Selasa, 27 Mei 2014

Kisah Lengkap ISRA' MI'RAJ


Kisah Lengkap Isro' Mi'roj Nabi
Muhammad Saw
Oleh Habib Mumu BSA
Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al
Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj
Khoiril Bariyyah, Karya Al Imam Al Muhaddits
As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany
RA.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW
berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al
Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara
paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu
beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-
tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil
menghampiri beliau lalu membawa beliau ke
arah sumur zamzam, setibanya di sana
kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah
untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam
terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian
turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada
beliau yang mulya sampai di bawah perut
beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-
zam agar aku bersihkan hatinya dan aku
lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan
berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah
diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling
suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk
menambah kebersihan diatas kebersihan,
kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih
memantapkan dan menguatkan hati beliau,
karena akan melakukan suatu perjalanan maha
dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai
kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau
yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian
didatangkan satu nampan emas dipenuhi
hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke
dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu
dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan
kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup
kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah
binatang Buroq lengkap dengan pelana dan
kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih
besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia
letakkan telapak kakinya sejauh pandangan
matanya, panjang kedua telinganya, jika turun
dia mengangkat kedua kaki depannya,
diciptakan dengan dua sayap pada sisi
pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad
merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya
pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai
buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah
tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang
lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”,
mendengar ini buroq merasa malu sehingga
sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang,
naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan
sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki
buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah
kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri,
menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang
sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail
memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah
SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan
Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan
mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi
pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata:
“Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau
sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana
Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril
berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama
lain dari Madinah) dan kesana anda akan
berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia
melangkahkan kakinya sejauh pandangan
matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah
dan turunlah anda serta sholatlah di tempat
ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq,
Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di
Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa
bernaung dibawahnya dan beristirahat saat
dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad
turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam,
tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan
Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu.
Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang
tampak kepada beliau istana-istana Syam,
beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril
memberitahukan kepada beliau dengan
berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm
(Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan
Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang
mengejar beliau dengan semburan api, setiap
Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian
Jibril berkata:“Tidakk
ah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat,
jika anda baca maka akan memadamkan
apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia
binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa
tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka
melanjutkan perjalanan sampai akhirnya
bertemu dengan suatu kaum yang menanam
benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar
dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen
kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya,
melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya:
“Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril
menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi
sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah,
kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700
kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau
mencium bau wangi semerbak, beliau
bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah
ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita
yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”,
jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan
Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya
tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia
mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”,
mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah
kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”,
Masyithoh menjawab: “Ya”.Kemudian dia
mengancam akan memberitahukan hal ini
kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada
Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah
kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh
menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah
Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh,
kemudian Firaun mengutus seseorang untuk
menarik kembali dia dan suaminya yang tetap
beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak
maka mereka berdua dan kedua anaknya akan
disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati
Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata:
“Jika kamu hendak membinasakan kami,
silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh
kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan
kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak
dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul
mendidih, dia memerintahkan agar mereka
semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu
mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan
anaknya yang masih menyusu berada dalam
dekapannya, kemudian anak itu berkata:
“Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh
engkau berada pada jalan yang benar”,
kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga
bertemu dengan sekelompok kaum yang
menghantamkan batu besar ke kepala mereka
sendiri sampai hancur, setiap kali hancur,
kepala yang remuk itu kembali lagi seperti
semula dan begitu seterusnya. Jibril
menjelaskan bahwa mereka adalah manusia
yang merasa berat untuk melaksanakan
kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok
kaum, di hadapan mereka ada daging yang
baik yang sudah masak, sementara di sisi lain
ada daging yang mentah lagi busuk, tapi
ternyata mereka lebih memilih untk menyantap
daging yang mentah lagi busuk, ketika
Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril
menjawab: “Mereka adalah manusia yang
sudah mempunyai isteri yang halal untuknya,
tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan
wanita yang jelek (hina), dan begitupula
mereka adalah para wanita yang mempunyai
suami yang halal baginya tapi justru dia
mengajak laki-laki lain untuk berzina
dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
seseorang memanggil beliau dari arah
kanan:“Wahai Muhammad, aku meminta
kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi
Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah
panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab
panggilan itu maka umat beliau akan menjadi
Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan
serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain
adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak
menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau
seorang wanita dengan segala perhiasan di
tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata:
“Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi
Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril
berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia,
seandainya anda menjawab panggilannya
maka umatmu akan lebih memilih dunia
daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau
SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu
banyak keajaiban dan hikmah yang beliau
temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya
beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al
Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu
mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid,
yakni tempat dimana biasanya Para Nabi
mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid
bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua
rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba
masjid sudah penuh dengan sekelompok
manusia, ternyata mereka adalah para Nabi
yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian
dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas
mereka berdiri bershof-shof menunggu
siapakah yang akan mengimami mereka,
kemudian Jibril AS memegang tangan
Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk
maju, kemudian mereka semua sholat dua
rakaat dengan Rasulullah sebagai imam.
Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan
Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu
Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan
susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu
lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh
anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam,
jika anda memilih khamar niscaya umat anda
akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti
syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al
Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul
Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril
AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik
menembus berlapisnya langit ciptaan Allah
yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau
SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara
dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan
umat ini mendapat perintah sholat lima waktu.
Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang
luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT
memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk
memberikan dan menentukan perintah ibadah
yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini
sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab
ibadah lainnya diperintah hanya dengan
turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak
dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba
yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad
SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah
ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu
langit dunia (langit pertama), ternyata disana
berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat
ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan
tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat
meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin
70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-
masing malaikat ini membawahi 70 ribu
malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama
dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang
bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah
diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah
malaikat yang bermukim disana menyambut
dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan
menyertai anda wahai saudara dan pemimpin,
andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin
serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi
Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana
pertama kali Allah menciptakannya.
Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam
menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh
dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua
kelompok, jika melihat ke arah kanannya,
beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika
memandang kelompok di sebelah kirinya,
beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril
AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa
kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah
anak cucunya yang bakal menjadi penghuni
surga sedang yang di kirinya adalah calon
penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan
perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba
pandangan beliau tertuju pada kelompok
manusia yang dihidangkan daging panggang
dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih
memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya.
Ternyata mereka adalah manusia yang suka
berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka
dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak
di hadapan beliau suatu kaum dengan perut
membesar seperti rumah yang penuh dengan
ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat
dari luar, sehingga mereka sendiri tidak
mampu membawa perutnya yang besar itu.
Mereka adalah manusia yang suka memakan
riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum,
daging mereka dipotong-potong
lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan
kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu
memakan daging saudaramu di dunia, yakni
menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti
sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti
pertanyaan di langit pertama. Akhirnya
disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS
seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini
beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi
Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa
baju dan gaya rambutnya. Masing-masing
duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan
warna kulitnya, rambutnya lepas terurai
seakan-akan baru keluar dari hammam, karena
kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya
dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats
Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab
salam beliau disertai sambutan: “Selamat
datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi
yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke
langit ketiga, setelah disambut baik oleh para
malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf
bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan
dibalas dengan salam yang sama seperti
salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah
diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat
lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya
manusia yang diciptakan Allah, dia telah
mengungguli ketampanan manusia lain ibarat
cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya
seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa
Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat
jawaban salam dan doa yang sama seperti
Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun
bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan
seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan
panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak
umatnya sedang khusyu’ mendengarkan
petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau
berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka
masing-masing, ada seorang nabi dengan umat
tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat
di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang
tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat
yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata
mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya.
Kemudian beliau diperintah agar mengangkat
kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau
tertegun dan kagum karena pandangan beliau
tertuju pada sekelompok umat yang sangat
banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi,
lalu ada suara:“Itulah umatmu, dan selain
mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk
surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau
berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi
dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-
merahan
kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan
dijawab oleh beliau disertai dengan doa.
Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia
mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya
manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah
saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau
menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut.
Beliau menjawab: “Aku menangis karena
seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku,
tapi umatnya lebih banyak masuk surga
daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit
ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim
AS sedang duduk di atas kursi dari emas di
sisi pintu surga sambil menyandarkan
punggungnya pada Baitul Makmur, di
sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab
dengan salam dan doa serta sambutan yang
baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah
umatmu untuk banyak menanam tanaman
surga, sungguh tanah surga sangat baik dan
sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah
tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab:
“(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil
‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan
salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada
mereka bahwa surga sungguh sangat indah
tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi
adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa
ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke
Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar
sehingga seorang penunggang kuda yang cepat
tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan
di bawahnya sekalipun memakan waktu 70
tahun. Dari bawahnya memancar sungai air
yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya,
sungai susu yang putih bersih serta sungai
madu yang jernih. Penuh dengan hiasan
permata zamrud dan sebagainya sehingga
tidak seorang pun mampu melukiskan
keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya
berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga
khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau
memasuki surga dan melihat disana berbagai
macam kenikmatan yang belum pernah
dipandang mata, didengar telinga dan terlintas
dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka
yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang
tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak
kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat
surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya
beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau
diliputi oleh awan dengan beraneka warna,
pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan
Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril
tahu hanya beliaulah yang mampu untuk
melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah
SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh
Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun
diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak
seorangpun makhluk mampu mencapainya,
beliau melihatNya dengan mata beliau yang
mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di
hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”Labbaik
wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah
menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan
dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau
berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang
besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan
agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia
dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at
Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat
mengobati orang yang buta dan belang serta
menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah
menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari
sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah
bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan
kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari
semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit
ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah
Allah wajibkan kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu
dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak
akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar
diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5
sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali
kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh
umatmu tidak akan mampu melakukannya,
maka mintalah sekali lagi keringanan kepada
Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan
demikianlah terus aku kembali kepada Musa
dan kepada Allah sampai akhirnya Allah
berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah
kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu
sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10,
maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa,
namun tetap dia berkata:“Kembalilah kepada
Rabbmu agar minta keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah
berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku
malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka
beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq
kembali ke kota Makkah al Mukarromah,
sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat
yang agung ini kepada umatnya, maka
sebagian besar diantara mereka mendustakan
bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang
sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan
dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna
Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As
Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka
yang tadinya beriman, kembali murtad keluar
dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah
membenarkan dan percaya serta pasrah
terhadap semua yang dibawa dan diberitakan
Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak
mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam
Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi
yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash
Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang
dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu
‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj
Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan
ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan
Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya
Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad
bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru
dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al
Aydrus.
001. (Maha Suci) artinya memahasucikan (Allah
yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu
Nabi Muhammad saw. (pada suatu malam)
lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf.
Arti lafal al-isra ialah melakukan perjalanan di
malam hari; disebutkan untuk memberikan
pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu
dalam waktu yang sedikit; oleh karenanya
diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk
mengisyaratkan kepada pengertian itu (dari
Masjidilharam ke Masjidilaksa) yakni
Baitulmakdis; dinamakan Masjidil aksa
mengingat tempatnya yang jauh dari
Masjidilharam (yang telah Kami berkahi
sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan
dan sungai-sungai (agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu
sebagian daripada keajaiban-keajaiban
kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)
artinya yang mengetahui semua perkataan dan
pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan
nikmat-Nya kepadanya dengan
memperjalankannya di suatu malam; di dalam
perjalanan itu antara lain ia sempat berkumpul
dengan para nabi; naik ke langit; melihat
keajaiban-keajaiban alam malakut dan
bermunajat langsung dengan Allah swt.
Sehubungan dengan peristiwa ini Nabi saw.
menceritakannya melalui sabdanya, "Aku diberi
buraq; adalah seekor hewan yang berbulu
putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi
lebih pendek daripada bagal; bila ia terbang
kaki depannya dapat mencapai batas
pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan
ia membawaku hingga sampai di Baitulmakdis.
Kemudian aku tambatkan ia pada tempat
penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi.
Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa dan
melakukan salat dua rakaat di dalamnya.
Setelah itu aku keluar dari Masjidilaksa
datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya
membawa dua buah cawan; yang satu
berisikan khamar sedangkan yang lain
berisikan susu. Aku memilih cawan yang
berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata,
'Engkau telah memilih fitrah (yakni agama
Islam).' Nabi saw. melanjutkan kisahnya,
kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke
langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril
mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi
kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya,
'Siapakah yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi
kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia
telah diutus untuk menemui-Nya.' Kemudian
pintu langit pertama dibukakan bagi kami; tiba-
tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam.
Nabi Adam menyambut kedatanganku, dan ia
mendoakan kebaikan untukku. Kemudian
malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang
kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit
yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya,
'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab,
'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah
orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi
kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk
menghadap kepada-Nya?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-
Nya.' Maka pintu langit yang kedua dibukakan
bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan dua
orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi
Isa.
Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan
keduanya mendoakan kebaikan buatku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke
langit yang ketiga, maka malaikat Jibril
mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu
ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan
lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang
bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab,
'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya,
'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus
untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu
langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu
dengan Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah
dianugerahi separuh daripada semua keelokan.
Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia
mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian
malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang
keempat, maka malaikat Jibril mengetuk pintu
langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah
kamu?' Malaikat Jibril menjawab. 'Jibril.'
Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang
yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi
kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia
telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu
langit yang keempat dibukakan bagi kami; tiba-
tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia
menyambut kedatanganku dan mendoakan
kebaikan bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku ke langit
yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu
langit yang kelima, maka ditanyakan
kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Jibril.' Dan ditanyakan lagi
kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu
itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'
Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah
diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-
Nya.' Lalu dibukakanlah pintu langit yang
kelima bagi kami; tiba-tiba aku bertemu
dengan Nabi Harun, ia menyambut
kedatanganku dan mendoakan kebaikan
bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku
naik ke langit yang keenam, lalu ia mengetuk
pintunva, ditanyakan kepadanya, 'Siapakah
kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'
Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang
yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi
kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia
telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka
dibukakanlah pintu langit yang keenam buat
kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Musa, lalu Nabi Musa menyambut
kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan
bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke
langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya.
Ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan
lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang
bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab,
'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya,
'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus
untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu
langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku
bertemu dengan Nabi Ibrahim. Kedapatan ia
bersandar pada Baitulmakmur.
Ternyata Baitulmakmur itu setiap harinya
dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang
selanjutnya mereka tidak kembali lagi padanya.
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke
Sidratul Muntaha, kedapatan daun-daunnya
bagaikan telinga-telinga
gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-
tempayan yang besar. Ketika semuanya
tertutup oleh nur Allah, semuanya menjadi
berubah. Maka kala itu tidak ada seorang
makhluk Allah pun yang dapat menggambarkan
keindahannya.
Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka
Allah mewahyukan kepadaku secara langsung,
dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima
puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu
lalu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi
Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa
bertanya kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan
oleh Rabbmu atas umatmu?' Aku menjawab,
'Lima puluh kali salat untuk setiap harinya.'
Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada
Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya
karena sesungguhnya umatmu niscava tidak
akan kuat melaksanakannya; aku telah
mencoba Bani Israel dan telah menguji
mereka.' Rasulullah saw. melanjutkan
kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku,
lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku,
ringankanlah buat umatku.' Maka Allah
meringankan lima waktu kepadaku.
Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan
Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu
lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah
meringankan lima waktu kepadaku.' Maka Nabi
Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu
niscaya tidak akan kuat melakukan hal
tersebut, maka kembalilah lagi kepada
Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu
kepada-Nya.' Rasulullah melanjutkan kisahnya,
maka aku masih tetap mondar-mandir antara
Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan
kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga
akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad,
salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam;
pada setiap salat (tafsir jalalain).

Piis ktb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar