Rabu, 12 Februari 2014

Doa untuk orang yang dikaruniai kelahiran bayi dan Jawabannya (lengkap)



Doa untuk orang yang dikaruniai kelahiran bayi


Ketauladanan ummu Sulaim RA, ibunda dari Anas bin Malik RA pelayan Nabi Muhammad SAW sangat terkenal dalam sejarah Islam.
Saat ia dilamar oleh Abu Thalhah, seorang hartawan musyrik di Madinah, dengan mahar emas dan perak, Ummu Sulaim menolak.

Ummu Sulaim justru menginginkan mahar yang jauh lebih berharga daripada emas dan perak. Itulah keislaman Abu Thalhah.
 Abu Thalhah pun masuk Islam dan keislamannya sangat baik. Ia adalah seorang jagoan panah yang sangat berani dalam barisan jihad kaum muslimin Madinah.
 Dari pernikahan itu lahir seorang anak yang menjadi permata kehidupan rumah tangga mereka.

Suatu ketika Abu Thalhah mengadakan perjalanan dagang. Saat itu anak kesayangannya sakit keras dan kemudian meninggal.
 Ummu Sulaim mengurus semuanya dari memandikan, mengafanai, menyolatkan hingga menguburkannya. Ia bersabar dan menyembunyikan berita kematian anak kesayanganya dari suaminya.

Ketika Abu Thalhah kembali ke rumah, Ummu Sulaim menyambutnya dengan hangat.
 Ia menyediakan jamuan makan yang lezat dan malamnya ia memberikan kehangatan yang memuaskan suaminya.
 Keesokan harinya, barulah ia memberitahukan berita tentang meninggalnya anak kesayangan mereka.

Kontan saja Abu Thalhah marah dan segera pergi menemui Rasulullah SAW.
Ia tumpahkan kekecewaan dan kesedihannya kepada beliau SAW. Mendengar ceritanya,
Rasulullah SAW mendoakan agar keduanya dikaruniai anak yang shalih. Beliau bersabda,

وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ لَقَدْ قَذَفَ اللَّهُ – تَبَارَكَ وَتَعَالَى – فِي رَحِمِهَا ذَكَرًا؛ لِصَبْرِهَا عَلَى وَلَدِهَا

“Demi Allah Yang telah mengutusku dengan kebenaran, Allah SWT telah menanamkan benih anak laki-laki dalam rahimnya,
 berkat kesabarannya atas meninggalnya anaknya.”

Doa Nabi SAW dikabulkan Allah SWT dan berita yang beliau kabarkan sungguh benar. Sembilan bulan setelah itu,
Ummu Sulaim melahirkan seorang bayi laki-laki yang mungil.

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Anas, temuilah ibumu dan katakan kepadanya,
 “Jika engkau telah memutuskan tali pusar bayimu, janganlah engkau berikan kepadanya sesuatu pun, sampai engkau mengirimkannya kepadaku!”

Bayi itu akhirnya dibawa oleh Anas bin Malik kepada Rasulullah SAW.
Beliau SAW mengolesi langit-langit mulut bayi itu dengan kunyahan kurma ‘Ajwah, kurma Madinah yang lembut.
Bayi laki-laki itu menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya. “Orang Anshar memang suka kurma,”seloroh Rasulullah SAW.

Beliau SAW kemudian bersabda, “Wahai Anas, bawalah bayi ini kepada ibumu dan katakan kepadanya:

بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”

(HR. Al-Bazzar 13/495 no. 7310 dengan sanad shahih. Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid wa Mamba’ul Fawaid, 9/261 berkata:
 Diriwayatkan oleh Al-Bazzar, para perawinya adalah para perawi kitab ash-Shahih selain Ahmad bin Manshur ar-Ramadi, dan ia adalah perawi yang tsiqah).

Inilah doa untuk orang yang dikaruniai kelahiran bayi. Bila yang didoakan adalah seorang bapak, maka lafal doa disesuaikan dengan kata ganti laki-laki sehingga berbunyi,

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

Barakallahu laka fiihi wa ja'alahu barratan taqiyyan
“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”

Dan jika bayi yang lahir adalah perempuan, maka lafal doa disesuaikan dengan kata ganti perempuan sehingga berbunyi,

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا وَجَعَلَهَا بَرَّةًً تَقِيَّةً

Barakallahu laka fiihaa wa ja'alahaa barratan taqiyyatan
“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”


atau dengan Ucapan Selamat Kita berikan ucapan selamat untuk keluarga yang baru melahirkan ini, ucapan standarnya :

بَارَكَ اللَّهُ لَك فِي الْمَوْهُوبِ لَك وَشَكَرْت الْوَاهِبَ وَبَلَغَ أَشَدَّهُ وَرُزِقَتْ بِرَّهُ

Barakallahu laka fil mauhubi laka wasyakartal wahiba wabalagha asyaddahu waruziqat birrahu.
"Semoga Allah melimpahkan berkah, dan Anda makin mensyukuri Dzat Pemberinya. Semoga anak ini mencapai kedewasaannya dan dikaruniai kebaikan."


Dan yang diberi ucapan selamat, menjawabnya, jawaban standardnya adalah :

بَارَكَ اللَّهُ لَك وَبَارَكَ عَلَيْك أَوْ أَجْزَلَ اللَّهُ ثَوَابَك أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ

"Barakallahu laka wabaraka alaika "atau" ajzalallahu tsawabaka ".

Semoga kalian juga diberkahi Allah. atau Semoga Allah memberimu balasan pahala yang besar.


Selain dari ucapan tersebut, ada ucapan lainnya yang shahih,

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْمُهَنَّأُ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ

‘Baarokallohu laka fil mauhuubi laka wa sayakartal Waahib wa balagho asyuddahu wa ruziqta birrohu’.”
“Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi,
dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”

Sedang orang yang diberi ucapan selamat membalas dengan mengucapkan:
“Baarokallohu laka wa baaroka ‘alaika wa jazaakallohu khoiron wa rozaqokallohu mitslahu aw ajzalallohu tsawaabak.
“Semoga Allah juga memberkahimu dan melimpahkan kebahagiaan untukmu.
Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaruniakan kepadamu sepertinya dan melipat gandakan pahalamu.”

[Lihat Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi, oleh Salim Al-Hilali 2/713


Merupakan atsar yang dinisbatkan kepada Husain bin `Ali r.a., bahwa beliau mengajarkan seseorang jika mendapati orang lain dikaruniai anak,
 agar mengucapkan selamat dengan do`a:
Barokallahu laka fil-mauhubi wasyakarta al-Wahib wabalagha asyuddahu waruziqta birrohu.
“Semoga keberkahan terlimpahkan kepadamu atas kelahiran ini. Bertambah syukurnya kepada Allah Yang Maha Pemberi karunia.
Bisa melihatnya hingga dewasa. Dan dikaruniai kebaikan-kebaikannya serta keberbaktiannya.”

Dan orang yang diberi ucapan selamat itu menjawab:
Barokallahu laka wa baroka `alayka wa jazakallahu khayran wa rozaqokAllahu mitslahu wa ajzala tsawabaka.
“Semoga Allah memberkahimu, memberikan kebaikan kepadamu, memberimu balasan yang baik, memberi karunia seperti ini juga, dan menggandakan pahalamu.”

Semua dalam bentuk mudzakkar mufrod (lelaki tunggal).

Sedangkan do`a untuk anak, itu merupakan hadits riwayat Bukhari juga Abu Dawud dari Ibnu `Abbas,
ketika Rasulullah mendo`akan Hasan-Husain yang baru lahir, dengan redaksi fa`il mufrod (yg mendo`akan tunggal) dan maf`ul mutsanna mudzakkar (anak yg dido`akan dua orang lelaki):
U`idzukuma bikalimatillahi at-tammah min kulli syaithonin wahammah wamin kulli `ainin lammah.
“Aku memohonkan perlindungan atas keduanya dengan Kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari segala godaan syaitan dan binatang buas, serta dari pandangan mata orang yang dengki.”

Kata ganti (dhomir-nya) silakan disesuaikan.

Dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepadanya,
 “Bagaimana cara saya mengucapkan ucapan selamat (kelahiran)?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah olehmu,

جَعَلَ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَ عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin”
Artinya, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi atasmu dan atas umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
(Atsar ini hasan, dikeluarkan oleh Imam Thabrani).”


Sebenarnya masih ada atsar lain dari Ayyub As-Sikhtiyani, namun karena lafazhnya sama,
kita cukupkan dengan atsar Hasan Al-Bashri. Untuk melihat atsar tersebut serta takhrij atsar yang lebih komplit bisa dilihat di buku terjemahannya.

“Atsar-atsar seperti ini jauh lebih baik daripada apa yang kami lihat berupa ucapan yang diada-adakan yang bisa digunakan pada hari ini.
Dan tidak seorang pun di antara ahlul ilmi yang memperbolehkannya.
Akan tetapi bersamaan dengan itu kami tidak melazimkan (membiasakan) memberi ucapan selamat seperti di atas,
layaknya amalan itu disebutkan oleh sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tidak juga kami menjadikannya seperti dzikir-dzikir yang lain yang telah pasti di dalam as-sunnah.
Maka barangsiapa yang mengucapkannya pada suatu kali, tidak mengapa. Adapun yang tidak mengucapkannya maka tidak ada ruginya.”


Bahasan lengkapnya bisa dilihat rujukan kitabnya di:
- Al-Adzkar, Imam An-Nawawi
- Shahih Kitab Al-Adzkar wa Dho`ifuhu, Salim bin Ied Al-Hilali
- Hishnul Muslimin, Said bin Ali Al-Qahthani
- Tuhfah Adz-Dzakirin, Imam Ibnu Jazari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar