Selasa, 06 Mei 2014

Shalawat Nabi

Sholawat al-Fatih adalah salah satu lafaz sholawat yang masyhur diamalkan. Sholawat ini dinisbahkan kepada dua orang wali yang besar, pertamanya kepada Sulthanul Awliya` Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani r.a. dan yang kedua ialah kepada Quthubusy Syaikh Muhammad al-Bakri r.a.

Sidi Ahmad Zaini Dahlan dan beberapa ulama lain seperti Syaikh Wan ‘Ali Kutan al-Kelantani menisbahkan sholawat ini kepada Syaikh Abdul Qadir, manakala ramai ulama lain seperti Syaikh Ahmad ash-Showi al-Maliki menisbahkannya kepada Syaikh Muhammad al-Bakri.

Muhammad asy-Syabawi: Hanya al-Qur’an dan Bacaan Shalawat Saja yang Tetap Mendapat Pahala meskipun Tidak Tahu Artinya
Termasuk di antara hal2 yg sangat dianjurkan untuk diketahui adalah dzikir2 sholat dan sekaligus artinya. Supaya bisa hudlur di dlm hati meskipun secara ijmal. Dengan tujuan supaya mendapat nikmat2 yg besar. Karena sesungguhnya ulama’2 besar yg terpilih, telah mengatakan, “seseorang tdk akan mendapatkan pahala berdzikir, kecuali mengetahui artinya, meskipun secara ijmal. Persyaratan ini berlaku untuk semua dzikir selain al-Qur’an dan bacaan doa shalawat-salam kepada baginda Nabi yg terpilih. Keterangan tersebut seperti disampaikan oleh Muhammad asy-Syabawi.

Sayyid al-Bakri bin Muhammad Syatha ad-Dimyati: Rahasia Shalawat Sebagai Pembuka Rizqi dan Adab-adab Seorang Pengamal Shalawat
Membaca shalawat kepada Nabi mengandung faidah2 yg tak terhingga, antara lain: menerangi hati dari kegelapan, tdk dibutuhkan lagi seorang guru spiritual, bisa mengantarkan pengamalnya untuk wushul kpd Allah, melimpahkan rizqi dan orang yg memperbanyak bacaan shalawat jasadnya diharamkan Allah dari api neraka. Sebaiknya orang yg membaca shalawat kpd Nabi, dlm haliyah paling sempurna, suci badannya, punya wudlu, menghadap qiblat, menghayati keagungan baginda Nabi dg maksud tercapainya keinginan dan cita2, membaca dg tartil dan tdk tergesa2 dlm mengucapkan kalimat2nya.

Syeikh Muhammad bin Salim Bab-shil: Rahasia Sholawat Sebagai Pendingin Akan Panasnya Tabiat
Keistimewaan shalawat, tidak terbilang jumlahnya, termasuk di antaranya: menyebabkan turunnya rahmat, menghapus dosa dan keburukan, mendatangkan hajat, menghilangkan problem yg sulit dipecahkan dan tdk ada amalan yg lebih berguna untuk menerangi hati dan mendapatkan ridlo Allah, yang maha mengetahui segala sesuatu yg ghaib, kecuali bacaan shalawat. Shalawat memang sangat istimewa, dibandingkan dzikir2 lain sebab shalawat bisa menghilangkan panasnya tabiat, sedangkan dzikir2 yg lain justru meluapkan aura panas.

Pengamal Sholawat Tidak Membutuhkan Guru Spiritual (Syeikh Mursyid)
Membaca sholawat, merupakan bentuk ibadah, yg paling utama dan paling besar pahalanya. Sampai2 sebagian kaum arifun mengatakan, “sesungguhnya sholawat itu bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual (mursyid). Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi. Ingat! Setiap sholawat yg dibaca seseorang selalu diperlihatkan kpd beliau dan beliau membalasnya dg doa serupa. Hal ini berbeda dg dzikir2 (selain sholawat) yg harus melalui bimbingan guru spiritual yg sudah mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon dan pengamalnya tdk akan mendapat manfaat apapun.

Sayyid Abdur Rahman bin Musthofa al-Idrus: Amalan yang Bisa Menyebabkan Wushul kepada Allah di Akhir Zaman
Al-Allamah Sayyid Abdurrohman bin Musthofa al-Idrus (tinggal di Mesir), menyatakan (dlm penjelasan beliau tentang sholawatnya sayyid Ahmad al-Badawi. Komentar ini ditulis dlm kitab yg berjudul “Miraatu al-Syumus fi manaqibi Ali al-Idrus”) bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tdk ditemukan seorang murobbi (mursyid) yg memenuhi syarat, tdk ada satupun amalan yg bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan sholawat kpd Nabi saw, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga. Kemudian setiap amal itu mungkin diterima dan mungkin juga ditolak kecuali bacaan sholawat kpd nabi saw yg pasti diterima, karena memuliakan pada Nabi. Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’.

Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam karyanya “Afdhalush Sholaawat ‘ala Sayyidis Saadat” menyatakan bahawa menurut Syaikh Ahmad ash-Showi, Syaikh ‘Abdul Rahman al-Kabir al-Kuzbari rahimahUllah, ahli hadits terbilang negeri Syam, telah menisbahkan Sholawat al-Fatih ini kepada Syaikh Muhammad al-Bakri dan penisbahan inilah yang nampaknya yang lebih kuat.

Sholawat al-Fatih sebagaimana di atas adalah lafaz yang biasa diamalkan sebagai wirid oleh pengamal Thoriqah Tijaniyyah, di samping itu terdapat juga lafaz-lafaz lain dengan perbezaan kecil.

Syaikh Wan ‘Ali Kutan al-Kelantani menulis dalam karya beliau “al-Jawharul Mawhub wa Munabbihaatul Quluub”:-
Telah menyebut oleh kebanyakan daripada ariffin bahawasanya sholawat ini bagi membukakan asrar dan yang ajaib-ajaib yang terhairan oleh akal.

Barangsiapa mengekali atasnya tiap-tiap hari seratus (100 ) kali nescaya terbuka baginya daripada segala hijab dan hasil baginya daripada anwar dan menunaikan segala hajat barang yang tiada mengetahui kadarnya melainkan Allah ta`ala.

Kalam Syaikh Wan ‘Ali ini dinukil beliau daripada perkataan Sayyidi Ahmad Zaini Dahlan dan Sidi Ahmad turut menyatakan bahawa sholawat ini bermanfaat bagi semua peringkat. Oleh itu wajar dilazimi agar memperolehi keberkatannya.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam, sholawat dan salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Sesungguhnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk
menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-
haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits). Di mana orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Maka sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan itu. Dan karena masalah ini memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan
tulisan-tulisan sederhana ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk
memperbanyak sholawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini. Ya Allah! Berilah Sholawat dan Salam atas nabi dan kekasih-Mu Muhammad selama siang dan malam yang silih berganti.
Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Allah subhaanhu wa ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah
subhaanhu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang
kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanhu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.” Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah
mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.” Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari
meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna.
Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah
termasuk di antara rukun-rukun sholat.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah
mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”

Keutamaan Shalawat atas Rasulullah

Dari Ubay bin Ka’ab ra. dia berkata, “Jika seperempat malam sudah berlalu, maka Rasulullah SAW berdiri dan bersabda, ‘Wahai manusia, sebutlah nama Allah, sebutlah nama Allah, karena tiupan yang pertama sudah tiba yang diikuti dengan tiupan yang kedua. Kematian datang dengan segenap kandungannya. Kematian datang dengan segenap kandungannya. Ubay bin Ka’ab berkata, “Wahai Rasulullah aku memperbanyak shalawat. Lalu berapa kali aku harus mengucapkan shalawat atas dirimu? Beliau menjawab, “Sekehendak hatimu.“Apakah selama seperempat malam? tanyaku. “Terserah padamu, jawab beliau. Jika engkau menambahinya, maka itu lebih baik bagimu.
“Bagaimana sepertiga malam? “Terserah padamu. Jika engkau menambahinya, maka itu lebih baik bagimu, sabda beliau.
“Bagaimana shalawatku bagimu semuanya? Beliau menjawab, “Berarti hasratmu terpenuhi dan dosamu diampuni. (Diriwayatkan Ahmad, At-Tirmidzy, Al-Hakim dan dia menshahihkannya, menurut At-Tirmidzy, ini hadits hasan shahih. At-Tirmidzy,2/202)

Pada suatu malam saya bermimpi bahwa didalam mimpi itu saya mendengar suara yang menyerukan bahwasanya baginda nabi Muhammad s.a.w bersabda:”barang siapa yang bersholawat dengan mengharapkan kesaktian-kesaktian,sesungguhnya ia telah berteman dengan jin.Barang siapa yang bersholawat dengan hanya mengharapkan ridho Allah S.W.T,sesungguhnya ia telah bersahabat dengan para malaikat”.
Mimpi ini adalah jawaban atas pertanyaan saya tentang cerita-cerita keajaiban/kesaktian yang telah membuat saya terkagum-kagum.Banyak orang tentu telah merasakan keajaiban dari membaca sholawat kepada baginda nabi Muhammad s.a.w,baik yang dibaca rutin(istiqomah) secara mandiri(sendirian)maupun secara berjamaah.Saya sendiri telah merutinkan membaca sholawat sehabis sholat fardhu.Ketika telah seringkali saya baca sholawat terjadi keajaiban-keajaiban,maka saya sempat pula berfikir”sebenarnya tenaga apa yang menggerakkan bacaan sholawat sehingga begitu mengagumkan?” Sehingga akhirnya melalui mimpi itu terjawab sudah rasa penasaran saya.Semoga Allah melimpahkan rahmah-Nya kepada baginda nabi Muhammad s.a.w,keluarga,para sahabat dan orang-orang yang mencintainya,serta guru-guru yang telah mengajarkan saya mengenal agama yang rahmatan lil alamin ini. Wallahu ‘alam!

Dituliskan di dalam kitab ‘Hadaiqul Anwaar fish Shalah was Salam alan Nabi al-Mukhtar’ (taman-taman cahaya di dalam bershalawat dan salam kepada Nabi terpilih) disebutkan: Taman kelima mengenai buah-buah yang bisa dipetik seorang hamba terkait dengan shalawat kepada Rasulullah saw.

1. Melaksanakan perintah Allah swt. berupa bershalawat kepada beliau.

2. Bersesuaian dan mencocoki Allah swt. di dalam bershalawat kepada Nabi saw.

3. Bersesuaian dan mencocoki para malaikat di dalam bershalawat kepada Nabi saw.

4. Bershalawat kepada Nabi sekali mendapatkan balasan sepuluh shalawat (rahmat) dari Allah swt.

5. Diangkat sepuluh derajat.

6. Dicatat sepuluh kebaikan.

7. Dihapus sepuluh kesalahan.

8. Doa seseorang mudah dikabulkan.

9. Shalawat menjadi sebab (perantara) mendapatkan syafaat Rasulullah saw.

10. Shalawat menjadi sebab dosa-dosa diampuni aib-aib ditutupi.

11. Shalawat menjadi sebab seorang hamba dicukupi segala kesusahannya.

12. Shalawat menjadi sebab seorang hamba dapat dekat dengan Rasulullah saw.

13. Shalawat bisa bernilai laksana sedekah.

14. Shalawat menjadi sebab berbagai kebutuhan terpenuhi.

15. Shalawat menjadi sebab orang yang mengucapkannya mendapatkan shalawat dari Allah swt. dan para malaikat-Nya.

16. Shalawat dapat menjadi zakat (pembersih, pemberkah, dan penyubur) jiwa.

17. Shalawat menjadi sebab seorang hamba mendapatkan berita gembira berupa surga sebelum dia meninggal dunia.

18. Shalawat menjadi sebab selamat dari malapetaka hari kiamat.

19. Shalawat menjadi sebab orang yang mengucapkannya mendapatkan jawaban dan sambutan (respon) dari Rasulullah saw.

20. Shalawat menjadi sebab seorang hamba mengingat hal yang dia lupakan.

21. Shalawat menjadi sebab harumnya majelis, dan majelis yang diselenggarakan tidak akan menjadi kekecewaan pada hari kiamat.

22. Shalawat menjadi sebab ditiadakannya kefakiran.

23. Jika seorang hamba bershalawat usai nama beliau disebut, ia telah dinafikan dari predikat kikir dan pelit.

24. Shalawat menyelamatkan seseorang dari predikat rendah dan hina, yakni manakala nama Rasulullah saw. disebut dan dia enggan bershalawat.

25. Shalawat menempatkan seseorang pada titian jalan ke surga, dan bisa menyesatkan orang yang enggan shalawat jauh dari jalan surga.

26. Shalawat menyelamatkan suatu majelis dari bau busuk manakala di dalam majelis itu tidak disebut asma Allah swt. dan Rasulullah saw.

27. Shalawat menyebabkan kesempurnaan suatu ucapanyang dimulai dengan memuji Allah swt. dan bershalawat kepada Rasulullah saw.

28. Shalawat menjadi sebab kesuksesan hamba melewati shirath (titian jalan menuju surga yang dipasang di atas neraka).

29. Shalawat mengeluarkan seorang hamba dari gelar kaku dan keras kepala (al-jafa’).

30. Shalawat menjadi sebab seseorang mendapatkan buah tutur yang baik dari Allah swt. di (kalangan penduduk) langit dan bumi.

31. Shalawat menjadi sebab seseorang meraih rahmat Allah swt.

32. Shalawat menjadi penyebab keberkahan.

33. Shalawat menjadi penyebab langgeng, meningkat, dan berlipat gandanya kecintaan beliau. Dan itu termasuk simpul-simpul keimanan yang hanya bisa sempurna dengannya.

34. Shalawat menjadi sebab kecintaan Rasulullah saw. kepadanya.

35. Shalawat menjadi sebab seorang hamba mendapatkan hidayah dan hidup hatinya.

36. Shalawat menjadi sebab nama seseorang dipaparkan dan disebut di sisi beliau.

37. Shalawat menjadi sebab telapak kaki tegak dan kokoh di atas shirath.

38. Shalawat berarti memenuhi sedikit hak Rasulullah saw. dan ungkapan terima kasih (balas jasa) kepada beliau atas berbagai nikmat yang diberikan Allah ta’ala melalui beliau.

39. Shalawat mengandung dzikir kepada Allah swt. dan syukur kepada-Nya serta mengenal kebaikan-Nya.

40. Shalawat kepada Nabi saw. dari seorang hamba adalah doa dan permohonan kepada Tuhannya azza wa jalla. Berarti ia satu kali berdoa untuk Nabi saw., dan pada kali lain untuk dirinya sendiri. Dan tidak diragukan bahwa di dalam hal ini terdapat kelebihan bagi seorang hamba.

41. Buah dan faedah terbesar yang diraih dengan bershalawat kepada beliau adalah tercetaknya (terpatrinya) rupa beliau yang mulia di dalam jiwa.

42. Memperbanyak shalawat kepada beliau menduduki kedudukan guru murabbi.

Sumber: Adz Dzakhoir Al Muhammadiyyah oleh Sayyidunal Imam Al Habib Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani.

3 komentar: