Senin, 17 Februari 2014

Risalah Al Ghoutsiyyah

Al-Syekh Abdul Qadir Al-Jilani RA
----------------------------------------------
------------
Risalah Al Ghautsiyyah adalah berbentuk
dialog batiniyyah antara Allah SWT dan
al-Syekh Abdul Qadir Al -Jilani RA, yang
diterima melalui ilham qalbi dan
penyingkapan ruhani [kasyf ma’nawi].
Dengan nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang;
Segala puji bagi Allah, Sang Penghapus
Duka. Shalawat atas manusia terbaik,
Muhammad. Berkatalah sang penolong
agung, yang terasing dari selain Allah
dan amat intim dengan Allah.
Allah SWT Berkata : “Wahai penolong
agung!”
Aku menjawab : “Aku mendengar
panggilan-Mu, Wahai Tuhannya si
penolong.”
Dia Berkata : “Setiap tahapan antara
alam Naasut dan alam Malakut adalah
syariat; setiap tahapan antara alam
Malakut dan Jabarut adalah tarekat; dan
setiap tahapan antara alam Jabarut dan
alam Lahut adalah hakikat.” 1
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung ! Aku tidak pernah
mewujudkan Diri-Ku dalam sesuatu
sebagaimana perwujudanKu dalam diri
manusia.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku,
apakah Engkau memiliki tempat ?”,
Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Akulah Pencipta
tempat, dan Aku tidak memiliki tempat.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku,
apakah Engkau makan dan minum ?”,
Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, makanan dan minuman
kaum fakir adalah makanan dan
minuman-Ku.”2
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, dari
apa Engkau ciptakan malaikat ?”. Dia
Berkata kepadaku : “Aku Ciptakan
malaikat dari cahaya manusia, dan Aku
Ciptakan manusia dari cahaya-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Jadikan manusia
sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan
seluruh isi alam sebagai kendaraan
baginya.”3
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, betapa indahnya Aku
sebagai Pencari ! Betapa indahnya
manusia sebagai yang dicari ! Betapa
indahnya manusia sebagai pengendara,
dan betapa indahnya alam sebagai
kendaraan baginya.”4
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, manusia adalah
rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya.
Jika manusia menyadari kedudukannya
di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada
setiap hembusan nafasnya, ‘milik
siapakah kekuasaan pada hari ini ?’.”5
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, tidaklah manusia
makan sesuatu, atau minum sesuatu,
dan tidaklah ia berdiri atau duduk,
berbicara atau diam, tidak pula ia
melakukan suatu perbuatan, menuju
sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali
Aku Ada [Berperan] di situ, Bersemayam
dalam dirinya dan Menggerakkannya.”6
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, tubuh manusia,
jiwanya, hatinya, ruhnya,
pendengarannya, penglihatannya,
tangannya, kakinya, dan lidahnya,
semua itu Aku Persembahkan kepadanya
oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain
adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain
dia.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, jika engkau melihat
seseorang terbakai oleh api kefakiran
dan hancur karena banyaknya
kebutuhan, maka dekatilah ia, karena
tidak ada penghalang antara Diri-Ku dan
dirinya.”7
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, janganlah engkau
makan sesuatu atau minum sesuatu dan
janganlah engkau tidur, kecuali dengan
kehadiran hati yang sadar dan mata
yang awas.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, barangsiapa terhalang
dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka
ia akan diuji dengan perjalanan lahir,
dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku
melainkan justru semakin menjauh
dalam perjalanan batin.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, kemanunggalan ruhani
merupakan keadaan yang tak dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Siapa
yang percaya dengannya sebelum
mengalaminya sendiri, maka ia telah
kafir. Dan barang siapa menginginkan
ibadah setelah mencapai keadaan
wushul, maka ia telah menyekutukan
Allah SWT.”8
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, barangsiapa
memperoleh kebahagiaan azali, maka
selamat atasnya, dia tidak akan terhina
selamanya. Dan barang siapa
memperoleh kesengsaraan azali, maka
celaka baginya, dia tidak akan diterima
sama sekali setelah itu.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Jadikan kefakiran
dan kebutuhan sebagai kendaraan
manusia. Barangsiapa menaikinya, maka
ia telah sampai di tempatnya sebelum
menyeberangi gurun dan lembah.”9
Lalu Dia Berkatak kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila manusia
mengetahui apa yang terjadi setelah
kematian, tentu ia tidak menginginkan
hidup di dunia ini. Dan ia akan berkata
di setiap saat dan kesempatan, ‘Tuhan,
matikan aku !’.”10
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, semua makhluk pada
hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu
dalam keadaan tuli, bisu dan buta, lalu
merasa rugi dan menangis. Demikian
pula di dalam kubur.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, cinta merupakan tirai
yang membatasi antara sang pencinta
dan yang dicintai. Bila sang pencinta
telah padam dari cintanya, berarti ia
telah sampai kepada Sang Kekasih.”11
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Melihat Ruh-ruh
menunggu di dalam jasad-jasad mereka
setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini
Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”
Lalu sang penolong berkata : “Aku
melihat Tuhan Yang Maha Agung dan
Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, barangsiapa bertanya
kepadaKu tentang melihat setelah
mengetahui, berrti ia terhalang dari
pengetahuan tentang melihat.
Barangsiapa mengira bahwa melihat
tidak sama dengan mengetahui, maka
berarti ia telah terperdaya oleh melihat
Allah SWT.’”12
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, orang fakir dalam
pandangan-Ku bukanlah orang yang
tidak memiliki apa-apa, melainkan orang
fakir adalah ia yang memegang kendali
atas segala sesuatu. Bila ia berkata
kepada sesuatu, ‘jadilah !’ maka
terjadilah ia.”13
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Tak ada
persahabatan dan kenikmatan di dalam
surga setelah kemunculan-Ku di sana,
dan tak ada kesendirian dan kebakaran
di dalam neraka setelah sapaan-Ku
kepada para penghuninya.”14
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Yang Paling Mulia
di antara semua yang mulia, dan Aku
Yang Paling Penyayang di antara semua
penyayang.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, tidurlah di sisi-Ku
tidak seperti tidurnya orang-orang
awam, maka engkau akan melihatKu.”
Terhadap hal ini aku bertanya : “Wahai
Tuhanku, bagaimana aku tidur disisi-
Mu ?”. Dia Berkata : “Dengan
menjauhkan jasmani dari kesenangan,
menjauhkan nafsu dari syahwat,
menjauhkan hati dari pikiran dan
perasaan buruk, dan menjauhkan ruh
dari pandangan yang melalaikan, lalu
meleburkan dzatmu di dalam Dzat.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, katakan kepada
sahabatmu dan pencintamu, siapa di
antara kalian yang menginginkan
kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah
ia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari
kefakiran. Bila kefakiran itu telah
sempurna, maka tak ada lagi apapun
selain Aku.”15
Lalu Dia Berkata : “Wahai penolong
agung, berbahagialah jika engkau
mengasihi makhluk-makhluk-Ku, dan
beruntunglah jika engkau memaaafkan
makhluk-makhluk-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, katakan kepada
pencintamu dan sahabatmu, ambillah
manfaat dari do’a kaum fakir, karena
mereka bersama-Ku dan Aku Bersama
mereka.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Bersama segala
sesuatu, Tempat Tinggalnya,
Pengawasnya, dan kepada-Ku tempat
kembalinya.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, jangan peduli pada
surga dan apa yang ada di sana, maka
engkau akan melihat Aku tanpa
perantara. Dan jangan peduli pada
neraka serta apa yang ada di sana,
maka engkau akan melihat Aku tanpa
perantara.”16
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, para penghuni surga
disibukkan oleh surga, dan para
penghuni neraka disibukkan oleh-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, sebagian penghuni
surga berlindung dari kenikmatan,
sebagaimana penghuni neraka
berlindung dari jilatan api.”17
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, barangsiapa
disibukkan dengan selain Aku, maka
temannya adalah sabuk [tanda kekafiran]
pada hari kiamat.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, orang-orang yang
dekat mencari pertolongan dari
kedekatan, sebagaimana orang-orang
yang jauh mencari pertolongan dari
kejauhan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, sesungguhnya Aku
Memiliki hamba-hamba yang bukan nabi
maupun rasul, yang kedudukan mereka
tidak diketahui oleh siapapun dari
penghuni dunia maupun penghuni
akhirat, dari penghuni surga ataupun
neraka, tidak juga malaikat Malik
ataupun Ridwan, dan Aku Tidak
Menjadikan mereka untuk surga maupun
untuk neraka, tidak untuk pahala
ataupun siksa, tidak untuk bidadari,
istana maupun pelayan-pelayan
mudanya. Maka beruntunglah orang
yang mempercayai mereka meski belum
mengenal mereka.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, engkau adalah salah
satu dari mereka. Dan di antara tanda-
tanda mereka di dunia adalah tubuh-
tubuh mereka terbakar karena sedikitnya
makan dan minum; nafsu mereka telah
hangus dari syahwat, hati mereka telah
hangus dari pikiran dan perasaan buruk,
ruh-ruh mereka juga telah hangus dari
pandangan yang melalaikan. Mereka
adalah pemilik keabadian yang terbakar
oleh cahaya perjumpaan [dengan Tuhan]
.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila seseorang yang
haus datang kepadamu di hari yang
amat panas, sedangkan engkau memiliki
air dingin dan engkau sedang tidak
membutuhkan air, jika engkau menahan
air itu baginya, maka engkau adalah
orang yang paling kikir. Bagaimana Aku
Menolak mereka dari rahmat-Ku padahal
Aku Telah Menetapkan atas Diri-Ku,
bahwa Aku Paling Pengasih di antara
yang mengasihi.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, tak seorang pun dari
ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak
seorangpun dari ahli ketaatan yang
dekat dari-Ku.”18
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila seseorang dekat
kepada-Ku, maka ia adalah dari
kalangan maksiat, karena ia merasa
memiliki kekurangan dan penyesalan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, merasa memiliki
kekurangan merupakan sumber cahaya,
dan mengagumi cahaya diri sendiri
merupakan sumber kegelapan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, ahli maksiat akan
tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli
taat akan tertutupi oleh ketaatannya.
Dan Aku Memiliki hamba-hamba selain
mereka, yang tidak ditimpa kesedihan
maksiat dan keresahan ketaatan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, sampaikan kabar
gembira kepada para pendosa tentang
adanya keutamaan dan kemurahan, dan
sampaikan berita kepada para
pengagum diri sendiri tentang adanya
keadilan dan pembalasan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, ahli ketaatan selalu
mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat
selalu mengingat Yang Maha Pengasih.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Dekat dengan
pelaku maksiat setelah ia berhenti dari
kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari
orang yang taat setelah ia berhenti dari
ketaatannya.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, Aku Menciptakan
orang awam namun mereka tidak
mampu memandang cahaya kebesaran-
Ku, maka Aku Meletakkan tirai
kegelapan di antara Diri-Ku dan mereka.
Dan Aku Menciptakan orang-orang
khusus namun mereka tidak mampu
mendekati-Ku dan mereka sebagai tirai
penghalang.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, katakan kepada para
sahabatmu, siapa di antara mereka yang
ingin sampai kepada-Ku, maka ia harus
keluar dari segala sesuatu selain Aku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, keluarlah dari batas
dunia, maka engkau akan sampai ke
akhirat. Dan keluarlah dari batas akhirat,
maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, keluarlah engkau dari
raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati
dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum
dan perintah, maka engkau akan sampai
kepada-Ku.”
Maka aku bertanya : “Wahai Tuhanku,
shalat sepert apa yang paling dekat
dengan-Mu ?.” Dia Berkata : “Shalat
yang di dalamnya tiada apapun kecuali
Aku, dan orang yang melakukannya
lenyap dari shalatnya dan tenggelam
karenanya.”19
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku,
puasa seperti apa yang paling utama di
sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Puasa yang di
dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan
orang yang melakukannya lenyap
darinya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku,
amal apa yang paling utama di sisi-
Mu ?.” Dia Berkata : “Amal yang di
dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik
itu [harapan] surga ataupun [ketakutan]
neraka, dan pelakunya lenyap darinya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku,
tangisan seperti apa yang paling utama
di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tangisan
orang-orang yang tertawa." Lalu aku
berkata : “Wahai Tuhanku, tertawa
seperti apa yang paling utama di sisi-
Mu ?.” Dia Berkata : “Tertawanya
orang-orang yang menangis karena
bertobat.” Lalu aku berkata : “Wahai
Tuhanku, tobat seperti apa yang paling
utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab :
“Tobatnya orang-orang yang suci.” Lalu
aku bertanya : “Wahai Tuhanku,
kesucian seperti apa yang paling utama
di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Kesucian
orang-orang yang bertobat.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, pencari ilmu di mata-
Ku tidak mempunyai jalan kecuali
setelah ia mengakui kebodohannya,
karena jika ia tidak melepaskan ilmu
yang ada padanya, ia akan menjadi
setan.”20
Berkatalah sang penolong agung : “Aku
bertemu Tuhanku SWT dan aku bertanya
kepada-Nya, ‘Wahai Tuhan, apa makna
kerinduan [‘isyq] ?’, Dia Menjawab :
‘Wahai penolong agung, [artinya]
engkau mesti merindukan-Ku dan
mengosongkan hatimu dari selain Aku.’”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, jika engkau mengerti
bentuk kerinduan maka engkau harus
lenyap dari kerinduan, karena ia
merupakan penghalang antara si perindu
dan yang dirindukan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila engkau berniat
melakukan tobat, maka pertama kali
engkau harus bertobat dari nafsu, lalu
mengeluarkan pikiran dan perasaan
buruk dari hati dengan mengusir
kegelisahan dosa, maka engkau akan
sampai kepada-Ku. Dan hendaknya
engkau bersabar, karena bila tidak
bersabar berarti engkau hanya bermain-
main belaka.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila engkau ingin
memasuki wilayah-Ku, maka hendaknya
engkau tidak berpaling kepada alam
mulk, alam malakut, maupun alam
jabarut. Karena alam mulk adalah
setannya orang berilmu, dan malakut
adalah setannya ahli makrifat, dan
jabarut adalah setannya orang yang
sadar. Siapa yang puas dengan salah
satu dari ketiganya, maka ia akan terusir
dari sisi-Ku.”
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, perjuangan spiritual
[mujahadah] adalah salah satu lautan di
samudera penyaksian [musyahadah] dan
tela dipilih oleh orang-orang yang sadar.
Barangsiapa hendak masuk ke samudera
musyahadah, maka ia harus memilih
mujahadah, karena mujahadah
merupakan benih dari musyahadah dan
musyahadah tanpa mujahadah adalah
mustahil. Barangsiapa telah memilih
mujahadah, maka ia akan mengalami
musyahadah, dikehendaki atau tidak
dikehendaki.”21
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, para pencari jalan
spiritual tidak dapat berjalan tanpa
mujahadah, sebagaimana mereka tak
dapat melakukannya tanpa Aku.”
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, sesungguhnya hamba
yang paling Ku Cintai adalah hamba
yang mempunyai ayah dan anak tetapi
hatinya kosong dari keduanya. Jika
ayahnya meninggal, ia tidak sedih
karenanya, dan jika anaknya pun
meninggal, ia pun tidak gundah
karenanya. Jika seorang hamba telah
mencapai tingkat seperti ini, maka di
sisi-Ku tanpa ayah dan tanpa anak, dan
tak ada bandingan baginya.”22
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, siapa yang tidak
merasakan lenyapnya seorang ayah
karena kecintaan kepada-Ku dan
lenyapnya seorang anak karena
kecintaan kepada-Ku, maka ia tak akan
merasakan lezatnya Kesendirian dan
Ketunggalan.”
Dia juga Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, bila engkau ingin
memandang-Ku di setiap tempat, maka
engkau harus memilih hati resah yang
kosong dari selain Aku.” Lalu aku
bertanya : “Tuhanku, apa ilmunya ilmu
itu ?.” Dia Menjawab : “Ilmunya ilmu
adalah ketidaktahuan akan ilmu.”
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, berbahagialah seorang
hamba yang hatinya condong kepada
mujahadah, dan celakalah bagi hamba
yang hatinya condong kepada syahwat.”
Lalu aku bertanya kepada Tuhanku SWT
tentang mi’raj. Dia Berkata : “Mi’raj
adalah naik meninggalkan segala
sesuatu kecuali Aku, dan kesempurnaan
mi’raj adalah pandangan tidak berpaling
dan tidak pula melampauinya [ QS 53 :
17].” Lalu Dia Berkata kepadaku :
“Wahai penolong agung, tidak ada
shalat bagi orang yang tidak melakukan
mi’raj kepada-Ku.”23
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai
penolong agung, orang yang kehilangan
shalatnya adalah orang yang tidak mi’raj
kepada-Ku.”
Keterangan :
1. Alam Naasut adalah alam manusia, di
dalamnya yang tampak adalah urusan-
urusan kemanusiaan yang lembut dan
bersifat ruhaniah. Alam Malakut adalah
alam dimana para malaikat berkiprah
melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan oleh Allah SWT. Alam Jabarut
adalah alam gaib tempat urusan-urusan
ilahiah yang menunjukkan hakikat daya
paksa, kekerasan, kecepatan tindak
pembalasan, dan ketidakbutuhan kepada
segala sesuatu. Alam Lahut adalah alam
gaib yang di dalamnya hanya tampak
urusan-urusan ilahiah murni.
2. Yang dimaksud fakir disini bukanlah
orang yang membutuhkan harta benda,
melainkan orang yang merasa butuh
kepada Allah SWT.
3. Kendaraan di sini berarti sarana untuk
menyampaikan seseorang kepada
tujuan. Untuk tujuan tertentu, Allah SWT
memanfaatkan manusia sebagai
saranaNya, sementara manusia
memanfaatkan alam sebagai sarana
untuk mencapai tujuannya.
4. Allah SWT sebagai pencari sarana,
memilih manusia – makhluk yang paling
mulia – sebagai kendaraanNya. Betapa
Agungnya Dia dan betapa terhormatnya
manusia yang telah dipilihNya. Dan
merupakan keagungan pula bagi alam
karena telah dijadikan oleh manusia
sebagai kendaraan yang membawanya
kepada tujuannya.
5. Jika manusia mengetahui secara
hakiki betapa tinggi kedudukannya dan
betapa dekat ia dengan Allah SWT,
maka ia akan merasa bahwa suatu saat
nanti – karena kedekatan itu – Allah akan
memberikan kekuasaanNya kepadanya.
Karena itulah ia akan senantiasa
menanti, kapan saat penyerahan itu tiba,
dengan kalimat : “Milik siapakah
kekuasaan pada hari ini ?.”
6. Allah SWT selalu berperan dalam
setiap gerak dan diamnya manusia.
7. Orang yang telah menyadari kefakiran
dan kebutuhannya di hadapan Allah
SWT, berarti ia telah memahami posisi
dirinya terhadap Tuhannya. Sehingga
tiada lagi penghalang antara dirinya dan
Allah SWT.
8. Penyatuan ruhani antara makhluk dan
Khaliq tidak akan dapat diungkapkan
dengan kata-kata. Jika seseorang belum
mengalaminya sendiri, maka ia akan
cenderung mengingkarinya. Dan orang
yang mengaku telah mengalaminya
padahal belum, maka ia telah kafir.
Orang yang telah mencapai keadaan ini,
tiada yang ia inginkan selain perjumpaan
dengan Allah. Jika ia menginginkan hal
lain, meski itu berupa ibadah sekalipun,
dalam maqam ini, ia dianggap telah
menyekutukan Allah dengan
keinginannya yang lain.
9. Kefakiran dan kebutuhan merupakan
sarana yang membawa manusia kepada
kesadaran akan jati dirinya dan
kebesaran Allah SWT. Orang yang telah
sampai pada kesadaran semacam ini
berarti telah sampai pada posisinya
yang tepat tanpa harus menempuh
perjalanan yang berliku-liku.
10. Kematian merupakan saat
disingkapkannya hakikat segala sesuatu,
dan perjumpaan dengan Tuhan adalah
saat yang paling dinantikan oleh orang
yang merindukanNya.
11. Cinta tiada lain kecuali keinginan
sang pencinta untuk berjumpa dan
bersatu dengan yang dicintai. Bila
keduanya tel`h bertemu, maka cinta itu
sendiri akan lenyap, dan keberadaan
cinta itu justru akan menjadi penghalang
antara keduanya.
12. Yang dimaksud mengetahui adalah
melihat dengan mata hati. Jadi, di sini
melihat sama dengan mengetahui.
13. Fakir dalam pandangan Allah SWT
bukanlah orang yang tidak memiliki
harta benda, melainkan orang yang
merasa butuh kepada Allah SWT, dan
tidak memiliki perhatian kepada apapun
selain Allah SWT. Orang seperti ini,
kehendaknya sama dengan kehendak
Allah SWT, sehingga apa yang ia
inginkan untuk terwujud akan terwujud.
14. Keinginan dan kenikmatan terbesar
manusia di alam akhirat itu hanyalah
perjumpaan dengan Allah SWT. Maka
kenikmatan di dalam surga dan
kesengsaraan di dalam neraka tidak
akan terasa jika dihadapkan pada
kenikmatan perjumpaan dengan Allah
SWT, meski itu hanya dalam bentuk
sapaan belaka.
15. Kefakiran adalah suatu keadaan
butuh. Jika seseorang tidak
membutuhkan apa pun selain Allah,
maka kefakirannya telah sempurna.
Baginya, Yang Wujud hanyalah Allah
SWT, tak ada selainNya.
16. Ini seperti ungkapan Rabi’ah Al
Andawiyah : “Aku menyembah Allah
bukan karena mengharap surga atau
takut akan neraka, melainkan karena Dia
memang layak untuk disembah dan
karena aku mencintai-Nya.”
17. Penghuni surga berlindung dari
kenikmatan agar mereka tidak terlena
sehingga lupa akan kenikmatan yang
paling besar, yakni perjumpaan dengan
Allah SWT.
18. Maksudnya, walaupun seseorang
termasuk ahli maksiat, Allah tetap dekat
dengannya sehingga jika ia mau
bertobat, Allah pasti menerimanya. Dan
janganlah seorang yang taat
menyombongkan diri atas ketaatannya,
karena dengan begitu ia justru akan
semakin jauh dari Allah. Memiliki
perasaan kekurangan dan penyesalan
itulah yang menyebabkan seseorang
dekat kepada Allah.
19. Lenyap dari shalat bermakna bahwa
niat dan perhatian si pelaku shalat
hanya tertuju kepada Allah SWT.
Fokusnya bukan lagi penampilan fisik
maupun gerakan-gerakan, melainkan
kepada makna batiniah shalat itu.
20. Ilmu yang sesungguhnya adalah
yang ada di sisi Allah SWT, sementara
ilmu yang kita miliki hanyalah semu dan
palsu. Selama manusia tidak melepas
kepalsuan itu, ia tidak akan menemukan
ilmu sejati. Ilmu sejati tidak akan
berlawanan dengan perbuatan. Setan
adalah contoh pemilik ilmu yang
perbuatannya berlawanan dengan ilmu
yang dimilikinya.
21. Mujahadah adalah perjuangan
spiritual dengan cara menekan
keinginan-keinginan jasmani, nafsu, dan
jiwa, agar tunduk di bawah kendali ruh
kita. Musyahadah adalah penyaksian
akan kebesaran dan keagungan Allah
SWT melalui tanda-tanda keagungan-
Nya di alam ini.
22. Kecintaan seseorang kepada anak
atau orang tua semestinya tidak
melebihi kecintaannya kepada Allah
SWT. Ia harus menyadari bahwa orang
tua maupun anak adalah anugerah Allah
SWT yang bersifat sementara, dan cepat
atau lambat ia akan berpisah dengan
mereka. Maka seharusnya perpisahan itu
tidak membuatnya gundah dan gelisah
mengingat hal itu terjadi karena
kehendak Allah SWT [ QS 80 : 34-37]
23. Dalam sebuah hadist, Nabi SAW
berkata : “Shalat adalah mi’raj kaum
mukmin.” Mi’raj berarti naiknya ruh
menghadap Allah SWT meski jasad kita
tetap berada di alam ini. Jika shalat
seseorang belum membawanya kepada
keadaan seperti ini, berarti ia belum
melakukan shalat dengan sempurna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar