Sudah semestinya seseorang hamba jika benar – benar dan ingin lebih mendekatkan diri kepada penciptanya harus senantiasa beribadah yang yang tetap dan tidak naik turun kadarnya, biarpun beramal ibadah hanya sedikit tetapi secara terus menerus dan kontinyu, ini lebih berharga tinggi nilainya di sisi tuhan.
Ingat akan Allah Swt sepanjang waktu dan berusaha dengan mengekalkan ingatan tersebut adalah merupakan suruhan dari Allah Swt dan sangat sering di anjurkan Rasulullah Saw kepada umat manusia, seseorang hamba yang beriman dan taat kepada khaliknya senantiasa menjaga ingatannya secara bulat dan penuh hanya kepada Allah Swt di manapun dan kapanpun.
Dalam ajaran beribadah cara naqsyabandi wukuf dan markobah selalu menjadi prioritas yang selalu di perhatikan dan di instropeksikan secara rutin, sejauh mana ketetapan hatinya ingat akan Allah Swt dan sejauh mana pula hatinya lupa kepada Allah Swt di sebabkan oleh keduniaan yang selalu di bisikkan oleh musuh utama manusia, yaitu iblis dan syaithan.
Jika di rasakan hatinya memang ingat kepada Allah Swt melalui dzikir dan pikirnya, maka sudah seharusnya ia bersyukur dan bertambah kemantapan keyakinan hatinya akan kebenaran bahwa Allah Swt telah mengaruniakan kepadanya berupa taufik dan hidayah seperti memberikan ingat yang tetap kepadaNya, jadi seseorang hamba harus bersyukur akan karuniaNya ini yang telah di berikan kepadanya.
Namun sebaliknya jika ingatannya sering lupa dan lalai kepada Allah Swt, hamba tersebut harus sesegera mungkin minta ampun kepada Allah Swt dan banyak – banyak bertaubat kepadaNya, karena hal ini menandakan bahwa ia tidak dalam lindungan dan rahmat Allah Swt yang di sebabkan oleh kesalahannya sendiri yang mengikuti bisikan iblis dan syaithan agar hatinya lupa kepada Allah Swt yang di sebabkan terlalu berlebihan memperturutkan hawa dan nafsunya serta keduniaan yang berlebihan di luar kewajaran kebutuhannya alias tamak dan serakah, hal ini selalu di tiupkan oleh iblis dan syaithan kedalam hati sanubari manusia supaya mereka lalai untuk ingat kepada Allah Swt dan bahkan juga malah malas mendirikan shalat wajib yang lima waktu, apalagi ibadah sunat nawafil yang lain.
Thariqat Naqsyabandi mengajarkan beberapa cara dalam kehidupan sehari – hari agar umat manusia senantiasa dapat mengontrol ingatnya kepada Allah Swt dengan melalui beberapa cara atau latihan, cara tersebut mesti di pahami dahulunya dengan tingkatan – tingkatan yang di bawahnya, jika tingkatan cara dzikir sebelumnya tidak selalu di laksanakan, maka cara ini tidak akan efektif untuk mencari dan mengusahakan ketetapan ingat kepada Allah Swt.
Adapun cara – cara yang di ajarkan oleh para guru mursyid naqsyabandi sehubungan dengan hal – hal yang di maksud adalah sebagai berikut :
Pasang hasil wukuf dan markobah, syarat utama hal ini adalah maqamat dalam tubuh secara bathin mesti selalu berisi, jika maqamat tersebut berisi maka akan menimbulkan perasaan markobah, nah apa – apa yang di rasakan atau di timbulkan oleh akibat maqamat yang berisi tersebut maka itulah sarana yang di maksud untuk di pasang dan di kunci, artinya buatlah hal tersebut sebagai rabithah untuk mengunci ingatan hati kepada Allah Swt dan dapat merasakan kebesaran akan atau atas kekuasaan Allah Swt yang meliputi sekalian alam beserta isinya, jika hal ini betul – betul dapat di rasakan maka dengan kehendak izin dan karuniaNya dapatlah hamba tersebut mengerti akan betapa kebesaran kekuasaan Allah Swt terhadap segenap ciptaanNya.
Hadirkan rabithah hasil dzikir sebelumnya, maknanya menyambung dari pengertian di atas adalah segenap apa yang di rasa, apa yang terlihat, dan apa yang di dengar, maka buatlah itu sebagai rabithah sarana untuk menetapkan ingatan kepada Allah Swt, sebab hal yang demikian adalah karena hidayah dan karunia dariNya jua.
Munajat sekurang – kurangnya 7 (tujuh) kali, artinya pada tahap ini hendaklah seseorang mengucapkan do’a atau bermunajat kepada Allah Swt dengan maksud kira – kira hanya mengharapkan limpahan akan kasih, rahman dan rahim dariNya serta hanya mengharapkan keridhaan dari Allah Swt semata, jangan bermunajat minta apapun juga tetapi hanyalah memohon ridha Allah Swt untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Istighfar sekurang – kurangnya 100 (seratus) kali, ini berguna untuk sarana kebersihan hati sanubari dan mengakui akan kesalahan dan kelalaian yang di perbuat, dengan beristighfar maka akan semakin terasa keagungan Allah Swt yang maha pemberi ampunan dan pemberi taubat kepada hambaNya yang mau bertaubat, sekalipun dosa sebanyak buih di lautan, Rasulullah Saw saja setiap harinya beristighfar sekurang – kurangnya 70 (tujuh puluh) kali, apalagi kita hanya hamba biasa yang senantiasa paling banyak dosanya adalah lalai kepada Allah Swt yang telah memberikan apapun kebutuhan, maka sadarilah itu dan tinggikan rasa syukur kepadaNya.
Hadirkan rabithah kembali, jika dalam bermunajat dan beristighfar terasa ingatan kepada Allah Swt berkurang maka upayakan kembali menghadirkan rabithah sebagaimana pengertiannya yang di atas, jangan menyimpang dari itu, sebab di khawatirkan akan terjun kepada jurang kesyirikan, jika terasa kurang jelas maka hendaklah bertanya caranya kepada pembimbing yang mengerti akan pelaksanaan hal tersebut.
Munajat kembali, ini adalah untuk penekanan dan pemantapan tujuan kita akan cara ini adalah hanya untuk membulatkan ingatan kepadaNya dan mendapatkan ridha dariNya.
Istighfar kembali, ini di maksudkan adalah untuk menguatkan perasaan bathin jika memang masih terasa juga bahwa keadaan hati susah dan payah untuk mendapatkan ketetapan ingatan kepada Allah Swt, ini di sebabkan oleh sifat iri dan dengkinya iblis dan syaithan yang pantang dan benci sekali ketika melihat seseorang hamba beribadah kepada Allah Swt, dan merekapun dengan gigihnya menghasut dan membisikkan kelalaian dan sifat syirik kedalam bathin hamba yang sedang beribadah tersebut.
Hadirkan rabithah, pada tahap ini biasanya seseoprang hamba telah kuat kunci ingatannya kepada Allah Swt dengan hasil dzikir wukuf yang di hadapkan kepada Allah Swt yang Laitsa kamistlihi syai’un wahuwassami’ulbasyir (tiada seumpama atau serupa apapun juga dan dia maha mendengar lagi maha melihat), jadi hadapkan hasil riyadhah dzikir tersebut kehadapan Allah Swt kemana saja mata hati bathin berhadap, tetapi tetap berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur’an, yaitu Fa’ainama tuwallu fassama wajhullah (kemana saja muka kamu berhadap maka di situlah wajah Allah Swt) dan hadapkan kepadaNya hati sanubari yang telah bulat ingatannya.
Munajat kembali, apa – apa yang telah di rasakan dan di saksikan atau di dengar dan di lihat sehubungan hasil dari pada yang di atas, maka pertahankan serta kuatkan tekad dan bulatkan ingatan hanya mengharapkan ridha dan rahmat Allah Swt, maka dengan demikian mudah – mudahan kamu mendapat petunjuk akan bukti kebesaran dan keagungan Allah Swt yang rahmat dan rahimNya meliputi sekalian alam ini.
Dzikir dan pikir akan kebesaran Allah Swt, dengan karunia yang di berikan Allah Swt pada ketentuan dan hasil yang di dapat sebagaimana yang di gambarkan di atas, maka lakukanlah tafakkur dan tinggikan perasaan syukur kepada Allah Swt, tetapi pada tahap ini ingatan tiada boleh lepas, sementara yang di lakukan hanyalah membulatkan ingatan kepada Allah Swt, biasanya pada tahap ini seseorang hamba mencapai tahap fanafillah, fana akan kebesaran Allah Swt atas alam semesta ini, dan sangat terasa betapa lemah dan hinanya makhluk di hadapan Allah Swt yang maha suci dan maha mulia dan maha segala – galanya, tiada kata yang bisa terucapkan pada saat – saat begini, kecuali hanya pengakuan kehambaan yang tulus akan kemuliaan Allah Swt yang maha agung, inilah salah satu karunia syurga yang di dapat dan di rasakan oleh seseorang hamba di dunia.
Jika hal yang 10 (sepuluh) point di atas biasa dan sering di lakukan, maka sifat kelalaian seseorang hamba untuk ingat kepada Allah Swt akan jauh berkurang, sebab iblis dan syaithan tidak sanggup melawan kegigihan seseorang yang berusaha dengan keras untuk belajar ingat kepada Allah Swt, karena Allah Swt senantiasa memberi perlindungan kepada hambaNya yang rajin dan ulet untuk menuju kepadaNya…semoga Allah Swt merahmati kita umat Rasulullah Saw sekaliannya, amiin…
Wassalam…
Laman
- Beranda
- al ilmu
- al kisah
- Allah dan Jalan menuju Allah
- Cahaya
- Do'a Doa
- Futuhat Al Makiyyah
- Hadits Qudsy
- Kalam Kalam Hikmah
- Kata Hati
- Kebenaran Hakiki
- Kitab Tauhid
- Mahkota Aulia Illaita'ala
- Mutiara Kalam Habaib
- My notes
- Qitab Sirr Al Asrar
- Shalawat
- Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
- Syar'i
- Syarh Al Hikam
- Taddabur Ayat Ayat
- Tokoh dan Biografi
Senin, 11 Januari 2016
RAHASIA MERASAKAN WUKUF QALBIY
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar