Rabu, 23 Desember 2015

Dari Kitab Washaayaa (Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi)



Rasulullah Saw bersabda,”Wahai manusia, dunia ini adalah kampung kebinasaan dan bukanlah kampung keabadian, tempat kesusahan dan bukan tempat kebahagiaan. Maka, barangsiapa mengetahuinya, ia tidak akan berbahagia dengan kemewahannya dan tidak akan bersedih hati dengan kesengsaraannya. Ketahuilah bahwasanya Allah Swt telah menciptakan dunia semata-mata sebagai kampung ujian, dan kampung akhirat sebagai kampung balasan. Dia menjadikan musibah dunia sebagai sebab bagi pahala akhirat, dan pahala akhirat sebagai ganti musibah dunia. Karena itu Dia mengambil untuk memberi, dan menguji untuk membalas. Sungguh dunia itu cepat lenyap dan segera berubah! Karena ituberhati-hatilah kalian dalam menghadapi manisnya penyusuan karena pahitnya penyapihan. Tinggalkanlah kelezatannya saat kini karena kebenciannya saat nanti. Janganlah kalian berusaha memakmurkan rumah dengannya, padahal Allah Swt telah menghendaki kalian untuk menjauhinya. Jika tidak, kalian akan menjadi orang-orang yang menghadapi kemurkaan-Nya dan berhak untuk mendapatkan hukuman-Nya.”

Rasulullah Saw telah berwasiat kepada seseorang : “Kurangilah keinginan rendah (asy-syahawaati), maka akan terasa ringan olehmu kefakiran! Kurangilah dosa, maka akan mudah bagimu kematian! Hadapilah segala apa yang ada di hadapanmu, maka akan dimudahkan bagimu untuk meraih kebaikan dibaliknya! Merasa cukuplah dengan apa yang diberikan kepadamu, maka akan diringankan hisab atas dirimu! Janganlah engkau lalai terhadap segala apa yang Allah fardhukan atas dirimu, demi meraih sesuatu yang sesungguhnya telah dijaminkan atasmu, karena segala apa yang terluput itu merupakan sesuatu yang tidak diperuntukkan bagi dirimu, dan engkau bukan orang yang akan memperoleh apa-apa yang dijauhkan dari dirimu. Dan janganlah engkau bersungguh-sungguh dalam apa-apa yang akan sirna, berusahalah untuk memiliki apa-apa yang tidak akan hilang di tempat (manzil) yang tidak akan berpindah!”

Rasulullah Saw bersabda,”Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kematian mendatangimu! Bersegeralah beramal shalih sebelum kesibukan menghampirimu! Sambungkanlah apa yang ada di antara kalian dengan Rabb-mu, niscaya kalian akan meraih kebahagiaan! Banyak-banyaklah bersedekah, niscaya kalian akan diberi rezeki! Ber-‘amar ma’ruf lah niscaya kalian akan dilindungi, dan ber-nahi munkar lah niscaya kalian akan ditolong! Wahai manusia, yang paling berakal di antara kalian adalah yang paling banyak mengingat mati! Yang paling teguh hati di antara kalian adalah orang yang paling baik persiapannya! Ketahuilah, bahwa di antara tanda-tanda orang yang berakal (al-‘aql) adalah tidak menetapkan diri di negeri tipuan, perhatiannya hanya tertuju ke negeri yang kekal, yang berbekal untuk ke alam kubur, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Qiyamah.Rasulullah Saw bersabda,”Tidak akan sempurna keimanan (al-iman) seorang hamba, hingga terdapat padanya lima tanda. Pertama, bertawakal hanya kepada Allah (at-tawakkul). Kedua, menguasakan penuh segala urusan kepada Allah (at-tafwidh). Ketiga, berserah diri terhadap amr-Allah (at-taslim). Keempat, ridha terhadap segala qadha Allah (ar-ridha). Dan kelima, bersabar atas segala musibah yang menimpa (ash-shabr). Ia akan menjadi orang yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menahan (mencegah) karena Allah! Maka sempurnalah keimanannya (al-iman)!”

Rasulullah Saw bersabda,”Keimanan itu memiliki 73 hingga 79 cabang, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, dan yang tertinggi adalah ucapan La Ilaaha Illallah!”

Rasulullah Saw bersabda,”Tiada kebaikan dalam kehidupan kecuali seorang yang berilmu (al-‘aalim) yang berbicara, atau seorang pendengar yang menyimak. Wahai manusia, sesungguhnya kalian berada pada zaman Hudnah, sedangkan perjalananmu singkat! Kalian lihat siang dan malam, bagaimana keduanya mengusangkan yang baru, mendekatkan yang jauh, dan mendatangkan setiap yang dijanjikan!” Miqdad r.a. bertanya kepada Rasulullah Saw,’Wahai Rasulullah, apa al-Hudnah itu?’ Bersabda Rasulullah Saw,”Negeri penuh bencana (balaa’) dan yang terputus! Maka ketika menjadi samar bagi kalian urusan (amr-amr) kalian, bagaikan penggalan-penggalan malam yang gelap gulita, hendaklah kalian kembali kepada Al-Qur’aan! Sebab Al-Qur’aan adalah pemberi syafaat yang diterima syafaatnya, dan sebagai saksi (syaahidun) yang terpercaya! Maka siapa yang menjadikannya sebagai Imam, maka ia akan menuntunnya ke surga! Dan siapa yang meletakkannya di belakang, maka ia akan menghalaunya ke neraka! Ia adalah dalil yang paling terang yang menuntun ke jalan terbaik! Barangsiapa berbicara dengannya, maka ia sangat terpercaya! Barangsiapa mengamalkannya, maka akan diberi pahala! Dan barangsiapa berhukum dengannya, maka ia akan berlaku adil!”

Rasulullah Saw bersabda,”Barangsiapa terputus (dari dunia) dalam menuju Allah, maka Allah akan mencukupi setiap keperluannya. Barangsiapa terputus (dari Allah) karena menuju dunia, maka Allah akan menyerahkannya kepada dunia! Barangsiapa berusaha meraih sesuatu dengan jalan bermaksiat kepada Allah, maka Allah akan menjauhkan apa yang diharapkannya dan mendekatkan apa yang ditakutkannya! Barangsiapa mencari pujian dari manusia dengan kemaksiatan kepada Allah, maka para pemujinya akan kembali dengan membawa celaan! Barangsiapa lebih mencari keridhaan manusia dengan mengabaikan kemarahan Allah, maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia! Barangsiapa lebih mencari keridhaan Allah dengan mengabaikan kemarahan manusia, maka Allah akan memeliharanya dari kejahatan manusia! Barangsiapa membagus-baguskan apa yang ada di antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan mencukupkan apa-apa yang ada di antara dirinya dengan manusia! Barangsiapa memperbaiki bathiniyahnya, maka Allah akan memperbaiki lahiriyahnya! Dan barangsiapa beramal untuk akhiratnya, maka Alah akan memelihara urusan dunianya!”

“Seorang shalih berwasiat kepada seseorang,’Berhati-hatilah engkau agar tidak terputus dari-Nya! Karena jika engkau terlepas dari-Nya sungguh engkau akan tertipu!” Seseorang itu bertanya,’Bagaimana hal itu dapat terjadi?’ Orang shalih itu menjawab,’Orang yang tertipu adalah orang yang memandang kepada anugerah-Nya semata, dikarenakan ia telah terputus dari-Nya dan tidak bisa memandang-Nya. Kebanyakan manusia terikat dengan kesenangan dunia, sedangkan orang-orang yang tulus dan shiddiq (benar) hanya terikat dengan Sang Pemberi anugerah.’ Selanjutnya orang shalih itu berkata,’Tanda terikatnya hati mereka kepada anugerah-Nya adalah permohonan mereka akan anugerah-Nya. Sementara di antara tanda-tanda terikatnya hati orang-orang yang tulus dan shiddiq dengan Sang Pemberi anugerah adalah tercurahnya anugerah atas mereka, namun mereka justru melupakan anugerah-anugerah itu. Jadikanlah sandaranmu kepada Allah Swt semata di dalam keadaan itu, dan bukan dikarenakan oleh keadaan itu. Pahamilah ini, karena ini termasuk Tauhid pilihan!'”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar