Senin, 18 Januari 2016

Santri itu tetap bocah walau sudah tua

Bocah Santri ( Cah santri ) dimana-mana “ sama saja “ . Mau Santri Arab , Santri Hadromut , Santri Jawa santri manapun … mau sudah tua umurnya sekalipun , ( kata Kyai saya ) tetap saja “ bocah “ . Kelakuan dan sikap kekanak-kanakan masih saja melekat . Apalagi jika urusannya sudah Makanan enak-enak , pasti pada rebut jadinya … Namanya juga bocah
.
.
Al Kisah , saat pelaksanaan majlis Hataman Al Qur’an di genap 40 hari wafatnya Al Imam Habibana Hasan As Sythiriy , para hadirin yang datang begitu banyaknya . Tidak hanya penduduk negeri yang hadir , tetapi orang – orang luar kota Tarim dan para Badui banyak yang turut serta di acara tersebut .
.
.
Ketika majlis selesai , hidangan di sajikan .Baki dan Nampan berisi Nasi Asap ( Bukhoriy ) di keluarkan . Para santri Rubath Tarem , mereka pikir saking banyaknya yang hadir mereka jadi takut nanti tidak akan kumanan . Tidak dapat kebagihan . Sikap “ kekanank-kanakan “ Santri pun muncul . Kata mereka :
“ Kalau kita orang tidak berinisiatif “ ngrebut “ nampan-nampan itu , bisa jadi kita tidak akan kebagihan ..! “
.
.
Santri-Santri itu akhirnya pada rebut , banyak yang berdiri “ mencoba merebut “ Baki- Baki makanan . Tiba-tiba mereka ( dan banyak para Hadirin ) melihat Habibana Hasan As Syathiriy ada di tengah-tengah mereka dan menenangkan mereka :
“ Sudah , Tenang …Tenang.. duduk …duduk . Semuanya pasti akan kebagihan … “
.
.
Melihat perinttah Habibana Hasan itu , mereka otomatis duduk kembali dengan tenang , tetapi MEREKA TIDAK MENYADARI KEANEHAN YANG BARU SAJA MEREKA ALAMI . Begitu majlis kembali tenang , mereka semua terperanjat dan kaget bukan kepalang :
“ Bukankah tadi Habib Hasan As Syathiriy ??? “
.
.
Bagaimana tidak kaget , jika saat itu mereka sedang memeringati 40 hari wafatnya Habib Hasan , tetapi saat keributan terjadi itu yang menengkan mereka Habib Hasan As Syathiriy ( yang telah wafat ) itu sendiri ? .
.
. Dahulu pernah seorang kaya raya meninggal di kota Tarem . Dia adalah salah seorang murid dari Hujjatul Islam al Qhuthub Al Habib Abdullah bin Umar as Syathiriy . Bertepatan dengan majlis hatam al Qur’an yang diadakan oleh keluarga Mayyit , datang serombongan kaum baduwi dari pedalaman dan ikut menghadiri perjamuan makan itu .
.
.
Saat daging-daging empuk dan makanan lezat di hidangkan , mereka para Badui bertanya :
“ Ini perjamuan makanan untuk acara apa ? “
.
Seseorang hadirin menjawab : “ Perjamuan karena kematian “
.
.
Para Baduwi pun berkata : “ Semoga saja Allah tidak menghentikan adanya kematian di kota ini …”
Seseorang bertanya : “ Mengapa demikian , Ya Akhol Arob ? “
.
Baduwi menjawab : “ Karena jika satu orang mati , maka kita akan diundang perjamuan oleh mereka dan dapat makan makanan yang enak-enak begini …”
.
.
Karakter dasar orang Arab yang begitu menghormati para Tamu , membuat mereka biasa menyuguhkan makanan-makanan yang enak bagi para tamu yang datang / yang mereka undang . Padahal pada kesehariannya mereka makan minum ala kadarnya .
.
.
Al Hasan bin Abdullah Al Kaff termasuk seorang allamah , seorang yang aalim sekaligus kaya raya . Sering kali beliau mengndang makan para penduduk kota Tarim terutama para Santri Rubath . Menghidangkan Nasi , daging , Harisyah atau makanan-makanan yang enak-enak kepada mereka terutama pada bulan Ramadhan .
.
.
Pernah kejadian seorang Baduwi berkunjung ke Rubath Tarem . Pas kunjungannya itu , alHabib Hasan al Kaff mengundang para santri untuk makan – makan . Baduwi itupun ikut datang .
Begitu makanan dihidangkan , Dengan begitu lahapnya dia menyantap apapun yang ada di hadapannya . Padahal habib Hasan al Kaff menyediakan beraneka makanan yang lezat – lezat . Baduwi itu malah semakin keasyikan menyantap anke kelezatan yang tidak dijumpainya di tempat asalnya di kampung sana .
.
.
Sampai akhirnya dia jatuh kekenyangan dan di suapan terahir makanan yang di kunyahnya , dadanya menjadi sakit dan kemudian jatuh pinsan dan meninggal dunia ….
.
.
Kisah – kisah diatas selain menunjukkan salah satu dari sekian banyak karomah ( kemulyaan ) al Habib Hasan as Syathiriy dan kisah kedermawanan al Habib Hasan bin Abdullah al Kaff , juga menunjukkan bukti kesamaan amaliyah penduduk muslim Hadromut dan mayoritas penduduk muslim Nusantara . Yaitu adanya shadaqah dalam bentuk perjamuan makan yang dilakukan berkenaan dengan wafatnya keluarga mereka . Biasanya diiringi dengan Hataman al Qur’an . Kalau di hadromut sana , seringkali diadakan genap 3 harinya atau 40 harinya .
.
.
Kesamaan seperti ini bukan hal yang aneh , karena sama-sama pengikut ahlus sunnah waljama’ah dan mayoritas pengikut Madzhab Syafi’iyyah yang secara umum tetap mensunnahkan bersedekah didalam keadaan apapun . Tentu bersedekah sesuai dengan kemampuan dan tidak Tasannu’ dan takalluff / mengada-ada . Karena Mereka yang juga terpengaruhi oleh banyak tarekat-tarekat Sufiy sangat mengharamkan perbuatan ibadah apapun yang dilakukan dengan Tasannu’ ataupun Takalluf .
.
.
Jika ahlulmusibah tidak merasa berat ( karena dirnya yang kaya raya ) kemudian mengadakan perjamuan-perja
muan Tahlilan , 40 harian , nye100 harian , mendak 1000 harian atau menghauli setiap tahun kemuatian keluarganya , maka bentuk shadaqah semacam itu sah-sah saja . Dan dalam arti sebuah shadaqah , perbuatan mereka akan mendapatkan pahala yang berlimpah serta mayyit yang diperingati akan mendapat kemanfaatan dari shadaqahnya tersebut .
.
.
Bahkan diantara amaliyah yang berhubungan dengan kematian ini :
_ bersedekah untuk Mayyit
_serta beristighfar untu mayyitt ,
adalah amaliyah yang lebih diyakini kekuatan dalilnya dibanding
_menghadiyahkan qiroatul Qur’an untuk mayyit .
Meskipun banyak ulama yang melakukan amalan hadiyah qiro’ah tersebut , tetapi mereka menyatakan dari sudut pandang dalil , yang terahir ini ‘ dhaif’ . Tetapi tidak dengan yang sebelumnya tadi .
.
.
Asalkan tidak ada takalluf , kebiasaan baik ini semestinya dilestarikan . Meskipun tidak se ekstrim apa yang biasa dilakukan oleh dibanyak tempat di daerah Pati Jawa tengah , atau di Tuban jawa Timur yang jika ada kematian “ mau tidak mau “ keluarga mesti menyembelih sapi / kerbau .
.
Kebiasaan seperti itu hanya tepat bagi orang-orang yang kaya saja dan tidak sepatutnya dipukul rata menjadi adat kewajiban bagi siapa saja .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar