Sabtu, 10 Mei 2014

KH Achmad Muzakki Syah



Pengasuh Ponpes AL Qodiri, Gebang Poreng Jember
Puasa 4 Tahun, Khalwat, Dibimbing Rijalul Ghaib
Dia sosok yang fenomenal. Semua pejabat mulai dari Presiden, hingga Bupati
dan Camat datang ke kediamannya Ponpes Al Qodiri, yang berdiri di atas lahan
8 hektar dengan 3000 santriwan / santriwati itu.
Dakwahnya, manakib pengamal dzikir Syeikh Abdul Qodir Jaelani, tiap malam
Jumat Legi. Petunjuk langitnya sering diikuti para pejabat, politisi, pengusaha,
dan intelektual di Jakarta, hingga seluruh dunia.
Siapa dia sebenarnya ?. Kenapa dia menjadi Magnet special bagi pejabat,
politisi, dan pengusaha. Presiden SBY, Menteri, KSAD, Pangdam, Panglima,
Kapolri, Kapolda, hingga beberapa anggota DPR RI, berkiblat kepadanya. Buku
seri biografinya akan dibedah di Mingguan ini. Silahkan menyimak.
KH Achmad Muzakki Syah, lahir di Jember, tepatnya Ahad Manis, 9 Agustus
1948 lalu. Kini genap berusia 60 tahun. Muzakki kecil tumbuh di Desa
Kedawung, Kecamatan Patrang, di lingkungan keluarga KH Achmad Syaha –
Nyai Hj Fatimatuzzahra Binti KH Syadali.
Di rumah, dan mushollah KH Syadali inilah, Muzakki kecil dilahirkan. KH Syadali
adalah kakeknya. Ayahnya, KH Achmad Syaha- dikenal sebagai seorang
warosikhuna fil ilmi, dia juga keloraan saat nyantri bertahun-tahun di Ponpes
Tempurejo, di KH Ali Wafa yang dikenal sebagai waliyullah tersebut.
“Beliau mewakili KH Ali wafa untuk mengajar kitab kuning,” ujar KH Muzakki,
mengenang ayahnya.
Tapi, keilmuan dan keimanan ayahnya itu tidak pernah dinampakkan keluar.
Wal hasil ternyata keimanan, dan kedigdayaan ayahnya itu dimuliakan kepada
putra – putranya. Ulama zuhud yang satu ini, sangat serius menyambut
kelahiran putranya, Muzakki kelak.
Dari ceritanya, KH Achmad Syaha, saat sholat malam mendapat mimpi saat
hendak wudhu buang air kecil tapi mengeluarkan 2 ekor harimau besar. Seingga
beliau terilhami untuk menjalankan wiridan secara istiqomah menyambut
kelahiran putranya.
Membaca Nur Burhan (Kitab Manakib Syekh Abdul Qodir Jaelani), puasa, dan
hataman Al Quran tiap 3 hari sekali, serta menyembelih ayam tiap malam
Jumat untuk manakib dengan tetangganya.
Kesaksian KH Ainul Yaqin, mengenang perjalanan hidup KH Syaha kepada
Ustad Abdul Jaelani yang mengaku pernah didatangi Rijalul Ghaib guru
spriritualnya.
..”Syaha, saya melihat dari Madura ada sinar terang dan menyilaukan karena
manakib yang kamu baca dengan tetangg untuk kelahiran putramu Muzakki”.
Guru KH Syaha, Rijalul Ghaib itu adalah Sulthan Abdur Rahman, cucu bindere
Saut yang sejak kecil menghilang, sedangkan bindere SAUT sendiri adalah raja
Sumenep yang bergelar Tumenggung Tirto Negoro, berkuasa tahun 1750 an.
Usai dilahirkan sekalipun banyak kejadian anek terjadi. Menurut kesaksian Drs
Rifai Ikhas, suatu waktu KH Achmad Syaha jam dua dinihari teriak– teriak
(ngelindur) dan berkata
“…Muzakki –muzakki turun ..turun…nanti kamu jatuh, ada apa kamu di situ ?,”.
Saking kerasnya teriakan banyak tetangga yang terbangun dan mendatangi
kediaman KH Achmad Syaha.
Setelah dibangunkan beliau menjawab dia melihat Muzakki yang berumur 1
tahun itu berdiri di langit ke-empat dan tidak mau turun katanya dia sedang
membetulkan pintu gerbang para waliyullah yang roboh.
Selang tiga hari, nyai Fatimah Zahra ibu kandung Muzakki, bermimpi. Dia
melihat Muzakki kecil berpidato di Terminal, dikerubuti banyak orang.
Saat disuruh pulang tak mau malah membuka mulut (mangap, red Jawa) dan
dari mulutnya keluar Kereta Api, Kapal Terbang, Kapal Laut dan semua isi
dunia.
Menginjak usia 7 tahun ia daftar di SDN Kademangan, tamat SD dikirim ke
Gontor dan saat lulus daftar di Madrasah Tsanawiyah 2 Jember, gedungnya
masih numpang di PGAN Jember.
Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar