Kamis, 21 Januari 2016

BEBERAPA AULIA MEMPUNYAI PEKERJAAN UNTUK MEMBINGUNGKAN SEMUA ORANG

Bismillahi ‘r-rahmani ‘r-rahiim
Grandsyekh, semoga Allah memberkati ruhnya, berkata, “Ada satu tipe Awliyaullah yang menciptakan kebingungan.” Mengapa? Beliau berkata, “Karena ada dua tipe Awliyaullah. Yang pertama, mereka memberi nasihat dan orang-orang menyukainya dan mengikutinya dan mereka terus memberikan apa yang orang dapat pahami. Tetapi tidak semua orang mendatanginya. Dan apa pula Awliyaullah, karena banyak orang yang hidup di bumi ini berada pada sisi negatif, lebih banyak yang orientasinya bukan pada Sufi atau cinta Nabi (s) atau pada Syari’ah, kebanyakan mereka adalah superfisial (tidak berbobot). Begitu banyak awliya yang menangkap mereka.”

Dan beliau berkata, “Ada Awliya,” dan beliau menunjuk pada Mawlana Syekh Nazim dan kepada dirinya sendiri, “mereka mengatakan hal-hal yang kontroversial, karena mereka ingin agar orang-orang berbicara buruk mengenai mereka. Karena ketika kalian membicarakan hal-hal yang baik mengenai seseorang, itu memerlukan waktu agar tersebar. Tetapi ketika kalian berbicara buruk mengenai seseorang, itu bagaikan api yang menjalar hanya dalam beberapa detik. Seluruh dunia akan mendengar bila kalian mengatakan sesuatu yang kontroversial. Jadi sangat sulit untuk terus melakukan jalan yang normal, itu akan perlu waktu, perlu waktu, perlu waktu. Jadi perlu waktu agar rumor itu tersebar. Itulah sebabnya mengapa kalian melihat Mawlana Syekh Nazim, beliau menulis menentang ini dan itu. Beliau mengirimkannya ke koran, dan dengan cepat itu tersebar ke mana-mana.

Jadi dalam Departemen Bicara Negara, sesuatu datang dan mengubah lidah saya, untuk menentang keras Wahabi dan pada saat yang sama dengan bin Laden dan visa pelajar, dan saya tidak pernah menelitinya terlebih dahulu. Ketika saya bicara, saya tidak menelitinya seperti profesor. Apa yang datang, maka ia datang dan itu bergerak dengan sangat cepat, seperti tornado, bukan hanya di sini, tetapi di seluruh dunia Muslim.

Beliau berkata, “Bayazid al-Bisthami (q), Allah memberinya suatu keistimewaan di mana beliau suka membuat fitnah, kebingungan dan kemudian menyaring orang-orang, mereka yang berada di sisinya dengan orang yang tidak berada di sisinya. Murid dikatakan murid bukan hanya ketika Syekh memberi permen, tetapi ketika Syekh memberinya kesulitan, akan terlihat apakah ia murid atau bukan. Bukannya, “Oh, aku senang dengan Syekh itu.” Tidak, Syekh memberi kesulitan dan melakukan hal-hal untuk menyaring orang-orang.

Seperti kisah Sayyidina Bayazid Bisthami, yang pergi ke sebuah desa, di mana di sana beliau mempunyai beberapa sepupu dan kerabat. Beliau pergi dan satu desa ke desa lainnya. Beliau naik ke atas mimbar dan berkata kepada orang-orang, setelah beliau menjelaskan tentang ayat ini:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ
فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ

Sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram dan di mana pun kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Al-Baqarah [2:144]

Jadi itulah sebabnya kita semua menghadap ke Ka`bah. Tetapi Bayazid al-Bisthami (q) ingin membuat kebingungan. Beliau berkata, “Wahai Muslim, ke mana kalian mengarahkan wajah kalian?” Mereka semua berkata--bukan di lidah, tetapi di dalam hati, “Kami memalingkan wajah kami ke arah kiblat.” Tetapi pada hakikatnya mereka mengarahkan kalbu mereka ke arah tembok. Jika mereka tidak melihat apa-apa, berarti mereka buta.

Profesor wanita ini sudah lama bersama kita. Ketika sebuah ujian kecil datang, dengan cepat ia pergi. Itu artinya, tidak ada pembukaan menuju hakikat. Apa yang saya jelaskan kepadanya berasal dari makna ayat:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Allaahu nuuru 's-samawati wa ‘l-ardh
Allah adalah cahaya langit dan bumi [an-Nur, 24:35]

Ia tidak pernah mendengar hal itu sebelumnya.

Bayazid berkata, “Tempat kalian bersujud adalah salah. Arahkan diri kalian kepadaku dan lakukan sujud.” Siapa yang dapat membuat itu? Karena kalian akan menjadi mukhalif maqam at-tawhiid, seolah-olah kalian menentang segala yang kalian ketahui, bukan begitu? Kalian tidak bisa. Apa yang kita bawa dan kita pelajari adalah bahwa sujud kepada Allah (swt) adalah ke arah Masjid al-Haram.

Ketika Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam, apakah mereka melakukannya? Mereka melakukannya. Mengapa Iblis tidak melakukannya? Malaikat tidak melakukan kesalahan, mengapa Iblis melakukan kesalahan? Di Surga tidak ada kesalahan. Allah menciptakan mereka murni. Mengapa Iblis melakukan kesalahan? Karena Allah ingin kesalahan itu terjadi. Karena Allah ingin agar manusia turun ke bumi. Mengapa ia tidak melakukan sujud?

Sekarang saya akan memberi contoh, jika kalian mengatakan kepada saya agar bersujud kepada orang ini, dapatkah saya melakukan sujud itu? Apa yang masuk ke dalam hati saya? Tidak bisa! Hal itu akan bertentangan dengan semua ilmu saya.

Iblis tidak melakukan sujud, karena Adam, Iblis tidak dapat memahami, yang ia pahami sujud itu adalah hanya kepada Allah. Baginya itu berada di luar kapasitas pemahamannya, ia tidak bisa menerima sesuatu yang tidak pernah ia prediksikan sebelumnya, yaitu melakukan sujud kepada selain daripada Allah. Ia tidak pernah meninggalkan satu jengkal pun di langit atau bumi di mana ia tidak bersujud. 70.000 tahun ia bersujud kepada Allah. Tetapi ketika ia diperintahkan untuk melakukan sujud, batinnya tidak memperbolehkannya. Untuk penundaan kecil itu Allah mengutuknya.

Kemudian ia berkata, setelah ia dikutuk, “Engkau menciptakan aku dari api, dan menciptakan dia dari tanah liat, aku lebih baik daripada dia.” Hakikat yang dikatakan oleh Awliyaullah adalah bahwa ia tidak bisa bersujud kepada yang lain kecuali kepada Allah. Tetapi kenyataannya adalah bahwa itu adalah sujud ihtiram, bukan sujud penghambaan.

Jadi Sayyidina Bayazid al-Bisthami, memandang mereka dan berkata, “Kalian melakukan sujud ke tempat yang salah, lakukan sujud kepadaku.”

Murid-murid terdekat mengikuti apa yang dimintanya, yaitu untuk bersujud kepadanya. Banyak pula yang mengutuknya dan pergi dari masjid sambil mengatakan bahwa beliau musyrik. 700 orang melakukan sujud, 400 di antaranya setelah beliau memperlihatkan kepada mereka mengenai hakikat dari sujud mereka; bahwa sujud itu bukan kepadanya, tetapi ke arah Ka`bah dan kepada Allah. Ketika beliau memperlihatkan cahaya itu kepada mereka, mereka melihat tajali dari hadits, “Langit dan bumi tidak dapat menampung-Ku, tetapi kalbu orang beriman dapat menampung-Ku,” itulah level ilmu rahasia yang beliau tunjukkan kepada mereka dalam kalbunya. Jadi 400 di antara mereka jatuh pingsan dengan tajali yang indah itu dan Allah membusanai mereka. Tetapi hal itu dipahami sebagai apa? Kebingungan.

300 orang pergi bersamanya, mengikutinya. Beliau berkata, “Orang-orang yang pingsan, biarkan mereka pingsan. Tinggalkan mereka. Pekerjaanku dengan mereka sudah selesai. Orang-orang yang pergi adalah mereka yang berpikiran keledai, biarkan mereka hingga mereka akan memahaminya nanti.”
[Menggambarkan bodohnya keledai] Suatu hari mereka melihat keledai tertawa. Mereka bertanya padanya, “Mengapa engkau tertawa?” Ia berkata, “Seminggu yang lalu mereka menceritakan sebuah kisah lucu kepadaku, dan sekarang aku paham tentang hal itu.” “Jadi mereka akan kembali lagi nanti dan akan menyesal.”

Kemudian ketika beliau pergi dengan 300 orang itu, beliau tiba di suatu jalan dan beliau merencanakan sebuah skema untuk mereka. Seorang wanita cantik keluar dan beliau memeluknya dan mendorongnya ke sebuah pintu dan masuk bersamanya. Jadi sekarang ke-300 orang ini, mereka berkata, “Oh, kita telah melakukan sujud, tetapi kita tidak tahan lagi terhadap hal ini.” Lalu mereka pun pergi.

Jadi awliyaullah tidak pernah melakukan ujian-ujian ini kepada profesor-profesor ini yang mereka pikir mereka mengetahui segala sesuatu. Mereka mempelajari ilmu huruf. Iblis mengetahui ilmu huruf, tetapi mereka jauh dari ilmu sejati, mereka mengajarkan teori, bukan fakta.

Bagaimanapun juga ada seorang di antara 300 orang itu yang tetap tinggal di depan pintu. Ia segera pulang ke rumahnya, lalu membawa air hangat, sabun dan handuk, hal-hal yang kalian perlukan setelah ghusl (mandi). Ia datang ke pintu syekh dan menunggu dengan adab. Ia menunggu satu jam di sana. Dan setelah satu jam, Syekh membuka pintu dan berkata, “Oh, kau di sini, di mana teman-temanmu?”

Jadi, lihatlah adabnya, bahkan sampai sejauh itu ia tidak bisa bicara. Jika ia (profesor wanita) itu mempunyai adab, ia sudah memanggil saya dan mencari tahu bagaimana kebenarannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ
فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Ya ayyuha ‘L-ladziina amanuu in jaa’akum fasiqun bi ‘n-naba’in fa tabayyanuu an tushiibuu qawman bi-jahaalatin fa tushbihuu`ala maa fa`altum naadimiin.

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Al-Hujurat [49:6]

Kalian dapat membahayakan seseorang dengan rumor yang tidak benar itu. Periksa dulu. Sebagaimana kau berkata kepadanya (Profesor wanita itu), “Apakah kau telah mengeceknya?” Ia berkata, “Aku hanya mendengar.” Kalian harus mengeceknya, “Apakah hal ini benar atau tidak?”

[Kembali ke kisah Bayazid] Beliau berkata, “Di mana teman-temanmu?” [artinya ke-300 murid lainnya itu]. Ia berkata, “Ya Sayyidi, aku tadi begitu sibuk dengan pekerjaanku sehingga aku tidak tahu ke mana mereka.” Adab! Ia tidak bicara mengenai mereka dalam ketidakhadiran mereka, melainkan ia membuat dirinya tidak mengetahui apa-apa. Beliau bertanya, “Memangnya kau mengerjakan apa?” Murid itu menjawab, “Aku menyiapkan handuk dan air hangat serta sabun untukmu, itulah pekerjaanku.” Beliau lalu berkata, “Ayo masuk.” Wanita yang tadi adalah saudari dari Sayyidina Bayazid al-Bisthami (q). Beliau menikahkan murid itu dengan saudarinya. Dan ia menjadi menantunya sekarang.

Ia menjaga adab. Ia tidak mencintai syekh karena syekh membuatnya bersujud kepadanya dan ia menjaga adabnya. Ia tidak mencintai syekhnya karena beliau melihatnya masuk ke sebuah kamar dengan seorang wanita.

Jadi, itu adalah kisah yang panjang, dan saya tidak akan membahas hal itu lebih dalam sekarang, tetapi pada akhirnya orang-orang menuduhnya sebagai seorang munafik dan akhirnya mereka mengirimkan anak-anak mereka untuk melempari batu kepada Bayazid. Dan beliau melihat anak-anak yang mana yang melempari batu kepadanya dan beliau berdoa, “Ya Rabbi, ambillah semua amal baikku dan berikan kepada orang tua anak-anak yang melempariku dengan batu.”

Beliau menciptakan kebingungan khususnya agar beliau menerima reaksi yang mencelakakannya dan kemudian beliau akan memintakan ampunan bagi mereka. Ketika orang-orang mengatakan hal-hal yang buruk mengenainya, beliau akan berbicara mengenai kebaikan mereka di Hadratillah.

Beliau mengatakan bahwa, “Ada awliyaullah di mana ketika kalian berbicara buruk mengenainya, mereka akan bicara baik mengenai kita.” Jadi kita harus sangat berhati-hati. Ketika Mawlana Syekh berteriak atau mengatakan sesuatu kita harus sangat berhati-hati. Bisa jadi beliau menanggung dosa dari kita.

Dan ketika terjadi kebingungan dan orang-orang bicara buruk mengenai beberapa murid maka itu akan kembali kepada Mawlana Syekh dan beliau akan berdoa atas nama orang itu, mereka yang bicara buruk. Kita tidak boleh meremehkan kekuatan para syuyukh kita.

Biarkan orang bicara, kita, alhamdulillah tidak pernah mengalami kemajuan bila mereka memuji kita dan kita pun tidak pernah menurun ketika mereka bicara buruk.

Paling tidak jika mereka bicara mengenai kita, mereka menanggung dosa-dosa kita. “Jika seorang munafik datang kepada kalian dengan rumor buruk, periksa dulu, kalau tidak kalian akan menyesal.”

Jadi, itu berada di kepala mereka, bukan di kepala kita.

Mereka mendatangi Nabi (s) dan beliau mengajukan satu pertanyaan. Beliau berkata, “man al-muflis" - sebuah pertanyaan sederhana dari Nabi (s) kepada para Sahabat, “Siapakah orang yang bangkrut?” Jadi apa yang kalian katakan? Ketika seseorang bangkrut, apa artinya? Ia miskin. Ia tidak punya apa-apa. “Man la maala lahu” orang yang tidak mempunyai kekayaan. Setiap orang akan mengatakan seperti itu.

Nabi (s) bersabda, “Tidak, al-muflisu man la `amala lah. Orang yang tidak mempunyai amal baik, tidak mempunyai pahala dari Allah.”

Dan beliau bertanya pada mereka ketika beliau bicara dengan para Sahabat, “bahkan jika ia berpuasa dan salat, beribadah?” Apa yang kita lakukan, sebagai Muslim, apa yang kita lakukan? Apakah mereka melakukan sesuatu kecuali salat dan puasa? Mari kita katakan bahwa semua Muslim melakukan salat dan puasa. Apakah mereka melakukan yang lain? Jadi ketika Nabi (s) bersabda, al-muflis adalah orang yang tidak mempunyai amal, bahkan beliau berkata, “bahkan jika mereka salat dan puasa, mereka tetap tidak mempunyai amal.” Mengapa? Karena amalnya hilang. Mengapa hilang? Karena ia menyebarkan rumor menentang saudaranya dalam Islam, ketika ia menciptakan kebingungan dan itu adalah tidak benar. Ketika ia menciptakan ghiba dan namima di masyarakat, Allah akan mengambil amalnya dan menyerahkannya kepada orang yang telah dizaliminya. Biarkan orang berbicara mengenai kita. Apa yang kita peroleh? Amal mereka, bukankah begitu?

Itulah sebabnya mengapa saya tidak pernah melihat Mawlana Syekh Nazim sepanjang hidup saya, saya berharap saya dapat melihatnya, mengapa? Karena saya ingin belajar. Saya tidak pernah mendengarnya menyebutkan segala sesuatu yang terjadi selama satu jam belakangan. Seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi. Beliau tidak pernah mengatakan apa-apa. Sejak saya masih muda, saya terus mengamati hal itu. Sementara kita, kita bicara pada setiap orang.

Kita terus bicara menyerang setiap orang. Orang ini melakukan ini, orang ini melakukan itu. Para profesor adalah nomor satu dalam mengekspos kesalahan orang dan Allah akan mengekspos dosa-dosa mereka pada Hari Kiamat.

Setiap orang yang ingin menjadi profesor, dalam riset mereka, apa yang mereka lakukan? Mereka berusaha untuk mengekspos setiap kesalahan. Mengapa kalian melakukannya, Allah adalah as-Sattar, Sang Penutup Aib. Mengapa kalian mengekspos setiap orang, menciptakan kebingungan dan membuat rumor menjelekkan orang lain? Allah berfirman, “faman `afa wa ashlaha fa ajruhu `ala Allah.”

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Wa jaza’u sayyiatin sayyiatun mitsluha faman `afa wa aslaha fa ajruhu `ala Allahi innahu la yuhibbu az-zhalimiin.

Dan balasan bagi suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Asy-Syuura [42:40]

Allah tidak mengatakan, “Pergilah, ekspos ini dan itu.” Allah adalah Hakim. Apakah kalian hakim? Siapa yang baik penilaiannya? Seoleh-olah kita menjalankan peran Allah di bumi. Kita katakan, “Tidak, jangan menilai mereka, memangnya siapa kamu mau menilai mereka.”

Kalian bahkan bukan seekor semut. Letakkan peta bumi ini di peta langit, jika kalian melihat dari matahari ke bumi, apa yang kalian lihat? Kalian bahkan tidak ada, begitu kecilnya sehingga bila kalian melihatnya dari matahari, barangkali bumi bagaikan sebesar lubang jarum, kalian beruntung bila dapat melihatnya. Itu artinya bahwa setiap orang di bumi ini lebih kecil daripada seekor semut dalam kacamata langit.

Apakah dzarrah dalam bahasa Arab? `Alam adz-dzarr - dunia atom. Mereka menggunakannya dalam bahasa Arab, kata dzarrah. Apa artinya dalam bahasa Arab [terjemahannya, atom] Apakah atom itu? Yang terkecil yang masih mungkin.

Dzarrah itu dalam bahasa Arab adalah seekor semut. Semut disebut sebagai dzarrah. Semut, tidak ada ukuran untuknya dalam pemahaman secara umum, karena ia begitu kecil, ia dapat tak terlihat. Kalian dapat melihat semut kecil ini begitu kecil bahkan dianggap tidak signifikan. Mereka mempunyai mulut, tangan, tubuh dan jiwa, mereka juga pergi ke kamar mandi, saya tidak tahu sampai sekarang bahwa orang menemukan kamar mandi semut. Bagaimana mungkin? Mereka mempunyai jantung, pembuluh nadi, mata, abdomen. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Itu adalah Kebesaran Allah. Kita lebih kecil daripada semut. Itulah sebabnya Allah berfirman, “Dunia dengan segala isinya tidak lebih berat dibandingkan beratnya sayap seekor nyamuk.” Lihatlah hal ini profesor, mereka bicara mengenai makrifatullah. Mereka bahkan tidak bisa menciptakan seekor semut. Seluruh dunia tempat kita tinggal ini bahkan tidak lebih besar dari seekor semut pada peta (alam semesta).

Ok, jika mereka melihat kita dari matahari, apakah mereka dapat melihat kita? Apakah mereka dapat melihat planet ini. 60 juta km, antara matahari dan bumi. Bagaimana kalian melihat bumi? Kalian bahkan tidak dapat melihatnya. Barangkali mungkin ada bumi lainnya, banyak, banyak bumi lainnya yang Allah ciptakan dan kita tidak dapat melihatnya.

Awliyaullah mereka pergi ke sana. Suatu hari Sayyida Fatima az-Zahra (a) pernah mendatangi ayahnya, Sayyidina Muhammad (s) dan berkata, “Aku tidak ingin mengeluh, tetapi kadang-kadang Sayyidina `Ali (r) tidak ada dan tidak pulang selama tiga atau empat hari.”

Lihat, adab. Dapatkah kalian melakukannya? Jika kalian melakukannya hal itu sekarang, FBI akan datang. Jika ada yang lebih tinggi daripada FBI, mereka akan datang. Kalian harus menceritakannya detik demi detik, pria atau wanita, setiap orang.

Jadi, ia berkata, “Aku tidak ingin mengeluh, tetapi aku khawatir.” Beliau (s) berkata, “Jangan tanya aku, tetapi aku memang mengutusnya. Aku mengirimnya ke planet terdekat yang Allah ciptakan untuk memerangi kekuatan jahat di sana. Kalau tidak, mereka akan datang ke bumi dan menguasainya. Itu adalah salah satu tugasnya.” Itulah salah satu pekerjaan Sayyidina `Ali (r), karamallahu wajha wa radhi-Allahu `anhu. Berapa banyak di antara para awliyaullah yang mewarisi rahasia dari Sayyidina `Ali (r) di mana mereka bisa datang dan pergi? Apa yang kita lihat dengan mata kita tidaklah nyata. Apa yang kalian lihat - hanya beberapa bintang.

Allah berfirman,
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ
خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ
Tsumma irji`i al-bashara karratayni yanqalib ilayka al-basharu khaasi’an wa huwa hasyiir

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. [Al-Mulk, 67:4]

“Penglihatanmu akan kembali, kemudian lihat sekali lagi, dan kemudian lihat pada bumi.” Mereka tidak mampu mengetahui apa yang ada pada bintang-bintang atau di antara mereka, bahkan mungkin di antara bintang-gemintang itu terdapat jutaan bintang lainnya.

Jadi, biarkan mereka mengatakan apa yang ingin mereka katakan, mereka akan menanggung dosa-dosa kita. (Dengan demikian) kita menjadi orang yang tidak berdosa.

Berapa lama mereka akan mengatakan hal-hal yang buruk mengenai seseorang, 60, 70 tahun lalu mereka pergi. Kalian berada di sisi yang lain dan di Surga dan mendapat pahala; sedangkan mereka akan menjadi orang yang miskin, sebagaimana sabda Nabi (s).

Wa min Allah at-tawfiiq bi-hurmati 'l-Fatiha

Mawlana Shaykh. Hisham Kabbani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar