Selasa, 01 Desember 2015

PILIH ISTRI ATAU IBU



TANYA :
Assalamu'alaikum wr.wb,
Mohon masukannya, saya sedang bimbang dengan masalah rumah tangga saya. Saya mempunyai istri yang sudah yatim piatu tetapi mempunyai sifat yang menurut saya tidak baik karena setiap ada masalah tidak bisa di bicarakan dengan baik ( selalu dengan emosi).
Kebimbangan saya mulai sejak ibu saya tinggal sendiri dirumahnya. dan saya berniat untuk merawat ibu dengan maksud mengajaknya tinggal bersama kami. Tapi istri saya belum siap jika ibu saya bergabung dalam kluarga dengan alasan takut tidak bisa menyatu dengan mertua,saya tau memang istri saya tidak terlalu suka dengan ibu saya, itu yang membuat saya bimbang. Jika memang harus memilih, saya pilih untuk mengurus ibu saya yang sudah tua karena dia yang melahirkan dan mengurus saya sampai dewasa,memang benar pepatah mengatakan:"Seorang ibu bisa merawat 10 anak sampai dewasa,akan tetapi 10 anak belum tentu bisa merawat seorang ibu sampai akhir hayatnya..."
Sebelumnya saya ucapkan pada Alhabib Quraisy Baharun atas bimbingannya.

JAWAB:
Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.
Sungguh dua pilihan itu bukanlah pilihan yang mudah (semoga Allah Ta'ala memberi jalan terbaiknya). dan bukanlah pilihan yang baik jika harus memilih salah satu dari keduanya.
Salah seorang manusia yang telah melahirkan dan membesarkan kita (Ibu :red) dan satu lagi seseorang yang menemani kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga (Istri:red).
Kejadian serupa sering kali menimpa orang-orang di sekitar kita, ada yang ibu tidak baik dengan menantu, atau sebaliknya menantu benci pada ibu mertua. Melihatnya sangatlah miris di zaman seperti ini, masih ada orang-orang seperti itu.

Allah Ta'ala sudah memuliakan kaum perempuan dengan wajibnya anak lelaki taat patuh pada ibunya. Sorga anak lelaki pada ibunya dan sorganya istri pada suaminya.
hingga disebutkan:
"sorga itu dibawah telapak kaki ibu".

Simaklah dalam sebuah riwayat Sayyidatina 'Aisyah: “ Aku pernah bertanya kepada Baginda, “siapakah orang yang paling berhak atas seorang istri?” baginda menjawab: “orang yang paling berhak kepada istri ialah suaminya.” kemudian aku bertanya lagi, “dan siapakah orang yang paling berhak atas seorang suami?” baginda menjawab: “orang yang paling berhak atas seorang suami ialah ibu kandungnya.” (HR.Bazar dan al-Hakim).

Mungkin kita pernah mendengar sahabat Nabi,saw yang bernama AlQamah, saat mau wafat beliau susah menyebut kalimat tauhid   La ilaha illallah, padahal beliau adalah sahabat nabi yang rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Diceritakan, Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”

Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya.

Di akhir cerita, setelah mendapatkan ridho ibu nya,
”Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”

Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.

Hidup ini memang tidak mudah dan sederhana, dan dunia ini memang kampung ujian. Jika kita menyadari hal ini kita akan sabar menghadapi segala konflik
of interest. Oleh karena itu anda amat perlu untuk selalu bersambung ke Allah dan akhlak mulia Rasulillah, agar segala pilihan anda menjadi keberkahan pahala dan dipenuhi kebaikan dan manfaat.
***
 Saran saya, marilah kita ber-interospeksi, apakah semua elemen keluarga sudah berusaha sebaik-baiknya untuk bertakwa kepada Allah, dan apakah masing-masing dari elemen keluarga itu sudah mengetahui apa yang menjadi kewajiban mereka…? Jika ini sedang dilaksanakan, maka bersabarlah, karena segala sesuatu berproses, dan ketika kita bersabar dalam proses itu, Insya Allah hal ini merupakan kebaikan di sisi Allah, tetapi jika masih belum dilaksanakan, mulailah untuk bersegera memperbaiki keadaan ini dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menambah pemahaman setiap elemen keluarga (baik orang tua dan anak) pada aturan islam.
Untuk suami, nasehatilah istri dengan bijak dan penuh kasih, Insya Allah akan ada jalan keluar-Nya.

Terakhir, untuk para isteri! Jangan pernah bersikap egois terhadap suami. artinya jangan mentang-mentang jadi pemilik sah sang suami, lantas membujuk suami dengan bujukan-bujukan setan untuk tidak lebih mengutamakan orang tuanya ketimbang dirinya namun sebaliknya, jadilah jembatan yang kokoh sebagai landasan penghubung antara suami dan orang tuanya sehingga benar-benar tercipta sebuah keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warahmah dan diridho’i Allah SWT.

Akhirul kalam..
Kami mendoakan semoga Allah membukakan hati-hati kita yang tertutup dan memberi kan hidayah dan taufiq-Nya.
 والله اعلم

====================
NOTES :
Dan Saudara-saudariku yang selalu men-share/bagikan,like, komentar dan menandai teman-teman di facebook, semoga termasuk didalam fadhilah hadits ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya (HR.Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar