Rabu, 23 Desember 2015

CINTA SEBESAR BIJI SAWI

Cinta Sebesar Biji Sawi
Nabi Isa a.s. suatu saat melewati seorang pemuda yang sedang menyiram kebunnya. Pemuda itu berkata,”Mohonlah kepada Tuhan agar menganugerahi saya kecintaan kepada-Nya walau sebesar biji sawi.”

“Engkau tidak akan mampu menanggungnya, walau sebesar biji sawi,”jawab Sang Nabi Isa a.s.

“Kalau begitu, separuh biji sawi,” pinta pemuda itu.

Akhirnya Isa a.s. berdoa sesuai permintaan pemuda itu.

Setelah beberapa waktu lewat, Isa a.s. kembali lagi melewati rumah pemuda itu. Ia bertanya kepada orang-orang di sekitar situ, tentang keadaan si pemuda. Orang-orang mengatakan bahwa si pemuda itu mungkin adalah jin dan telah pergi ke puncak gunung.

Sang Nabi pun akhirnya berdoa, meminta kepada Tuhan agar memperlihatkan kondisi si pemuda. Saat hijab dibuka, Isa a.s. melihat si pemuda itu berdiri di atas sebuah batu sambil terus memandang langit. Nabi Isa mengucapkan salam kepadanya, tetapi ia tak bergeming. Sang Nabi menegurnya,”aku adalah Isa!”.

Allah Swt kemudian berfirman,”Bagaimana dapat mendengar ucapan manusia orang yang di dalam kalbunya terdapat separuh biji sawi kecintaan kepada-Ku. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, kalau pun engkau memotongnya dengan gergaji, niscaya ia tidak akan menyadari hal itu!”[]

Seperti saat Salman al-Farisi bergegas berlari menjumpai Sayyidah Fathimah az-Zahra as dan kemudian berkata,”Ali pingsan di kebun kurma!” Fathimah hanya menjawab, “Biarkan Ali. Dia sedang bermunajat pada Tuhannya.”[]

Cinta Tuhan itu tak terperi. Jalaluddin Rumi berkata,”Pecinta takut bila berbicara. Permata dapat jatuh dari mulutnya.Bahasa cinta adalah ke-diam-an. Ke mana pun kita memandang alam semesta ini, yang ada hanyalah ke-diam-an, keheningan. Ingin menggambarkan cinta Tuhan, gambarkanlah dalam keheningan. Hanya hati yang hening, bening, yang mampu merasakan cinta itu.

Menggambarkan Cinta itu dalam keheningan? Sungguh tak terperi.

Fudhail bin Iyadh pernah berkata tentang pertanyaan di atas dalam bahasa yang lain : “Apabila ditanyakan kepadamu,’apakah Anda mencintai Allah?” Maka diamlah, sebab jika Anda menjawab,”Tidak,” berarti dirimu telah kafir. Sebaliknya, jika Anda menjawab ,’Ya,” berarti sifat Anda bukanlah sifat para pecinta Allah.”

Rasulullah Saw bersabda,”Barang siapa jatuh cinta, yang memendam cintanya, yang tawadhu dalam cintanya itu dan mati dalam keadaan demikian, ia mati syahid.” (Ibnul Qayyim dan Muthahari pernah menuliskan hadits ini)[]

(* Sumber : “Hening, Perjalanan ke Dalam Diri untuk Mensyukuri Nikmat-Nya”, 2011; dan http://alfanarrasuli.blogspot.com/2011/06/cinta-dan-nafsu.html tertanggal 24 Mei 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar