ahlul Bait Rasul, serta kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah SWT. Selain itu, perlu ditambahkan di sini sebagian nash yang diterima dari Rasulullah SAW mengenai Al-Husain yang tercermin dalam risalah dan umat, antara lain adalah :
1. Dalam Shahih Al-Turmudzi diriwayatkan hadis dari Ya’la bin Murrah, katanya, Nabi bersabda, “Husain merupakan bagian dariku, dan aku merupakan bagian darinya. Allah akan mencintai orang yang mencintai Husain, dan Husain adalah cucu di antara segala cucu.” [Fadha’il Al-Khamsah]
2. Dari Salman Al-Farisi, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, Al-Hasan dan Al-Husain adalah dua orang anakku. Barangsiapa yang mencintai mereka berdua berarti mencintaiku, dan barangsiapa mencintaiku, pasti Allah mencintainya, dan barangsiapa dicintai Allah, niscaya Dia memasukkannya ke dalam surga. Barangsiapa membenci mereka berdua, berarti membenciku, dan barangsiapa membenciku, pasti Allah membencinya, dan barangsiapa dibenci Allah, niscaya Dia memasukkannya ke dalam neraka dengan mukanya terlebih dahulu.” [Al-Thibrisi, I’lam Al-Wara]
3. Dari Al-Barra’ bin ‘Azib, “Aku melihat Rasulullah SAW menggendong Imam Husain bin Ali di atas pundaknya, seraya berdoa, “Ya Allah, aku sungguh mencintainya, karena itu cintailah dia.” [Ibn Al-Shabagh, Al-Fushul Al-Muhimmah]
4. Dari Abdullah bin Mas’ud, “Rasulullah SAW berkata tentang Al-Hasan dan Al-Husain, mereka berdua adalah dua orang anakku. Barangsiapa mencintai mereka berdua, berarti mencintai aku, dan barangsiapa membenci mereka berdua, berarti membenciku.”
5. Dari Imam Ali ibn Al-Hasan, dari ayahnya, dari kakeknya, “Rasulullah SAW menggandeng tangan Al-Hasan dan Al-Husain, dan berkata, barangsiapa mencintai aku dan mencintai kedua anak ini dan kedua orangtua mereka, niscaya berada bersamaku di dalam surga.” [Ibn Al-Jauzi, Tadzkirat Al-Khawwash]
Al-Husain dan Peristiwa Karbala
Ketika Sayyidina Ali ditunjuk sebagai Khalifah setelah terbunuhnya Khalifah Utsman ibnu Affan Ra, ia berusaha untuk menegakkan kembali keadilan Islam. Ia mendapat perlawanan yang tidak terhenti dari para penguasa Bani Umayyah. Para pengikutnya mengkhianatinya. Seorang demi seorang dari sahabatnya yang setia dipanggil Allah SWT . Sementara itu, para tiran menggunakan kekayaan dan kekerasan untuk menguasai rakyat banyak. Dan menjelang akhir Ramadhan 40 H, di dalam relung mihrabnya, Sayyidina Ali dibunuh ketika shalat subuh.
Imam Hasan bin Ali, anak lelaki pertama Ali bin Abi Thalib, diangkat menjadi Khalifah. Ia melihat ketakutan dan kezaliman telah menyelimuti Madinah, Kufah, Basrah dan kota-kota besar dunia Islam. Kaum muslimin yang shaleh tidak henti-hentinya mendapat penganiayaan. Muawiyah juga terus menerus memfitnah keluarga Nabi dan menyebarkan keresahan. Setelah berunding dengan saudaranya Al-Husain, ia memutuskan untuk menghentikan semua derita umat ini melalui perjanjian damai dengan Muawiyah.
Segera setelah perjanjian damai itu, Muawiyah masuk ke Kufah. Ia berkata: “Hai, penduduk Kufah. Adakah kamu mengira aku memerangi kalian agar shalat, zakat dan haji. Aku tahu kalian sudah melakukan shalat, zakat dan haji. Kuperangi kalian untuk menguasai kalian. Untuk itu, aku akan tumpahkan darah, dan seluruh perjanjian yang telah aku buat akan aku letakkan di bawah injakan kakiku.” Ia melanggar perjanjian itu, Pertama, membunuh Sayyidina Hasan dengan racun. Imam Hasan syahid pada 50 H. Kedua, ia meneruskan pembantaian dan penganiayaan pada para pengikut Imam Ali Krw . Ketiga, ia dan para pejabatnya menggunakan harta umat (Baytul Mal) untuk kepentingan pribadi dan keempat, ia mengangkat anaknya Yazid sebagai putra mahkota dan memerintahkan dengan paksa agar rakyat menerimanya.
“Yazid manusia yang selalu berbuat dosa dan maksiat, peminum khamar, pembunuh orang yang tidak bersalah. Ia lakukan kefasikan dan kemaksiatannya secara terbuka. Orang sepertiku tidak mungkin berbaiat kepada orang seperti Yazid,” kata Imam Husain. Cucu Rasulullah SAW itu akhirnya memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap Yazid. Orang yang menghabiskan malam dalam beribadat kepada Tuhan, dan siang dalam berkhidmat kepada insan, sekarang berhadapan dengan orang yang menghabiskan malam untuk bermaksiat kepada Yang Maha kuasa dan siang untuk berkhianat kepada manusia. Al-Husain beserta keluarga meninggalkan Madinah menuju Mekkah. Begitu sampai di Mekkah, ia menerima 12000 surat dari Kufah. Mereka mengundang Imam Husain untuk datang ke Kufah dan membaiatnya sebagai Khalifah. Al-Husain mengirim Muslim bin Aqil untuk membuktikan keseriusan penduduk Kufah tersebut.
Dari Mekkah, dengan meninggalkan wuquf di Arafah, Husain beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya berangkat menuju Kufah. Kerabatnya mendesak Al-Husain untuk membatalkan kepergiannya, tetapi Husain berkata: “Aku berangkat bukan karena ambisi, bukan untuk berbuat zalim atau untuk menimbulkan kerusakan. Aku berangkat untuk mendatangkan kemaslahatan pada umat kakekku. Aku ingin memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar.” Maka berangkatlah kafilah Imam Husain, dalam terik matahari musim panas yang membakar, untuk menempuh perjalanan sejauh 1800 Km.
Ketika kafilah Imam Husain sampai di dekat Kufah, ia menerima berita yang sangat mengejutkan. Muslim bin Aqil dan dua orang pendukungnya di Kufah sudah dibunuh Ibnu Ziyad, gubernur Kufah. Imam Husain mengumpulkan pengikutnya dan menceritakan berita itu. Karena ketakutan, sebagian pengikutnya meninggalkan Imam Husain. Al-Husain melanjutkan perjalanan sampai ia berhadapan dengan 1000 penunggang kuda yang dipimpin oleh Al-Hurr. Ia didesak ke sebuah tempat yang disebut Karbala, pada tanggal 2 Muharram, 61 H. Ibnu Ziyad mengirim pasukan tambahan di bawah pimpinan Umar bin Sa’ad. Pada 9 Muharram, pasukan Umar mengepung kemah-kemah Al-Husain. Ia meminta Umar untuk menangguhkan serangan sampai keesokan harinya. Bersama para pengikutnya yang setia Imam Husain menghabiskan malam dalam ibadat. Imam berkata: “Musuh hanya menghendaki nyawaku. Dengan senang aku izinkan kalian untuk pulang.” Pengikutnya berkata: “Demi Allah, tidak mungkin dan tidak pernah terjadi. Kami hidup bersama Anda atau mati bersama Anda.”
Pada 10 Muharram atau Asyura, berhadapanlah 72 pecinta Tuhan dengan 5000 penyembah setan, segelintir penegak keadilan dengan ribuan pendukung kezaliman. Sudah beberapa hari kelompok keluarga Rasulullah kehausan karena jalan ke sungai Eufrat ditutup musuh. Beberapa saat sebelum terjadi pertempuran Al-Hurr menyesali perbuatannya dan bergabung dengan Al-Husain. Menjelang sore hari, sudah 70 orang pengikut Husain syahid
Sayyidina Husein ra (Abu Abdillah) adalah cucu Rasulullah saw dan beliau adalah adik dari Sayyidina Hasan ra. Beliau ra lahir pada hari ke 5 bulan Sya'ban tahun ke 4 hijriyah. Sayyidina Husein ra gugur sebagai syahid dalam usia 57 tahun, pada hari Jum'at, hari ke 10 (Asyura) dari bulan Muharram, tahun 61 Hijriyah di padang Karbala, suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.
Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein ra yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar “ALI ZAINAL ABIDIN”. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Asghar , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di Karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.
Kaum Alawiyyin adalah keturunan dari Rasulullah saw melalui Imam Alwi bin Ubaydillah bin AHMAD AL MUHAJIR bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin ALI ZAINAL ABIDIN bin SAYYIDINA HUSAIN RA.

Di beberapa negara, sebutan untuk dzurriyat Rasul Saw ini berbeda-beda. Di Maroko dan sekitarnya, mereka lebih dikenal dengan sebutan Syarif, di daerah Hijaz (Semenanjung Arabia) dengan sebutan Sayyid, sedangkan di nusantara umumnya mereka dikenal dengan sebutan Habib. Di Indonesia sendiri ada lembaga khusus yang berpusat di Jakarta, bernama Rabithah Alawiyah, yang mencatat nasab (silsilah) para Alawiyin. Sehingga benar-benar gelar Habib atau Sayyid tidak disalahgunakan oleh seseorang.
Dalam buku “Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh”, Prof DR. Hamka menyebutkan bahwa: “Gelar Syarif khusus digunakan bagi keturunan Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husain ra apabila menjadi raja. Banyak dari para Sultan di Indonesia adalah keturunan baginda Rasulullah saw. Diantaranya Sultan di Pontianak mereka digelari Syarif. Sultan Siak terakhir secara resmi digelari Sultan Sayyid Syarif Qasim bin Sayyid Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifuddin. Demikian pula dengan pendiri kota Jakarta yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, beliau digelari Syarif Hidayatullah.”
Kemudian Buya Hamka menjelaskan bahwa dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda, yang artinya “Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin (sayyid) pemuda ahli surga” (Seraya menunjuk kedua cucu beliau, Sayyidina Hasan dan Husain). Berlandaskan hadits tsb, sudah menjadi tradisi turun temurun bahwa setiap keturunan Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husain ra digelari Sayyid.
Pada sekitar abad 9 H sampai 14 H, mulai membanjirnya hijrah kaum Alawiyin keluar dari Hadramaut. Mereka menyebar ke seluruh belahan dunia, hingga sampailah ke nusantara ini. Diantara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang masih dapat disaksikan hingga kini, diantaranya: Kerajaan Al Aydrus di Surrat (India), Kesultanan Al Qadri di Kepulauan Komoro dan Pontianak, Kesultanan Al Bin Syahab di Siak dan Kesultanan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama Alawiyin pada masa itu adalah Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad (Shahibur Ratib Al Haddad). Sejarawan Hadramaut, Syaikh Muhammad Bamuthrif, mengatakan, bahwa Alawiyin atau Qabilah Ba’alawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut, dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika.

http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/SayyidinaHusein.html

Malaikat Jibril AS akan tetap turun ke bumi

Sepeninggal Baginda Rasulullah SAW , Malaikat Jibril AS akan tetap turun ke bumi tetapi tidak untuk menurunkan wahyu lagi , tapi guna mengambil 10 mutiara yg paling berharga dalam kehidupan manusia

1 - أرفع البركة من الأرض

mutiara pertama yang akan di ambil dari muka bumi ini adalah barokah
Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain. Misalkan berdagang yang berkah itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk.

2 - أرفع المحبة من قلوب الخلق

artinya mutiara yg di ambil adalah rasa cinta dari hati manusia
jika demikian, maka yang tersisa hanyalah rasa benci. Lihatlah sekarang di sekitar kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para petani hidup makin sengsara

3 - أرفع الشفقة من قلوب الاقارب

Mutiara yang ketiga yang akan diambil dari bumi ini adalah rasa sayang diantara keluarga , jikalau harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua saling membunuh,

4 - أرفع العدل من الأمراء

mutiara yg ke empat yang akan di ambil dari bumi ini adalah keadilan di hati pemimpin , rasa-rasanya mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai.

5 - أرفع الحياء من النساء

Mutiara kelima yang akan diambil dari bumi ini adalah rasa malu dari perempuan. Rasa malu itu kini telah dirubah menjadi rasa bangga

6 - أرفع الصبر من الفقراء

Mutiara keenam yang akan diambil dari bumi adalah kesabaran dari para fakir. Perlu diakui bahwa factor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka

7 - أرفع الورع والزهد من العلماء

Mutiara ketujuh yang diambil dari bumi adalah wirai dan zuhud dari para ulama. Wira’i adalah menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamannyapun mulai berkurang

8 - أرفع الصخاء من الا غنياء

Mutiara ke delapan yang diambil dari bumi adalah kedermawanan bagi orang kaya.

9 - أرفع القران

Mutiara ke Sembilan yang diambil dari bumi adalah mengangkat al-Qur’an, tepatnya menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan

10 - أرفع الا يمان

Dan terakhir, mutiara yang diambil dari bumi adalah iman , mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Malaikat Jibril as

al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi

al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi, Perintis Thariqah Alawiyah
Yang pertama kali dan satu-satunya dijuluki ‘Al-Faqih Al-Muqaddam’ di kalangan Alawiyin adalah waliyullah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Soal gelar yang disandangnya, karena waliyullah Muhammad bin Ali seorang guru besar yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqih. Salah seorang guru beliau Ali Bamarwan mengatakan, bahwa beliau menguasai ilmu fiqih sebagaimana yang dikuasai seorang ulama besar yaitu al-Allamah Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi’i', wafat tahun 406 Hijriah.
Sedangkan gelar al-Muqaddam di depan gelar al-Faqih yang berasal dari kata Qadam yang berarti lebih diutamakan, dalam hal ini waliyullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya selalu diutamakan sampai setelah beliau wafat maqamnya yang berada di Zanbal Tarim sering diziarahi kaum muslimin sebelum menziarahi maqam waliyullah lainnya.Waliyullah Muhammad bin Ali dilahirkan di kota Tarim, beliau anak laki satu-satunya dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Mirbath yang menurunkan 75 leluhur kaum Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbad menurunkan 16 leluhur Alawiyin, termasuk di antaranya yang dikenal sebagai walisongo, di tanah Jawa, Indonesia. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih al-Muqaddam ialah poros sesepuh semua kaum Alawiyin.
Selengkapnya nama beliau Sayyidina Al Faqihi Muqaddam Muhammad bin Ali bin Al Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah (Abdullah) bin Imam Al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Al Imam Ali Al Uraidhi bin Ja’far as Shadiq bin Al Imam Muhammad al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin binl Imam Hussein As Sibith bin Imam Ali bin Abi Thalib Suami Al Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H di Tarim.
Beliau seorang yang hafal al-qur’an serta menguasai makna yang tersurat dan tersirat dari Qur’an, dan selalu sibuk menuntut berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama, hingga di akui oleh Ulama Hadramaut saat itu bahwa beliau telah mencapai tingkat sebagai mujtahid mutlak. Beliau dikenal dengan gelar lain yakni ustadzul A’zham (Guru besar), beliau adalah bapak dari semua keluarga Alawiyin, keindahan kaum muslimin dan agama Islam. Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina Al-Faqihi Al muqaddam adalah tidak suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam kejernihan yang ma’qul (semua karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang manqul (nash-nash Alquran dan Sunnah). Beliau adalah seorang Mustanbith al-furu’ min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum syara’ yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqih. Ia adalah Syaikh Syuyukh al-syari’ah (mahaguru ilmu syari’ah) dan seorang Imamul Ahlil Hakikat (Imam ahli hakikat), Sayidul thaifah Ash-Shufiyah (Penghulu Kaum Sufi) Murakiz Dairah al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-’Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat), Taj al-A’imah al-’Arifin (mahkota para Imam ahli ma’rifat), Jami’ul Kamalat (yang terhimpun padanya semua kesempurnaan), sedang dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir al-Mukminin (Imam Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki dan kema’rifatan yang fitrah. Beliau Imam Faqihi Muqadam adalah penutup Aulia-illah (para waliullah) yang mewarisi maqam Rasulullah saw, yaitu maqam Qutbiyah Al Kubra (Wali Quthub besar).
Imam Muhammad Bin Ali belajar fiqh Syafi’i kepada Syeikh Abdullah bin Abdurahman Ba’Abid dan Syeikh Ahmad Bin Muhammad Ba’Isa, belajar Ushul dan ilmu logika kepada Imam Ali Bin Ahmad Bamarwan dan Imam Muhammad Bin Ahmad Bin Abilhib, belajar ilmu Tafsir dan Hadits kepada seorang Mujtahid bernama Sayid Ali bin Muhammad Bajadid, belajar ilmu tasawuf dan hakikat kepada Imam salim Bashri, Syeikh Muhammad Ali Al Khatib dan pamannya Syeikh Alwi Bin Muhammad Shahib Mirbath serta Syeikh Sufyan Al Yamani yang berkunjung ke Hadramaut dan tinggal di kota Tarim.
Diantara karamah-karamah yang nampak pada diri beliau adalah ketika anak beliau Ahmad mengikuti beliau ke suatu wadi di pertengahan malam, maka sesampainya di wadi tersebut beliau berdzikir dengan mengeluarkan suara, maka batu dan pohon serta mahluq yang ada di sekeliling tempat itu semuanya ikut berdzikir. Beliau juga dapat melihat negeri akhirat dan segala kenikmatannya hanya dengan melihat di antara kedua tangannya, dan melihat dunia dengan segala tipu dayanya melalui ke dua matanya.
Di antara sikap tawadhunya, beliau tidak mengarang kitab-kitab yang besar, akan tetapi ia hanya mengarang dua buah kitab berisi uraian yang ringkas. Kitab tersebut berjudul : Bada’ia Ulum Al Muksysyafah dan Ghoroib Al Musyahadat wa Al Tajalliyat. Kedua kitab tersebut di kirimkan kepada salah satu gurunya Syeikh Sa’Adudin Bin Ali Al Zhufari yang wafat di Sihir tahun 607 H. Setelah melihat dan membacnya ia merasa takjub atas pemikiran dan kefasihan kalam Imam Muhammad Bin Ali. Kemudian surat tersebut di balas dengan menyebutkan di akhir tulisan suratnya : ‘’Engkau wahai Imam, adalah pemberi petunjuk bagi yang membutuhkannya’’. Imam Muhammad Bin Ali pernah ditanya tentang 300 macam masalah dari berbagai macam ilmu, maka beliau menjawab semua masalah tersebut dengan sebaik-baiknya jawaban.
Rumah beliau merupakan tempat berlindung bagi para anak yatim, kaum faqir dan para janda. Jika rumah beliau kedatangan tamu, maka ia menyambut dan menyediakan makanan yang banyak, dimana makanan tersebut tersedia hanya dengan mengangkat tangan beliau dan para tamu untuk berdoa dan memohon kepada Allah swt. Sebagaimana sabda rasulullah saw :”Sesungguhnya para saudaraku jika ia mengangkat tangannya untuk memohon makanan, maka akan tersedia makanan tersebut dalam jumlah yang banyak”.
AsSyeikh Abdurahman AsSeqaf berkata : ”Tidak aku lihat dan aku dengar suatu kalam yang melebihi kalam Imam Al faqihi Muqadam kecuali kalam para Nabi”. Sedang Imam Al faqihi Muqadam bernah berkata kepada kaumnya ’’Kedudukan ku terhadap kalian seperti kedudukan Nabi Muhammad kepada kaumnya’’. Didalam riwayat lain AsSyeikh Abdurahman AsSeqaf : berkata ’’Kedudukan ku terhadap kalian seperti kedudukan Nabi Isa kepada kaumnya’’. Berkata AsSyeikh Al Kabir Abu Al Ghaits Ibnul Jamil :’’Derajat kami tidak akan menyamai derajat Imam Al Faqihi Muqadam, terkecuali hanya setengahnya saja’’. Dalam salah satu kalimat yang ditulisnya kepada gurunya Syeikh Sa’aduddin, Imam Al Fiqihi Muqadam bekata ‘’Aku telah di Mi’rajkan ke Sidratul Muntaha sebanyak tujuh kali ( dilain riwayat dua puluh tujuh kali).
Disuatu saat Al Imam Faqihi Muqadam duduk bersama sahabatnya, ketika itu ada seseorang yang nampak seperti Badui datang mengunjunginya, dengan di atas kepalanya membawa keju. Maka berdiri Imam Faqihi Muqadam untuk mengambil keju tersebut lalau memakannya. Para sahabatnya yang hadir saat itu merasa heran dan bertanya : ‘’Siapa dia ? maka beliau menjawab : Nabi Khidir as. Kejadian tersebut menjelaskan bahwa : Allah telah mengangkat derajat Al Faqihi Muqadam sebagai seorang Ahli Hakikat dan Ahli Kasyaf. Ini terlihat dari isyarat keju yang di makannya dari kepala Nabi Khidir as. Keju tersebut di ibaratkan sebuah buah dari sebuah dari hasil mujahadah para wali. Dan di jadikan Imam Al Faqihi Muqadam bagi para wali seperti kedudukan Malaikat Jibril terhadap para Nabi. Syeikh Fadhal bin Abdullah Bafadhal berkata : ‘’Banyak dari manusia yang mendapatkan anugrah dari imam Al Faqihi Muqadam lantaran didikan dan kebaikannya, khususnya dua orang Syeikh Kabir Abdullah bin Muhammad Abbad dan Syeikh Said Bin Umar Balhaf’’.
Imam Muhammad Bin Ali Al Faqihi Muqadam berdoa untuk para keturunannya agar selalu menempuh perjalanan yang baik, jiwanya tidak di kuasai oleh kedzaliman yang akan menghinakannya, serta tidak ada satupun dari anak cucunya yang meninggal kecuali dalam keadaan mastur ( Kewalian yang tersembunyi ).
Beliau seorang yang gemar bersedeqah sebanyak dua ribu ratl kurma kepada yang membutuhkannya, memberdayakan tanah pertaniannya untuk kemaslahatan umum. Beliau juga menjadikan isterinya Zainab Ummul Fuqara sebagai khalifah beliau.
Mengenai kesufian beliau. Adapun sumber penisbatan Al-Khirqah dan Silsilah Isnad Didalam Kesufian Beliau Al Faqihi Muqadam, diterangkan mengambil sanad Khirqah Kesufian berasal dua jalur, salah satu dari jalur ayah-kakek beliau ( Ahlulbait ), yakni beliau dididik dan menerimanya dari ayah beliau, Ali bin Muhammad dan dari paman beliau, Alwi bin Muhammad, keduanya menerima dari ayahnya Muhammad Syahib Mirbath, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Khali’ Qasam, beliau menerimanya dari ayahnya, Alwi Shahib Samal, beliau menerimanya dari ayahnya, Ubaidillah, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhajir Ahmad bin Isa, beliau menerimanya dari ayahnya, Isa an-Naqib, beliau menerimanya dari ayahnya, Muhammad, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali al-Uraidhi, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Ja’far as-Shoddiq, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhammad al-Baqir, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Zainal Abidin, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam al-Hussein dan dari pamannya al-Imam al-Hassan, keduanya menerima dari kakeknya Nabi Muhammad SAW, juga dari ayahnya al-Imam Ali bin Abi Thalib sedangkan Nabi SAW menerimanya dari Allah seperti yang beliau katakan:
“Aku dididik oleh Tuhanku dan ia mendidikku dengan sebaik-baik didikan”.
Sedang jalur yang ke dua, Beliau Al Faqihi Muqadam diterangkan mengambil sanad Khirqah Kesufian di bawah usia 20 tahun, dari seorang Sufi terkemuka yang berasal dari Maroko. Selengkapnya yakni; lewat Abu Madyan al-Maghribi (Syeikh Syu’aib bin Husain Al Anshari) yang wafat di tahun 594 H, dengan perantaraan Abdurrahman Al-Muq’ad dan Abdullah As-Shaleh. Sedangkan Syeikh Syu’aib Abu Madyan menerimanya dari Syeikh Abu Ya’za al-Maghribi, beliau menerimanya dari Syeikh Abul Hasan bin Hirzihim atau yang dikenal dengan nama Abu Harazim, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Bakar bin Muhammad bin Abdillah ibnl Arabi dan Al-Ghadi Al-Mughafiri. Sedangkan ibnl Al-Arabi menerimanya dari Syeikh Al Imam Hujjatul Islam Al-Ghadzali, beliau menerimanya dari gurunya, iaitu Imam al-Haramain Abdul Malik bin Syeikh Abu Muhammad Al-Juwaini, beliau menerimanya dari ayahnya, Abu Muhammad bin Abdullah bin Yusuf, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Thalib al-Makki, beliau menerimanya dari Syeikh Syibli, beliau menerimanya dari Syeikh Junaid Al Baghdadi, beliau menerimanya dari pamannya, yaitu As-Sirri As-Siqthi, beliau menerimanya dari Syeikh Ma’ruf al-Karkhi, beliau menerimanya dari gurunya, Syeikh Daud at-Tho’i, beliau menerimanya dari Syeikh Habib al-’Ajmi, beliau menerimanya dari Imam Hasan al-Basri, beliau menerimanya dari Imam Ali bin Abi Thalib, beliau menerimanya dari Rasulullah SAW, beliau menerimanya dari malaikat Jibril, dan beliau menerimanya dari Allah Ta’ala.
Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, wafat di kota Tarim tahun 653 hijriah dan di makamkan Di Zanbal, Tarim pada malam Jum’at akhir bulan Dzulhijah.

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzam Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy] & Idrus Alwi Al Masyhur dalam Bukunya Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi (Yayasan Al Mustarsyidin : 2002, DLL)

Diposkan oleh Majlis Arrahman

AL HABIB AL WALID ISA BIN MUHAMMAD BIN SYECH AL QATMYR AL-KAFF


Al habib Isa merupakan sosok individu yang sangat sederhana sekali dengan pakaian ketawaddu'an ini sedikit sekali orang yang dapat mengenal siapa beliau sebenarnya. Kehidupan ekonomi al habib begitu memprihatinkan dan membuat hati kita sedih, untuk menunjang kehidupan hari-hari, al habib menerima upah menjahit pakaian. Juga terkadang beliau berdagang dengan bermodal kepercayaan dari orang yang memiliki barang-barang dagangan yang polanya serabutan.
Tempat tinggal beliau sangat sederhana sekali dimana bila kita masuk kerumahnya maka langit-langit rumahnya dapat kita sentuh dengan mengangkat tangan kita. Rumah yang Al Habib diami adalah rumah panggung kayu dua tingkat dimana Al Habib tinggal dibagian bawah rumah, dapat kita bayangkan kondisi udara yang cukup lembab.Rumah tersebut hingga saat ini masih dapat kita lihat yakni di Jl. Ali Qatmyr lrg. Kedipan 13 Ilir Palembang. Para Habaib yang ada saat itu hanya datang dan memperhatikan Al Habib saat mereka mencari nasab, mau nikah ataupun masalah warisan lebih dari itu kehidupan Al Habib nyaris terabaikan dan tidak ada perhatian sama sekali mengenai kehidupannya, sementara beliau berupaya menjaga benteng kemurnian nasab yang mulia sementara untuk yang lain kita berani berkorban mati-matian, inikah kondisi gambaran golongan Alawiyin yang sudah sakit sangat kronis sekali. Kalau Alawiyin sudah begini bagaimana masyarakat umum ?????.
Setiap ada acara-acara Al Habib selalu berada di baris bagian belakang dan sambil bertanya kepada anak-anak muda siapa namanya, nama orang tuanya, nama kakek dan neneknya. Sepulang kerumah AlHabib membuat catatan tersendiri. Pada catatannya Al Habib dengan rapi mencantumkan nama fulan bin fulan nikah dengan fulana binti fulan pada tanggal, bulan dan tahun. Kita akan kagum dan terheran-heran karena kita merasa belum mencatatkan nama kita tetapi beliau mengetahuinya. Inilah gambaran orang-orang yang ikhlas tetapi kehidupannya sangat memprihatinkan.
Bersamaan dengan masa itu juga Al Walid Al Habib Muhammad bin Alwi Al bin Hood Al Athas (yang menjadi ketua / Ahli nasab saat itu di Maktab Adda'imi - Rabithah Alawiyah Jakarta), Al Habib Muhammad dengan kejujuran yang ada mengatakan bahwa untuk wilayah Sumatera dan Semenanjung serta sebagian Kalimantan Al Habib Isa jauh lebih mengetahui dibanding beliau. Disini dapat kita lihat kita punya orang-orang tua jauh lebih terbuka fikirannya dibandingkan dengan kita, alfaqier sempat ceritakan mengenai kehidupan al habib Isa kepada Al Walid Muhammad bin Alwi AlAthas. Mendenger cerita alfaqier Al habib Muhammad sangat kaget dan tersentak kemudian beliau mencoba menghubungi salah seorang sahabatnya ditanah Melayu dan secara bersama-sama Al habib Muhammad dengan seorang habib dari tanah Melayu berkunjung ke kediaman Al Walid Alhabib Isa dan sedikit memberikan tanda cinta kasih sesama Alawiyin, satu tindakan yang sangat indah sekali yang belum pernah kita lakukan untuk menghargai seseorang ahli nasab.
Setelah kunjungan tersebut al Faqier sempat kembali bertemu dengan Al walid Muhammad bin Alwi Al Athas dan beliau bercerita panjang lebar. Yaa....Waladi (wahai anakku) begitukah orang-orang ditempat asal ente yang tidak menghargai orang yang memiliki ilmu yang begitu berjasa dan mempunyai kedudukan khusus disisi ALLAH dan RASULNYA ?????.
Ada satu jasa beliau lagi yang sempat luput dari pengamatan kita yaitu dalam dasa warsa tahun 1980 an Al habib Isa dengan gigih mengurus Maqam Keramat Kembang Koci Di Pelabuhan Boom Baru Palembang. Dimasa itu beliau seorang diri begitu gigih mempertahankan keberadaan maqam tersebut bahkan beliau pernah tidur di maqam tersebut kira-kira tahun 1994 awal. Pada waktu itu maqam tersebut akan di buldozzer /diratakan dengan tanah guna perluasan pelabuhan Boom Baru sehingga beliau beberapa malam menjaga kuburan tersebut jangan sampai dirusak. al faqier bertemu al habib Isa terakhir tahun 1994 dimana waktu itu beliau dalam keadaan sakit parah, kedua kaki beliau bengkak juga muka beliau nampaknya al habib terkenah gagal ginjal. Al faqier tidak melihat saat itu adanya upaya untuk membantu al habib untuk berobat ke dokter, akhirnya setelah lebih kurang satu minggu alfaqier bertemu beliau, alfaqier mendapat khabar bahwa beliau telah wafat di Palembang. Kesedihan yang sangat menyelimuti kita karena kehilangan orang besar sementara kita belum bisa menghargai jasa-jasanya.
Alhabib banyak meninggalkan catatan-catatan dalam bentuk pohon nasab dari berbagai macam qabilah. Al habib menulisnya dari almanak/tanggalan bekas karena ketidak mampuan membeli kertas dan sangat sayang sekali semua dokumentasi / hasil karya alhabib Isa banyak yang hilang, Alhabib sempat berpesan bila beliau telah tiada tolong buku yang 15 jilid di kembalikan ke Maktab Adda'imi Pusat Jakarta. Sewaktu Al Habib Zainal Abidin Assegaf menjabat sebagai ketua Maktab Adda'imi - Rabithah AlAlawiyah buku tersebut belum berada di pusat hingga menjelang tahun 1999. Alhamdulillah sebagian karya tulisan pribadi al Walid Al Habib Isa ini ada pada Alfaqier / Maktab Naqobatul Asyrof Al Kubro Jakarta. Al habib dikuburkan di qubah Al-kaff (di Palembang disebut juga qubah kecik/kecil) bersebelahan dengan qubah besar di Jalan Dr.M.Isa Kenten 8 Ilir, Palembang.
Demikianlah riwayat yang sangat singkat ini dapat al faqier tuliskan disini dan ini jauh dari sempurna tetapi hanya inilah yang untuk sementara yang bisa alfaqier tunjukkan sebagai rasa terima kasih kepada :
"GURUKU SEKALIGUS KAKEKKU TERCINTA AL WALID AL HABIB ISA BIN MUHAMMAD BIN SYECH AL-QATMYR AL-KAFF"
SEMOGA ALLAH BERKENAN MENERIMAH AMAL IBADAHNYA DAN DILAPANGKAN KUBURANNYA SEPERTI DI TAMAN SYURGA .

Diposkan oleh Majlis Arrahman


http://alhabaib.blogspot.com/search/label/Habaib?updated-max=2009-11-01T20%3A45%3A00-08%3A00&max-results=20&start=69&by-date=false —

AL ALIMUL AL ALAMAH SYEKH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN SYEKH MUHAMMAD ILYAS



Beliau adalah sosok ulama yang cukup di segani di kebumen propinsi jawa tengah, Syaikh Abdul Malik semasa hidupnya memegang dua thariqah besar (sebagai mursyid) yaitu: Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Thariqah Asy-Syadziliyah. Sanad thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah telah ia peroleh secara langsung dari ayah beliau yakni Syaikh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thariqah Asy-Sadziliyah diperolehnya dari As-Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki (Mekkah).
Dalam hidupnya, Syaikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Shalawat. Beliau tak kurang membaca shalawat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali mengkhatamkan Al-Qur’an. Adapun shalawat yang diamalkan adalah shalawat Nabi Khidir AS atau lebih sering disebut shalawat rahmat, yakni “Shallallah ‘ala Muhammad.” Dan itu adalah shalawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun shalawat-shalawat yang lain, seperti shalawat Al-Fatih, Al-Anwar dan lain-lain.
Beliau juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian dari akhlaq yang melekat pada diri beliau. Sehingga amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.
Beliau disamping dikenal memiliki hubungan yang baik dengan para ulama besar umumnya, Syaikh Abdul Malik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Soleh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bilfaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Probolinggo), KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Hamid bin Yahya (Sokaraja, Banyumas) dan lain-lain.
Diceritakan, saat Habib Soleh Tanggul pergi ke Pekalongan untuk menghadiri sebuah haul. Selesai acara haul, Habib Soleh berkata kepada para jamaah,”Apakah kalian tahu, siapakah gerangan orang yang akan datang kemari..? Dia adalah salah seorang pembesar kaum ‘arifin di tanah Jawa.” Tidak lama kemudian datanglah Syaikh Abdul Malik dan jamaah pun terkejut melihatnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Kraksaan, Probolinggo) bahwa ketika Syaikh Abdul Malik berkunjung ke rumahnya bersama rombongan, Habib Husein berkata, ”Aku harus di pintu karena aku mau menyambut salah satu pembesar Wali Allah.”
Asy-Syaikh Abdul Malik lahir di Kedung Paruk, Purwokerto, pada hari Jum’at 3 Rajab 1294 H (1881). Nama kecilnya adalah Muhammad Ash’ad sedang nama Abdul Malik diperoleh dari ayahnya, KH Muhammad Ilyas ketika ia menunaikan ibadah haji bersamanya. Sejak kecil Asy-Syaikh Abdul Malik telah memperoleh pengasuhan dan pendidikan secara langsung dari kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang ada di Sokaraja, Banyumas terutama dengan KH Muhammad Affandi.
Setelah belajar Al-Qur’an dengan ayahnya, Asy-Syaikh kemudian mendalami kembali Al-Qur’an kepada KH Abu Bakar bin H Yahya Ngasinan (Kebasen, Banyumas). Pada tahun 1312 H, ketika Syaikh Abdul Malik sudah menginjak usia dewasa, oleh sang ayah, ia dikirim ke Mekkah untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai disiplin ilmu agama diantaranya ilmu Al-Qur’an, tafsir, Ulumul Qur’an, Hadits, Fiqh, Tasawuf dan lain-lain. Asy-Syaikh belajar di Tanah suci dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih selama lima belas tahun.
Dalam ilmu Al-Qur’an, khususnya ilmu Tafsir dan Ulumul Qur’an, ia berguru kepada Sayid Umar Asy-Syatha’ dan Sayid Muhammad Syatha’ (putra penulis kitab I’anatuth Thalibin hasyiyah Fathul Mu’in). Dalam ilmu hadits, ia berguru Sayyid Thaha bin Yahya Al-Magribi (ulama Hadramaut yang tinggal di Mekkah), Sayyid Alwi bin Shalih bin Aqil bin Yahya, Sayyid Muhsin Al-Musawwa, Asy-Syaikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tirmisi. Dalam bidang ilmu syariah dan thariqah alawiyah ia berguru pada Habib Ahmad Fad’aq, Habib Aththas Abu Bakar Al-Attas, Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas (Bogor), Kyai Soleh Darat (Semarang).
Sementara itu, guru-gurunya di Madinah adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad Amin Ridwan, Sayyid Abbas bin Muhammad Amin Raidwan, Sayyid Abbas Al Maliki Al-Hasani (kakek Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al-Hasani), Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al Makki, Sayyid Ali Ridha.
Setelah sekian tahun menimba ilmu di Tanah Suci, sekitar tahun 1327 H, Asy-Syaikh Abdul Malik pulang ke kampung halaman untuk berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang saat itu sudah sepuh (berusia lanjut). Kemudian pada tahun 1333 H, sang ayah, Asy Syaikh Muhammad Ilyas berpulang ke Rahmatullah.
Sesudah sang ayah wafat, Asy-Syaikh Abdul Malik kemudian mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa guna menambah wawasan dan pengetahuan dengan berjalan kaki. Ia pulang ke rumah tepat pada hari ke- 100 dari hari wafat sang ayah, dan saat itu umur Asy Syaikh berusia tiga puluh tahun.
Sepulang dari pengembaraan, Asy-Syaikh tidak tinggal lagi di Sokaraja, tetapi menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Perlu diketahui, Asy-Syaikh Abdul Malik sering sekali membawa jemaah haji Indonesia asal Banyumas dengan menjadi pembimbing dan syaikh. Mereka bekerjasama dengan Asy-Syaikh Mathar Mekkah, dan aktivitas itu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Sehingga wajarlah kalau selama menetap di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu-ilmu agama dengan para ulama dan syaikh yang ada di sana. Berkat keluasan dan kedalaman ilmunya, Syaikh Abdul Malik pernah memperoleh dua anugrah yakni pernah diangkat menjadi Wakil Mufti Madzab Syafi’i di Mekkah dan juga diberi kesempatan untuk mengajar. Pemerintah Saudi sendiri sempat memberikan hadiah berupa sebuah rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes. Anugrah yang sangat agung ini diberikan oleh Pemerintah Saudi hanya kepada para ulama yang telah memperoleh gelar Al-‘Allamah.
Syaikh Ma’shum (Lasem, Rembang) setiap berkunjung ke Purwokerto, seringkali menyempatkan diri singgah di rumah Asy-Syaikh Abdul Malik dan mengaji kitab Ibnu Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik secara tabarrukan (meminta barakah) kepada Asy-Syaikh Abdul Malik. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH Khalil (Sirampog, Brebes), KH Anshori (Linggapura, Brebes), KH Nuh (Pageraji, Banyumas) yang merupakan kiai-kiai yang hafal Al-Qur’an, mereka kerap sekali belajar ilmu Al-Qur’an kepada Syaikh Abdul Malik.
Kehidupan Syaikh Abdul Malik sangat sederhana, di samping itu ia juga sangat santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahim kepada murid-muridnya yang miskin. Baik mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, dukuh waluh, Bojong dan lain-lain.
Hampir setiap hari Selasa pagi, dengan kendaraan sepeda, naik becak atau dokar, Syaikh Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan (Forum silaturrahim para pengikut Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah Kedung paruk yang diadakan setiap hari Selasa dan diisi dengan pengajian dan tawajjuhan).
Murid-murid dari Syaikh Abdul Malik diantaranya KH Abdul Qadir, Kiai Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor (mursyid Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah sekarang), KH Sahlan (Pekalongan), Drs Ali Abu Bakar Bashalah (Yogyakarta), KH Hisyam Zaini (Jakarta), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Ma’shum (Purwokerto) dan lain-lain.
Sebagaimana diungkapkan oleh murid beliau, yakni Habib Luthfi bin Yahya, Syaikh Abdul Malik tidak pernah menulis satu karya pun. “Karya-karya Al-Alamah Syaikh Abdul Malik adalah karya-karya yang dapat berjalan, yakni murid-murid beliau, baik dari kalangan kyai, ulama maupun shalihin.”
Diantara warisan beliau yang sampai sekarang masih menjadi amalan yang dibaca bagi para pengikut thariqah adalah buku kumpulan shalawat yang beliau himpun sendiri, yaitu Al-Miftah al-Maqashid li-ahli at-Tauhid fi ash-Shalah ‘ala babillah al-Hamid al-majid Sayyidina Muhammad al-Fatih li-jami’i asy-Syada’id.”
Shalawat ini diperolehnya di Madinah dari Sayyid Ahmad bin Muhammad Ridhwani Al-Madani. Konon, shalawat ini memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya bila dibaca, maka pahalanya sama seperti membaca kitab Dala’ilu al-Khairat sebanyak seratus sepuluh kali, dapat digunakan untuk menolak bencana dan dijauhkan dari siksa neraka.
Syaikh Abdul Malik wafat pada hari Kamis, 2 Jumadil Akhir 1400 H (17 April 1980) dan dimakamkan keesokan harinya lepas shalat Ashar di belakang masjid Baha’ul Haq wa Dhiya’uddin, Kedung Paruk Purwokerto.

Diposkan oleh ANDRI WIJAYA

http://shoeap.blogspot.com/2010/06/syech-muhammad-abdul-malik-bin-ilyas.html

ABAH ANOM

Didatangi 100 Ulama yang akan mencoba kefahaman Abah Anom Suralaya
Manaqabah ini bersumberkan dari seorang ikhwan yang tidak mau dikenali. Beliau adalah murid Abah di Singapura, yang paling banyak melihat karomah Abah dengan mata kepalanya sendiri secara langsung dan bukan hanya menerusi mendengar dari orang lain.

Sehingga beliau tidak mempunyai ruang dalam dirinya yang mengkhuatiri kewalian Abah walaupun banyak para guru yang hebat-hebat beliau telah ketemui sejak zaman mudanya.

Selepas kepergian Pangersa Abah, kita tidak seharusnya bersedih terus-terusan, malah kita seharusnya bersyukur kepada Allah terus-terusan dimana Allah sempat menemukan dalam hidup kita seorang 'wara' Nya yang sangat hebat ini, dan lebih dari itu belajar dan ambil zikrullah darinya.

Kejadian ini saya lihat sebelum tahun 1995 dimana Abah mula uzur . Rombongan itu terdiri dari para ulama / kiyai kebanyakanya dari Bandung dan juga dari berbagai tempat, kelihatan mereka sudah menyiapkan soalan-soalan masing-masing untuk ditanyakan kepada Abah, masalah-masalah fiqih dan sebagainya- yang rumit-rumit dan payah-payah agar Abah tidak berdaya dalam menjawabnya dan mereka juga merekamnya, dengan seperti itu mereka bermaksud untuk menjatuhkan intellektual Abah dan menyebarkannya. Jumlah mereka yang ada dalam rombongan ini kurang lebih 100 orang.

Wakil dari rombongan itu memulai dengan kata-kata yang indah apabila sudah sampai berhadapan dengan Abah di Madrasah Suryalaya. Kata-katanya manis bak madu yang tumpah... bagaikan pembuka tirai bersilaturahim. Selepas itu Abah menyambut kata-kata aluan mereka, Abah turut menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka dan Abah juga turut perihatin maksud mereka ke Suryalaya .

Abah mengatakan bahawa ‘Abah masih belajar’ dan Abah mengamalkan apa yang diajar oleh ayahandanya. Suasana tegang bertukar jadi hening dan terharu hanya dengan beberapa kata-kata Abah yang merendah diri itu, mereka kelihatan melinangkan air mata mendengar ucapan Abah yang merendah diri, akhirnya mereka semua menangis dan minta Abah baiátkan zikir. Pada awalnya mereka bersemangat untuk bertanya dengan niat yang tidak baik tetapi bertukar menjadi insaf dan taubat.

Kejadian seperti ini sama persis berlaku pada zaman Tuan Sheikh Abdul Qodir Jailani Ra apabila beliau didatangi 100 ulama dari Baghdad dengan niat mencoba kefahaman agamanya, Tuan Sheikh menjawab semua soalan-soalan mereka satu persatu sebelum mereka mula membuka mulut untuk bertanya. Nah, disini terlihat cara yang sama berlaku antara Abah dan Tuan Sheikh hanya Abah bertindak dengan cara yang berlainan dari cara Tuan Sheikh kerana beliau mengambil sikap merendah dirinya dengan Tuan Sheikh .

Semoga Allah SWT mencururi rahmat dan KeredhaanNya kepada Abah dan para wakilnya, kerana telah berpenat lelah dan bersusah payah membimbing umat ke jalan yang diredhaiNya.


http://tqnmargadana.blogspot.com/2012/03/karomah-syech-ahmad-sohibul-wafa-tajul.html


DAGING BERUBAH JADI MANUSIA

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.

KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kanker dan harus segera dioperasi.

Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.

Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut.

Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.

Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom)

DATU BENGKALA



maqam ini terletak di desa cintapuri kecamatan pengaron kab banjar fronpinsi kalimantan selatan..dan di sekitar maqam beliau ini terdapat maqam'' laen yaitu maqam isteri beliau dan maqam datu panjang dan klo fhoto maqam nya insyaallah di laen waktu akan kita ufload..

admint ziarah ke sni pada jam 17,00 sore pada saat admint dalam perjalanan menuju maqam suasana nya hujan lebat dan klo mulai desa pengaron menuju maqam beliau jarak nya sekitar 10 km dengan jalan terjal melalui hutan belantara ,

karena perjalanan ziarah ke sana pas hujan jdi admint kehujanan dan basah kyup dan karena gk tahan lagi akibat kedinginan admint terjatuh , dan stelah itu admint berteduh sebentar lalu di situ admint bertawasul dan berdoa spya hujan ini reda jdi bisa ziarah ke maqam beliau , dan alhamdulillah setelah bertawasul dan berdoa' hujan langsung hujan reda dan baju admint yg basah itu langsung kering..mngkin barokah wali Allah yaitu Datu Bengkala.

WALI’’ ALLAH SWT MENURUT SYEIKH IBNUL ARABIY


Syekh Muhyiddin Ibnul Arabi memberikan penjelasan tentang tingkatan dan pembagian para wali seperti yang di terangkan dalam kitab nya FUTUHATUL MAKKIYAH pada bab ke 73 yang di ringkas oleh Syeikh Al Manawi dalam muqaddimah Thabaqat Sughrah nya sebagai berikut :
PEMBAGIAN WALI-WALI ALLAH SWT

1 Al’ Aqtab
Al’ Aqtab berasal dari kata tunggal Al’ Quthub yang mempunyai arti penghulu , disini dapat kita simpulkan bahwa Al’Aqtab adalah derajat kewalian yang tertinggi , jumlah wali yang mempunyai derajat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap masa nya

2 Al’ Aimmah
Al’ Aimmah berasal dari kata tunggal Imam yang mempunyai arti pemimpin , setiap masa nya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai derajat tersebut, ciri’’ atau keistimewaan mereka adalah : ada di antara mereka yang pandangan nya hanya tertumpu ke alam malakut saja , ada pula pandangan nya hanya tertumpu di alam malaikat saja

3 Al’ Autad
Berasal dari kata tunggal Al’ Watad yg mempunyai arti pasak , yg memperoleh derajat ini hanya empat orng saja di setiap masa nya , mereka tinggal di wilayah utara , selatan , timur dan barat , mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi

4 Al’ Abdal
Berasal dari kata Badal artinya menggantikan , yg memperoleh derajat ini hanya ada tujuh orang dalam setiap masa nya , tugas nya menjaga suatu wilayah di bumi ini, ciri’’ wali abdal mendapatkan derajat itu dengan 4 kebiasaan yaitu , sering lapar , gemar beribadah di malam hari , suka diam , mengasingkan diri

5 An’ Nuqaba
Berasal dari kata Naqib yg mempunyai arti ketua suatu kaum , jumlah mereka ada 12 orng di setiap masanya , dan wali tingkatan ini di beri karomah mengerti sedalam’’nya hukum syariat, pengetahuan tentang rahasia yg tersembunyi di hati manusia , mereka mampu mnebak prilaku , nasib seseorang melalui jejak kaki yg menempel di tanah

6 Al’ Hawariyyun
Berasal dari kata hawariy yg mempunyai arti penolong , jumlah wali ini ada 1 orng saja pada setiap masa nya , klo di zaman Baginda Rasul SAW ada seorang Wali Al ‘ Hawariyyun yaitu Zubair Ibnu Awwam , kelebihan wali ini biasa nya seorang yg berani dan pandai berhujjah

7 Ar’ Rajabiyun
Berasal dari kata Rajab , dan wali ini ada nya hanya pada bulan rajab saja , mulai awal rajab sampai akhir bulan rajab , jumlah mereka ada 40 orng di setiap masa nya , karomah wali ini adalah : dapat mlihat hati manusia yg bener’’sebagai ahlus sunnah wal jama’ah atau Cuma mngaku’’ ,
Ciri wali ini adalah , pada awal bulan rajab maka mereka menderita sakit sehingga mereka tidak bisa menggerakkan tubuh mereka , tpi selama itu mereka di beri kasyaf dan penderitaan itu berakhir bila akhir bulan rajab

8 An’ Nujaba
Artinya Najib atau bangsa yg mulia , mereka pada umumnyadi sukai oleh orang bnyak di manapun mereka pasti mendpatkan sambutan yg meriah , kebanyakan wali ini tidak merasakan diri mereka adalah wali, hanya seorang wali yg lebih tinggi derajatnya yg mengetahui bahwa mereka itu wali An Nujaba , dan jumlah wali ini sebanyak 8 orng setiap masa nya

9 Al’ Khatamiyun
Berasal dari kata Khatam artinya penutup dari para wali di akhir masa , jumlah mereka Cuma 1 orng saja

10 Rijalul Ghaib
Atau manusia’’ misteri , jumlah wali ini hanya 10 orng di setiap masa nya , mereka orng ‘’ yg selalu khusyu , tdak berbicara kecuali perlahan atau berbisik, rendah hati , malu , tdak bnyak mementingkan dunia ,selalu mnegakkan hukum’’ Allah SWT

11 Rijalul Quwwatul Ilahiyah
Artinya orng’’yg di beri kekuatan oleh Allah SWT , jumlah mereka 8 orng di setiap masa nya , ciri’’ mereka : sangat tegas terhadap orng kafir atau orng yg memperkecilkan agama , suka berbuat kebajikan

12 Rijalul Hannani Wal Athfil Ilahi
Artinya mereka di beri kasih sayang oleh Allah SWT dan jumlah mereka hnya 15 orng di setiap masa nya , ciri’’ mereka yaitu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik orng kafir maupun orng mu’min , karena hati mereka di penuhi rasa insaniyah yg penuh rahmat

13 Rijalul Haibah Wa Jalali
Jumlah mereka 4 orng di setiap masa nya , mereka di kenal sbgai orng’’ yg hebat dan mengagumkan tapi orng menemui mereka tunduk , mereka tidak di kenal di bumi tapi terkenal nya di langit , dan hati mereka itu seperti hati Baginda Rasul SAW , Nabi Syuaib As , Nabi Shaleh As, Nabi Hud As

14 Rijalul Fathi
Artinya rahasia’’ Allah SWT , selalu terbuka bagi mereka , jumlah mereka 24 orng di setiap masa nya ,

15 Rijalul Ma’arij Al’ula
Jumlah mereka Cuma 7 orng di setiap masa nya dan mereka ini hampir setiap saat naik ke alam malakut

16 Rijalu Tahtil Asfal
Yaitu mereka yg berada di alam terbawah bumi , jumlah mereka 21 orng di setiap masa nya , ciri khas wali ini yaitu hati mereka selalu hadir di hadapan Allah SWT

17 Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kaun
Yaitu mereka yg selalu mendpat karunia ilahi , jmlah mreka 3 orng di setiap masa dan ciri’’ mereka yaitu selalu menolong manusia , lemah lembut , penyanyang

18 Ilahiyun Rahmaniyun
Yaitu manusia’’yg di beri kasih sayang yang luar biasa , suka mengkaji firman’’ Allah SWT , jumlah mereka 3 orng di setiap masa nya dan sifat mereka mirip wali Abdal

19 Rijalul Istithaalah
Yaitu manusia yg selalu mendapat pertolongan Allah , jumlah mereka hnya 1 orng pd setiap masa nya dan orng yg termasuk golongan wali ini adalah Al Quthub Shulthan Auliya Syekh Abdul Qadir al Jailani

20 Rijalul Ghina Billah
Yaitu orng’’ yg tdk memerlukan kpda manusia sedikit pun , jumlah mereka 2 orng pd setiap masa nya , mereka selalu mendapat siraman rohani di alam malakut

21 Rijalu ‘Ainut Tahkim Waz Zawaid
Jumlah mereka 10 orng pada setiap masa nya , mereka senantiasa meningkatkan keyakinan nya terhadap masalah’’ ghaib dan hidup mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah

22 Rijalul Isytiqaq
Yaitu mereka yg selalu rindu kepada Allah SWT , jumlah mereka 5 orng pada setiap masa nya kegemeran mereka hnya memperbnyak shalat siang hari dan malam hari

23 Al’ Mulamatiyah

24 Al’ Fuqara
Ciri khas mereka selalu merendahkan diri

25 As Shufiyyah
Jumlah mereka tidak terbatas , adakala nya bnyak dan sedikit , mereka di kenal wali yg amat luhur budi , selalu menghias diri mereka dgn kebajikan yg sesuai ketinggian budi pekerti mereka

26 Al’ Ibaad
Mereka di kenal suka beribadah , suka mngasingkan diri di gunung’’ , lembah’’ , dan pantai , puasa sepanjang masa , beribadah di malam hari dan wali ini yg terkenal adalah Abu Muslim Al Khaulani

27 Az Zuhad
Mereka suka meninggalkan kesenangan dunia , bila mempunyai harta semua nya mereka nafkahkan , dan orng yg termasuk wali ini adalah Syeikh Abdullah At’ Tunisi

28 Rijalul Maa’i
Para wali yg senantiasa beribadah di pinggir laut dan sungai

29 Al’ Afrad
Mereka termasuk wali yg berkedudukan tinggi di antara wali ini adalah Syekh Muhammad Al’ Awani , jrng di kenal manusia dan jumlah mereka bisa bnyak dan sedikit

30 Al ‘ Umana
Artinya org’ yg dpat di beri kepercayaan di antara wali ini yaitu Abu Ubaidillah Ibnu Jarrah , jumlah wali ini tdak terbatas , mereka jarang di kenal manusia karena mereka tdak menonjol di tengah masyarakat

31 Al’ Qurra
Mereka ahli membaca Al’Qur”an dan wali ini adalah Syekh Sahal Bin Abdullah At Tusturi

32 Al’ Ahbab
Yaitu orng’ yg di kasihi , jumlah mereka tdak terbatas adakalanya bnyak dan sedikit , mereka yg mencapai tingkatan ini di sebabkan melaksanakan segala ibadah dan taqarrub krena cinta kepada Allah , ibadah yg di dasari cinta , lebih baek dari ibadah yg berharap pahala dan syurga

33 Al’ Muhaddatsun
Yaitu orng’’ yg selalu di beri ilham , mereka selalu mendapat bisikan’ rohani dari penduduk alam malakut , misal nya dari malaikat jibril , mikail , israfil dan izrail sebab hati mereka sudah menembus alam arwah atau alam malakut , di antara wali’’ ini adalah ‘’ Abul Abbas Al Khasyab , Abu Zakaria Al’ Baha’i

34 Al Akhilla
Mereka orng’’ yg di cintai Allah SWT , sebab segala ibadah yg mereka lakukan di dasari cinta kepada Allah SWT , jumlah mereka tdak terbatas

35 As Samra
Adalah berkulit hitam manis , jumlah mereka tidak terbatas , mereka senantiasa berdialog dengan Allah SWT , sebab hati mereka selalu di penuhi rasa ketuhanan yg tiada tara

36 Al Wiratsah
Yaitu mereka yg mndpat warisan dari Allah SWT , mereka adalah para ulama pewaris para nabi , kelompok ini termasuk orng’’ yg gemar beribadah sampai melebihi dari batas kemampuan nya , mereka suka mengasingkan diri di tempat’’ terpencil

Al Habib Alwy Bin Abdullah Bin Husen Bin Sahil



Habib Alwy Bin Abdullah Bin Husen Bin Sahil. sebutan puang Towa,Beliau Lahir di Lasem sekitar Tahun 1835 M ayah beliau bernama Habib Abdullah Bin Husen bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Sahil, ibunya bernama Raden Ayu Habibah Almunawwar Patih Lasem ,sejak kecil belajar sama Ayahnya dan selanjutnya di minta ayahnya untk berangkat Timur Tengah Kota Mekkah Sama di negeri Yaman,setelaah kembali dari Timur Tengah maka beliau tiba di Batavia,dan tinggal beberapa bulan lamanya kemudian ketempat kelahirannya di Lasem,seorang pengembang Agama islam,maka beliau berangkat dari satu daerah ke daerah lain seperti halnya ketika tinggal di nusa tenggara barat(Sumbawa) selama di sumbawa beliau mengadakan pemurnian ajaran islam dgn memberikan pembinaan keagamaan terhadap masyarakat setempat,bahkan beliau mempunyai istri dan memiliki anak yg bernama sy Fatimah Binti Alwy Bin Sahil,Masuk Tanah Mandar , Berdasarkan informasi

saudagar mandar tentang kondisi mandar ,maka akhirnya beliau tertarik dan bersedia meninggalkan sumbawa utk ikut bersama saudagar guna melanjutkan misi dakwahnya ke tanah mandar ,dgn tujuan menyebarkan dan menyiarkan agama Islam.daerah yg ditmpati berdakwah; Monjopai..Pambussuang Dan Campalgiang Habib Alwy Bin Abdullah Bin Sahil sering ke daerah2 pegunungan tempat orng yg masih banyak memiliki pemahaman terhadap benda-benda gaib dan kepercayaan animisme.dalam dakwahnya sering di temani oleh Syekh Muhammad Tahir (Imam Lapeo) salah satu murid beliau ,Habib Alwy bin Abdullah Bin Sahil Wafat di campalagiang tanggal 9 April 1934 dan di makamkan di Mesjid Besar Campalagiang Desa Bonde Kec Campalgiang Polewali Mandar Sulawesi Barat.Anak-Anak Beliau; 1.Habib Hasan Bin Alwy Bin Sahil. 2.Habib Muhsin Bin Alwy Bin Sahil 3.Habib Husen Bin Alwy Bin Sahil 4.Syarifah Fatimah Binti Alwy Bin Sahil. 5.Syarifah Intan Binti Alwy Bin Sahil. 6.Syarifah Rugaiyah Binti Alwy Bin Sahil. 7.Syarifah Hural Aini Binti Alwy Bin Sahil. 8.Syarifah Hasmiyah Binti Alwy Bin Sahil. 9.Syarifah Murdiyah Binti Alwy Bin Sahil. 10.Syarifah Zahrah Binti Alwy Bin Sahil.

Di ambil dari berbagai sumber

http://anismahdi.blogspot.com/2013/02/habib-alwy-bin-abdullah-bin-sahil-puang_3.html

ALHABIB IBERAHIM BIN UMAR BIN SYECH AL HABSY



Proses pembangunan Mesjid Jami Iberahim yang terletak tepat di dekat persingpangan tiga sungai Negara desa Sungai Mandala tersebut tidak terlepas dari peran penting seorang ulama dari golongan habaib yang berasal dari kota Tarem Hadramaut Yaman, untuk lebih jelasnya : Berikut manaqib dari Habib Iberahim bin Umar Al habsyi : Dari sekian banyak keturunan Rasulullah yang mulia yang berdakwah mengajak manusia kepada kebenaran dialam ini salah satunya adalah Habib Ibrahim Al-Habsy Negara Kandangan Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, dari catatan catatan yang ada penulis belum menemukan kapan beliau lahir, yang pasti beliau lahir dikota para wali, kota yang penuh berkah ALLAH SWT, kotanya ilmu dan banyak lagi keutamaan keutamaan daerah ini, beliau lahir dikota seiwun Hadral Maut dan bermarga Al-Habsy salah satu marga marga keturunan Rasulullah yang tersebar dialam ini, terlahir dari keluarga yang mulia dengan keberlimpahan ilmu dari ayah bernama Habib Umar Al-Habsy membuat beliau sangat mencintai ilmu, selain dengan belajar kepada ayah beliau sendiri,salah satu guru beliau adalah Yang Mulia Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy pengarang kitab Maulid Simthud Durar (semoga rahmat ALLAH selalu tercurah buat beliau dan seluruh keturunan beliau yang mulia) selain dengan Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsy beliau jua menimba ilmu dengan :
1. Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Ahdhar
2. Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Manshur
3. Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-'Aydrus
4. Al-Habib Ali bin Salim bin Syekh Abu Bakar bin Salim
Al-Habib Ibrahim sendiri hapal Al-Qur'an dan lebih dari 12000 matan hadist, kedatangan beliau ke Indonesia sendiri adalah melaksanakan tugas yang diberikan gurunya yaitu Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy shohibul maulid yang mempunyai banyak murid yang tersebar disluruh dunia, dan beliau datang ke Indonesia bersama 3 orang murid Habib Ali lainnya, selin itu beliau pergi ke Indonesia bersama anak tercinta yang bernama habib Muhammad Al-Habsy dan meninggalkan seorang saudara di Hadralmaut bernama Habib Musa bin Umar Al-Habsy, ketika pertama kali menginjakkan kaki pertama kali adalah di Ampel Surabaya kemudian beliau menetap di Banjarmasin dan Martapura dan terakhir menetap di Negara hingga akhir hayat beliau, tempat beliau mengajarkan ilmu adalah mesjid untuk itu beliau menyumbangan sebagian hartanya untuk pembangunan mesjid tersebut, pelajaran yang beliau sampaikan adalah pelajaran Tasawuf, Al-Adzkar karya Imam Nawawi, Syarah Ibnu Qasim dan Mukhtashar Al-hadhramiyyah.
Ada kejadian yang sangat mengherankan ketika tengah melaksanakan pembangunan mesjid ,pada awalnya mesjid jami' yang kini berada didesa Sungai Mandala dibangun didesa Tambak Bitin, satu desa yang terletak diseberang Sungai Mandala, pada suatu ketika terjadi angin ribut yang terjadi selama 3 hari 3 malam, angin ribut tersebut menerbangkan puncak mesjid Jami' yang terletak didesa Tambak Bitin ke desa Sungai Mandala,kemudian puncak mesjid tersebut dikembalikan ke desa Tambak Bitin, namun ketika dikembalikan ketempatnya semula terjadi lagi angin ribut yang menerbangkan puncak mesjid itu dan hal tersebut berlangsung selama 3 kali, dengan adanya kejadian tersebut akhirnya Habib Ibrahim Al-habsy bersama masyarakat setempat sepakat untuk memindahkan pembanguan mesjid didesa Sungai Mandala.
Untuk pembangunan Mesjid tersebut diperlukan kayu besar dan tinggi,oleh masyarakat bersama sama mencari kayu tersebut namun sekian lama kayu yang diperlukan belum juga ditemukan akhirnya mereka melaporkan hal tersebut kepada Habib Ibrahim Al-Habsy, setelah mendapatkan laporan masyarakat tersebut akhirnya beliau melaksanakan sholat sunat dua raka'at, setelah beliau selesai sholat beliau memberitahukan masyarakat bahwa besok hari pada jam 11 akan tiba empat kayu besar dan tinggi,memang benar apa yang dikatakan beliau pada keesokan harinya tepat jam 11 siang terlihat empat batang kayu yang besar dan tinggi hanyut mengapung disungai mandala, untuk menaikkan kayu yang besar dan panjang tersebut tidak ada seorang pun yang sanggup,maka dengan diikatkan tali oleh Habib Ibrahim dan dengan bertawakkal kepada ALLAH kayu tersebut naik kedarat dengan tangan beliau sendiri.
Kejadian lain yang sangat mengherankan adalah ketika akan mendirikan tiang guru mesjid yang besar dan panjang tersebut, beliau meminta agar disediakan kayu gaharu atau cendana untuk ditaburkan diperapian namun ketika itu tak seorangpun mempunyainya,kemudian beliau mengumpulkan sisa potongan kayu kayu kecil dan dimasukkan diperapian, subhanallah... dari perapian tersebut keluar bau harum kayu gaharu dan kemudian dengan tangan beliau sendiri membetulkan letak tiang mesjid tersebut.
Untuk pembangunan mesjid itu diperlukan biaya yang tidak sedikit,beliau bersama masyarakat kemudian memohon sumbangan dari rumah kerumah, beberapa anggota masyarakat yang tidak berpunya juga didatangi beliau dan dengan jujur mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya uang, namun dengan tersenyum Habib mengatakan bahwa uangnya ada ditempat anu, dan setelah diperiksa tempat yang ditunjukkan oleh beliau ternyata disana memang ada uang,dan uang tersebut langsung diserahkan semuanya untuk pembangunan mesjid,demikianlah beberapa usaha Habib untuk membangun mesjid tempat penyebaran ajaran agama Islam.
Pernah suatu ketika beliau pergi ke Banjarmasin dan kendaraan yang beliau tumpangi mogok dijalan karena kehabisan bahan bakar, oleh beliau diperintahkan untuk mengisi bahan bakar tersebut dengan air.. anehnya kendaraan tersebut dapat melanjutkan perjalanan sampai ketujuan,
Lain waktu beliau menyuguhkan tamunya dengan teko kecil padahal waktu itu tamunya banyak sekali tapi anehnya lagi dari teko kecil tersebut keluar air yang banyak sekali dan mencukupi semua tamu.
Menjelang kembalinya beliau ke pangkuan Ilahi beliau pulang ke Hadral Maut dengan keinginan menghabiskan usia dan ber makam disana, namun sesampainya beliau disana ternyata tanpa sengaja beliau membawa pena milik panitia pembangunan mesjid, demi mengetahui bahwa beliau tanpa sengaja membawa pena milik orang lain beliau kemudian kembali ke Negara untuk mengembalikan pena milik panitia mesjid tersebut (subhanallah beginilah sifat sifat para Aulia ALLAH)
Dengan kedatangan beliau inilah merupakan terakhir kali masyarakat bertemu beliau, karena beliau ber pulang ke rahmatullah pada hari Jum'ad tanggal 14 syafar 1354 H, sebelum sholat Jum'ad dilaksanakan beliau memberikan tugas kepada orang-orang tertentu untuk memandikan beliau, tidak lama setelah sholat Jum'ad beliau berpulang ke Rahmatullah seperti yang telah beliau sampaikan kepada keluarga beliau.....
Diposkan oleh Idhank Vieya
http://kisahlawas.blogspot.com/2013/01/kisah-habib-iberahim.html

itu fhoto hasil ziarah sendiri tgl 21 – 09 – 2013
Dan Di dalam Qubah beliau ini ada juga maqam
1 Al Habib Ja’far Bin Abdullah Bin Iberahim Al Habsy
2 Al Habib Abdullah Bin Iberahim Al Habsy
3 Syarifah Zahrah Binti Abdul Hamid Assegaf

SYARIFAH FATIMAH MARYAM AL IDRUS (KERAMAT PULAU TUKUNG

)

Syarifah Fatimah Mariam Al Idrus yang datang dari Banten. Sayangnya tidak diketahui silsilah dari beliau, namun kabarnya masih bersaudara dengan pemilik makam di Tanjung Periuk, yaitu mbah Periok atau Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi'i Sunnira.
Tercatat beberapa nama penjaga makam, yaitu: Almarhum Habib Gasim, Haji Ungkuk, dan Haji Abdullah. Saat ini yang menjadi penjaga makam adalah Hajjah Mastiah istri dari Almarhum Haji Abdullah. Lalu apa hubungannya kedua makam tersebut?
Menurut Pak Nanang makam yang ada di dalam rumah bercat hijau adalah yang asli. Di masa Penjajahan Balanda, makam tersebut dipindahkan ke pulau Tukung karena lokasinya akan digunakan untuk pengembangan pelabuhan. Namun makam tersebut tidak mau dipindahkan, tiba-tiba saja makam yang ada di darat bersinar yang menandakan makam tersebut sudah kembali lagi ke tempat semula. Jadi yang pulau Tukung sebenarnya kosong, namun bagaimana pun juga pernah digunakan untuk mensemayamkan ulama sehingga karomahnya masih ada.

Menurut cerita yang disampaikan dari penjaga-penjaga sebelumnya, makam tersebut memang sudah lama dikeramatkan oleh warga Balikpapan. Oleh sebab itu Belanda ingin menghancurkan makam tersebut namun upayanya selalu gagal. Pernah seorang prajurit Belanda akan menggeranat makam tersebut, namun tiba-tiba prajurit tersebut meninggal. Oleh sebab itu makam tersebut dibiarkan ditempatnya hingga sekarang.
Syarifah Fatimah Mariam Al Idrus adalah penyebar agama Islam di Balikpapan pada abad ke 18. Saat itu Balikpapan masih merupakan pemukiman-pemukiman di sekitar pantai teluk Balikpapan. Konon pelabuhan yang terdapat pulau tukung adalah titik awal dari pemukiman saat itu. Para pedagang dari Banjarmasin, Samarinda, dan kota-kota lain bersandar untuk berdagang dan mengisi logistik kapal mereka, termasuk air. Hingga saat ini mata air tempat para awak kapal mengisi persediaan air mereka masih ada, tak jauh dari makam. Penduduk masih menggunakan air dari sumber tersebut untuk berbagai keperluan, meskipun terdapat pengumuman dari pihak Pertamnina bahwa air tersebut dinyatakan tidak sehat.
Para pedagang yang bersandar di Balikpapan menemukan cairan hitam kental yang mudah terbakar di sepanjang pantai, lalu mengangkutnya sebagai bahan bakar. Belanda mengetahuinya sebagai minyak bumi, lalu melakukan perjanjian explorasi minyak bumi dengan kerajaan Kutai. Pengeboran pertama di sumur Mathilda, terletak di jalan Yos Sudarso (lebih dikenal sebagai jalan minyak) sekarang. Perkembangan dari usaha pertambangan dan industri di area ini kemudian mendesak pemukiman penduduk ke arah yang sekarang disebut sebagai Kampung Baru.
Hingga akhir hayatnya, bunda Syarifah Fatimah Mariam Al Idrus tidak menikah sehingga tidak memiliki garis keturunan.
Makam keramat ini mulai banyak dikunjungi masyarakat sekitar tahun 1970-an 

http://kpf-bpp.blogspot.com/2010/11/makam-keramat-pulau-tukung.html
 

MANAQIB SYEKH SAMMAN AL-MADANI AL-HASANI


(Sang Pendiri Tarekat Sammaniyah & Penjaga Makam Rasulullah Saw.)
Nama beliau adalah Ghauts az-Zaman al-Waliy Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah Saw
Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah Ahlul Bait Nabi beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dengan Imam Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Imam asy-Syafi’i madzab fiqih furu’ ibadatnya, dan Imam Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.
Beliau Ra. tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali Khalifah pertama, yakni Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingannya, kecuali para Anbiya wal Mursalin).
Guru mursyid beliau diantaranya adalah Sayyidina Syekh Musthafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria, keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Ra. dari pihak ayah, sedangkan dari pihak ibu keturunan Sayyidina Husein Sibthi Rasulullah Saw.
Pangkat kewalian beliau adalah seorang Pamungkas para wali, yakni Ghauts Zaman, dan wali Quthb al-Akwan, yakni kewalian yang hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.
Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung jumlahnya, bahkan sampai saat inipun karamah itu terus ada. Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.
Diantara murid-murid beliau dari Indonesia yaitu:
1. Quthb az-Zaman Syekh muhammad Arsyad al-Banjari
2. Quthb al-Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani)
3. Al-Quthb Syekh Abdussamad al-Palimbani
4. Al-Quthb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari)
5. Al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib Utsman Betawi)
6. Al-Quthb Syekh Dawud al-Fathani, dan lain-lain.
Dan diantara keagungan dan kemuliaan beliau yang amat banyak diantaranya adalah; semua murid beliau yang jumlahnya ribuan menempati maqam Quthb. Beliau menempati kemuliaan karena beliau berada pada jalan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah.
Demikian lah kesuksesan Syekh Samman dalam mendidik ruhani murid-muridnya sehingga mereka yang berjumlah ribuan menempati maqam Quthb, apatah lagi Rasulullah Saw. dengan para murid-muridnya yakni para sahabat, tentu maqam kewaliannya sangat agung, karena mereka mendapat keistimewaan menyertai kekasihNya (Muhammad Saw.), dan apa-apa yang menjadi Nubuwat Rasulullah Saw. dalam kitab-kitab terdahulu, maka pasti menceritakan dan memuji para Qudus agung yang menyertai kekasihNya, yakni para sahabat Rasulullah Saw.
Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Pendiri Tarekat Sammaniyah)

Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang tokoh pendirinya, yaitu Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani al-Hasani ai-Madani al-Qadiri al-Quraisyi. Ia adalah seorang fakih, ahli hadits, dan sejarawan pada masanya. Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari suku Quraisy.
Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah Swt. yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.
Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu diantaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini). Diantara karya-karya tulis beliau adalah; Mujamu al-Masyayikh, Tazyil at-Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.
Kemuliaan Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah. Baik dari kitab Manaqib Syaikh al-Waliy asy-Syahir Muhammad Samman maupun Hikayat Syekh Muhammad Samman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh Samman. Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syekh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar biasa.
“Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus," kata Abdullah al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, ketika itu Syekh Samman berada di kediamannya sendiri.
Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib, diperolehnya sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datanglah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang membawakan pakaian jubah putih dan berkata: "Ini pakaian yang cocok untukmu." Ia kemudian memerintahkan Syekh Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya itu.
Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah Saw. untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.
Wasiat Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Penjaga Makam Rasulullah Saw.)
Diantara wasiat yang diberikan Syekh Samman al-Madani adalah, berkata al-Imam al-Quthb al-Ghauts az-Zaman al-Waliy al-Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani:
• "Tidaklah aku diangkat Allah Swt. menjadi al-Waly al-Quthb al-Ghauts dan Quthb al-Akwan melainkan aku selalu rutin membaca doa; Allahummaghfir li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummarham li-ummati sayyidinina Muhammad. Allahummastur li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummajbur li-ummati sayyidina Muhammad Saw. 4X berturut-turut setelah selesai sholat Shubuh sebelum berkata-kata urusan dunia dan dia istiqamah membacanya maka ia menempati martabat fadhilah Quthub.”
Maksud beliau memberikan amalan ini ialah agar kita selalu bersatu sesama ummat islam dan sebagai ummatnya Rasulullah Saw. janganlah ada iri dengki dan buruk sangka terhadap sesama sekalipun seseorang itu kelihatannya hina. Jadi membaca doa ini setelah sholat Shubuh dengan niatan mudah-mudahan semua ummat Rasulullah Saw. diampuni Allah Swt. Atas segala dosa, dimudahkan Allah Swt. tuk mengamalkannya dan dengan harapan semoga hati kita dibersihkan dari segala penyakit hati seperti riya, ujub, takabbur, sombong, iri, dengki, hasud, berperasangka buruk dan sifat-sifat buruk lainnya.
• “Barangsiapa mengambil thariqah kepadaku dan mengamalkannya niscaya pasti ia akan mendapatkan rasa majdzub di dalam dunia (diambil oleh Allah Swt. aqalnya yang Basyariyyah diganti dengan aqal yang bersifat Rabbaniyah) yakni diambil oleh Allah akan rasa punya wujud dan sifat dan af’al diganti dengan rasa ‘adam mahdhah adam semata” yakni tiada punya wujud, sifat dan af’al melainkan hanya Allah Swt. yang punya wujud hakiki, minimal di saat sakaratul maut.”
• “Perkataan aku ini seperti perkataan Sayyidi Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Barangsiapa yang menyerukan aku “Ya Samman” 3 kali ketika mendapat kesusahan, niscaya aku akan datang menolongnya.”
Syekh Samman al-Madani meninggal dunia pada hari Rabu 2 Dzulhijjah tahun 1189 H, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ bersandingan dengan maqam para Istri Rasulullah. Para ualam mengatakan bahwa barangsiapa yang melazimkan membaca Manaqib Sayyidi Syekh Samman (Ratib Samman) berjamaah dengan orang banyak dan membaca al-Qur’an serta bertahlil kemudian bersedekah semampunya dan pahalanya dihadiahkan kepada Sayyidi Syekh Samman, niscaya ia akan dimudahkan rizqinya oleh Allah Swt.

Disarikan dari berbagai sumber.


http://biografiulamahabaib.blogspot.com/2012/11/manaqib-syekh-samman-al-madani-al-hasani.html —