MAHABBAH Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili
Itulah pertayaan yang diajukan oleh seseorang
kepada Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily ra:
1. Apakah yang disebut minuman Cinta?
2. Apa gelas piala Cinta?
3. Siapa sang peminum?
4. Apakah rasa minumannya?
5. Siapakan para peminum sejati?
6. Apakah rasa segar minuman?
7. Apakah yang disebut mabuk Cinta?
8. Apa pula sadar dari mabuk itu?
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili menjawab:
Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang
berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih.
Gelas pialanya adalah kelembutan yang
menghubungkan ke bibir-bibir hati.
Sang peminum adalah pihak yang mendapat
limpahan agung kepada orang-orang istemewa
seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang
saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian
dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya.
Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan
keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas
demi nafas jiwa.
Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang
terdendam rindunya ketika hijab diturunkan.
Sang peminum sejati adalah pecinta yang
meneguk arak cinta itu, sejam dua jam.
Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang
yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus
meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai
ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik
minuman yang melimpah itu.
Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut
dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa
yang dikatakan dan diucapkan padanya.
Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar
ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di
hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih
berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan,
tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai
ragam kadar yang ada, itulah yang disebut
sebagai waktu sadar cinta, ketika pandangannya
meluas melintas batas dan pengetahuannya
semakin bertambah.
Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan,
berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi
petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka
dengan matahari ma’rifat, mencerahi padang
harinya. Mereka itulah yang disebut Hizbullah
(Pasukan-pasukan Allah) dan ingatlah bahwa
Hizbullah itulah yang menang.” (Al-Mujadilah: 22)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar