Minggu, 25 Mei 2014

Pelajaran Dari Menjadi Wali Abdal(badal)

KISAH PARA WALI ABDAL
Dikisahkan bahwa di suatu zaman pada masa
dahulu ada seorang nelayan tua yang
kehidupannya hanya menangkap ikan sambil
bertasbih. Pekerjaannya itu dilakukan sehari-
hari dengan istiqamah. Tiba-tiba ia di datangi
oleh 39 orang berpakaian gamis dan jubah
dengan menggunakan surban. Seorang
pemimpin dari mereka langsung berkata
kepada nelayan tua itu: “Kami dari para Wali
Abdal ingin mencari (anggota) sahabat yang
baru. Jumlah kami sebelumnya adalah 40
orang, tetapi setelah salah seorang di antara
kami meninggal maka jumlah kami sekarang 39
orang. Maukah anda ikut dengan kami dan
diangkat menjadi seorang Wali Allah?” Betapa
tercengangnya nelayan itu dan langsung
menyetujuinya.
Namun sebelum itu ia menanyakan: “Katanya
seorang Wali itu bisa berjalan di atas air,
apakah saya bisa melakukannya setelah
menjadi seorang Wali?” Maka jawab pemimpin
Wali Abdal itu: “Oh tentu, Insya Allah. Silahkan
buktikan”. Setelah itu nelayan tua itu
membuktikan kebenaran ucapan Wali tersebut.
Dan ternyata benar, kakinya tidak tenggelam ke
dasar laut. Dengan serta merta ia berujar
dengan gembiranya: “Baiklah, aku mau ikut
bersama kalian”. Pemimpin Wali itu berkata:
“Kalau kamu ingin ikut dengan kami, ada satu
syarat yang harus kamu penuhi. Jika tidak,
kami tidak mengakuimu lagi sebagai anggota
dari kami. Yaitu, jangan engkau membantah
(berkomentar) atas apapun yang akan terjadi.
Apakah kamu sanggup?” Karena merasa ringan
akan syarat tersebut maka nelayan tua itu
menyetujuinya. Lalu ikutlah ia bersama para
Wali Abdal tersebut, yang sekarang telah
genap berjumlah 40 orang.
Belum lama dari peristiwa tersebut, 40 Wali
tadi berdzikir bersama di atas sebuah kapal
dan melakukan ibadah ritual lainnya. Pemimpin
Abdal, setelah acara selesai berkata: “Kini
tibalah waktunya kita makan bersama”.
Seketika itu datanglah sebuah hidangan dari
langit yang berisi ikan yang amat besar”.
Melihat kejadian itu terkagum-kagum nelayan
tua itu, dikarenakan baru menyaksikan hal itu
seumur hidupnya. Baru saja ikan itu
dihidangkan, Pak tua itu langsung mencicipi
ikan tadi. Kontan dari mulutnya mengatakan:
“Wah, ikannya memang besar, tapi lebih lezat
lagi kalau dikasih garam”.
Pada saat itulah para Wali tadi menghadapkan
wajahnya kepada Pak tua, dan berkatalah
pemimpin Abdal: “Wahai Pak tua, tak pantas
rasanya seorang Wali mengucapkan perkataan
itu, padahal rizqi yang datang di hadapan kita
ini Allah yang memberi dan kita tinggal
menerima. Anda mencela rizqi dariNya berarti
anda mencelaNya. Maka sudah kukatakan
sebelumnya bahwa syarat mengikuti kami
adalah jangan membantah (mengomentari)
apa-apa yang akan terjadi. Dengan sangat
menyesal kami tidak dapat menerimamu di
hadapan kami”. Setelah itu Pak Tua menjadi
nelayan kembali.Wallahu a’lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar