Jumat, 29 November 2013

KH. Sa’id bin KH. Armia bin KH. Kurdi
KH. Sa’id bin KH. Armia adalah seorang waliyullah
dari Tegal, Jawa Tengah. Beliau adalah seorang
Kyai yang zuhud dan wira’i. Dalam kehidupan
rumah tangganya serba pas-pasan tidak muluk-
muluk laiknya para Pejabat yang serba mewah,
padahal beliau sang Kyai adalah Kyai terkenal dan
sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Giren, Talang, Tegal.
Suatu hari istri sang Kyai, saat berada di tempat
cucian baju sambil memegang gayung untuk
mengambil air dari dalam kolam, membatin dalam
hatinya: “Ya Allah, aku ingin memiliki emas.”
Seketika itu juga gayung yang ia pegang berubah
menjadi emas. Sang Kyai yang melihat kejadian itu
menangis dengan penuh kesedihan sambil
berkata: “Ya Allah ampunilah istri hambaMu ini
yang mempunyai keinginan dunia dalam hatinya.”
Sang istri yang melihat kedatangan suaminya dan
mendengar perkataan sang Kyai menjadi malu dan
bertobat kepada Allah Swt.
Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul
Qadir Bilfaqih, Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Hadits al-Faqihiyyah Malang yang sekaligus murid
dari KH. Said bin KH. Armia, pernah menceritakan
bahwa sewaktu beliau belum menjadi murid KH.
Said beliau melihat dari mata batin sebuah cahaya
yang memancar ke atas menembus langit dari
suatu tempat, karena penasaran beliau mencari
sumber cahaya tersebut hingga sampailah beliau
di desa Cikura, Bojong, Tegal, Jawa Tengah dan
ternyata sumber cahaya tersebut berasal dari
Pemakaman Umum di desa tersebut.
Beliaupun bertanya-tanya; “Siapakah yang
dimakamkan di sana? Amalan apa yang
menyebabkan makam tersebut mengeluarkan
cahaya hingga menembus langit?”
Dan makam tersebut adalah makam seorang
waliyullah yang agung yaitu Hadhratus Syeikh KH.
Armia bin KH. Kurdi, salah seorang ulama yang
selalu mengajarkan kepada masyarakat sekitar
tentang Tauhidullah. Beliaupun tertarik untuk
belajar kepada putranya yaitu KH. Said bin KH.
Armia.
akannya. Namun atas usulan al-Habib
Abdurrahman Bilfaqih yang mengusulkan untuk
selalu mengadakan Haul KH. Armia secara besar-
besaran inilah akhirnya sampai sekarang Haul
beliau selalu ramai dikunjungi umat Islam dari
dalam dan luar negeri. Beliau al-Habib
Abdurrahman Bilfaqih memberikan alasan karena
untuk mengenang perjuangan KH. Armia dalam
mensyiarkan Agama Allah terutama ilmu-ilmu
Tauhid.
KH. Hasani bin KH. Said pernah bercerita bahwa
al-‘Allamah Syekh Ali Basalamah Mursyid Thariqat
Tijaniyyah dari Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah,
mendengar bahwa di Tegal ada seorang Ulama
yang mengajarkan Tauhid Imam as-Sanusi.
Beliaupun akhirnya datang ke Tegal untuk
bersilahturrahim. Sesampainya di Tegal beliau
melihat KH. Said bin KH. Armia sedang
mengajarkan Kitab Imam as-Sanusi dan di
sebelah kanan KH. Said tampak Sayyidul Wujud
Baginda Nabi Agung Muhammad Saw. dan di
sebelah kiri KH. Said tampak al-Imam as-Sanusi
Ra. Hal ini menunujukan bahwa KH. Said memilki
derajat kewalian yang tinggi dan ilmu yang
diajarkan adalah ilmu yang haq dan bermanfaat.
Tak terhitung jumlahnya murid-murid KH. Said
yang menjadi ulama besar. Diantaranya adalah al-
Habib M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya dan
al-Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul
Qadir bin Ahmad Bilfaqih.
Sekitar tahun 1974, Sahlan salah satu murid KH.
Said, setiap selesai mengaji pada hari Kamis pagi,
beliau selalu sowan ke hadapan al-Marhum KH.
Said untuk memijatnya. Saat KH. Said sedang
sakit, seminggu sebelum beliau wafat, beliau
meminta Sahlan untuk dimasakkan ikan tenggiri
dengan dimasak secara dipes atau dipanggang
dibungkus dengan daun pisang dan nasinya juga
dibungkus dengan daun pisang.
Tapi apalah daya usaha untuk mendapatkan ikan
tenggiri di TPI Suradadi, Tegal saat itu sangat
sulit. Setiap kali ada perahu yang baru mendarat
dan dilihat ternyata tidak ada ikan tenggirinya.
Karena waktu hampir jam empat sore akhirnya
Sahlan membeli ikan bandeng. Setelah sampai di
rumah ikan bandeng tersebut dimasak sesuai
pesanan beliau. Kemudian paginya dibawa ke
hadapan KH. Said dan selanjutnya beliau pun
melahapnya.
Setelah selesai makan, beliau KH. Said berkata
kepada Sahlan yang ternyata untuk terakhir
kalinya: “Kamu akan punya sumur yang airnya
banyak.”
KH. Said bin KH. Armia adalah seorang ulama dan
waliyullah yang wafat pada tanggal 20 Rajab
tahun1395 H atau sekitar tahun 1974 M dan
dimakamkan tak jauh dari Pondok Pesantren
Attauhidiyyah, Giren, Talang, Tegal.
Posted By Kisah Teladan Islami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar