Jumat, 29 April 2016

Wanita solehah sang Waliyah

Imam Abdullah bin Husein bin Thohir (salah satu guru Imam Ali Shohibul Maulid) yang terkenal dengan Qasidah Ya Arhamarrahimin-nya, beliau mempunyai beberapa anak diantara Sayyid Ahmad dan Hubabah Nur. Kedua begitu akrab, dari urusan belajar, ibadah, mujahadah hingga bercanda sering mereka lakukan bersama.

Satu waktu setelah keduanya dewasa, Hubabah Nur mengunjungi kediaman Sayyid Ahmad dan ketika melaksanakan hendak shalat, beliau bertanya, "Kemana arah kiblat?" Dengan maksud bercanda sebagaimana yang biasa mereka lakukan saat kecil, Sayyid Ahmad menunjukan arah yang sebenarnya bukan arah kiblat.

Saat Hubabah Nur hendak mengangkat tangannya memulai shalat, beliau segera membatalkannya sambil berkata, "Arahnya bukan kesitu, kau pikir aku tidak tahu. Demi Allah, aku tidak pernah mengucapkan Takbiratul Ihram kecuali setelah benar-benar melihat Ka'bah."

(Dinukil dari buku “Biografi Habib Ali Habsyi Muallif Simthuddurar” hal. 164 karya Drs. Sayyid Husein bin Anis bin Alwi bin Imam Ali Shohib Maulid bin Imam Muhammad Mufti Makkah Al-Habsyi)

Syariat tariqat hakikat marifat

SYARIAT, TAREKAT DAN HAKIKAT ADALAH SATU KESATUAN, TIDAK BISA DIPISAH-PISAHKAN.
.
Tidak benar jika mengaku bertarekat tetapi meninggalkan syariat, karena tarekat adalah buah dari syariat. Jadi, kalau bertarekat harus melalui pintunya dahulu, yaitu syariat.

Syariat lah yang mengatur kehidupan kita, dengan menggunakan hukum. Dari mulai akidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada ALLAH, Malaikat, Kltab ALLAH, Rasul, hari akhir serta takdir baik dan buruk. Dan syariat pula mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Serta keutamaan shalat, juga hubungan antara manusia, seperti jual-bell, pernikahan, dan lain-lainnya.

Setelah menjalankan syariat dengan balk, kita bertarekat, sebagai jalan menuju kepada ALLAH ﷻ. Jadi, jika diartikan secara sederhana jalan menuju kepada ALLAH disebut tarekat. Bertarekat perlu dibimbing oleh para Mursyid, yang akan mengantar murid darl mengerti sampai mengenal ALLAH hingga nantinya "dikenal" ALLAH ﷻ, yang artinya dekat dan disayang oleh ALLAH ﷻ. Amalan utama tarekat adalah berdzikir.

Dan juga, yang juga perlu dipahami, pengertlan tarekat tidak terbatas hal itu. Yang dltuntut oleh tarekat di jalan ALLAH adalah perilaku yang mulia dari para pengikut tarekat. Terutama mem-bersihkan kotoran-kotoran yang ada dl dalam batin dan lahirnya, sehingga secara lahir dan batin kita bersih dalam menuju ke jalan ALLAH.

Sebagai contoh berwudhu. Wudhu adalah peraturan syariat, guna menjalankan shalat dan lain-lainnya. Biasanya kita hanya berwudhu untuk mendapatkan keutamaan wudhu, serta sebagai syarat untuk menjalankan shalat.
Sedangkan tarekat menuntut buah (hasil) dari wudhu di dalam kehidupan kita. Berapa kali kita membasuh muka ketika berwudhu, berapa kali kita membasuh tangan setiap hari untuk menjalankan ibadah. Dari situ kita coba aplikasikan dalam kehldupan kita masing-maslng.

Darl hasil wudhu, kita cari buahnya yaitu lebih berakhlak, lebih rendah hati, lebih beradab, sehingga ada peningkatan dari hari ke hari. Itulah buahnya (hasilnya), sehingga kita semakin dekat kepada ALLAH. Sebab, justru di hadapan ALLAH, kita semakin menundukkan kepala. Karena semua itu adalah pemberian-NYA semata-mata. Kalau bukan karena pemberian-NYA, bagaimana bisa mengerti segala yang kita miliki ini.
Begitu juga, kita pun diberi pemahaman oleh ALLAH terhadap junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ atas limpahan rahmat kepadanya, sehingga kita menjadi pengikutnya yang setia. Untuk itulah kita selalu memuji Rasulullah ﷺ dengan tujuan supaya kita lebih dekat kepada Rasulullah. Dengan begitu, sosok Rasulullah akan menjadi idola bagi kita dalam menapaki kehidupan hingga akhir hayat.

Bertarekat akan memupuk sikap rendah hati kita kepada Para Wali, Ulama serta Guru-Guru kita yang telah memberikan pemahaman tentang kebenaran ajaran syariat dan tarekat. Itu baru dari segi membersihkan muka secara lahiriah dan bathiniah, hal itu akan mencegah tangan kita dari berbuat maksiat. Kita akan selalu diperingatkan untuk tidak mengambil yang bukan milik kita apalagi melakukan korupsi, misalnya yang sangat merugikan rakyat. Sebab tangan kita sudah disucikan setiap hari. Kalau kita bisa mempelajari banyak hal dari wudhu saja, insyaALLAH masalah korupsi itu bisa diberantas. Lalu telinga kita yang digunakan untuk mendengarkan suatu yang baik. Kita tidak akan menyampaikan yang kita dengar kalau informasi itu justru akan memancing masalah atau memanaskan situasi, apalagi menimbulkan perpecahan dan kekacauan. Tentu saja, hal itu berlaku pula bagi mata kita, kedua kaki kita, dan anggota badan lainnya. Itulah hasil karya, hasil didikan, yang mendapatkan bimbingan dari ALLAH.

Mengapa kita harus berwudhu ketika akan mendirlkan shalat !? Berwudhu tidak hanya membersihkan kotoran lahiriah kita, tetapi pada hakikatnya juga membersihkan kotoran batiniah. Al-Qur'an menyebutkan bahwa shalat mencegah dari kemungkaran dan kerusakan, karena kita sudah memahami makna wudhu dan shalat itu secara tarekat.

Bagi para murid yang ingin belajar tarekat, saya anjurkan, mulailah dari seorang guru yang dipercaya. Tapi sebaliknya, bagi guru yang ingin ditaati muridnya, cobalah didik para murid itu seperti timba yang mendekati sumurnya, bukan sumuryang mendekati timbanya. Maka akan terbentuklah kewibawaan guru terhadap muridnya. Bagi murid, saya anjurkan untuk belajar hanya pada satu guru.
Sebagai contoh mudahnya, kalau air teh dicampur susu lalu dicampur lagi dengan kopi atau lainnya, meskipun halal, apa jadinya? Bagaimana rasanya? Jadi kalau ingin minum teh, minum saja teh tanpa dicampur dengan lainnya. Nikmati minum teh dengan gula, kemudian cari manfaatnya bagi tubuh. Begitu juga kalau ingin minum kopi, susu, atau lainnya. Itu hanya sebagai perumpamaan. Jadi, kalau ingin belajar tarekat, jangan sekadar melihat organisasi itu besar Meski organisasi tarekat itu kecil, kalau lebih berpengaruh terhadap jiwa kita, sehingga iebih mendekatkan diri kepada ALLAH, tidak perlu ragu lagl untuk mengikutinya.
.
- Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (Rois Am Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah) -

.

Kamis, 28 April 2016

Duduk Sunnah

Duduk Ihtiba, yakni mengangkat kedua lutut kemudian diikat melingkar kepada pinggang baik dengan tangan maupun dengan kain, adalah makruh bila dilakukan ketika Khatib telah naik mimbar.

Duduk Ihtiba berbeda dengan duduk Furqushoh. Duduk Furqushoh sebagaimana yang terlihat dalam gambar, sedangkan Ihtiba mengangkat penuh lulut hingga menempel dengan perut.

(Dinukil dari terjemah kitab "Muqaddimah Hadhramiyah Fi Fiqhus Sadat Syafi'iyah" bab Shalat Jum'at hal 167-168 karya Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadhal)

Selasa, 26 April 2016

Adab

Kisah karomah Aulia Allah

Kisah Karamah Aulya
Maulana Syeikh Dhiyauddin Khalid Al-Utsmani

Beliau adalah salah keturunan Sayyidina Utsman bin Affan yang menjadi pemuka Ahli Sufi di negeri Syam. Lahir di desa Karada, Sulaimaniyyah, Iraq pada tahun 1193 H (1779 M) dan wafat di Damaskus, Suriah pada hari Jum'at tanggal 13 Dzulqo'dah 1242 H (1827 M). Semasa hidupnya beliau menjadi Mursyid bagi lima Thariqah sekaligus, meskipun beliau lebih dikenal sebagai Mursyid Naqsyabandi.

Diantara karamahnya, pernah ada seorang pembenci Thariqah mengumpulkan orang-orang untuk melakukan Khalaqah Dzikir sebagaimana yang sering dilakukan Syeikh Khalid. Maksud ia melakukan itu adalah untuk memperolok-olok Syeikh Khalid dan apa yang diajarkannya. Ketika ia hendak maju menirukan gaya Syeikh Khalid, mendadak ia menjadi gila dan merobek-robek bajunya, lalu berlari-lari hingga tersesat di tengah gurun dalam keadaan masih gila.

Selang beberapa waktu, datanglah saudara dari pembenci Thariqah tersebut kepada Syeikh Khalid dan memohon agar beliau berkenan memaafkan saudaranya. Syeikh Khalid lalu menunjukan tempat dimana saudaranya itu berada, setelah dijemput dan dihadapkan kepada Syeikh Khalid, sifat gilanya mendadak hilang dan ia pun bertaubat di tangan Syeikh Khalid.

(Dinukil dari terjemah kitab Jami Karamatul Aulya hal. 323 karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani)

Doa Rajab Syaikh Abdullah Faiz Daghestani

SHEIK ABDULLAH FAIZ DAGESTANI (QAS) SEORANG ULAMA DAN WALI ALLAH TERMAYUR DAN MERUPAKAN GURUMURSYID KEPADA SHEIKH NAZIM AL QUBRUSI (QAS) DAN SHEIKH ADNAN KABBANI DAN SHEIKH HISHAM KABBANI     MESYORKAN KITA BACA DOA REJAB INI.

دعاء الرجب

Doa Rajab Sheikh Abdullah Faiz Dagestani (QAS)

اعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
     بسِمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
الَلَّهمَ اِنِّي أسْتغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ  مَا تُبْتُ عَنْهُ اِلَيْكَ ثُمَّ عُدْتُ فيِهْ، وَأسْتغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ مَا أرَدْتُ بِهْ وَجْهَكَ فَخَالَطَنَيِ فيِهِ مَاليْس فِيهْ رِضَاكَ . وَأسْتَغْفِرُكَ لِلنِّعْمَ الَّتِي تَقَوَّيْ تُ بِهَا عَلىَ مَعْصِيتَّكِ، وَأسْتَغْفِرُك مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيِ لَا يَعْلمُهَا غَيْرُكَ وَلا يَطَّلِعُ  عَليْهَاَ أحَدٌ سِوَاكَ، وَلَا تَسَعُهاَ اِلَا رَحْمَتُكَ وَلَا تُنْجِيْ مِنْهاَ اِلَا مَغْفِرَتُكَ  وَحِلْمُكَ .
لَااِلَهَ اِلَا أْنْتَ سُبْحَانكَ اِنِيْ كُنْتُ مِنَ الظَّلِمِينْ .
A’udhu Billahi Minash Shaitanir Rajeem
Bismillahi’r Rahmani’r Raheem

Allahuma inni astaghfiruka min kulli maa tubtu ‘anhu ilayka thumma 'udtu fiih. Wa astaghfiruka min kulli maa 'aradtu bihi wajhaka fa khaalatanii fiihi maa laysa fiih ridaak. Wa astaghfiruka lin ni’mal latii taqawwaytu biha ‘ala ma’siiyatik. Wa astaghfiruka minadh dhunubii allatii laa ya’lamuhua ghayruka wa laa yattali’u ‘alayha ahadun siwaaka, wa laa tasa’uha illa rahmatuka, wa la tunjii minha illa maghfiratuka wa hilmuka. Laa ilaha illa Anta subhaanaka, inni kuntu minazh zhaalimiin.
Saya berlindung dengan nama Allah dari Syaithan yang di rejam 
Dengan nama Allah, Yang Maha Penyayang dan Maha Pengaseh.
Ya Allah, saya memohon keampunan mu dari segala nya dosa yang diri ku bertaubat dan kembali melakukan nya lagi. Dan aku memohon keampunan atas segala yang tidak menyenangi Mu dan segala nya tentang diri ku yang  Engkau tidak redha. Dan aku memohon keampunan atas segala nikmat pemberian mu yang meningkatkan pengabaian perintah mu. Dan aku memohon keampunan mu atas segala dosaku yang tidak siapa  yang ketahui selain Mu dan tiada sesiapa yang melihat nya selain Mu dan tiada ada yang melingkupi selain kasih sayang Mu dan tiada yang menyelamatkan selain keampunan mu dan belas kasih sayang Mu. Tiada Tuhan melainkan Mu sahaja,  Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah dari orang orang yang menganiaya diri sendiri.

I ask forgiveness of You for everything for which I repented to You then returned to. And I ask forgiveness of You for everything I displeased You with and all that concerns me with which You are displeased. And I ask forgiveness of You for the favors which I used for increasing my disobedience towards You. And I ask forgiveness of You for the sins which no one knows except You and no one sees except You and nothing encompasses except Your Mercy and nothing delivers from except Your forgiveness and clemency. There is no god except You alone. You are the Most High, and I was one of the [self] oppressors

اعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
     بسِمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اَلَلَّهُمَ اِنيْ أسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُل ظُّلْمٍ ظَلمْتُ بِهِ عِبَادِكَ فَايُّمَا عَبْدٍ مِنْ عِبَادِكَ أوْأمَةٍ مِنْ إمِئِكَ، ظَلَمْتُ فِيْ بَدَنِهِ أوْ عِرْضِهِ أوْ مَالِهِ، فَأعْطِهِ مِنْ خَزَائِنِكَ التِّيْ لا تَنْقصْ، وَأسْألَكَ اَنْ تُكْرِمَنِي  بِرَحْمَتِكَ التِّيْ وَسِعَتْ كُلُّ شَيءِ . وَلَا تُهِيْنَنِيْ بِعَذَابِكَ وَ تُعْطِيَّنِيْ  مَا أسْألَكَ فَاِنِيْ حَقِيْقٌ  بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِينْ . وَصَل  اللهُ عَلَى سَ يدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمعِينْ . وَلَاحَوْلَه وَلَا قوَّة إلِ بِالهِ الْعَليِ الْعَظِيْم.

Allahuma inni astaghfiruka min kulli zhulmin zhalamtu bihi ’ibadaka. Fa ayyuma ‘abdin min ‘ibaadika aw ‘amatin min 'imaa'ika zhalamtu fii badanihi aw ‘irdihi aw maalihi fa ‘atihi min khazaa'inikal latii laa tanqus. Wa as'aluka an tukrimanii bi rahmatikal latii wasi’at kulla shay in. Wa laa tuhiinanii bi ‘adzaabika wa tu’thiiyanii maa asaluka fa inni haqiiqun bi rahmatika ya Arham ar Raahimiin. wa sallAllahu ‘ala Sayiddina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’iin.  “Wa laa hawla wa laa quwwatta illa billahil ‘Aliul 'Azhiim.

Saya berlindung dengan nama Allah dari Syaithan yang di rejam 
Dengan nama Allah, Yang Maha Penyayang dan Maha Pengaseh.
Ya Allah, ku mohon keampunan mu atas  segala kezaliman yang kulakukan dengan hamba hamba mu. Baik dari hamba mu yang lelaki maupun perempuan yang ku cederakan, dari segi badan nya, atau penghormatan nya, atau harta nya, berilah dari khazanah mu yang tidak berkurangan. Dan ku mohon agar Engkau merahmati ku dengan belas kasihan Mu yang luas dan meliputi segala nya. Janganlah  Engkau hinakan daku dengan azab mu tetapi kurniakan ku dengan seruan ku, kerana diriku amat memerlukan belas kasihan Mu, ya Maha Pengasih dari segala Pengasih. Moga Allah melimpahi salawat dan salam  atas Junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ dan semua keluarga dan sahabat nya. Tiada daya dan upaya selain kekuatan Allah yang Maha Berkuasa.
O Allah, I ask forgiveness of You for the injustice I committed against Your servants. Whatever of Your male or female servants whom I have hurt, physically or in their dignity or in their property give them of Your bounty which lacks nothing. And I ask You to honor me with Your mercy which encompasses all things. Do not humble me with Your punishment but give me what I ask of You, for I am in great need of Your mercy, O Most Merciful of the merciful. May Allah send blessings upon Muhammad and upon all his companions. There is no power and no might except in Allah the High, the Exalted.

Madrasah As Sufiyah An Naqsyabandi
paksheikhtabib@gmail.com
drsmagnus@gmail.com (Dr Syahirah Sheikh Alwi)
.

Menjadi Wali di usia remaja

Syaikh Al jilani

Kedekatan Syaikh Abdul Qadir dengan Alloh SWT dan ketinggian maqamnya sudah tampak sejak belia. Suatu hari, Abul Muzhaffar Hasan bin Tamimi, seorang saudagar, ketika hendak melakukan perjalanan niaga, seperti lazimnya tradisi saat itu, menghadap Syaikh Hammad bin Muslim Ad-Dabbas, ulama sepuh yang waskita, untuk mohon doa restu. Namun, tak seperti yang diharapkan, Syaikh Hammad malah mengatakan, rombongan kafilahnya akan dirampok dan ia akan mati dibunuh. Maka Abul Muzhaffar pun pulang dengan cemas dan hati berdebar-debar.

Di tengah jalan ia berjumpa dengan Abdul Qadir, yang saat itu baru berusia 17 tahun. Melihat wajah gundah sang saudagar, Abdul Qadir menyapa dan menanyakan keadaannya. Dengan sedih Abul Muzhaffar menceritakan ramalan Syaikh Hammad. Namun, dengan tenang Abdul Qadir berkata, “Pergilah, Tuan akan selamat dan mendapat untung besar.”

Ternyata benar. Abul Muzhaffar mendapat untung besar.

Dalam perjalanan pulang, ketika ia buang air besar di WC umum, dompetnya yang berisi hasil perniagaan ketinggalan. Malamnya, ia tertidur pulas di penginapan karena kelelahan, dan bermimpi dirampok sekelompok orang Badui. Dalam mimpinya, salah seorang perampok menghunjamkan pisau ke dadanya. Abul Muzhaffar terkejut dan terbangun. Anehnya, ia merasakan nyeri di dada meski tak ada luka sama sekali. Seketika ia teringat dompet yang ketinggalan di WC umum. Ia pun lari, kembali WC umum. Ternyata dompet itu masih ada, lengkap dengan isinya.

Ia pun segera pulang. Sampai di Baghdad ia berniat menemui Syaikh Hammad dan Syaikh Abdul Qadir. Ia berpikir keras, sowan ke Syaikh Hammad yang lebih tua dulu, ataukah menemui Abdul Qadir, yang meski masih belia ucapannya benar. Tiba-tiba ia berpapasan dengan Syaikh Hammad, yang langsung menyuruhnya menemui Abdul Qadir. “Pemuda itu adalah waliyullah yang benar-benar dicintai Allah. Ia telah mendoakan keselamatanmu sebanyak 17 kali, sehingga takdir kematianmu hanya kamu rasakan dalam mimpi, sedangkan takdir kefakiranmu hanya berupa lupa meletakkan dompet,” tuturnya.

Dengan bergegas Abul Muzhaffar menemui sang waliyullah. Begitu berjumpa, belum sempat ia membuka mulut, Syaikh Abdul Qadir sudah mendahului berkata, “Ia memang benar. Aku memang telah mendoakanmu 17 kali, kemudian berdoa lagi sampai 70 kali, sehingga terjadilah seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Hammad itu.” Ajaib, Syaikh Abdul Qadir tahu belaka apa yang diucapkan oleh Syaikh Hammad.

Minggu, 24 April 2016

Kemunculan Imam Mahdi

Tidak ada yang berselisih pendapat tentang telah hadirnya/ lahirnya imam Mahdi as. Para wali setuju dan sependapat tentang hal ini.
Begitu juga dengan kemunculan Dajjal yang saat ini rantai di kakinya(lutut ke bawah) telah terlepas.
Di majlis para wali mereka telah mengetahui hal ini , itu berarti waktunya semakin dekat , saat ini banyak para wali yang Allah perintahkan untuk bersembunyi,dan akan keluar saat dajjal terlepas.
Pemimpin dari para prajurit dajjal adalah ulama yang hubbud dunya(cinta dunia) yang jumlah mereka mencapai ribuan sedangkan prajurit dajjal adalah para pecinta dunia.
Prajurit dajjal akan berjumlah lebih banyak dari pasukan Muslim Tapi dengan kekuatan yang Allah berikan kepada imam mahdi dan para mentri nya yaitu para wali wali besar dan terpilih, pasukan muslim akan memenangkan peperangan tersebut.
Yang akan menjadi pasukan kaum muslimin adalah yang saat ini aktif memperjuangkan dakwah seperti santri , jamaah majlis majlis , terutama yang berhati bersih.
Saat itu terjadi Semua bentuk teknologi akan terhenti, listrik padam. Mereka Berperang hanya dengan alat tradisional, pedang, panah, tombak dan menunggang kuda.
Dan  itu akan terjadi tidak akan lebih dari 50 tahun dari saat ini.

Kamis, 21 April 2016

Ayahanda habib Anis Solo

Al-Mufti Al-Imam Muhammad bin Husein Al-Habsyi, yakni ayah dari Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid Simthuddurar adalah seorang Ulama Besar yang selain menjadi Mufti Syafi’iyah di kota Makkah Al-Mukarramah, beliau juga termasuk golongan Aulya yang memiliki banyak karamah.

Diantara karamahnya adalah ketika beliau sakit Hirqatul Baul (sejenis ayang-ayangan), beliau pergi ke kota Jeddah menemui seorang dokter dan sang dokter pun memberikannya obat. Dokter tersebut berpesan bila penyakitnya kambuh, minumlah sesetes saja dari obat yang ia diberikan, jangan lebih dari setetes karena hal itu bisa membuat penyakitnya malah menjadi semakin parah.

Selang beberapa waktu giliran sang dokter pergi ke Makkah mengunjungi Imam Muhammad. Ketika dokter memeriksa nadi Imam Muhammad, tahulah ia bahwa beliau meminum obat melebihi dosis yang ia berikan.

Dokter bertanya, “Wahai Imam, apakah engkau meminum obat melebihi yang aku berikan?” Imam Muhammad menjawab, “Benar, aku minum semuanya.” Sang dokter berkata, “Aku takkan memeriksa tubuhmu lagi. Jika engkau masih sehat-sehat saja setelah meminum obat ini satu botol sekaligus, karena sesungguhnya engkaulah yang pantas menjadi tabib (dokter).”

(Dinukil dari buku “Biografi Habib Ali Habsyi Muallif Simthuddurar” hal. 142-143 karya Drs. Sayyid Husein bin Anis bin Alwi bin Imam Ali Shohib Maulid bin Imam Muhammad Mufti Makkah Al-Habsyi)

Wali Qutb

Salah seorang Habaib bermarga Alaydrus di Jakarta, beliau yang masih terhitung keluarga Az-Zahid Al-Habib Ali bin Ja'far Alaydrus (Habib Ali Batu Pahat) pernah bercerita bahwa ketika dirinya masih muda, beliau diajak ayahnya untuk mengunjungi Al-Quthub Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (Jeddah) dan memerintahkan dirinya untuk berguru kepada Habib Abdul Qadir.

Namun beliau menolak sebelum Habib Abdul Qadir menunjukan karamahnya secara langsung pada saat itu juga, sebab beliau ingin membuktikan kabar orang-orang yang mengatakan Habib Abdul Qadir adalah Quthub saat ini (maksudnya masa itu).

Pada saat itu kebetulan mereka mengobrol sambil menyantap hidangan roti kering. Lalu melintaslah kawanan burung di luar jendela. Habib Abdul Qadir kemudian memanggil burung-burung tersebut, dan atas izin Allah, burung-burung itu datang kepada Habib Abdul Qadir, mendekat dan diam di sisinya. Setelah Habib Abdul Qadir memberi mereka makan roti, mereka disuruh terbang kembali dan mereka pun terbang.

Melihat kejadian itu, tanpa bicara apapun lagi beliau (Habaib bermarga Alaydrus) langsung menyerahkan dirinya kepada Habib Abdul Qadir dan menjadi muridnya hingga sang guru wafat pada tahun 2010.

(Sumber cerita dari Al-Ustadz Muhammad Ramdhani bin Utsman Al-Habsyi, Mudirul Ma'had Darul Faqih, Bandung pada saat memberikan kajian kitab Jami Karamatul Aulya pada tanggal 7 April 2016 di Majelis Sayyidul Wujud, Cimahi)

Tassawuf

“Tasawuf adalah sebuah ilmu di mana orang belajar mengenai keadaan jiwa manusia, apakah terpuji atau tercela.  Jika keadaannya tercela, ia belajar bagaimana membersihkannya hingga menjadi terpuji dan menjadikannya mampu menempuh perjalanan menuju Hadirat Ilahiah Allah.  Buahnya adalah perkembangan kalbu: Makrifatullah, melalui pengalaman langsung; keselamatan di akhirat; memperoleh kemenangan dengan meraih rida Allah; pencapaian kebahagiaan yang kekal; dan pencerahan dan penyucian sehingga hal-hal yang mulia menyingkapkan dirinya sendiri,  maqam-maqam yang luar biasa menjadi terbuka dan ia dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh mata batin orang lain.”

“Tasawuf bukanlah semacam ibadah tertentu, tetapi lebih pada mengaitkan kalbu kepada Allah.  Dalam pelaksanaannya bila ada sesuatu yang lebih disukai (mandub) menurut standard Syariah, bagi seseorang dalam situasi tertentu, maka orang itu dapat melakukannya.  Inilah sebabnya mengapa kita melihat bahwa kaum Sufi telah berkhidmah di dalam Islam dalam kapasitas yang beragam.  Para cendikiawan Muslim harus mendapat pendidikan mengenai Sufisme ini.”
Maulana syaikh naziem qs.

Selasa, 19 April 2016

Penyelam

Tugas haqqaniyyun adalah  menyampaikan yang haqq walau pahit rasa dan akibatnya.
Sebab itu semua sudah sesuai hukum / ketentuan sunnatullah sebagaimana awal mula rasulullah mengabarkan islam ,ada banyak penentangan terjadi.

Orang orang yang berada di atas kapal laut mencoba berkata tentang isi keindahan dasar laut yang dalamnya ratusan bahkan ribuan meter dari permukaan tanpa alat bantu.

Tapi  hanya penyelam lah yang mampu berkata benar tentang isi keindahan di dalam laut.
Orang di permukaan tidak tahu apa apa,

Sufi menurut habib mundzir

Habib Munzir Almusawa - Sufi

Saudaraku yg kumuliakan,
sufi adalah ajaran kesucian Jiwa, setiap muslim mestilah ada ajaran tasawwufnya, karena kalau tidak maka ia akan menjadi fasiq, karena tasawwuf adalah mengajarkan khusyu, Jujur, setia, sabar, syukur, itu semua adalah ajaran tasawwuf, dan mereka yg menggeluti bidang itu disebut sufi.

dizaman Nabi saw telah ada para sahabat yg disebut ahlusshuffah, mereka menginap disamping rumahnya Nabi saw, fuqara yg tak bekerja, mereka beribadah, berpuasa, dan belajar pd Nabi saw dan terus I'tikaf dl masjid, diantaranya adalah Abu Hurairah ra.

mengenai sufi yg bertentangan dg syariah maka jangan menuduh pada sufi, namun pada personilnya yg sesat, sebagaimana ulama yg menggeluti bidang fiqih disebut fuqaha, lalu jika ada fuqaha yg bertentangan dg syariah lalu kita mengatakan semua fuqaha itu sesat, tentunya ini adalah pemahaman yg keliru.

Allahuma soli ala sayidina Muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
silahkan tag dan share

Senin, 18 April 2016

Khasiat basmalah

Diceritakan seorang perempuan yang mempunyai suami seorang munafik selalu mengawali setiap perkataan dan perbuatannya dengan membaca basmalah. Berkatalah suaminya, “Aku pasti akan melakukan sesuatu yang membuatnya malu.” Kemudian ia memberi sebuah bungkusan uang kepada istrinya seraya berkata kepadanya, “Simpanlah bungkusan ini”.Kemudian istrinya pun menyimpan bungkusan tersebut dan menutupinya. Pada suatu kesempatan suaminya melengahkannya dan mengambil bugkusan yang disimpannya lalu membuang isinya ke dalam sumur dirumahnya. Kemudian ia pura-pura meminta bungkusan tersebut pada istrinya. Sang istripun kemudian mendatangi tempat ia menyimpan bungkusan dan membaca basmalah sebelum mengambilnya. Maka Alloh ta’ala memerintahkan Malaikat Jibril untuk segera turun dan mengembalikan bungkusan tersebut pada tempatnya. Wanita itu pun mendapati bungkusan utuh seperti saat ia meletakkannya. Maka ta’jublah suaminya lalu ia bertaubat kepada Alloh ta’ala.
~Kitab Annawadir~

Minggu, 17 April 2016

Kelembutan Rasulullah

Pada perang Uhud ketika dua gigi beliau SAW patah, bibir bawah beliau terluka, dan dahi beliau SAW yang mulia pun terluka hingga mengeluarkan darah, beliau mengusapnya dengan kain agar tidak terjatuh ke tanah, dan beliau SAW bersabda:

لَوْ وَقَعَ مِنْهُ شَيْءٌ عَلَى اْلأَرْضِ لَنَزَلَ عَلَيْهِمُ الْعَذَابُ مِنَ السَّمَاءِ.

"Seandainya ada sedikit saja darinya (darah) yang jatuh ke tanah niscaya azab akan turun kepada mereka."
Kondisi ini dirasa sangat berat bagi para sahabat hingga mereka berkata; kutuk saja mereka.

Namun beliau bersabda:

إِنَّمَا لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا، وَلَكِنْ بُعِثْتُ دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي – وَفِي رِوَايَةٍ: اللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِي – فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ.

"Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai tukang kutuk, akan tetapi aku diutus sebagai dai dan rahmat. Ya Allah, ampunilah kaumku – dalam riwayat lain; ya Allah berilah petunjuk bagi kaumku – sesungguhnya mereka belum mengerti."

Lembut, indah, santun, pemaaf namun tegas itu ajaran Rasulullah SAW.

اللهم صل سيدنا محمد نبي الرحمة وعلى اله وصحبه وسلم

Fakta sejarah wali 9

“ATLAS WALISONGO”:
MAGNUM OPUS AGUS SUNYOTO

Oleh: Rofi’udin, S.Th.I, M.Pd.I*)

Selama ini, terdapat sebagian kalangan yang meragukan kiprah Walisongo dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Mereka bahkan beranggapan bahwa kisah tentang Walisongo sekadar mitos atau legenda. Alasannya, tidak mungkin Islam menyebar begitu meluas hanya dapat tempo yang sebentar. Padahal, berabad-abad sebelumnya, Islam mengalami banyak kesulitan untuk menyebar di Nusantara, khususnya di Jawa.

Memang diakui, pada awalnya tidak mudah bagi Islam untuk masuk dan berkembang di Nusantara. Bahkan dalam catatan sejarah, dalam rentang waktu sekitar 800 tahun, Islam belum bisa berkembang secara massif. Catatan Dinasti Tan dari China menulis, saudagar-saudagar dari Timur Tengah sudah datang ke kerajaan Kalingga di Jawa pada tahun 674 M, yakni dalam masa peralihan Khalifah Ali bin Abi Thalib ke Muawiyah. Pada abad ke-10, sejumlah rombongan dari suku Lor Persia datang ke Jawa. Mereka tinggal di suatu daerah di Ngudung (Kudus), sehingga dikenal sebagai Loram (dari kata Lor). Mereka juga membentuk komunitas-komunitas di daerah lain, seperti di Gresik yang dikenal dengan daerah Leran. Tapi tidak ada cerita perkembangan Islam selanjutnya.

Selain itu, berdasarkan catatan Jawa ditulis, Sultan Algabah dari Rum, mengirim 20.000 keluarga ke Jawa, namun semuanya mati terbunuh, dan hanya menyisakan 200 keluarga. Sang Sultan pun murka. Agar Islam tetap berkembang di Jawa, Sultan pun mengirim orang-orang yang dianggap wali dan memiliki karomah, salah satu tokohnya adalah Syeikh Subakir yang terkenal numbali tanah Jawa agar bisa ditempati. Pada abad ke-10 tersebut, Syeikh Subakir mengelilingi Jawa dan kemudian kembali lagi ke Rum. Setelah itu, tidak diketahui Islam berkembang atau tidak.

Dalam catatannya, Marcopolo menulis, ketika kembali dari China ke Italia tahun 1292 M, ia tidak melewati Jalur Sutera, tetapi melewati laut menuju Teluk Persia. Ia singgah di kota pelabuhan Perlak Aceh yang terletak di selatan Malaka. Menurutnya, di Perlak, ada tiga kelompok masyarakat, yaitu (1) China, yang seluruhnya beragama Islam; (2) Barat (Persia), yang seluruhnya beragama Islam; dan (3) pribumi, yang menyembah pohon, batu, dan roh, bahkan di pedalaman masih memakan manusia.

Seratus tahun setelah Marcopolo, datanglah Laksamana Cheng Ho ke Jawa tahun 1405. Ia mencatat, ketika singgah di Tuban, ia menemukan ada 1000 keluarga China beragama muslim. Di Gresik juga ada 1000 keluarga China beragama muslim, demikian juga di Surabaya ada 1000 keluarga China beragama muslim. Pada kunjungan Cheng Ho yang ketujuh (terakhir) ke Jawa pada tahun 1433, ia mengajak juru tulisnya yang bernama Ma Huan. Menurut catatan Ma Huan, kota-kota di pantai-pantai utara Jawa, penduduknya yang China dan Arab beragama muslim, sedangkan penduduk pribumi rata-rata kafir sebab menyembah pohon, batu, dan roh.

Tujuh tahun setelah itu, yakni tahun 1440, datanglah seorang wali dari negeri Campa (Vietnam Selatan) ke Jawa beserta keluarganya, yaitu Syeikh Ibrahim Samarqandi dan dua putranya, Ali Murtadho dan Ali Rahmat. Mereka tinggal di daerah Tuban, tepatnya di Desa Gisikharjo Kec. Palang. Namun belum sempat berkembang, Syeikh Ibrahim meninggal dan dimakamkan di sana. Kedua putranya pun menuju Majapahit, sebab bibinya dinikahi raja Majapahit. Oleh raja, keduanya diangkat sebagai pejabat. Ali Murtadho sebagai raja pendeta (menteri agama) untuk orang-orang Islam, sedangkan Ali Rahmat sebagai imam di Surabaya. Ali Rahmat inilah yang kemudian dikenal sebagai Raden Rahmat Sunan Ampel.


Dari Sunan Ampel, lahirlah Sunan Bonang dan Sunan Drajat, serta putri-putrinya, kemudian murid-muridnya, seperti Sunan Giri dan Raden Fatah. Dari sini kemudian terbentuklah Walisongo. Ketika pertama datang tahun 1440, Sunan Ampel waktu itu belum menikah. Dan pada tahun 1470 atau butuh waktu sekitar 30 tahun inilah, Sunan Ampel mengembangkan Islam di tanah Jawa, sembari putra-putri dan murid-muridnya tumbuh dewasa. Inilah dimulainya era Walisongo, yakni pada tahun 1470.

Sekitar 40 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1513, seorang Portugis bernama Tome Pires datang ke Jawa. Ia mencatat, sepanjang pantai utara Jawa, penguasanya adalah para adipati muslim. Padahal sebelumnya, menurut Ma Huan pada tahun 1433, sepanjang pantai utara Jawa adalah kafir. Ini mengindikasikan bahwa Islam berkembang secara massal baru sejak era Walisongo.

Kesaksian lainnya, pada tahun 1522, Antonio Pigafetta, seorang pengelana dari Italia yang menumpang kapal Portugis datang ke Jawa, ia menyaksikan penduduk pribumi di sepanjang utara Jawa seluruhnya muslim. Di pedalaman masih ada kerajaan majapahit, rajanya Raden Wijaya, namun sudah tidak berkembang. Sekali lagi, inilah bukti Islam berkembang luas baru pada era Walisongo.

Pertanyaannya: mengapa hanya dalam kurun waktu 40-50 tahun Islam diterima begitu meluas di Jawa, padahal sebelumnya sangat sulit berkembang? Faktor kesuksesan dakwah Walisongo salah satunya adalah dengan mengembangkan peradaban yang ditinggalkan Majapahit menjadi sebuah peradaban baru yang akarnya Majapahit tapi cirinya Islam. Contohnya, sampai era Demak awal, masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, seperti era majapahit. Pertama, Golongan Gusti, yakni orang-orang yang tinggal di dalam keraton. Kedua, Golongan Kawula, orang yang tinggal di luar keraton. Gusti artinya tuan, kawula artinya budak, yang tidak mempunyai apa-apa, hanya memiliki hak sewa, bukan hak milik, sebab yang punya adalah tuannya (gusti). Jadi, pada era Majapahit, semua hak milik adalah milik keraton. Jika raja ingin memberi seorang kawula yang berjasa, ia diberi tanah simah/perdikan.

Yang dirintis Walisongo, terutama Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga, adalah mengubah struktur masyarakat gusti dan kawula yang tidak relevan dan tidak manusiawi tersebut. Digunakanlah struktur komunitas baru yang disebut “masyarakat”, berasal dari istilah Arab, musyarakah, yang berarti komunitas yang sederajat dan saling bekerjasama.

Salah satu metode Walisongo adalah dengan mengubah mindset masyarakat. Golongan gusti menyebut kata ganti dirinya: intahulun, kulun atau ingsun. Sedangkan golongan kawula menyebut kata ganti dirinya: kulo atau kawula. Orang Sunda menyebutnya: abdi; orang Sumatera: saya atau sahaya; orang Minang: hamba atau ambo. Walisongo mengubah semua sebutan yang berarti budak tersebut, dan diganti dengan ingsun, aku, kulun, atau awak, dan sebutan lain yang tidak mewakili identitas budak. Itulah konsep masyarakat yang tidak membedakan panggilan antara golongan gusti dan kawula. Bahkan dalam bahasa Kawi, tidak ada istilah “masyarakat”, “rakyat”, dan sebagainya.

Pada zaman Majapahit, selain golongan gusti, orang tidak mempunyai hak milik, seperti rumah, ternak, dan seterusnya, sebab semuanya milik keraton. Kalau keraton punya hajat, seperti ingin membangun jembatan atau candi dan membutuhkan tumbal, maka anak dari golongan kawula yang diambil dan dijadikan korban. Dengan mengubah struktur masyarakat, golongan kawula akhirnya bisa menolak karena merasa sederajat.

Orang Jawa era Majapahit terkenal arogan. Prinsip hidupnya adalah adigang adigung adiguna. Mereka bangga jika sudah bisa menundukkan dan merendahkan orang lain. Menurut kesaksian Antonio Pigafetta, pada waktu itu, tidak ada orang yang sombong melebihi orang Jawa. Kalau ia sedang berjalan, dan ada orang dari bangsa lain juga berjalan tetapi di tempat yang lebih tinggi, maka akan disuruh turun. Jika menolak, akan dibunuh. Itulah watak orang Jawa. Sehingga dalam bahasa Jawa asli (Kawi), tidak dikenal istilah “kalah”. Kalau seseorang berselisih dengan orang lain, maka yang ada adalah “menang” atau “mati”. Walisongo kemudian mengembangkan istilah ngalah, bukan dari asal kata kalah, tetapi bermakna seperti ngalas (menuju alas) ngawang (menuju awang-awang), maka ngalah berarti menuju Gusti Alah, yakni tawakkal.

Sebagai bukti kesombongan orang Jawa adalah ketika utusan dari China mengirimkan pesan dari rajanya kepada ke Raja Kertanegara, karena tersinggung, utusan tersebut dilukai. Istilah carok di Madura juga berasal dari tradisi Jawa Kuno. Carok dalam bahasa Kawi berarti berkelahi; warok berarti tukang berkelahi; dan Ken Arok disebut sebagai pemimpin tukang berkelahi. Oleh Walisongo, dikenalkan istilah baru, seperti sabar, adil, tawadhu’, dan sebagainya.

Walisongo melihat sebetulnya agama Hindu dan Buddha hanya dipeluk oleh kalangan Gusti di keraton-keraton. Masyarakat umumnya beragama Kapitayan, yakni pemuja Sang Hyang Taya. Taya artinya suwung, kosong. Tuhannya orang Kapitayan bersifat abstrak, tidak bisa digambarkan. Taya didefinisikan secara sederhana dengan “tan keno kinaya ngapa”, tidak bisa diapa-apakan, dilihat, dipikir, dibayangkan.  Kekuatan Sang Hyang Taya inilah yang kemudian ada di berbagai tempat, seperti di batu, tugu, pohon, dan disitulah mereka melakukan sesaji.

Agama Kapitayan inilah agama kuno yang dalam arkeologi, sisa-sisa peninggalannya dikenal dalam istilah Barat dengan dorman, menhir, sarkofagus, dan lainnya yang menunjukkan ada agama kuno di tempat itu. Oleh sejarawan Belanda, hal ini disebut sebagai animisme dan dinamisme, karena memuja pohon-pohon, batu, dan ruh. Sedangkan menurut istilah Ma Huan, praktik seperti ini disebut kafir.

Nilai-nilai agama Kapitayan ini diambil alih oleh Walisongo, dalam menyebarkan Islam. Sebab konsep tauhid Kapitayan sama dengan Islam. Tan keno kinaya ngapa sama artinya dengan laisa kamitslihi syai’un. Istilah-istilah yang digunakan Walisongo pun masih istilah Kapitayan, seperti menyembah tuhan disebut sembahyang (sembah hyang taya). Tempat ibadah Kapitayan disebut sanggar, yakni bangunan empat persegi yang pada dindingnya ada lubang kosong (simbol dari Sang Hyang Taya, bukan patung atau arca seperti Hindu Buddha). Walisongo menyebutnya langgar.

Dalam Kapitayan, ada juga ritual berupa tidak makan dari pagi sampai malam. Walisongo tidak menggunakan istilah shaum atau siyam, tapi upawasa (puasa, poso). Poso dino pitu berarti yaitu puasa padi hari kedua dan kelima. Nilainya sama dengan puasa tujuh hari. Dalam Islam, dikenal dengan Puasa Senin Kamis. Tumpeng dalam sesaji juga tetap dijalankan. Inilah yang dalam istilah Gus Dur disebut “mempribumikan Islam”.

Pada zaman Majapahit, ada upacara “sraddha”, yakni upacara setelah 12 tahun kematian seseorang. Ketika terjadi peringatan sraddha seorang raja Majapahit, Bhre Pamotan Sang Sinagara, seorang pujangga, Mpu Tanakung, membuat kidung “Banawa Sekar” (Perahu Bunga), untuk menunjukkan betapa upacara itu dilaksanakan dengan penuh kemewahan dan kemegahan. Masyarakat pantai atau sekitar telaga menyebut tradisi tersebut dengan istilah sadran atau nyadran (dari kata sraddha).

Walisongo yang berasal dari Campa juga membawa tradisi keagamaan, seperti peringatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 10 hari, 1000 hari kematian seseorang. Tradisi ini adalah tradisi Campa, bukan tradisi asli Jawa, bukan juga tradisi Hindu. Sebab tradisi tersebut juga ada di sebagian Asia Tengah, seperti Uzbekistan dan Kazakhstan. Dalam buku-buku tentang Tradisi di Campa, akan diketahui bahwa peringatan tersebut sudah ada sejak dulu.

Dalam tahayul Majapahit, hanya dikenal Yaksa, Pisaca, Wiwil, Raksasa, Gandharwa, Bhuta, Khinnara, Widyadhara, Ilu-Ilu, Dewayoni, Banaspati, dan arwah leluhur. Orang Majapahit terkenal sebagai orang yang rasional. Mereka pelaut dan mengenal orang-orang dari China, India, Arab, dan sebagainya. Dalam zaman Islam yang terpengaruh dari Campa, muncul banyak tahayul, seperti pocong. Ini jelas berasal dari keyakinan Islam, sebab orang Majapahit matinya dibakar dan tidak dipocong. Ada juga kuntilanak, tuyul, hingga Nyai Roro Kidul atau Ratu Laut Selatan yang muncul belakangan, sebab laut mana saja, oleh orang Majapahit, akan dilewati.

Era Walisongo, tidak ada penyebaran Islam dengan kekerasan senjata. Baru zaman Belanda, terutama pasca Perang Diponegoro, Belanda betul-betul kehabisan dana, sehingga berhutang jutaan gulden. Setelah Diponegoro ditangkap, ternyata pengikutnya tetap tidak pernah tunduk. Belanda akhirnya melakukan dekonstruksi cerita-cerita tentang Walisongo, seperti pada Babab Kediri. Dari babad inilah muncul kitab Darmo Gandul dan Suluk Gatholoco. Yang mengarang kitab ini bernama Ngabdullah, orang Pati, yang karena kemiskinan, membuatnya murtad menjadi Nasrani. Ia kemudian berganti nama menjadi Ki Tunggul Wulung dan menetap di Kediri.

Dalam serat karangannya, terdapat banyak cerita yang bertolak belakang dengan kenyataan sejarah, seperti Demak menyerang Majapahit tahun 1478 dan munculnya tokoh fiktif Sabdo Palon Naya Genggong yang bersumpah bahwa 500 tahun setelah penyerangan itu, Majapahit akan bangkit kembali. Padahal menurut naskah yang lebih otentik dan lebih kuno, pada tahun itu yang menyerang Majapahit adalah Raja Girindrawardhana, raja Hindu dari Kediri. Saking kuatnya dongeng itu, membuat Presiden Soeharto begitu percaya sehingga menetapkan disahkannya Aliran Kepercayaan pada tahun 1978 (500 tahun setelah 1478) sebagai simbol kebenaran sumpah Sabdo Palon akan kebangkitan Majapahit.

Diam-diam, ternyata Belanda membuat sejarah karangan sendiri untuk mengacaukan perjuangan umat Islam, terutama pengikut Diponegoro. Bahkan Belanda juga membuat Babad Tanah Jawi sendiri, yang berbeda dengan Babad Tanah Jawi yang asli. Contohnya, naskah tentang Kidung Sunda, digambarkan adanya peristiwa bubad, yakni ketika Gajahmada membunuh Raja Sunda dan seluruh keluarganya. Hal inilah yang membuat orang-orang Sunda memendam dendam pada orang-orang Jawa. Naskah itu sendiri muncul tahun 1860, yang membuatnya adalah orang Bali atas suruhan Belanda. Itu adalah peristiwa besar, mana mungkin tidak ditulis dalam Babad Sunda, termasuk dalam naskah Majapahit? Sekali lagi, inilah taktik Belanda dalam memecah masyarakat dengan membuat cerita-cerita palsu. Dari seluruh pendistorsian sejarah, semua pasti berawal dari naskah karangan Belanda pasca Perang Diponegoro.

Umat Islam adalah orang yang tidak mudah ditundukkan Belanda. Mereka merasa lebih tinggi derajatnya dari orang-orang Belanda yang kafir. Buktinya, sejak tahun 1800-1900, terjadi 112 kali pemberontrakan yang dipimpin oleh para guru tarekat dan orang-orang dari pesantren. Akhirnya, Belanda membuat cara yang lebih sistematis, ketika tahun 1848 (pasca Perang Diponegoro), mereka membuat peraturan perundang-undangan, dimana orang kulit putih (Eropa) ditempatkan pada kelas tertinggi sebagai warga negara kelas satu; orang-orang Tionghoa dan Timur Asing sebagai warga negara kelas dua; dan warga pribumi (inlander) sebagai warga negara kelas tiga.  KUHP pun dibagi menjadi dua, yakni KUHP untuk warga negara kelas satu yang disebut Raad van Justitie, serta KUHP khusus untuk warga negara kelas dua dan tiga yang disebut Landraad. Dalam perkara perdata, orang-orang Tionghoa dan Timur Jauh dapat berperkara di Raad van Justitie, tetapi tidak demikian dengan orang pribumi.

Demikian juga diskriminasi melalui lembaga sekolah. Menurut taktik Belanda ini, umat Islam bisa ditundukkan kalau anak-anak muslim dijadikan sebagai manusia modern dengan mengirim mereka ke sekolah, sebab pesantren resistensinya sangat tinggi. Dari sekolah inilah umat Islam menjadi modern, sehingga muncul Serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Serikat Islam (1912), Muhammadiyyah (1912), Al-Irsyad (1914), Persis (1923), dan sebagainya. Mereka adalah golongan orang-orang yang berpikiran modern. Dengan cara inilah Belanda menundukkan umat Islam. Buktinya, PKI lahir dari orang-orang sekolah, yakni dari SI Merah. SI pecah menjadi dua: SI Merah dan SI Hijau. SI Merah kemudian menjadi Serikat Rakyat yang pada Mei 1920 menjadi PKI. Sedangkan mereka yang di pesantren dituduh tradisional, primitif, dan tempatnya TBC (Tahayul Bid’ah, Churafat). Orang-orang pesantren ini akhirnya bertahan dengan mendirikan NU pada tahun 1926.

Warisan Walisongo terputus ketika pesantren meninggalkan tulisan Jawa. Pada abad ke-17 hingga 18, terutama setelah Terusan Suez dibuka, orang banyak pergi haji ke Tanah Suci. Pengaruh Timur Tengah pun mulai muncul. Salah satunya, munculnya tulisan pegon yang tanpa diduga akhirnya menjadi mainstream di pesantren. Dampaknya, pesantren tidak mewarisi warisan Walisongo yang tertulis dalam tulisan Jawa. Padahal peradaban baru pasca Majapahit adalah peradaban warisan Walisongo sangat tinggi nilainya, dan ditulis dalam tulisan Jawa.

Dalam teknologi metalurgi peleburan besi dan baja, misalnya, orang-orang Majapahit bisa membuat pusaka, keris, tombak, panah, bahkan barunastra, yakni panah yang berfungsi seperti torpedo air yang jika ditembakkan bisa membuat kapal jebol. Bahkan kerajaan Demak mampu membuat meriam-meriam ukuran besar dan diekspor ke Malaka, Pasai, bahkan Jepang. Fakta Jepang pernah membeli meriam dari Demak bersumber dari catatan bahwa ketika Portugis menaklukkan pelabuhan Malaka, benteng Malaka dilengkapi oleh meriam-meriam ukuran besar yang didatangkan dari Jawa. Portugis yang baru datang dari Eropa, kapal-kapal mereka dijebol meriam ketika mendekati pelabuhan Malaka. Buktinya saat ini bisa dilihat di Benteng Surosowan Banten, dimana di depannya ada meriam bernama “Ki Amuk” yang besar. Orang bisa masuk ke lubang meriam menggambarkan besarnya meriam yang ditembakkan. Bahkan capnya pun masih ada, yakni buatan Jepara. Istilah “bedil besar” dan “juru mudining bedil besar” menggambarkan meriam dan operator meriam. Itulah teknologi militer era Walisongo.

Bahkan dalam peradaban berbuasana, pada era Walisongo muncul pakaian kemben, surjan, dan sebagainya. Padahal zaman Majapahit, orang-orang tidak berpakaian sempurna. Ini bisa dilihat pada relief-relief candi, dimana laki-laki dan perempuan bertelanjang dada

Zaman Majapahit, keseniannya adalah “wayang beber”, sedangkan era Walisongo adalah “wayang kulit”. Ceritanya tentang Mahabharata, oleh Walisongo dibuat versinya sendiri yang berbeda dengan versi asli India. Dalam versi India, Pandawa Lima memiliki satu istri, Drupadi. Ini berarti konsep poliandri. Walisongo mengubah konsep tersebut dengan menceritakan bahwa Drupadi adalah istri Yudhistira, saudara tertua. Werkudara atau Bima istrinya Arimbi, yang kemudian kawin lagi dengan Dewi Nagagini yang memiliki anak Ontorejo dan Ontoseno, dan seterusnya. Digambarkan bahwa semua Pandawa berpoligami. Padahal versi aslinya, Drupadi berpoliandri dengan lima pandawa.

Demikian halnya dalam cerita Ramayana. Hanuman memiliki dua ayah, yakni Kesari Raja Maliawan dan Dewa Bayu. Oleh Walisongo, Hanuman disebut sebagai anak dari Dewa Bayu. Walisongo bahkan membuat silsilah bahwa dewa-dewa itu keturunan Nabi Adam. Hal ini bisa dilihat dari pakem pewayangan Ringgit Purwa di Pustaka Raja Purwa Solo, yakni suatu pakem untuk para dalang. Jadi pakem yang dipakai para dalang itu adalah pakem Walisongo, bukan pakem India. Wayang inilah tontonan sekaligus tuntunan dalam dakwah Islam Walisongo.

Dalam dunia sastra, Majapahit mengenal kakawin dan kidung. Oleh Walisongo, ditambah dengan berbagai tembang, seperti tembang gedhe, tembang tengahan, dan tembang alit. Berkembang pula tembang macapat di daerah pesisir. Kakawin dan kidung hanya bisa dipahami oleh pujangga. Tetapi untuk tembang, masyarakat buta huruf pun bisa. Inilah metode Dakwah Walisongo melalui jalur kesenian dan kebudayaan.

Contoh lain, slametan yang dikembangkan Sunan Bonang dan kemudian sunan-sunan yang lain. Dalam agama Tantrayana yang dianut oleh raja-raja di Nusantara, salah satu sektenya adalah Bhairawa Tantra yang memuja Dewi Pertiwi, Dewi Durga, Dewi Kali, dan lainnya. Ritual mereka dengan membuat lingkaran yang disebut ksetra. Yang terbesar di Majapahit adalah ksetra laya, sehingga sekarang disebut daerah Troloyo.

Ritual tersebut dikenal dengan upacara Panca Makara (lima ma, malima), yaitu mamsa (daging), matsya (ikan), madya (arak), maithuna (seksual), dan mudra (semedi). Laki-laki dan perempuan membentuk lingkaran dan semuanya telanjang. Di tengahnya disediakan daging, ikan, dan arak. Setelah makan dan minum, mereka bersetubuh (maituna) beramai-ramai. Setelah memuaskan berbagai nafsunya tersebut, baru mereka bersemedi. Untuk tingkatan yang lebih tinggi, mamsa diganti daging manusia, matsa diganti ikan sura (hiu), dan madya diganti darah manusia.

Di Musem Nasional Jakarta, ada patung tokoh bernama Adityawarman yang tingginya tiga meter dan berdiri di atas tumpukan tengkorak. Dialah pendeta Bhairawa Tantra, pengamal ajaran malima. Dia dilantik menjadi pendeta Bhairawa dengan gelar Wisesa Dharani, penguasa bumi. Digambarkan, ia duduk di atas tumpukan ratusan mayat dan minum darah sambil tertawa terbahak-bahak.

Melihat hal tersebut, akhirnya Sunan Bonang membuat acara yang mirip. Ia masuk ke Kediri sebagai pusatnya Bhairawa Tantra. Tidak heran jika semboyan Kediri sekarang adalah Canda Bhirawa. Sunan Bonang berdakwah ke Kediri tapi tinggal di baratnya sungai, yakni di Desa Singkal Nganjuk. Di situ ia mengadakan upacara serupa, membuat lingkaran, tetapi pesertanya laki-laki semua, dan di tengahnya ada makanan, lalu berdoa. Inilah yang disebut tradisi kenduri atau slametan. Dikembangkan dari kampung ke kampung untuk menandingi upacara malima (Panca Makara). Oleh karenanya Sunan Bonang juga dikenal sebagai Sunan Wadat Cakrawati, sebab menjadi pimpinan atau imam Cakra Iswara (Cakreswara).


Jadi di daerah pedalaman dulu, orang disebut Islam jika sudah baca syahadat, khitan, dan slametan. Jadi malima itu aslinya bukan maling, main, madon, madat, dan mabuk, tapi lima unsur Panca Makara. Islam pun berkembang karena masyarakat tidak mau anaknya dijadikan korban seperti dalam Bhairawa Tantra. Mereka lebih memilih ikut slametan dengan tujuan biar slamet. Inilah cara Walisongo menyebarkan Islam tanpa kekerasan.

Kesimpulannya, sekitar 800 tahun Islam masuk ke Nusantara, sejak tahun 674 hingga era Walisongo tahun 1470, namun belum bisa diterima masyarakat secara massal. Dan baru sejak era Walisongo, Islam berkembang begitu meluas di Nusantara. Dan hingga kini, ajaran Walisongo pun masih dijalankan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.


(Disarikan dari uraian Agus Sunyoto dalam acara Suluk Maleman dan Bedah Buku “Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Menguak Walisongo sebagai Fakta Sejarah”, 15 Maret 2013 di Pati Jawa Tengah)

Adab dan Doa Ibu Hamil

Adab dan Do’a Ibu Hamil Sampai Lahiran
(agar mendapat anak² yang Sholeh Sholehah)

Para salaf sholeh dan para ahli bait mendidik anak-anak mereka semenjak dari kandungan dengan cara mengajak istri-istrinya diwaktu hamil untuk selalu melakukan amalan-amalan baik seperti membaca alquran hingga khatam berkali-kali, bersholawat, dzikir dan selalu mendoakan anak yang dikandung dgn harapan supaya menjadi anak yang sholeh, qurratul ain rasulullah saw, berbakti kepada orang tuanya, mengikuti jejak para salafusholeh, menjadi orang yang bermanfaat dalam agama untuk dirinya dan umat islam dll.

Adapun doa buat wanita hamil banyak dan diantarannya:

Doa untuk wanita hamil

(dari Hb. Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf)

Dibaca setiap habis sholat lima waktu

بسم الله الرّحمن الرّحيم

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، اللَّهُمَّ احْفَظْ وَلَدِيْ مَا دَامَ فِيْ بَطْنِي وَاشْفِهِ مَعَ أُمَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ، أَنْتَ شَافٍ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً عَاجِلاً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا،اللَّهُمَّ صَوِّرْهُ فِيْ بَطْنِيْ صُوْرَةً حَسَنَةً،وَثَبِّتْ قَلْبَهُ إِيْمَانًا بِكَ وَبِرَسُوْلِكَ،اللَّهُمَّ أَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِيْ وَقْتَ وِلاَدَتِيْ سَهْلاً وَسَلِيْمًا فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَتَقَبَّلْ دُعَاءَنَا كَمَا تَقَبَّلْتَ دُعَاءَ نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ،اللَّهُمَّ احْفَظِ اْلوَلَدَ الَّذِيْ أَخْرَجَكَ مِنْ عَالَمِ الظَّلاَمِ إِلَى عَالَمِ النُّوْرِ وَ اجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً عَاقِلاً لَطِيْفَا،اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ شَهِيْدًا وَ مُبَارَكًا وَعَالِمًا وَ حَافِظًا مِنْ كَلاَمِكَ اْلمَكْنُوْنِ وَكِتَابِكَ الْمَحْفُوْظِ،اللّهُمَّ طَوِّلْ عُمْرَهُ وَ صَحِّحْ جَسَدَهُ وَأَفْصِحْهُ لِقِرَاءَةِ اْلقُرْآنِ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَبْرًا مِنَ اْلمَرَضِ وَ اْلأَسْقَامِ وَالْعَطَشِ بِبَرْكَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلهِ وَ سَلَّمَ وَ جَمِيْعِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ اْلمَلاَئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، إِنَّ اللهَ وَ اْلمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا،وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلّهِ  رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.آمين

Doa dari al Habib Ahmad bin Hasan al Athos dalam kitab Tadzkirun Nas agar tidak keguguran Insya Allah, maka dianjurkan bagi wanita hamil  untuk meletakkan tanganya diatas perutnya sambil membaca yaa Khasiib 7kali disetiap habis sholat 5 waktu:

يَا حَسِيْب x7 (بعد كل الفرض)

Dan adapun doa untuk memudahkan proses melahirkan sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Adzkar dari hadist Rasulullah saw dan diamalkan salafusholeh, yaitu terlebih dahulu membaca ayat kursy:

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَنَوْمُُ لَّهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيم

Lalu bacalah ayat di bawah ini 3kali:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ اْلأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى اْلعَرْشِ.يُغْشِيْ اْللََّيْلَ وَالنَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيْثًا وَّالشَّمْسَ وَ اْلقَمَرَ وَ النُّجُوْمَ مُسَخَّرَاتِ بِأَمْرِهِ.أَلاَ لَهُ اْلخَلْقُ وَاْلأَمْرُ.تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ.x3

Kemudian membaca surah al Ikhlas dan mu’awidzatain dan al Fatehah:

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ،  مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ للهِ  رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ

Kemudian perbanyaklah doa al-Karb:

لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ العَظِيْمُ اْلحَلِيْمُ،لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ رَبُّ اْْلعَرْشِ اْلعَظَيمِْ،لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَ الأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ.

Kemudian bagi suami dianjurkan untuk memperbanyak bacaan doa di bawah ini ketika istrinya sudah ada tanda-tanda akan melahirkan:

حَنَّا وَلَدَتْ مَرْيَم، مَرْيَم وَلَدَتْ عِيْسَى أُخْرُجْ أَيُّهَا اْلمَوْلُوْدُ بِإِذْنِ اْلمَلِكِ اْلمَعْبُوْدِ

Apabila bayi lahir maka lakukanlah sebagiamana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Yaitu adzan di telinga kanan:

الله اكبر الله اكبر x٢
اشهد ان لااله الا الله x٢
اشهد ان محمدارسول الله x٢
حي علي الصلاة x٢
حي علي الفلاح x٢
الله اكبر الله اكبر x١
لا اله الا الله x١

dan Iqomat di telinga kiri kemudian membaca surah al-Ikhlas:

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

قُل ْهُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ.

Dan diantara amalan salafuna sholeh membacakan dan tangan di atas kepala anak kecil atau masih bayi surah AL QODAR 3X:

بسم الله الرحمن الرحيم

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ﴿١
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ﴿٣
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ﴿٤
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ﴿٥

KEMUDIAN MEMBACA SURAH ALAM NASYRAH DAN TANGAN DI DADA BAYI ATAU ANAK KECIL

بسم الله الرحمن الرحيم

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ﴿٢
ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَكَ ﴿٣
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿٤
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا﴿٥
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦
فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ ﴿٧
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب ﴿٨

Didalam kitab ALFAWAIDUL MUKHTAR OLEH HABIB ZEN BIN SUMAITH dinukil dari amalan salaf, dianjurkan agar (orang tua) memegang kepala anaknya sambil membaca doa:

الشَّهِيْد الشَّهِيْد x7 البَارُ البَارُ x7

dan disebutkan di dalam nasehat al Habib 'Aly bin Muhammad al Habsyi tentang amalan di atas Insya Allah kelak ketika dewasa menjdi anak yang sholeh sesusai apa yang diharapkan orang tuanya

ada sebagian amalan ketika bayi baru lahir yaitu dengan menulis dikening dihari kelahiran bayi kalimat basmalah   بسم الله الرحمن الرحيم kemudian hari berikutnya ditulis huruf-huruf hijaiyah begitu seterusnya ditiap harinya sampai selesai dari huruf-huruf tersebut, setelah itu tulislah Asma’ul Husna ditiap harinya dari kalimat Allah sampai Asshobuur.

Jika perilaku dan sikap anak-anak anda tidak sesuai dengan tabiat anda yaitu tidak berbudi baik, maka doakanlah mereka:

اللَّهُمَّ بَارِكْ فِي أَوْلاَدِيْ،وَ احْفَظْهُمْ وَ لاَ تَضُرَّهُمْ،وَ ارْزُقْنَا بِرَّهُمْ.

Oleh Hb. Zaky bin Abdillah AlHabsy.
Submissions Yusrie Salman Al Aydrus
Semoga Manfaat & Barokah
#silacopysaveshare