Senin, 05 Mei 2014

Tahlil sudah populer sejak zaman imam Qarawi

Imam Al-Qarafi adalah ahli fikih dalam madzhab Maliki,
di tahun 684 H di Mesir. Beliau disebut al-Qarafi karena selama mencari ilmu ia
menetap di Qarafah (pekuburan). Di masa itu Tahlilan sudah populer dengan
istilah fidyah:
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﻫُﻮﻧِﻲُّ ﻭَﺍﻟﺘَّﻬْﻠِﻴﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻘَﺮَﺍﻓِﻲُّ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳُﻌْﻤَﻞَ ﻫُﻮَ ﻓِﺪْﻳَﺔُ ﻟَﺎ ﺇﻟَﻪَ ﺇﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺃَﻟْﻒِ ﻣَﺮَّﺓٍ ﺣَﺴْﺒَﻤَﺎ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﺍﻟﺴَّﻨُﻮﺳِﻲُّ ﻭَﻏَﻴْﺮُﻩُ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻓَﻬِﻤَﻪُ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟْﺄَﺋِﻤَّﺔُ ‏( ﺃﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﺒﺮﻭﻕ
ﻓﻲ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻔﺮﻭﻕ - ﺝ 6 / ﺹ 105 )
“ar-Rahuni berkata: Tahlil yang dikatakan oleh al-Qarafi yang dianjurkan untuk
diamalkan adalah doa fidyah La ilaha illa Allahu, sebanyak 70.000 kali. Terlebih
disebutkan oleh as-Sanusi dan lainnya. Inilah yang difahami oleh para
imam” (Anwar al-Buruq 6/105)
Masih dalam kitab yang sama, juga dijelaskan tentang Tahlil:
ﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﻟِﻠْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﻬْﻤِﻞَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔَ ﻓَﻠَﻌَﻞَّ ﺍﻟْﺤَﻖَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻮُﺻُﻮﻝُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺗَﻰ ﻓَﺈِﻥَّ
ﻫَﺬِﻩِ ﺃُﻣُﻮﺭٌ ﻣَﻐِﻴﺒَﺔٌ ﻋَﻨَّﺎ ، ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻑٌ ﻓِﻲ ﺣُﻜْﻢٍ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺃَﻣْﺮٍ ﻭَﺍﻗِﻊٍ ﻫَﻞْ
ﻫُﻮَ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺃَﻡْ ﻟَﺎ ، ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﺘَّﻬْﻠِﻴﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﺮَﺕْ ﻋَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻧَﻪُ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳُﻌْﻤَﻞَ ،
ﻭَﻳُﻌْﺘَﻤَﺪُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻓَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻴَﺴِّﺮُﻩُ ﻭَﻳُﻠْﺘَﻤَﺲُ ﻓَﻀْﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑِﻜُﻞِّ ﺳَﺒَﺐٍ ﻣُﻤْﻜِﻦٍ
ﻭَﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺠُﻮﺩُ ﻭَﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥُ ﺍ ﻫـ ‏( ﺃﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﺒﺮﻭﻕ ﻓﻲ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻔﺮﻭﻕ - ﺝ 6 / ﺹ 104 )
“Tetapi yang dianjurkan oleh seseorang adalah agar tidak meninggalkan
masalah ini (baca al-Quran di kuburan). Semoga pendapat yang benar adalah
sampainya pahala kepada orang yang telah wafat. Sebab ini adalah masalah
yang tak terlihat bagi kita. Dalam masalah ini tidak ada perselisihan tentang
hukum syariatnya, hanya dalam masalah realitasnya seperti itu atau tidak.
Demikian halnya dengan TAHLILAN yang sudah menjadi TRADISI manusia saat
ini yang mereka amalkan. Hal ini dianjurkan untuk diamalkan dan diteguhkan
atas karunia Allah, kemudahan yang diberikannya....” (Anwar al-Buruq 6/105)
Riwayat dari Imam al-Qarafi diatas juga menguatkan fatwa Ibnu Taimiyah yang
memang hidup 1 masa dengan beliau:
ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ - ‏( ﺝ 5 / ﺹ 471 ‏)
ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻤَّﻦْ " ﻫَﻠَّﻞَ ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺃَﻟْﻒَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻭَﺃَﻫْﺪَﺍﻩُ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓً ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ " ﺣَﺪِﻳﺚٌ
ﺻَﺤِﻴﺢٌ ؟ ﺃَﻡْ ﻟَﺎ ؟ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻫَﻠَّﻞَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻭَﺃَﻫْﺪَﺍﻩُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﺼِﻞُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺛَﻮَﺍﺑُﻪُ ﺃَﻡْ ﻟَﺎ ؟ .
ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏُ ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ : ﺇﺫَﺍ ﻫَﻠَّﻞَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻫَﻜَﺬَﺍ : ﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﺃَﻟْﻔًﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﻗَﻞَّ ﺃَﻭْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ . ﻭَﺃُﻫْﺪِﻳَﺖْ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻧَﻔَﻌَﻪُ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻫَﺬَﺍ ﺣَﺪِﻳﺜًﺎ ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺿَﻌِﻴﻔًﺎ . ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ .
“(Ibnu Taimiyah) ditanya tentang orang yang bertahlil 70.000 kali dan
menghadiahkannya kepada mayyit, supaya memberikan keringan kepada mayyit
dari api neraka, haditsnya shahih ataukah tidak ? Apakah seseorang manusia
yang bertahlil dan menghadiahkan kepada mayyit, pahalanya sampai kepada
mayyti ataukah tidak ?
Jawab : Apabila seseorang bertahlil sejumlah yang demikian ; 70.000 kali atau
lebih sedikit atau lebih banyak dari itu dan menghadiahkannya kepada mayyit
niscaya Allah akan memberikan kemanfaatan kepada mayyit dengan hal
tersebut, dan tidaklah hadits ini shahih dan tidak pula dlaif. Wallahu A’lam”.
ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ - ‏( ﺝ 5 / ﺹ 472 ‏)
ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺗَﺼِﻞُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ؟ ﻭَﺍﻟﺘَّﺴْﺒِﻴﺢُ ﻭَﺍﻟﺘَّﺤْﻤِﻴﺪُ ﻭَﺍﻟﺘَّﻬْﻠِﻴﻞُ ﻭَﺍﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮُ ﺇﺫَﺍ
ﺃَﻫْﺪَﺍﻩُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﺼِﻞُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺛَﻮَﺍﺑُﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻟَﺎ ؟ .
ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏُ ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ : ﻳَﺼِﻞُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓُ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﺗَﺴْﺒِﻴﺤُﻬُﻢْ ﻭَﺗَﻜْﺒِﻴﺮُﻫُﻢْ ﻭَﺳَﺎﺋِﺮُ ﺫِﻛْﺮِﻫِﻢْ ﻟِﻠَّﻪِ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺇﺫَﺍ ﺃَﻫْﺪَﻭْﻩُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﺻَﻞَ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ
 "(Ibnu Taimiyah) ditanya tentang keluarga al-Marhum yang membaca al-
Qur’an yang disampaikan kepada mayyit ? Tasybih, tahmid, tahlil dan takbir,
apabila menghadiahkannya kepada mayyit, apakah pahalanya sampai kepada
mayyit ataukah tidak ?
Jawab : Pembacaaan al-Qur’an oleh keluarga almarhum sampai kepada mayyit,
dan tasbih mereka, takbir dan seluruh dziki-dzikir karena Allah Ta’alaa apabila
menghadiahkannya kepada mayyit, maka sampai kepada mayyit. Wallahu
A’lam"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar