Selasa, 26 November 2013

Jidat Hitam Bukan Bukti keshaliha seseorang

IDAT HITAM BUKAN TANDA KESALEHAN
Dewasa ini banyak orang mengukur keshalihan
seseorang dari ketebalan kapal hitam yang ada
dijidatnya, semakin hitam dan tebal jidat
seseorang maka semakin dia dianggap sebagai
orang yang ahli ibadah dan ahli sujud.
Hal ini berdasarkan pemahaman sempit mereka
terhadap ayat yang berbunyi :
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣَﻌَﻪُ ﺃَﺷِﺪَّﺍﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭِ ﺭُﺣَﻤَﺎﺀُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺗَﺮَﺍﻫُﻢْ ﺭُﻛَّﻌًﺎ
ﺳُﺠَّﺪًﺍ ﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﻓَﻀْﻠًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭِﺿْﻮَﺍﻧًﺎ ﺳِﻴﻤَﺎﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﻭُﺟُﻮﻫِﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺛَﺮِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ
artinya : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan Dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka.
Kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud”
(QS al Fath:29).
Banyak orang yang tidak mengetahui makna ayat
ini dengan baik, sehingga mereka menafsirkan
ayat di atas dengan pemahaman yang keliru.
Dan anehnya pemahaman yang salah itu diklaim
sebagai pendapat yang paling benar.
Mereka menyangka bahwa maksud dari bekas
sujud itu adalah tanda hitam di dahi karena sujud,
bahkan ada sebagian dari mereka yang
mencemooh seorang ulama’ hanya karena jidatnya
tidak hitam maka dianggap ulama yang yang tidak
sholih sebab jidatnya tidak hitam.
Padahal bukan demikian yang dimaksudkan dari
ayat tersebut.
Imam At-Thabari meriwayatkan dengan sanad
yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang
dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah
perilaku yang baik.
Dalam sebuah riwayat lain yang beliau nukil juga
dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang
dimaksudkan bekas sujud adalah kekhusyu’an.
Juga diriwayatkan dengan sanad yang hasan dari
Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah
shalat”
(Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).
Sementara itu dalam Sunan Kubro karangan Imam
Baihaqi diterangkan
ﻋَﻦْ ﺳَﺎﻟِﻢٍ ﺃَﺑِﻰ ﺍﻟﻨَّﻀْﺮِ ﻗَﺎﻝَ : ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻟَﻰ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻓَﺴَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﻦْ
ﺃَﻧْﺖَ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻧَﺎ ﺣَﺎﺿِﻨُﻚَ ﻓُﻼَﻥٌ. ﻭَﺭَﺃَﻯ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﺳَﺠْﺪَﺓً ﺳَﻮْﺩَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ
ﻫَﺬَﺍ ﺍﻷَﺛَﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻚَ؟ ﻓَﻘَﺪْ ﺻَﺤِﺒْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﻭَﺃَﺑَﺎ
ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮَ ﻭَﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﺭَﺿِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻓَﻬَﻞْ ﺗَﺮَﻯ ﻫَﺎ ﻫُﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻰْﺀٍ؟
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang
menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut
mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya
kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak
asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang
berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau
berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di
antara kedua matamu..?
Sungguh aku telah lama bershahabat dengan
Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah
kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku..?”
(HR. Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)
Dalam redaksi lain dari Ibnu Umar juga
ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ : ﺃَﻧَّﻪُ ﺭَﺃَﻯ ﺃَﺛَﺮًﺍ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺻُﻮﺭَﺓَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﺟْﻬُﻪُ ،
ﻓَﻼَ ﺗَﺸِﻦْ ﺻُﻮﺭَﺗَﻚَ .
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang
pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar
berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya
penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya.
Janganlah kau jelekkan penampilanmu!”
(HR. Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
ﻋَﻦْ ﺣُﻤَﻴْﺪٍ ﻫُﻮَ ﺍﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻗَﺎﻝَ : ﻛُﻨَّﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﺴَّﺎﺋِﺐِ ﺑْﻦِ ﻳَﺰِﻳﺪَ ﺇِﺫْ ﺟَﺎﺀَﻩُ
ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮُ ﺑْﻦُ ﺳُﻬَﻴْﻞِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺑْﻦِ ﻋَﻮْﻑٍ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﺴَﺪَ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ، ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻣَﺎ ﻫِﻰَ ﺳِﻴﻤَﺎﺀُ ، ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻰ ﻣُﺬْ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ ، ﻣَﺎ ﺃَﺛَّﺮَ
ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩُ ﻓِﻰ ﻭَﺟْﻬِﻰ ﺷَﻴْﺌًﺎ .
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di
dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang
bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin
Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib
berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya.
Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas
sujud.
Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan
wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun
sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada
wajahku”
(HR. Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
ﻋَﻦْ ﻣَﻨْﺼُﻮﺭٍ ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻠْﺖُ ﻟِﻤُﺠَﺎﻫِﺪٍ )ﺳِﻴﻤَﺎﻫُﻢْ ﻓِﻰ ﻭُﺟُﻮﻫِﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺛَﺮِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ( ﺃَﻫُﻮَ
ﺃَﺛَﺮُ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﻓِﻰ ﻭَﺟْﻪِ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥِ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻻَ ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻫُﻢْ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﻣِﺜْﻞُ
ﺭُﻛْﺒَﺔِ ﺍﻟْﻌَﻨْﺰِ ﻭَﻫُﻮَ ﻛَﻤَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻪُ ﺍﻟْﺨُﺸُﻮﻉُ .
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid
tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di
wajah..?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang
‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu
bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun
dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan
adalah kekhusyu’an”
(HR. Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah
yang dimaksudkan oleh ayat tersebut adalah
sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan
tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi
karena hal itu adalah ciri khas khawarij ”
(Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata,
“Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang
shahabat Muhammad yang bisa menceritakan
hadits tentang Khawarij kepadaku.
Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang
berada bersama satu rombongan para shahabat.
Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku
hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang
Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian
suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua
telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah
uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu
beliau membaginya.
Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada
hitam-hitam bekas sujud di antara kedua
matanya. Dia mengenakan dua lembar kain
berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah
sebelah kanan dengan harapan agar Nabi
memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak
memberinya.
Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini
engkau tidak membagi dengan adil”. Mendengar
ucapannya,
Nabi marah besar.
Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku
meninggal dunia kalian tidak akan menemukan
orang yang lebih adil dibandingkan diriku”.
Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau bersabda,
ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﻗِﺒَﻞِ ﺍﻟْﻤَﺸْﺮِﻕِ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻛَﺎﻥَ ﻫَﺬَﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻫَﺪْﻳُﻬُﻢْ ﻫَﻜَﺬَﺍ ﻳَﻘْﺮَﺀُﻭﻥَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻻَ
ﻳُﺠَﺎﻭِﺯُ ﺗَﺮَﺍﻗِﻴَﻬُﻢْ ﻳَﻤْﺮُﻗُﻮﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻤْﺮُﻕُ ﺍﻟﺴَّﻬْﻢُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﻣِﻴَّﺔِ ﺛُﻢَّ ﻻَ
ﻳَﺮْﺟِﻌُﻮﻥَ ﻓِﻴﻪِ ﺳِﻴﻤَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟﺘَّﺤْﻠِﻴﻖُ ﻻَ ﻳَﺰَﺍﻟُﻮﻥَ ﻳَﺨْﺮُﺟُﻮﻥَ
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang
seperti itu penampilan mereka.
Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca
al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati
tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama
sebagaimana anak panah melesat dari binatang
sasarannya setelah menembusnya kemudia
mereka tidak akan kembali kepada agama.
Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka
akan selalu muncul” (HR Ahmad no 19798,
dengan sanad Hasan).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya
proporsonal dan sewajarnya saja, yang penting
antara lambung dan paha agak renggang serta
ketiak sedikit dibuka, jangan terlalu berlebih-
lebihan sehingga hampir seperti orang yang
telungkup.
Tindakan inilah yang sering menjadi sebab
timbulnya bekas hitam di dahi, meskipun
sebenarnya belum tentu orang tersebut benar-
benar ahli sujud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar