Rabu, 23 Desember 2015

Harap. Mengharap. Pengharapan

.

Pertanyaan suatu kaum : “Wahai Rasulullah, jika kami masuk Islam, apakah Allah akan mengampuni dosa-dosa kami yang telah lalu, yaitu kekufuran, pembunuhan, dan lain-lainnya? Lalu,turunlah ayat ini : “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Az-Zumar [39]:53). Tsauban berkata,”Ketika turun ayat ini, Rasulullah Saw bersabda,’Karena ayat ini, aku tidak suka apabila dunia dan segala isinya menjadi milikku.'” Ali bin Abi Thalib k.w berkata,”Ayat ini merupakan ayat Al-Qur’an yang paling memberikan harapan.”

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah [2]:218)

“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.(QS Yusuf [12]:87)

” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…”(QS An-Nisa’ [4]:48)

“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS An-Nisa'[4]:110)

“…Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya.”(QS Ar-Ra’d [13]:6)

Raja’ adalah berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla bahwa Dia akan menerima ketaatan yang telah ditaufikkan-Nya atau akan mengampuni kesalahan-kesalahan yang telah dimintakan ampunan kepada-Nya.

Raja’ yang tidak disertai dengan usaha pemenuhan faktor-faktornya, maka itu disebut ketertipuan dan kedunguan. Jika seseorang merasa tenteram ketika meninggalkan ketaatan dan terbiasa melakukan dosa-dosa, ketenteraman itu hanyalah tipuan belaka. Allah Swt melarang hal itu dengan firman-Nya : “…dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”(QS Fathir [35]:5Raja’ sang hamba terhadap ampunan Allah dianalogikan dengan raja’nya pemilik kebun. Ia harus mencari tanah yang subur, menebar benih pilihan, mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanamannya pada waktunya, menyianginya, serta mengusir serangga pemusnah dan apa saja yang menghalangi atau menghambat pertumbuhan tanamannya. Baru setelah itu, ia duduk menunggu anugerah Allah Swt, dan berharap Dia tidak mendatangkan topan atau badai, atau hal lain di luar kemampuannya yang dapat merusak tanamannya. Ia harus terus berharap sampai tiba masa panen. Ini baru bisa disebut Raja’. Sebaliknya, jika ia menebar benih di dataran tinggi yang tandus, air tak mungkin mengalir ke sana, pun ia tidak mengusahakan pemeliharaan yang baik, lalu ia menunggu masa panen, maka itu tidak dapat disebut raja’. Itu adalah sikap yang tolol.

Jadi, raja’ adalah menunggu sesuatu (yang dicintai) setelah berbagai syarat yang mampu diusahakan oleh sang hamba terpenuhi. Yang belum hanyalah hal-hal yang tidak dimampuinya, yaitu anugerah Allah untuk tidak mendatangkan hal-hal yang dapat memupus atau memutusnya.

Dari Anas, ia berkata,’Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,”Allah Swt berfirman,’Wahai keturunan Adam, sesungguhnya apabila engkau berdoa dan memohon ampunan kepada-Ku, maka niscaya akan Aku ampuni apapun keadaanmu Aku tidak peduli. Wahai keturunan Adam, apabila dosa-dosamu memenuhi langit kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni. Wahai anak cucu Adam, kalaulah engkau memiliki kesalahan seisi bumi ini kemudian enkau memohon ampun kepada-Ku tanpa pernah menyekutukan-Ku sedikit pun, maka Aku akan berikan ampunan sebanyak dosa yang engkau bawa.'”

Ibn Mas’ud r.a berkata,”Allah Swt berfirman,’Wahai hamba-hamba-Ku, mengapa kamu berputus asa dari rahmat-Ku? Bukankah Aku yang menolongmu dan menjamin keamananmu? Mengapa kamu pura-pura tidak tahu terhadap-Ku seolah-olah kamu tidak pernah mengenal-Ku dan berpaling seakan-akan tidak menyetujui-Ku? Hamba-Ku, jika kamu menghadap Kami, Kami akan menerimamu. Jika kamu bertaubat, Kami akan menerima taubatmu. Jika kamu bertekad kuat mendatangi Kami, Kami akan mendekatimu. Jika petunjuknya samar-samar, Kami memperjelasnya untukmu. Jika kamu memusuhi nafsumu karena mencintai kemurahan Kami, Kami akan menolongmu. Jika kamu menangis karena sakitmu yang berat, Kami akan mengobatimu. Jika kamu menangis karena bahaya yang menimpamu, Kami menghilangkan bahaya itu darimu. Jika kamu menangis karena khasyyah (takut bercampur kagum), Kami akan menenangkanmu. Jika kamu menangis karena takut, Kami akan memberikan rasa aman kepadamu. Jika kamu menangis karena menyesali hak-hak Kami yang tidak kamu peroleh, Kami akan menggantinya untukmu. Janganlah berputus asa dari rahmat-Ku! Apakah kamu melihat orang yang mempergunakan seluruh waktunya hanya untuk-Ku terhina? Apakah kamu melihat orang yang berpantang makan karena-Ku menjadi sakit? Apakah kamu melihat orang yang mencari taman surga di dekat-Ku menjadi gila? Apakah kamu melihat orang yang melihat tanda-tanda pertolongan-Ku berkhianat? Apakah kamu melihat orang yang mendapat kelezatan dzikir kepada-Ku itu mencuri?’Dari Umar bin Khaththab, ia berkata,”Dihadapkan kepada Rasulullah Saw beberapa orang tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan di antara tawanan itu yang menggapai-gapai begitu mendapati seorang bayi. Ia ambil, ia peluk, dan ia susui. Maka Rasulullah Saw bersabda,’Menurut pendapat kalian, akankah perempuan itu melemparkan anaknya ke tengah-tengah api?’ Kami menjawab,’Tidak mungkin, demi Allah!’ Lalu Rasulullah Saw bersabda,”Allah lebih menyayangi hamba-Nya yang beriman daripada perempuan itu kepada anaknya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah menetapkan sesuatu atas diri-Nya sendiri sebelum menciptakan makhluk,’Sesungguhnya rahmat-Ku dapat mengalahkan kemurkaan-Ku.'”(HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat, dan dari seratus rahmat itu diturunkan satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan mengasihi. Dengan satu rahmat itulah binatang buas menyayangi anaknya. Sementara rahmat yang 99 Allah tangguhkan untuk diberikan kepada hamba-hamba-Nya pada Hari Kiamat nanti.”

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu tidak pernah berbuat dosa dan tidak pernah memohon ampunan kepada Allah, niscaya Allah akan melenyapkan kamu dan menggantikanmu dengan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampunan Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.”(HR. Muslim); Ibnu Athaillah berkata,”…kadang-kadang Dia menetapkanmu melakukan dosa guna mengeluarkan rasa ujub dan sombong.” Ketika pendosa merasa hina dan berduka, segala kesombongan dan ujub lari darinya.

Di dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, Allah Swt berfirman,”Aku bergantung pada zhan (kesan atau prasangka) hamba-Ku terhadap-Ku.”

Allah Swt mewahyukan kepada Daud a.s.,”Cintailah Aku, cintailah orang yang mencintai Aku, dan tanamkanlah kepada makhluk-Ku kecintaan terhadap-Ku.” Daud a.s berkata,”Wahai Rabbi, bagaimana caranya aku menanamkan kepada makhluk-Mu kecintaan terhadap-Mu?” Allah Swt berfirman,”Ingatlah Aku dengan nama yang baik dan indah, ingatlah nikmat-nikmat-Ku dan kebaikan-Ku, dan ingatkanlah mereka tentang hal itu karena sesungguhnya mereka tidak mengenal dari-Ku kecuali yang baik.”[]

(* Dikutip dari : Tazkiyah An-Nufs; Syaikh Ahmad Farid/ Tazkiyah An-Nafs Mensucikan Jiwa_Panduan Praktis Manajemen Qalbu, dalam Perspektif Nabi Saw dan Ulama Salaf, 2012; Thaharah Al-Qulub wa Al-Khudu’ li ‘Allam Al-Ghuyub; Syaikh Abd Al-‘Aziz Al-Darini/ Terapi Menyucikan Hati_Agar Diri Lebih Dekat pada Kasih Ilahi, 2013; Taj al-Arus al-Hawi li Tahdzib al-Nufus; Ibnu Athaillah/ Tajul Arus, 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar