Syeikh Abdul Qadir Jailani - Penyingkap Kegaiban - Futuh Al-Ghayb
PENYINGKAP KEGAIBAN
(Futuh Al-Ghayb)
Karya : Syeikh Abdul Qadir Jailani
Penerjemah : Syamsu Basarudin dan Ilyas Hasan
Penyadur : Pujo Prayitno
RIWAYAT HIDUP GHAUTS AL-AZAM MUHYIDDIN
SAYID ABDUL QADIR JAILANI
N A S A B
Sayid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Irak, pada bulan Ramadhan tahun 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M. Ayahnya bernama Abu Shalih, seorang yang takwa, keturunan Hadhrat Imam Hasan ra, cucu pertama Rasulullah saw. putra sulung Imam Ali ra., dan Fatimah ra., putri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah putri seorang Wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam husain ra., putra kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayiid Abdul Qadir adalah Hasani, sekaligus Huseini.
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut “pengalaman-pengalaman mistik.” Ketika berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan kegairahan untuk bersama para saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghaust Al-Azam atau Wali Ghaust terbesar. Dalam terminologi kaum Sufi, seorang Ghaust menduduki jenjang rohani dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi umat manusia setelah para Nabi. Seorang Ulama besar di masa kini, telah menggolongkannya ke dalam Shiddiqin, sebagaimana sebutan Al-Qur’an bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayid Abdul Qadir ke Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang Ibu, diantaranya, berpesan agar jangan berdusta dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk senantiasa mencamkan pesan tersebut. Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan, menghadanglah segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok samak sekali tak memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang atau tidak. Ingat akan janjinya kepada sang Ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab : “Ya, aku punya delapan puluh keping emas yang dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu, para perampok terperanjat keheranan. Merekaheran, ada manusia sejujur ini. Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan pada baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan puluh keping emas, sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi antara dia dan ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama. Mendengar hal ini, menagislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di kaki Abdul Qadir, dan menyesali segala dosa yang pernah dilakukannya. Diriwiyatkan, bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.
BELAJAR DI BAGHDAD
Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli hukum terrbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam belajar, ia gemar Musyahadah (penyaksian langsung. Yang dimaksud adalah penyaksian akan segala akekuasaan dan keadilanAllah melalui mata hati). Ia sering berpuasa dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang berpikir serba rohani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya. Lambat laun, wali ini menjadi pembimbing rohani Abdul Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya sedemikian keras Sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon Ghauts ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.
LATIHAN-LATIHAN RUHANIAH
Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai memantangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup, kecuali untuk mempertahankan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur’an Suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ai shalat Subuh, tanpa berwudhu lagi, karena belum batal. Diriwayatkan pula, beliau kerap kali tamat membaca Qur’an Suci dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.
DICOBA IBLIS
Sesuatu peristiwa terjadi pda malam babak baru ini, yang diriwayatkan dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada semua tokoh keagamaan yang di kenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan, secara perrlambang, suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan. Misa, tentang bagaimana Nabi Isa as., digoda oleh Iblis, yang mebawanya ke puncak bukit, dan dari sana memperlihatkan kepadanya kerajaan-kerajaan duniawi, dan dimintanya Nabi Isa as., untuk menyembahnya, bila ingin menjadi raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau, sebagai pimpinan rohaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa perjuangan jiwa sang pemimpin dan hidupnya. Demikian pula, yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh berdakwah menentang praktek-praktek keberhalaan masyarakat dan musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya dengan kecantikan, harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan jawaban beliau : “Aku sama sekali tak menginginkan harta atau pun tahta. Aku telah diutus oleh Allah sebagai seorang Nadzir bagi umat manusia, menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian menerimanya, maka kalian akan bahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Dan jika kalian menolak, tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku.”
Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat kemaujudan duniawi.
Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari iblis menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di langit tertinggi. Sang Syeikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain si iblis, karena, baik Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan toh masih punya cara lain katanya : “Baiklah Abdul Qadir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu.” Enyahlah!” bentak sang Wali. “Jangan kau goda aku, bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allah-lah aku selamat dari perangkapmu.”
Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syeikh sedang berada di rimba belantara, tanpa makanan dan minuan, untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syeikh meredakan dahaganya dengannya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru : “Akulah Tuhanmu, kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram.” Sang Syeikh berucap : “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Sosok itu pun segera berubah menjadi awan, dan terdengar berkata : “Dengan ilmumu dan rahmat Allah, sengkau selamat dari tipuanku.” Lalu sisetan bertanya tentang kesigapan san Syeikh dalam mengenalinya. Sang syeikh menyahut bahwa pernyataannya menghalalkan segala yang haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan semacam itu tentu bukan dari Allah.
Kisah ini mirip dengan kisah Petrus. Bila Petrus, murid besar Isa, yang tertipu Iblis, membatalkan hukum tentang makanan yang diharamkan, mencampakkan kata-kata jelas Kitab Suci dan praktek hidup gurunya, maka putra pemberani ini, dari Nabi berbangsa Arab, mencabik-cabik perangkap iblis dengan mudah dan kukuh.
Kurasa, kedua versi kisah ini benar, yang menyajikan dua peristiwa berlainan secara perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan perjuangannya melawan kebanggan akan ilmu. Yang lain dikatkan dengan pejuangannya melawan kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang dalam perjalanan ruhaniahnya. Kesadaran akan kekuatan, dan kecemasan akan kesenangan merupakan kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang Salik. Dan setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang layak menjadi pemimpin sejati manusia.
PANUTAN MASYARAKAT
Kini sang Syeikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal daru ruhaninya.
Kala ia memperolhe ilham, sebagaimana sang Syeikh sendiri ingin menyampaikannya, keyakinan Ilsmai melemah. Sebagian Muslim terlena dalam pemuasan jasmani, sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.
Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentangmasalah ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di Bagdad, yang di situ seorang kurus-kering sedang berbaring di sisi jalan, menyalaminya. Ketika sang Syeikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap dan secara menakjubkan, tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syeikh terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata : :Akulag agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku kembali melalui bantuanmu.”
Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat yang tercerahkan, menamainya Muhyiddin, “Pembangkit keimanan”, gelar yang kemudian dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia tinggalkan kesendiriannya (Uzlah), ia tak jua berkhotbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudu kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaninya.
Pada akhir masa kini, ia mulai mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Pada tahun ini ia diberi sebuah madrasah, untuk mengajar. Ia persiapkan dirinya bagi tugas ini, dan baginya, hal ini merupakan dorongan lubuk hatinya. Mula-mula, muridnya amat sedikit, tetapi kemasyhurannya akan ilmu, kesalehan, keteguhan, ketulusan dan ketaatan kepda Syari’at, segera tersiar luas, dan orang-orang dari segenap penjuru dunia, mulai berdatangan kepadanya, untuk memetik manfaat dari kuliah-kuliah dan khutbah-khutbahnya, yang meliputi banyak aspek kehidupan. Lambat laun, bangunan madrasah menjadi terlalu kecil bagi sisiwa yang jumlahnya kian membengkak. Dan pada tahun 528 H, bangunan-bangunan tambahan didirikan, untuk memperluas daya tampung gedung. Bhakan ini pun dianggap tak memadai bagi yang hendak belajar. Utuk itu, ia tampil pada tiap Rabu pagi, di Idgah kecil, dan melayani masyarakat dari sebuah mimbar, yang didirikan bagi tujuan ini. Ketika ternyata hal ini tak memadai, maka ia pun bertabligh dari Idqah yang lebih besar, yang berada di luar kota, yang di dalamnya lalu dinganun baginya, semacam bangunan suci, yang dikenal sebagai Musafirkhana (Wisma tamu).
Ia biasa berkhutbah tiga kali seminggu, di Idqah, pada Jum’at pagi, di madrasah pada Selasa malam, dan di Musafirkhana, pada rabu Pagi. Berbagai orang menghadirinya, untuk mempelajari berbagai masalah. Ada Sufi, Faqih (Ahli hukum Islam), hartawan, dan sastrawan. Bahkan orang-orang non Muslim pun menghadiri ceramah-ceramahnya, dan di situ banyak dari mereka memeluk Islam. Pendosa-pendosa Muslim segera mengubah jalan hidup mereka, manakala mendengarkan wacana-wacananya -- hal ini dikarenakan kekuatan ruhaniahnya, yang berada di balik Khutbah-khutbahnya. Kehebatan ruhaniahnya sedemikian besar, sehingga ia disegani oleh orang-orang besar.
Ternyata, pribadi-pribadi spiritual ini, tak berkehendak semaunya. Mereka pasrah segenap kemaujudan mereka kepada Sang Pencipta, dan berlaku dengan bimbingan langsung dari Allah. Oleh karena itu, pengajuan umum mereka, sama sekali bukanlah tinndakan mereka sendir, dan bukan didukung oelh sesuatu persiapan manusiawi. Persiapan mereka dilakukan oleh Allah sendiri, begitu pula, keseluruhan ilham bagi pengajian umum mereka. Bila mereka berbicara, maka pembicaraan mereka berasal dari semangat suci Tuhan. Itulah sebabnya ucapan-ucapan mereka berdaya mukjizat dan revolusioner.
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai Tahun 521 H, yakni pada usia kelimma puluh satu, ia tak pernah berpikir tentag perkawinan. Bahkan ia menganggapnya sebagai penghambat ypaya ruhaniahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita,s emuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh putra, dan yang lainnya putri.
Empat putranya termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya :
Satu (1) Syeikh Abdul Wahab, putra tertua,a dalah seorang alim besar, dan mengelola madrassah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah Syari’at Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur.
Dua (2) Syeikh Isa. Ia adalah seorang guru hadis dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.
Tiga (3) Syeikh Abdur Razaq. Ia adalag seorang alim, sekaligus penghafal hadis. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal takwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebgaimana ayahnya.
Empat (4) Syeikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hidrah ke Damaskus, hingga wafat.
Tujuh puluh delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syeikh Isa. Namanya termaktub pada mukadimah buku ini. Dua wacana terakhir, yang memaparkan saat-saat terakhir sang wali, diriwayatkan oleh Syeikh Abdul Wahab. Syeikh Musa termaktub pada akhir buku ini, pada wacana ke tujuh puluh sembilan dan kedelapan puluh. Pada dua wacana terakhir ini disebutkan pembuatnya adalah Syeikh Abdul Razaq dan Syeikh Abdul Aziz, dua pytra sang wali, dengan di imlakkan oleh sang wali, pada saat-saat terakhirnya.
KESEHARIANNYA
Sebgaimana telah kita saksikan sang wali bertabligh tiga kali seminggu. Di samping bertabligh, setiap hari, pada pagi dan malam hari, ia mengajar tentang Tafsir Qur’an, Hadits, Ushul Fiqh, dan mata pelajaran lain, yang berkaitan. Sesudah shalat zhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum, yang diajukan kepadanya dari segenap penjuru dunia. Sore hari, sebelum shalat maghrib, ia membagi-bagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah Shalat Maghrib ia selalu makan malam, karena ia berpusa sepanjang tahun. Sebelum berbuka, ia menyilahkan orang-orang yang butuh makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama. Sesudah shalat Isya’ sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di kamarnya, dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah kepada Allah --- suatu amalan yang dianjurkan Qur’an Suci. Sebagai pengikut sejati Nabi, ia curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk mengabdi umat manusia, dan sebagian besar waktu malam, dihabiskan untuk mengabdi Penciptanya.
WAFATNYA
Ia wafat pada 11 Rabi’ul Akhir 561 H (1166 M), pada usia 91 tahun. Tanggal ini diperingati oleh para pengagumnya sampai kini, dan anak benua India (Pakistan), dikenal sebagai Giarwin Syarif.
PENINGGALANNYA
Sepeninggal sang wali, para putra dan muridnya mendirikan suatu Thariqah, untuk menyuburkan spiritualitas Islami dan jaran-ajaran Islami di kalangan umat dunia, yakni Thariqah Qadiriyyah, yang sampai kini, terkenal taat kepada prinsip-prinsip Syari’at. Thariqah ini telah sedemikian berjasa bagi kebangkitan kembali ‘dunia Islam’, dan sumbangannya kepada Tasawuf tak terhingga. Tiga di antara catatan-catatan nasihat dan pengajarannya mencapai reputasi dunia. Yang paling luar biasa adalah “Futuh al-Gayb”, yang terjemahannya disajikan berikut ini.
Selain itu, Fath al-Rabbani, kumpulan enam puluh delapan khutbah, yang disampaikan antara tahun 545 H dan 546 H.
Yang ketiga adalah sebuah Qasidah, sebuah syair yang memaparkan peranan dan peringkat wali, dalam bahasa ekstatik. Syair ini disebut Qasidah al-Ghautsiyya.
Sebagaimana thariqah lain, Thariqah Qadiriyyah dewasa ini, tampak lebih cenderung kepada risalah terakhir ini, daripada karya-karya lainnya, yang memuat nasihat-nasihat tentang pengembangan diri, dan sebuah pesan dari alam gaib.
Terlepas dari kekeliruan-kekeliruan para pengagumnya dewasa ini, pengaruh sang wali dalam sejarah Islami, luar biasa. Kepribadiannya gemerlapan, laksana zamrud berkilauan dari spiritualitas Islami dewasa ini, sebagaimana pada sejarah masa lalu.
MUKADIMAH
Kemegahan para ulama, kecerahan Irak dan Mesir, juru bicara para teolog, penafsir ahli hikmah, pemimpin nan unik, kemuliaan agama, Syeikh Isa, Abu Abdul Rahman menuturkan :
Ayahku – pemimpin tiada tara – sedemikian alim, pemilik ilmu ruhani dan sempurna, pemimpin segala pemimpin, pemimpin bangsa-bangsa, penolong manusia dan jin, pembangkit agama – Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih bin Abdullah bin Yahya, Wali besar, dari Jailan berkata :
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pertama dan terakhir, lahiriah dan batiniah, sebanyak makhluk-Nya, sepadan dengan kebesaran firman-Nya, dan seberat ‘Arsy-Nya, seluas ridha-Nya, sebanyak segala yang sendiri dan berpasangan, yang basah dan yang kering, yang pernah Ia ciptakan dan tebarkan – dalam segala kemurnian dan kete-rahmatannya – segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan, dan menyempurnakan, yangtelah menjadikan segalanya sesuai dengan kadarnya, lalu membimbing (merek menuju tujuan mereka). Segala puji bagi-Nya, yang mematikan danmenghidupkan, yang membuat orang tertawa dan menangis, yang membuat orang dekat dan makin dekat, yang menunjukan keutamaan dan kehinaan, yang memberi makanan dan minuman, yang menentukan nasib baik dan buruk, yang menahan karunia-Nya, lalu melimpahkan. Yang dengan perintah-Nya, kukuhlah tujuh langit, dan gunung-gunung ditancapkan bagai pasak, dan terhamparlah bumi, yang dengan kasih sayang-Nya tiada kekecewaan, yang tak satu pun bisa lepas dari ketentuan-Nya, yang tak satupun bisa menentang-Nya, dan yang tak satupun merasa hampa dengan rahmat-Nya. Dia terpuji, karena melimpahkan kasih sayang, dan Dia mesti disyukuri, karena menyelamatkan (kita).
Kemudian shalawat bagi Muhammad. Nabi pilihan-Nya --- barang siapa mengikuti semua yang dibawanya, maka ia menerima hidayah, dan barang siapa berpaling darinya, maka ia sesat dan celaka – Nabi sejati, pembawa kebenaran, tak terikat dunia, pencinta, dan pencari ridha Yang di Langit, yang terpilihdi antara makhluk-Nya yang dengan kedatangannya, kebenaran maujud dan segala kepalsuan sirna, dan dengan sinarnya, bumi tercerahkan.
Marilah kita, sekali lagi, bershalawat baginya --- shalawat yang berlimpah-limpah dan suci, begitu pula bagi keturunan, sahabt, dan pengikut sejatinya. Ridha-Nya melimpahi yang terbaik terhadap Tuhan, dla tutur kata dan kepatuhan.
Lalu doa dan permohonan, kita panjatkan kepada-Nya. Kepada-Nya kita berlindung, Dia-lah Pencipta, yang memberi kita makanan dan minuman, yang melindungi kita, yang menhalai segala kemudharatan, dan semua ini semata-mata maujud karena ridha-Nya, karena kehendak-Nya. Dia melindungi kita dalam tutur-kata dan tata-tindak kita, yang tersembunyi dan yang laihr, dalam kesulitan dan kemudhana. Sungguh, Dia mengetahui segala yang tersembunyi, yang berdosa dan sesat, yang taat dan mendekat kepada-Nya. Dia mendengar segala suatu, dan mengabulkan doa orang-orang yang diridhai-Nya, tanpa enggan dan jemu.
Sesungguhnya, nikmat Allah ada pada hamba-hamba-Nya, berlimpah-limpah dan tak putus-putusnya, baik siang ataupun malam, dalam segla masa dan keadaan, sebagaimana firman-Nya : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu takkan bisa (QS.14:34). Dan firman-Nya lagi : “Dan segala kebaikan yang kamu peroleh, berasal dari Allah.” (Qs.4:79). Karena, aku tak kuasa, baik dengan hati maupun lidah, untuk menghitung nikmat-nikmat ini. Juga tiada angka yang memadai untuk itu. Maka di antara karunia-karunia yang menjadikan lidah bisa berbicara, tangan bisa menulis, dan kita bisa menggambarkan inilah yang diilhamkan kepadaku, dari dunia kegaiban. Hal ini mencerahkan dan memenuhi kalbuku, dan hasil dari keadaan wajar ini, menampakkan semua itu. Hanya berkat kasih sayang dan ridha Allah jualah, aku dapat mengungkapkan kata-kata ini, guna menjadi bimbingan bagi para pencari kebenaran.
Semoga Allah meridhainya.
Dengan Nama Allah Yang Rahman, Yang Rahim
RISALAH KESATU
Ia bertutur :
Tiga hal mutlak dari seorang Mukmin, dalam segala keadaan, yaitu : (1) harus menjaga perintah-perintah Allah, (2) harus menghindar dari segala yang haram, (3) harus ridha dengan takdir Yang Mahakuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal ini. Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini, serta mengikat organ-organ tubuhnya dengan ini
RISALAH KEDUA
Ia bertutur :
Ikutilah (Sunah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid’ah, patuhilah selalu (kepada Allah dan rasul-Nya), jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan janggan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya; pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun; bersabarlah selalu dan jangan menunjukan ketaksabaran; beristikamahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah, bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah belah, saling mencintailah dan jangan saling mendendam, jauhilah kejahatan dan jangan ternoda olehnya; percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu; jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya; segeralah bertobat dan kembali kepada-Nya; jangan merasa jemu dalam memohon ampunan kepada khalikmu, baik siang atau pun malam; (jika kamu berlakubegini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari api neraka; dan hidup bahagia di surga, bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di surga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya, mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria dengan hurhur bermta putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba sayaha wanita, dengan karunia-karunia lainnya; termuliakan bersama para Nabi, para shiddiq, para syahid, dan para saleh di surga yang tinggi.
RISALAH KETIGA
Ia bertutur :
Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama, ia mencoba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal, ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan, atau bila ia sakit, kepada dokter. Bila hal ini pun gagal, maka, ia berpaling kepada khaliknya, Tuhan Yang Mahabesar lagi Maha Kuasa, dan berdoa kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demi kian pula, bika ia berhasil, karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khalik.
Kemudian, bila tak juga memperoleh pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdoa, merendahkan diri, memuji dan memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Mahabesar dan Mahakuasa membiarkan ia letih dalam doa, dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewakan terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segla aktifitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada ruhaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Mahabesar lagi Mahakuasa, dan sampailah ia, tentang Keesaan Allah, pada peringkat Haqqul Yakin bahwa, pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu, kecuali Allah, tak ada penggerak, tak pula penghenti, selain Dia, tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi, tak pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali karena Allah.
Maka, di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah.
Maka, tak dilihatnya, keculai Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan dipahaminya, kecuali Ia. Jika meliaht sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengeyahui sesuatu, maka ia mendengar Firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkarunialah dia dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya, Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia ridha dan senantiasa mengingat-Nya, makin mantpalah keyakinan-Nya pada-Nya, Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. IA bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya, Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. Maka, segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
RISALAH KEEMPAT
Ia bertutur :
Bila kau abaikan ciptaan, maka : “Semoga Allah merahmatimu.” Allah melepaskanmu dari kedirian. “Semoga Allah merahmatimu.” Ia mematikan kehendakmu; “Semoga Allah merahmatimu.” Maka Allah menempatkanmu dalam kehidupan (baru)
Kini, kau terkaruniakan kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi; dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi; dirahmati, dilimpahi ilmu yang tak mengenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan, hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa termuliakan; senantiasa tersucikan, maka menjadilah kau pemenuh segala harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau sedemikian termuliakan; unik, dan tiada tara, tersembunyi dan terahasiakan.
Maka, kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq, kaulah puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpanen melalui doamu; dan sirnalah, melalui doamu, segala petaka yang menipa orang-orang di desa terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (jika boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan masyarakat.
Orang bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di mana pun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentang mu. Duhai yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allah-lah Pemilik segala rahmat.
RISALAH KELIMA
Ia bertutur :
Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya, mematikan bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu-daya dan janji-janji palsunya – bila kau melihat semua itu – berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, emnonjolkan diri, dan karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, bagitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu dayanya, sedangkan bagianmu menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya (saw) : “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs.20:131).
RISALAH KEENAM
Ia bertutur :
Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka.
Tanda lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana duniawi dan behubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan pribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasa-Nya, ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendak-Nya, ditandai dengan ketak-pernahan menentukan diri, ketak-bertujuan, ketak-butuhan, karena tak satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendak-Nya beraksi, maka pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, pikiran pun cerah, berserilah wajah dan ruhanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusananimu dengan nur-Nya dan busana ruhani, dan menempatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.
Sesudah ini. Kau selalu berhasil menaklukan diri, hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga ruhanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan dialami ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal, sebenarnya, dari Allah.
Maka, kau diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujuda sehari-hari. Mengenai mawam ini, Nabi Suci saw. bersabda : “Tiga hal yang kusenangi dari dunia – wewangian, wanita, dan shalat – yang pada mereka tersejukkan mataku.” Sungguh, hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami isyaratkan. Allah berfimran : “Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku.”
Allah Yang Mahatinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegar-bugarkanmu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah hati. Dengan cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa) dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah : “Aku bersama orang-orang yang putus asa demi aku.” Dan makna kata : “Kedirian masih maujud” ialah kemasih-kukuhan dan kemasih-puasan dengan keinginan-keinginan barumu.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepaa Nabi Suci saw. : “Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintanya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan.” Tak diragukan lagi, beginilah keadaan ffana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluk-Nya, dan menenggelamkanmu ke dalam samudra kebaikkan-Nya; sehingga kau menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian dan kesantausaan, Maka, fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaligus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai mawam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala yang berarti : berubah) Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa.
Bila meraka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Mahabesar menolong mereka dengan kasih-sayang-Nya, dengan mengingatkan mereka, sehingga meraka sadar dan berlindung kepada Tuhan, karena tak satu pun mutlak bersih daro noda kehendak, kecuali para malaikat. Para malaaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggungjawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa diaggap terbebas dari dua keburukan ini, karen mungkin bagi mereka berkecenderungan kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi mereka rahmat-Nya dan menyadarkan mereka.
RISALAH KETUJUH
Ia bertutur :
Keluarlah dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkan segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu, setelah keterbuangannya. Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, berarti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan menghendaki segala yang bukan kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu membinasakanmu, dan penyebab keterasinga dari-Nya. Karena itu, jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang musrik. Allah berfirman : “Barangsiapa mengharap perjumpaan (liqa) dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjalan amal saleh dan tidak menyukutukan-Nya.” (Qs.18:110).
Kesyirikan tak hanya menyembahkan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab, selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelam dalam sesuatu – selain Allah – berarti kau menyukutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan terlena, Maka, dengan menyendiri, akan diperoleh keamanan atau maqam-mu, berkat kau sendiri, Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab, dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hamba-Nya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau termalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahua ini di dalam lubuk hatimu, dan jangan pebincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, ketahuilah, bahwa itu adalah karunia Allah, mohonlah kekuatan untuk bersyukur, dan peningkatan ridha-Nya. Tetapi, bila hal itu berakhir maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pangangan. Allah berfirman : “Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs.2:106).
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap ketetapan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekkan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab.
Mengenai hikmah dan keadaan ruhani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak sertaus kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia perintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Karena, dengan begini, ada pengakuan akan dossa dan kesalahannya, dan inilah dua mcam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as. “Bapak” manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Ada, as. : “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs.7:23). Maka, turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang tobat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah berrpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertobat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semula, dan beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai mqam di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat perisitirahatan abadi mereka.
Maka, ikutilah Nabi Muhammad saw., kekasih dan pilihan Allah, dan nenekmoyangnya, Adam, pilihan-Nya – keduanya adalah kekasih Allah – dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal tertawadhu, dalam segala keadaan kehidupan.
RISALAH KEDELAPAN
Ia bertutur :
Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkanhal yang lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi, bila kau berada di pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah terus menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena mungkin saja sang Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika toh kau dihukum, tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurang-ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya, karena terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepaf Rasul pilihan-Nya : “Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongandari mereka sebagai hiasan hidup, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi.” (Qs.20:131).
Denagn firman-ya : “Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi.” Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut : “Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu – kebaikan, kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalan-Ku – lebih baik dan lebih berharga ketimbang semua yang Kuberikan kepada yang lain.” Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan cobaan dari-Nya. Jadi, bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau tak suka. Karenanya, seungguh tak patut, bila kekuranglayakan dan kerakusan terwujud padamu, jedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersussah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak dirurunkan-Nya kepada siapa pun, hanya sebagai cobaan, bagaimana mungkin seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau dinaikan ke tingkat atas, sampai ke atap sitana, maka kau, sebagaimana telah kami nyakatan, mesti sadar diri, tenang, dan baik laku. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada marabahaya.
Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketakbersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cinta semacam ini menjadikan terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagaimana yang telah kami nasihatkan kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah maqam yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena itu, tambatkanlah padanya, dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan perubahan ruhani) adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat ruhani) adalah milik para badal.
RISALAH KESEMBILAN
Ia bertutur :
Kehendaknya terwujud, secara kasyf (penglihatan ruhani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk : Jalal (keagungan), dan jamal (Keindahan) Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan, Bila Rasulullah Shalat, dan hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, karena intensitas ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan Kebesaran-Nya. Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi Ibrahim as. Dan Umar sang Khalifah ra. Juga mengalami keadaan yang serupa.
Mengalami perwujudan keindahanIlahi merupakan refleksi-Nya pada hati manusia yangmewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh kasih sayang, dan kegembiraan ata kelimpahan karunia-Nya, maqam yang tinggi, dan keakraban dengan-Nya – yang kepada-Nya segala urusan mereka kembali – dan atas takdir yang telah ditetapkan-Nya jauh di masa lampau. Inilah karunia dan rahmat-Nya dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu, Ini dilakukan agar mereka tak melampaui kdar cinta yang layak dalam keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya iabdah mereka, sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka lembut, karena Dia bijaksana, mengetahi, lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. sering baerkata kepada Hdhrat Bilal sang muadzin; “Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami.” Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw. bersabda : “Dan mataku sejuk, bila aku shalat.”
RISALAH KESEPULUH
Ia bertutur :
Sungguh tiada suatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya. Kedirian manusia bertentangan dengan Allah. Segala sesuatu patuh kepada Allah dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk sekaligus, milik-Nya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi musuh dirimu sendiri. Allah telah berssabda kepada Nabi Daud as. : “Wahai Daud, Aku-lah tujuan hidupmu, yang tak mungkin kau elakkan. Karenanya, berpegang-teguhlah kepada tujuan yang satu ini, beribadah sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata karena Aku.” Maka keakrabanmu dengan Allah, dan pengabdianmu kepada-Nya menjadi kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu nan suci dan sungguh menyenangkan. Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi dan takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras dengan-Nya, karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi kepada-Nya.
Firman-Nya : “Dan, tak ada suatu pun melainkan bertasbih memuji-Nya, tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka.” (Qs :17:44). Maka, segala sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaan-Nya, dan menaati perintah-perintah-Nya. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman : “Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi; Hendaklah kamu berdua datang dengan suka ataupun terpaksa, ‘keduanya menjawab’ ‘kami datang dengan suka hati.” )Qs.41:11), Jadi, segala pengabdian kepada-Nya terletak pada penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman : “Dan janganlah engkau turuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Qs.38.26). Ia juga berfirman : “Hindarilah hawa nafsumu, karena sesungguhnya tak ada suatu pun yang menentang-Ku di seluruh kerajan-Ku, kecuali nafsu jasmani manusia.”
Suatu ketika Abu Yazid Bustami bermimpi bertemu dengan Allah, dan bertanya kepada-Nya : “Bagaimana cara menjumpai-Mu?” Jawabnya : “Buanglah keakuanmu, dan berpalinglah kepada-Ku.” “Lalu” lanjut sang Sufi, “aku keluar dari diriku bagai seekor ular keluar dari selongsong tubuhnya.” Jadi, segala kebajikan terletak pada memerangi kedirian dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika berada pada kesalehan, tundukkanlah kedirian, hinga kau terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhat, dari pertolongan mereka, dari ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut terhadap mereka, atau rasa iri terhadsap milikan duniawi mereka. Lalu, jangan mengharapkan sesuatu dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya, bila kau bergaul dengan seorang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi mewarisi hartanya. Maka bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan menutup, atau pohon yang kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu terjadi oleh satu pelasana, dirancang oleh satu perancang, dan Dia-lah Allah, sehingga kau beriman pada keesaan Allah.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tak menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tak suatu pun terwujud, kecuali atas ijin Allah Ta’ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, karena yang demikian itu melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahwa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, berarti kau tak berriman, dan termasuk ke golongan Qadiriyyah. Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka dengan perintah-Nya pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum Allah itu pasti, menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penetu diri sendiri. Kamuajudanmu bersama mereka merupakan takdir-Nya. Takdir-Nya merupakan “kegelapan”, maka masuklah “kegelapan” ini dengan pelita yang sekaligus penentu, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul, Jangan tinggalkan keduanya. Tapi bila di dalam pikiranmu melintas suatu gagasan, atau kau menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham semacam itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan ilhammu itu – semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain, maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan dorongan hewani, karenanya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak mengerti – semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu. Atau menemui seseorang yang saleh, padahal memlalui karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang saleh itu --- maka bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu sendiri : “Benarkan ini ilham dari Allah dan mesti aku laksanakan?” Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham semacam itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya, atau menyibakkan isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah – suatu isyarat yang hanya bisa dimngerti oleh para wali yagn arif dan para badal yang teguh. Karena itu, kau mesti tak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat dan tujuan akhir urusan, juga cobaan, bahaya, dan suatu rancangan gaib dari-Nya.
Maka bersabarlah, sampai Allah sendiri melakukannya bagimu. Bila tindakan itu atas kehendak-Nya, dan kau diantarakan ke maqam itu, maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, karena Allah takkan menghukummu ata tindakan yang dikehendaki-Nya sendiri, namun Ia menghukummu ata keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan sautu hal.
Menaati perintah itu meliputi dua hal, Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebetas keperluanmu, dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang tersembunyi. Keuda : berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh hamba-Nya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tak ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tak terwajibkan, dengan kata lain “tak jelas”, yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini, tak boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang bertalian dengannya. Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian, semua gerak dan diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi.
Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperoleh hakikat. Bila kau telah sampai pada kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan atau peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia, suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan ruhaninya. Orang arif, yang adalah amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah dan Yang Maha Pengasih, kepercayaan-Nya (alaihimussalam). Untuk menaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan , dan mutlak harus terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerjaan-Nya, bukan abdi perintah-Nya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau mayat yang dimandikan, atau pasien tak sadarkan diri di hadapan sang dokter, dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
RISALAH SEBELAS
Ia bertutur :
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kawin, padahal kau fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu dalam menanggung beban hidupmu itu, dengan mengaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah telah berjanji untuk senantiasa menambah karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya : “Jika kamu bersyukur, niscara akan Aku tambahkan (nikmat) bagimu. Dan jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku itu sangat pedih.” (Qs. 14:7).
Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Mahakuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman : “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa batas.” (Qs.39.10).
RISALAH KEDUBELAS
Ia bertutur :
Apabila Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari kepatuhan kepada-Nya, niscaya Ia memisahkanmu dari-Nya di dunia dan akhirat. Mungkin juga Ia mencabut karunia-Nya darimu, menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan akrunia-Nya.
Tetapi, bika kau senantiasa patuh kepada-Nya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu, Allah akan menambahkan kerunia-Nya kepadamu, dan sedikit pun takkan menguraninya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayang-Nya, dan hidup di kahirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid dan para saleh.
RISALAH KETIGABELAS
Ia bertutur :
Jangan berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu, jika ia sudah ditakdirkan bagimu, baik kau suka atau pun tak suka. Bencana akan menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah kau suka ata tak suka, dan mencoba menangkisnya dengan doa, atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan hati demi mendapatkan keridhaan-Nya.
Berpasrah dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu, jika itu suatu rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaan-Nya..
Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu. Jika itu suatu rahmat, beryukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaan-Nya. Atau, coba rasakanlah rahmat-Nya di dalam bencana ini, atau menyatuulah sedapat mungkin dengan-Nya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya menaati dan berakrab dengan perintah, sehingga kau bisa berrjumpa dengan yang Mahabesar.
Lalu, kau ditempatkan di mawam yang sebelumnya telah dicapai oleh para shiddiq, para syahid dan para saleh. Maknanya, kau mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah, sehingga memungkinkanmu melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang agung, dan orang-orang yang dekat dengan-Nya dan telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, ekamanan, kehormatan dan rahmat dari-Nya.
Biarkanlah bencana itu datang dan jangan rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Janga merasa gundah atas kedatangan dan penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran api Neraka.
Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas bumi dan di kolong langit ini, Rasulullah Muhammad saw. diriwayatkan bersabda : “Sungguh, api neraka akan berseru kepada orang-orang beriman “Wahai Mukmin, cepatlah berlalu, karena cahayamu mematikan nyala apiku.”
Nah, bukankah nur seorang mukmin yang mematikan nyala api neraka itu adalah cahaya yang kita temui padanya di dunia ini dan yang membedakan yang patuh kepada Allah dan yang kafir? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana. Sedang kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allah-lah yang memadamkan panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk menghancurkanmu, tapi mencobaimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, da memberimu, secara ruhani, kabar baik dari-Nya tentang kehendak-Nya atasmu, Allah berfirman : “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar Kami nyatakan hal ihwal kalian.” (Qs.47 : 31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian sesuai dengan ketentuan-Nya – dan hal ini berkat pertolongan-Nya – maka kau mesti selalu tetap bersabar, serasi dengan-Nya dan penuh taat kepada-Nya. Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya, Baik oleh dirimu sendiri maupun oleh orang lain. Bila datang perintah-Nya, dengarkanlah dengan saksama, dan segerala melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan takdir Yang Mahakuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, janganlah membuang-membuang waktu, segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah kepada-Nya, rendahkanlah dirimu di hadapan-Nya, mohonlah ampunan-Nya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan perintah-Nya dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu kepada-Nya. Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepada-Nya, atau oleh kebangganmu, atau oleh kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri menyekutukan-Nya dengan dirimu sendiri atau dengan makhluk-Nya. Akibatnya, Ia menjauhkanmudari pintu-Nya dan menolak kepatuhanmu kepada-Nya. Lalu Ia tutup pintu pertolongan bagimu. Ia palingkan kemurahan wajah-Nya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadamu, dan menjauhkan Diri darimu. Dibiarkan-Nya kau sibuk dengan cobaan-cobaanmu di dunia ini, dengan kedirianmu. Tak taukah kau, bahwa hal ini membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatan-Nya, Ia yang telah menciptakanmu, memeliharamu dan mengaruniamu sedemikian banyak nikmat. Waspadalah, agar segala sesuatu selain Allah ini tak memisahkanmu dari-Nya. Maka, jangan mengutamakan suatu selain Allah, Sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Maka janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga tersibukkan oleh segala yang bukan perintah-Nya. Yang demikian itu, menjerumuskanmu ke dalam api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti menyessali, tapi penyesalanmu tiada guna, dan kau berdalih, tapi tiada dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada pertolongan. Kau mencoba menyenangkan Allah, tapi sia-sia. Kau minta dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan, tapi sia-sia.
Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan ruhanimu dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampan tujuan. Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di bawah petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan menumbuhkanmu. Jangan kufur nikmat kepada-Nya, Ia yang telah menciptakanmu dari dbu, dan dari setets mani dijadikan-Nya kau seorang manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan perintah-Nya, dan jangan menganggap suatu itu buruk, bila tak tegas-tegas diharamkan-Nya. Bila kau serasi dengan perintah-Nya, seluruh makhluk hormat kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala yang tak nampak lari menjauhimu, di mana pun kau berada. Allah telah berfirman : “Wahai Bani Adam, Aku-lah Allah, tak ada ilah (sembahan) selain Aku,Bila Kau katakan ‘Jadilah’ maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, maka akan ku sempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata ‘jadilah’ ia akan maujud.”
Wahai bumi hormatilah orang-prang yang memuji-Ku. Dan susahkanlah orang-orang yang memujamu.”
Maka, bila datang sesuatu yang diharamkan-Nya, berlakukan bagai seorang yang lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari pesona-pesona duniawai dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan tak terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di dalamnya tak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak lahir, bagai orang buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu dan kasar, seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatu pun, seakan kakimu gemetar dan penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh, seakan perutmu kekenyangan, seakan akalmu gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka, kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua perintah-Nya, sebagaimana kau mesti enggan tak bergairah terhadap semua yang diharamkan-Nya, dan berlaku bagai mayat, pasrahkanlah terhadap ketentuan-Nya. Nah, reguklah sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian terperbaruilah ddirimu menjadi pribadi yang ruhaninya sehat dan sempurna.
RISALAH KEEMPATBELAS
Ia bertutur :
Wahai budak nafsu! Jangan mengklaim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani. Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan Bumi dan langit. Kau pecinta ciptaan, sedang mereka pecinta Allah. Hatimu terpaut pada yang ada di bumi, sedang hati mereka terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang kau lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya melihat sang Pencipta segalanya, yang tak mungkin terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-orang ini meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka terjamin, sedang kau tetap menjadi korabn nafsu duniawi.
Orang-orang ini selaps dari ciptaan, nafsu duniawi dan kedirian. Dengan demikian mereka melicinkan jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Mahabesar, yang menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih akhir kemaujudan yang baik, kepatuhan kepada Tuhan. Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian mereka. Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka, bagai surga laiknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, mereka melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan lelangit dan menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Karena Tuhan mereka telah menjadikan merek apasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh . Orang-orang ini adalah yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga ssalam dan rahmat-Nya, selama bumi dan lelangit maujud.
RISALAH KELIMABELAS
Ia bertutur :
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, yang di dalamnya ada beberpa orang menjauh dari menuasi-manusia lain. Aku berkata kepada diriku : “Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya.” Lalu terbayang olehku seorang saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya : “Kenapa anda diam?” Jawabku : “Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, walau di dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mengubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-oran). Ia naikkan derajat beberpa orang. Lalu mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat terendah, diancam-Nya dengan kehinaan dan abadi, dan diberinya merreka harapan dinaikan ke derajat tertinggi.” Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
RISALAH KEENAMBELAS
Ia bertutur :
Tak ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana ketrampilan, akal dan perolehan. Manusia termasuk penghalang bagimu dalam mencari rizki yang sesuai dengan Sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada manusia, selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan uluran tangan mereka, bahkan kau meminta dengan beriba hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimpal dengan (dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber rizkimu, semisal kehilangan pekerjaan yang halal, Bila kau campakkan ketergantungan dan pengemisanmu kepada mereka dan berlindung kepada mata pencaharianmu, hidup dengannya, bergantung padanya, puas dengannya, dan lupalah kamu akan ridha Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, malah lebih berbahaya dari yang pertama, karena kemusyrikan semacam ini halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan dari kehidupan, dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dia-lah Pemberi Rizki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rizki sepenuhnya berada di tangan-Nya, maka rizki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rizki itu datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadan rizki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, shingga kau tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rizki dengan ridha-Nya seperti seorang dokter merawat pasiennya – sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bia Ia ingin memberikan bagianmu kepadamu, yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak orang lain, maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bagianmu, dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu; kau mesti menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan “melihat ke depan”, sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah telah berfirman : “Dan Kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dn meyakini ayat-ayat kami.” (Qs. 32 :23-24). “Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.: (Qs.29.69). Dan, takutlah kepada Allah, niscaya Ia mengejarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik daripada segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah berfirman :
“Wahai Baji Adam, Akulah Alla, tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku berfirman ‘jadilah’ maka ia akan maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru ‘jadilah’, ia pun akan maujud.” Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa Wali-Nya, dan orang-orang yang sangat diridhai-Nya, di antara hamba-hamba-Nya.
RISALAH KETUJUHBELAS
Ia bertutur :
Bila ‘bersatu’ dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat pertolongan-Nya, maka, makna hakiki ‘bersatu’ dengan Allah ialah berlepas diri dari makhluk dan kedirian, dan sesuai kehendak-Nya, tanpa gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana (peluruhan), dan dengannya itulah “manunggal” dengan Tuhan. “Bersatu” dengan Allah tentu tak sama dengan berssatu dengan ciptaan-Nya. Bukankah Ia telah menyatakan : “Tak ada sesuatu pun yang serupa deng-Nya, dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs.42:11).
Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. “Bersatu” dengan-Nya lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan Wali Allah, terdapat suatu rahasia yagn tak dapat diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syeikh, dan sebaliknya sang syeikh kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, kendati mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam sang syeikh sendiri. Apabila sang murid meraih maqam ruhani saang syeikh, ia terpisah dari syeikh-nya, dan Allah-lah yang menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian sang Syeikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang Syeikh diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi, bagitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda, dan kerusakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syeikh.
Jadi, bila sudah “bersatu” dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun duka, ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya, dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pndanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalinkannya pada sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang raja duduk di atas singgasana yang itnggi, bersenjatakan lembing, panah dan berbagai senjata bidik . Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanaya, tak iba pada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat orang semacam ini tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki Bashirah (mata hati) dari keterpisahan sesudah ‘bersatu’, dan dari keterangan sesudah keakraban, dari ketersesatan sesudah memperoleh petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari airnya bertambah, dan itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala kesenangan duniawi. Sedang anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan ujian hidup manusia. Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya mengatasinya. Bahkan semua karunia dan nikmat yang diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena itu, bila seorang cerdik-cendekia budi menyigi masalah ini terus-menerus, maka ia akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat, bahwa tak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah saw. besabda : “Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat.”
Ihwal semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi saw : “Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan surga bagi seorang kafir.” Beliau juga bersabda : “Orang saleh terkekang.”
Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila diingat hal ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keridhaan-Nya.
RISALAH KEDELAPANBELAS
Ia bertutur :
Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada siapapun, baik kepada kawan maupun kepada lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Berikanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukurmu atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT berfirman : “Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu tak sanggup menghitungnya.” (Qs.14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari! Janagan merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hl ihwalmu kepada siapapun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya dan mngeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat. Segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semata-mata karena kehendak-Nya. Dia –lah penentu derajat mereka. Barang saiap dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barang siapa dihinkan-Nya, tak akan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan untukmu, tak seorang pun sanggup mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan Jika Ia berniat melimpahkan kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya.
Nah, bila kau mebgeluh terhadap-Nya, padahal kau nikmati rahmat-Nya, kau tamak, dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu. Mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu,. Kau menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh karena itu, janganlah mengelih sedikitpun, walai jasadmu digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah ddirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!.
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia Mahapengasih, Maha Adil, Mahasabar, Mahapengasih, Mahapenyayang, dan Yang lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang dokter yang sabar, pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si paseien. Dapatkah kau temui sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau Ibu yang berhati mulia.
Nabi Suci saw. telah bersabda :
“Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya ketimbang seorang ibu terhadap anaknya.”
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik. Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, miski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya.
Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau ‘kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah : “Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Mahamengetahui, sedang kamu tak mengetahui.” (Qs. 2.:216).
Pengetahuna ihwal hakikat segala sesuatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir. Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci ataupun mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam segala keadaan. Jika kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhkanlah selalu. Ridhalah atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke dalam keadaan badal, ghauts dan shiddiq. Bertolaklah senantiasa dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu dan hasratmu (dengan kehendak-Nya) dan tahanlah lidahmu dari segala keluhan.
Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengaruniaimukebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu, karena ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka tak layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tak seorang pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana tak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan pembersih diri. Nabi saw. telah bersabda : “Demam sehari dapat menebus dosa sepaanjang tahun.”
RISALAH KESEMBILANBELAS
Ia bertutur :
Bila kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi, sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di sisi Kami.” (Qs.12.54). dan menjadilah kau slah seorang yang terpilih, bahkan yang terpilih dari yang terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana, yang tak cairan pun bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala selain Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Kau menjadi ridha kepada-Nya
Kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan terahmati atas semua tindakn-Nya.
Maka kepadamu dijanjikan sesuatu bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda kepuasan ada pada mu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi. Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dianugerahkan-Nya kepadamu rasa cukup diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah, disingkapkan-Nya bagimu misterri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna perubahan janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan kemampuan memelihara keadaan ruhanimu.
Lalu kepadamu dianugerahkan derajat ruhani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati, kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan semua makhluk baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi ‘pilihan’ Allah, maka orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya
Dengan ini, kau telah diantarkan-Nya ke tempat yang amatt tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafasmu ini dimusnahkan dan di lenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan kepdamu di akhirat kelak, sehingga menginaktkan keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di surga yang tinggi, di dalam taman yang abadi.
Tapi selama di dunia ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu pun, tak berharap kepada siapa pun, tan condong kepada apa pun – karena kau sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya menyesatkan yang mencintainya – tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala sesuatu, yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akbiat dipalingkan dari semua hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat, sebagaimana yang telah kita bicarakan.
RISALAH KEDUAPULUH
Ia bertutur :
Nabi Suci Muhammad saw. bersabda : “Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di benakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambilah segala yang tak menimbulkan keraguan pada dirimu.”
Bila sesuatu yang meragukan berbaur dengan sesuatu yang tk meragukan, maka ambillah jalan yang di dalamnya tiada sedikit pun keraguan. Nabi bersabda : “Dosa menciptakan kekacaun dalam hati.” Tunggulah, bila dalam keadaan begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggplah itu sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, keprasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak butuh diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang maha kuasa lagi Mahaagung memberikan rizki kepada para kafir, munafik dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.
Sabda Nabi Suci yang lain : “Campakkanlah segala yang menimmbulkan keraguan dibenakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan.” Memerintahkanmu untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu.
Karena itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan, yaitu Tuhanmu, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, yang di tangan-Nya kening pra raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, berada – yaitu bahwa hati mengendalikan tubuh – tubuh dan uang manusia adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya. Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal ini atas izin, perintah dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu.
Allah SWT berfirman : “Mintalah kepada Allah karunia-Nya.” Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karena itu, mintalah karunia kepada Allah dan abdillah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” Bila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tena gAku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dan yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku.” “Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu.” “Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan,” “Sesungguhnya Allah memberika karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
RISALAH KEDUAPULUH SATU
Ia bertutur :
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi, seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar, dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu berkata kepadaku, “Kenapa kamu hendak membuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada di tanganku?” Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.
RISALAH KEDUAPULUH DUA
Ia bertutur :
Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada cobaan seorang Nabi. Karena Iman Rasul labih tinggi daripada iman Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan Badal. Cobaan seorang badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. bersabda : “Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji.”
Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-pemimpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin menjauh dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dan kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka melebihi kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang benderang. Maka kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat ddi sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keridhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka, dalam cobaan-Nya, Maka, selamatlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman, dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. Sebab, bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan kekuatan. Allah SWT berfirman : “Jika kau bersyukur tentu akan Kutambahkan.”
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturukan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, maka timbullah kelupaan terhadap Allah, kesyirikan dan dosa. Maka Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit.
Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Raul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati, kasih sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini. Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
RISALAH KEDUAPULUH TIGA
Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan kehidupan duniawi ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang mengenakkan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagiamu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu. Janagn mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab Jika kau berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan.” (Qs. 6:129).
Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya berdaulat, yang Mahakuat, yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang kedaulatan-Nya meneyluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya dalam, yang mahaasil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi, baik di bumi maupun di langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapapun yang menyukutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya.” (Qs.4:48).
Berupaya sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam, baik sendirian maupun bersama. Waspadalah terhadsap segala bentuk dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak atau pun yag tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan menjangkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya, jangan melupakan-Nya agar kau tak dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; Jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan memperkatakan tentang agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau tak binasa, agar hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tak tercabut darimu, agar kau tak dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus menerus.
RISALAH KEDUAPULUH EMPAT
Ia bertutur :
Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, Yang Mahamulia lagi Mahaagung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan tobat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendah-hatian, dengan khusuk dan menunduk, denga tak memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi atau ukhrowi, tak mengharapkan maqa, yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala milik-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya adalah milik tuannya, sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tinggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahimu tempat tinggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan keapdamu karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah mendengar dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman : “Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (Qs.32:17).
Yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud. Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung menghendakinya dihuni dan ceria.
Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya, dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya tergantung pada pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, yang kau dapati padanya, -- andaikata semua ini tercabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, -- jika Allah tak mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani, yang memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan lenyapnya kekayaan dan karunia.
RISALAH KEDUAPULUH LIMA
Ia bertutur :
Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari setipa pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala keinginan dan kerinduan hati – jangan berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tak mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak mencukupimu di dunia ini, telah menggelapimu, tak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenekmoyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya, Allah telah memperlakukanmu begini, sebab fitrahu suci dan kesejukan kasih sayang Allah terus menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, kepasrahan-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan beihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah kemana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhnannya dibantu. Yang Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang bukan milikmu : 1) Ia akan menjadi milikmu, atau 2) Ia akan menjadi milik orang lain. Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman : “Dan jangan kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. 20:131).
Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu. Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah cobaan, yang dengannya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman : “Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (Qs.32:17).
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah selain yang telah Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
RISALAH KEDUAPULUH ENAM
Ia bertutur :
Tabir penutup dirimu takkan tersibak, selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan Nur Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yag diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya. Bukannya peluruhan penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat.
Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan di tempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan.
Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dan kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu, dan perhatikan mereka kepadamu.
Juga, seandainya engkau akan beristeri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu. Allah berfirman : “Dan Kami jadikan Isterinya patuh baginya.” (Qs. 21:90). “Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan.” (Qs: 25:74). “Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai.” (Qs.19:6).
Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang dikaruniai rahmat-rahmat ini, yang berkedudukan begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan shalat dan puasa. Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu! Tundukanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! Hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan.
Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimsukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata : “Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (Qs.12:54).
Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika ia disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir’aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas (ia berkausa penuh) ke manapun ia suka.” (Qs.12:56).
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani, Allah berfirman : “Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami. “ (Qs.12:24).
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman : “Yang demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan keapdaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada Allah.” (Qs.12:37).
Bila kua disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi ruhani dan yang bukan ruhani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di surga yang tinggi.
RISALAH KEDUAPULUH tujuh
Ia bertutur :
Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, nerei-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya. Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang itu, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senanitiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lian, makan buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab segala kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jauh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buha ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kamu memulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau katakan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu.
Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada pendekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. “Allah telah menciptakanmu dan yang kau lakukan ( Qs.37.96).
Nabi saw. bersabda : “Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disemebelih.”
Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaann-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman : “Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan.” (Qs. 16:32).
Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan amal-amal mereka adalah berrkat pertolongan dan kasih sayang-Nya. Nabi saw. bersabda : “Tiada seorang pun yang msuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri.” Ia ditanya : “Termasuk Anda, Ya Rasulalah?”, Ia berkata : “Ya, termsuk aku, jika Allah tak mengasihiku.” Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah ra. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman : “Demikianlah agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami.” (Qs.12:24) Dan mengenai agama, Ia berfirman : “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman.” (Qs.4:147).
Adakah bencaa yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman :
“Jika kamu bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu.” (Qs.14:7).
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka, Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hatinya hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan.Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman :
“Allah tak menciptakan bagi manusia dua hati.” (Qs.33.5).
“Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki sebuah kota, menghancur-leburkannya, dan menghinakan penduduknya.” (Qs.27:34).
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejain hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan. Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh meredeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjdai bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. bersasbda :
“Kami, para Nabi, adalah yang paling banyak di uji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya.”
:Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya dariapda kamu.”
Siapapun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang , sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun penyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan marusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya.
Allah berfirman :
“Hai isteri-isteri Nabi, brang ssiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka.” (Qs.33:30).
Allah berfirman demikian tentang isteri-isteri ini, karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkan mereka kepada Nabi. Bagaimana kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya.
“Tiada meneyrupai-Nya dan Dia Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. 42:11).
RISALAH KEDUAPULUH DELAPAN
Ia bertutur :
Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balsan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih berseemayam dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai yang berharap Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung. Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu, itulah kontrak kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada se-penny pun padanya, kau tertutup dari-Nya. Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat – selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terbusanai, terhiasi dan menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja na agung dan berkata :
“Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (Qs.12:54).
Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. Kemudian kau terbebaskan dari kebutuhan segala suatu. Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam, yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian kepingan-kepingan ini dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat peleburan logam, lalu kepingan-kepingan ini melelh dalam korabaran api, dikeluarkan darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diper-indah, dan kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasn sebuah jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian, kepinga-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan bergini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan berpsrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama dengan para Nabi, Shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah, dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih sayang-Nya. Maka dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yag demikian, maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.
RISALAH KEDUAPULUH SEMBILAN
Ia bertutur :
Nabi Suci saw. bersabda : Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran.”
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan berkeyakinan teguh bahwa apa pun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahwa :
“Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dari rizki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertaakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperlua)-nya.” (Qs. 65.2-3).
Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh kerendahdirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw. : “Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran.” Berlaku. Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungya, terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling sengsra, pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam ini.”
Kemiskinan yang diperbincangka ini ialah kemiskinan yang membaut manusia lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan menggantikan para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghlu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan – kepada orang ini, I anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri ataupun bersama, kadang tampak kadang tidak tampak, dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.
RISALAH KETIGAPULUH
Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata, apa yag mesti keulakukan, apa yang mesti ku gunakan (untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui batas mu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman :
“Wahai irang-irang yang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah.” (Qs.3:199).
Ia telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat dan untuk menjadikan hal ini sebagai kewajibanmu. Ia kemudian memperingatkanmu terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya : “Jagalah senantiasa kewajibanmu terhadap Allah.” Dan ini berkenaan dengan pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw, bersabda :
“Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh.”
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman :
“Sesungguhnya kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga.: (Qs.39:10).
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya.
“Barangsiapa menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat, dan memberinya rizki yang tak diduganya.” (Qs. 65:123).
Bersabarlah dengan mereka yang berriman kepada Allah, hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam firman-firman-Nya :
“Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya.” (Qs.65:3).
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya.”
“Demikianlah Kami balasi mereka yang berbuat kebajikan teerhadap yang lain.” (Qs.6:85).
“Allah akan mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain.” (Qs.3:133).
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselmatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka, jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.
RISALAH KETIGAPULUH SATU
Ia bertutur :
Jika kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah perilakunya dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu, berbuat aniaya terhadapnya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, menetang Nabi-Nya, dan menetang kedua pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah, bertobat dan mohonlah kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam mencintainya.
Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. Yaitu, menelaah perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman :
“Dan jangan ikuti hawa nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah.” (Qs.38:26).
RISALAH KETIGAPULUH DUA
Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata : “Siapa pun yang ku cintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketidakhadiran, kematian, permusuhan, kebinasaan, ataupun lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau tahu, wahai yang beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah menganugerahkan karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah menciptakanmu dami Diiri-Nya sendiri. Kenapa kau ingin menjadi milik selain-Nya. Belum kau dengar firman-Nya :
“Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya.” (Qs. 5:54).
“Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku.” (Qs. 51:56).
Atau, belum kau dengar sabda Nabi : “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.” Ia ditanya : “Ya Rasulullah (saw), bagaimana pemeliharaan-Nya?” Ia berkata : “Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak.”
Karena bila ia memiliki kekayan atau anak yang dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagi antara Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala sesuatu. Lalu ia dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya Sendiri. Maka kebenran firman Allah berikut akan terbukti : “Ia akan mencintai mereka, dan mereka akan mencintai-Nya.” (Qs.5:54).
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan berhala-berhala seperti isteri, anak, harta, kesenangan dan kerinduan akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani, taman-taman surga, maqam ruhani dan kedekatan dengan Allah – Tiada tujuan dan kehendak di hatinya, Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab ia, kini telh idremuk redamkan oleh tindakan Allah dan kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya.
Maka, tiada kehendak akan sesuatu maupun mendekati hatinya. Tidak harta, anak, isteri, sahabt, keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya, semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutann-Nya terhadapnya, rahnat dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada Allah. Dengan demikian, orang-orang ini termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari Allah ini, yang akn menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan ini dan di akhirat.
RISALAH KETIGAPULUH tiga
Ia bertutur :
Ada empat jenis manusia. Yang pertama, tak beribadah dan tak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tak pernah ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagaikan sekan tak berbobot. Jika Allah tak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah manusia-manusia sengssara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka. Hiasilah dirimu dengan ma’rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan mereka akan dosa terrhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi Suci saw. berkata kepada Ali, ra. :
“Jika Allah membimbing seseorang melalui pembimbinganmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari terbir.”
Yang kedua, berlidah tapi tak berhati, mereka berbicara bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian, mereka bagai serigala berbusaba. Inilah manusia yang tentangnya Nabi memperingatkan. Ia bersabda :
“Hal yang paling mesti datakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, yaitu orang berilmu yang jahat.”
Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh manisnya lidah-nya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan ruhani seerta hatinya akan membinasakanmu.
Yang ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah sudut, sebagaimana sabda Nabi saw. : Barangsiapa senantiasa diam, maka ia memperoleh keselamtan.” Sesungguhnya pengabdian kepada Allah terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an.” Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahassia-Nya, terlindungi, memiliki keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati, bahwa kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan memasukanmu ke dalam kelompok sahabat dan hamba saleh-Nya di sertai rahmat-Nya.
Yang keempat, ialah manusia yang diundang ke dunia gaib, yang dibusanai kemuliaan.
“Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia gaib dan menjadi mulia.
Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Ia menganugrahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja di jalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaranya diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil pra nabi dan utusan Allah, yang begi mereka limpahan rahmat Allah.
Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam para Nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati, agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya; kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah ku paparkan bagimmu bahwa manusia dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika kau punya jiwa yang terus mata. Selamtkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau ingin sekali menyelamatkannya dan mencitaninya. Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia ini dan di akhirat@!.
RISALAH KETIGAPULUH EMPAT
Ia bertutur :
Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggp-Nya, Yang Mahakuasa lagi Maagung, tak adil, menahan rizki, tak menjauhkan musibah. Tidakkah kau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan ataupun di tunda. Masa-masa musibah tak berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah, kepada Tuhanmu. Bertobatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antar hamba-Nya. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sepenuhnya esa, Ia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bijak dalam bertindak dan tiada keselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tak melakukan sesuatu pun tanpa makna. Ia tak menciptakan sesuatu pun tanpa arti dan main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.
Nah. Jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia. Tapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tk layak. Kau akan dibiarkan meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau peroleh. Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya. “Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu.” (Qs. 40:60). “Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya: (Qs.4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimua dan akhirat.
Jangan salahkan Ia bila Ia menagguhkan penerimaan doa,u. Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperoleh, kau juga tak rugi. Jika Ia tak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan bagi doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. Janagan katakan kebutuhanmu kepada selain-Nya. Maka, setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan :
1
Tak meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puji-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Mahagung, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi.” (Qs. 14.7).
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan darimu terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap kehendak dan jani-Nya, -- jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengeai rahmat dan kasih sayang Ia berfirman : “Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka yang bila ditimpa musibah, berkata : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan kasih sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran.” )Qs.2.156-157). Atau.
2
Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara kedua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memperhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih. Mahabesar Allah! Wahai yang tahu keadaanku! Kepada-Mu-lah aku beriman.
RISALAH KETIGAPULUH LIMA
Ia bertutur :
Berpantang dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah kerakusan. Umar ibn Khaththab as..pernah berkata :
“Kami biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram.”
Abubakar as, pernah berkata :
“Kami biasa menghindari tujupuluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa.”
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi, saw., :
“Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya.”
Maka, orang berada id sekitar padang itu, bisa memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai singgasana, adalah lebih baik ketimbang orang yang berada di depan pintu pertama. Maka, bla pitu ketiga dditutup baginya, hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tenntaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal bajiknya akan menjadi saksi baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tak menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu tercabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang dari jalan kebenaran, Maka, jika kematin merenggutnya, sedang ia belum bertobat, maka ia akan binasa, jika Allah tak mengasihinya. Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan kewajiban.
RISALAH KETIGAPULUH ENAM
Ia betutur :
Jadilakanlah kehdiupan setelha matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah . Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebgai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperoleh kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau memasuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tak memperoleh, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperoleh kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda :
“Sesungguhnya Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan akhirat tak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini.”
Nah. Begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau peroleh, yaitu surga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau peroleh, sebab segala sesuatu patuh pada penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehdipan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu, kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan petuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda :
“Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri, jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu.”
Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, berfirman :
“Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat.” (Qs.2:151)
Kesemuanya ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di surga dan satu kelompok di neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang , kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan, bebuahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits :
“Mereka akan melihat tempat mereka di surga, sampai Allah selesai meminta pertanggungjwaban manusia, dan mereka akan memasuki surga sebagaimana mereka memasuki rumah mereka di dunia ini.”
Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat. Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih sayang. Pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berrfirman :
“Segala yang dibawa oleh Nabi Kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah kepada Allah.” (Qs.48.7).
“Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyah (kepaderian) padahal Kami tak mewajibkan kepada mereka.” (Qs. 57:27).
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (Qs.53”3-4).
Maknanya : “Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah.”
“Jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu.” (Qs.3:30).
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya. Nabi Suci saw. bersabda : “Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku.”
Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Mahakuasa lagai Mahaagung berfirman :
“Dan kepada Allah-lah kau mesti berharap.”
“Barang siapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya.” (Qs.65.3).
“Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya.” (Qs.3:158).
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa berimman kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw, bersabda :
“Barangsiapa berbuat sesuatu yang tak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak.”
Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur’an-lah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tak menyesatkanmu.
“Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari jalan Allah.” (Qs.38:26).
Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
RISALAH KETIGAPULUH TUJUH
Ia bertutur :
Wahai orang-orang yang berriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh rahmat-rahmat radi Tuhannya? Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahwa Allah berfirman : “Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat kami?”
Belumlah kau dengar sabda Nabi : “Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar.”?
Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka berarti kau tak selaras dengan firman-Nya :
“Kami karuniakan di antara mereka rizki mereka di kehidupan duniawi ini.” (Qs. 43:32).
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia Tuhannya, yang khusus Diakaruniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya :
“Firman Kami takkan berubah, dan Kami tak menzalimi hamba-hamba kami.: (Qs.1:29).
Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimmu dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri terhadap bumi yag menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti ‘Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi --- daripada iri terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dn hidup dengannya : orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang msa, yang lebih bodoh daripada orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi olh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak memathui Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tak memanfaatkan karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumlah kau dengar keterangan ini :
“Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh merreka dengan gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan.”
Maka tetanggamu akan menginginkan, pada Hari Kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya. Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari makan, munim, bersenang-senang karena kesabaranmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang yang ssabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya, dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
RISALAH KETIGAPULUH DELAPAN
Ia bertutur :
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sunggih, berarti ia mencampakkan segala selain-Nya siangdan malam. Wahai manusia, jangan mengklaim segala yang tak kau miliki. Esakanlah Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu.
Dan siap pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya.
RISALAH KETIGAPULUH SEMBILAN
Ia bertutur :
Melakukan sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah Allah, berarti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan sesuatu, bukan karena nafsu, berarti selras dengan kebenaran, sedang mencampakkannya, berarti kemunafikan.
RISALAH KEEMPATPULUH
Ia bertutur :
Jangan berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan terlepas dari semua hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan kediamanmu, dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraanmu dan diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang berasal darimu, sebelum kemaujudan ruhanimu mewujud dalam dirimu. Dan semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan ruhani bersemayam di dalam dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan yang gaib dari segala yang gaib, maka kau benar-benar berbeda dengan segala yang rahasia, dan mengakui segala sesuatu sebagai musuh, penghalang dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as. Berkata :
“Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. 26”77).
Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai hikmah. Ma;rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman di surga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kusa Allah, kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya, berjalan melalui-Nya, megerti melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan demikian. Kau akan tuli terhadap segala sesuatu selain-Nya; sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
RISALAH KEEMPATPULUH satu
Ia bertutur :
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata : “Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan, bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman, mulai yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telh dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraanya, dn orang itu terus menderita, terhinakan dan sengsara, akibar ketakaburan dan kesia-siannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja dn diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia Cuma-Cuma. Kemudain ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya. Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih sayang, kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah melihat, yang telinga tek pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan hal-hal gaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, berupa makanan, minuman, busana, isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhatian terhadap hukum dan tindakan pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, meilikna, isteri, anak, dan mencbut darinya segala karunia, yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelumini, sehingga ia terkulai, hancur, dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang buruk baginya. Bia ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia bermimppi, ia tak bisa menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya.Bila ia bermaksud dkembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya. Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya, permohonanya itu pun tak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala sesuatu menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggalah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya :
“Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (Qs.38:42).
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudra kasih sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pinti-pintu nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat orang memberi dan memujinya, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melaui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan ruhaniah dengan kelembutan dan karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian ia memasukannya ke dalam yang mata tak mernah melihat, yang ditelinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firmannya :
“Tiada jiwa yang tahu yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakan mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat.” (Qs. 32:17).
RISALAH KEEMPATPULUH dua
Ia bertutur :
Keadaaan ruhani manusia itu; bahagia dan duka. Bila duka, maka timbul kecemasan, keluhan, ketaksenangan, pencomelan, penyalahan terhadap-Nya, dan ketaksabaran; pengabaian terhadap perilaku buruk, dosa karena menyekutukan sang Pencipta dengan makhluk dan sarana-sarana duniawi; dan akhirnya kekafiran. Bila bahagia, ia menjadi kurban kerakusan, kehinaan hawa nafsu. Bila nafsu diperturutkan, ia pun menginginkan yang lainnya dan meremehkan karunia yang dimilikinya; maka ia tak menghargai karunia-karunia ini dan memminta karunia yang lebih baik lagi, sehingga hal ini menempatkannya dalam rangkaian kesulitan yang tak berakhir di dunia ini atau di akhirat, sebagaimana dikatakan :
“Sesungguhnya siksaan paling pedih yaitu bagi pengupayaan yang bukan bagiannya.”
Mka, bila ia dirundung kesulitan, yang dikehendaki hanyalah sirnanya kesulitan itu. Ia menjadi lupa akan segala karunia, dan tidak menghendaki sesuatu pun dari hal ini. Bila ia dikaruniai kebahagiaan hidup, maka ia kembali menjadi sombong rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan tenggelam dalam dosa. Ia pun lupa akan kesengsaraanya ini dan bencana, yang dikurbannya adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk dari apda kala ia diharu-biru aneka musibah musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas dosa-dosanya, agar ia terjauhkan dari hal-ha ini dan menahannya dari perbuatan dosa di kemudian hari, setelah kemudahan dan kesenangan tak mengubahnya, tetapi keselamatannya terrletak dalam musibah dan kesulitan.
Ndai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu darinya, teguh dalam kepatuhan, bersyukur dan menerima nasibnya dengan senang hati, maka hal itu lebih baik baginya di dunia ini dan ddi akhirat. Maka hidupmu akan kian bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia ini dan di akhirat, maka ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghndar dari mengeluh kepada orang, dan memperoleh kebutuhannya dari Tuhannya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, dan membuatnya sebagai kewajiban untuk mematuhi-Nya, harus menantikan kemudahan dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Ia betapa pun, lebih baik ketimmbang seluruh makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi karunia, Penghukuman-Nya menjadi rahmat, musibah dari-Nya menjadi obat, janji-Nya terpenuhi. Kemruahan-Nya merupakan kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu Kebajikan. Tentu, firman-Nya, di kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan terhadapnya “Jadilah”, maka jadilah ia. Maka, seluruh tidakan-Nya baik, bijak dan tepat, kecuali bahwa Ia menyembunyikan pengetahuan tentang ketepatan-Nya dari hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri begini. Maka, lebih baik dan layak bagi para hamba untuk berpasrah dan mengabdi kepada-Nya, yaitu dengan menunaikan perintah-perintah-Nya, menghindari larangan-larangan-Nya, menerima ketentuan-Nya dan mencampakkan belaian makhluk – sebab hal ini merupakan sumber segala ketentuan, menguatnya mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab dan masa (kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya. Pernyataan ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, yang dikutip oleh Ata bin Abbas, Katanya :
“Ketika aku berada di belakang Rasululllah (saw), beliau berkata kepadaku, “Anakku, jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka kau akan mendapati-Nya di depanmu.”
Nah, jika kau membutuhkan pertolongan, mintalah kepada-Nya. Pena menjadi kering setelah menuliskan segala yang akan terjadi. Dan jika hamba-hamba Allah berupaya keras memberimu sesuatu yang tak Allah tentukan bagmu, maka mereka takkan mampu melakukannya. Jka hamba-hamba Allah berupaya keras merugikanmu, padahal Allah tak menghendakinya, maka mereka takkan berhasil. Nah, Jika kau bisa bertindak berdasarkan perintah-perintah Allah dengan sepenuh imman, lakukanlah. Tapi, jika kau tak mampu melakukan yang demikian, maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang tak kau sukai, semebari mengingat bahwa di dalamnya banyak kebaikan. Ketahuilah, bahwa pertolongan Allah datang melalui kesabaran dan keridhaan, dan demi kesulitan itu adan kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis ini sebagai cermin bagi hatinya, sebagai busana lahiriah dan ruhaniah, sebagai slogannya, dan hendaklah berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar selamat di dunia ini dan di akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaandarinya, dengan kasih sayang Allah, Yang Mahamulia.
RISALAH KEEMPATPULUH tiga
Ia bertutur :
Barangsiapa meminta sesuatu dari manusia, berarti ia tak tahu akan Allah, lemah iman, lemah pengetahuan tentang hakikat, dan tak sabar, sedang barangsiapa tak meminta, berarti ia amat tahu akan Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, kuat imannya, kian bertambah pengetahuannya tentang-Nya dan ketakwaan kepada-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
RISALAH KEEMPATPULUH EMPAT
Ia bertutur :
Sesungguhnya doa orang yang berpengetahuan ruhani kepada Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, tak dikabulkan, dan setiap janji yang dibuat kepadanya tak dipenuhi, agar ia tak hancur karena keterlalu-optimisan. Sebab setiap keadaan atau maqam ruhani mempunyai ketakutan dan harap. Dengan demikian, orang yang berpengetahuan ruhani mengalami kedekatan dengan-Nya, sehingga ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah. Maka permohonan (sang pengabdi) agar dianya diterima dan janji kepadanya dipenuhi, bertentangan dengan jalan dan keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tak diatasi oleh harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan kebaikannya dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal itu sama dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sebab tak satu pun di dunia ini yang sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi. Karena inilah, Ia tak selalu mengabulkan doanya dan tak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat kesyirikan. Tetapi bila ddoanya selaras dengan perintah, maka hal itu mendekatkan manusia kepada Allah, semisal shalat, puasa, kewajiban-kewajiban lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan kepada perintah.
RISALAH KEEMPATPULUH LIMA
Ia bertutur :
Ketahuilah bahwa ada dua macam manusia. Yang pertama ialah manusia yang dikaruniai kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah manuisa yang diuji dengan ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan duniawi, tak bebas dari noda dosa dan kegelapan dalam emnikmati yang mereka dapatkan itu. Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan karunia duniawi ini. Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara, dan tampak seolah-olah ia tak pernah menikmati sesuatu pun. Ua lupa akan kesenangan dan kelezatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia tak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap tuhannya.
Nah, jika ia telah tahu bahwa Tuhannya sepenuhnya bebas bertindak sekehandak-Nya, mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan, menghinakan, menghidupkan, mematikan, memajukan dan memundurkan – Jika ia telah tahu semua ini, maka ia ak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tak merasa bangga karenanya, juga tak berputus asa akan kebahagiaan di kala duka.
Perilaku salahnya ini disebabkan juga oleh ketaktahuannya akan dunia ini, yang sebenarnya tempat ujian, kepahitan, kejahilan, kepedihan dan kegelapan. Jadi kehidupan duniawi itu bak pohon gaharu, yang rasa pertamanya pahit, sedang rasa akhirnya manis seperti madu, dan tiada seorang pun dapat merasakan manisnya, sebelum ia merasakan pahitnya. Tak seorang pun dapat mengecap madunya, sebelum ia tabah atas kepahitannya. Maka, barang siapa tabah atas cobaan-cobaan duniawi, maka ia berhak mengecap rahmat-Nya.
Tentu seorang pekerja mesti diberi upah setelah keningnya berkeringat, tubuh dan jiwanya letih. Maka, bila orang telah mereguk semua kepahitan ini, maka datang kepadanya makanan dan minuman lezat, busana yang bagus dan kesenangan meski sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang bagian pertamanya ialah kepahitan, bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur dengan kepahitan, sehingga si pemakan tak mungkin mencapai dasar bejana, dan yang dimakannya hanyalah madu murninya sampai ia mengecap pucuknya.
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan perintah Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, menjauh dari larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah mereguk kepahitannya, menahan bebannya, berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud pribadinya, maka Allah mengaruniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik, kesenangan, kasih sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan menyuapinya persis seperti seorang bayi yang siuapi, yang tak berdaya, yang tak berupaya keras di sunia ini dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bagian bawah isi bejana.
Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikaruniai oleh Allah, untuk tak merasa aman dari cobaan-Nya, utnuk tak merasa yakin akan kekekalannya, agar tak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata :
“Kebahagiaan duniawi merupakan sesuatu yag ganas; maka jinakkanlah ia dengan kebersyukuran.”
Jadi, menyukuri rahmat berarti mengakui sang Pemberinya. Yang Mahapemurah, yaitu Allah, senantiasa mengingatnya, tak mengklaim atas-Nya, tak mengabaikan perintah-Nya, dan diiringi dengan penunaian kewajiban terhadap-Nya, yakni mengeluarkan zakat, membersihkan diri, bersedekah, berkorban sebagai nazar, meringankan beban penderitaan kaum lemah dan membantu mereka yang membutuhkan, yang mengalami kesulitan dan yang keadaannya berubah dari baik menjadi buruk, yaitu, masa-masa bahagia dan harapannya telah berubah menjadi kedukaan. Bersyukurnya anasir tubuh atas rahmat berupa digunakannya anasir tubuh itu untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan mencegah diri dari hal-hal yang haram, dari kekejian dan dosa.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tananamannya dan memacu tumbuhnya dedahanan dan dedaunannya, mempercantik buahnya, memaniskan rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakan pemetikannya dan membuat rahmatnya mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, dan mengaruniainya kehidupan abadi di taman-taman surga bersama dengan para Nabi Suci, Shiddiq, Syahid dan shalih – inilah suatu kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya fatamorgananya, yang kesemuanya bagai embusan sepoi angin dingin di pagi musim panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking, dan menjadi lupa akan bisa mautnya dan tupuannya – kesemuanya ini akan menghancurkannya – orang seperti itu mesti diberi kabar-kabar gembira tentang penolakan, kehancuran yang segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Obaan atas manusia – kadang berupa hukman atas pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatannya. Kadang berupa pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam ruhani manusia, yang baginya rahmat Tuhan semesat terkaruniakan sebelumnnya, yang melakukannya dari bencana dengan kelembutan, sebab cobaan semacam itu tak dimaksudkan untu menghacurkan dan mencamapakkan ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari kesyirikan, kebanggaan diri, kemunaffikan, dan membuat karunia Cuma-Cuma sebagai pahala baginya, dari berbagai pengetahuan, rahasia dan nur.
Nah. Bila orang ini menjadi bersih ruhani dan jasmani, dan hatinya menjadi tersucikan, berarti Ia telah memilihnya di dunia ini dan diakhirat – di dnia ini yakni melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui jasmaninya. Maka segala bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus hubungan dengan manusia, sarana duniawi dan dambaan-dambaan dan menjadi pelebur kesombongan, ketamakan dan harapan akan imbalan surga atas penunaian perintah-perintah.
Cobaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya kekurangsabaran atas cobaan-cobaan ini, dengan mangaduh dan mengeluh kadpa orang. Cobaan yang berupa pencucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran, ketakmengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah, ketakengganan dan kepatuhan. Cobaan yang berrupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya keridhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi da lelangit, dan penafian diri sepenuhnya dalam cobaan ini, hingga saat berlalunya.
RISALAH KEEMPATPULUH enam
Ia bertutur :
Nabi Suci saw. bersabda dari Rabnya :
“Barangsiapa senantiasa mengingat-Ku dan tak sempat minta sesuatu pun dari-Ku, maka akan Kuberikan kepadanya yang lebih baik daripada yang Kunerikan kepada mereka yang meminta.”
Hal ini dikarenakan bila Allah menghendaki seorang mukmin bagi maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melakukannya melalui aneka keadaan ruhani, dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia membuatnya sedih setelah senang, dan membuatnya hampir meminta kepada orang, sedang tiada jalan terbuka baginya : Lalu menyelamatkannya dari meminjam, dan membuatnya bekerja mencari nafkah dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia dengan perolehannya, dan hal ini selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit mendapatkan rizki dan memerintahkannya, lewat ilham, untuk meminta kepada manusia. Inilah sebuah perintah tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Dan Ia membuat permintaan inisebagai pengabdiannya dn berdoa melecehkanna, sehingga keangkuhannya pupus, kediriannya hancur, dan inilah pembinaan ruhani. Permintaannya karena dipaksa oleh Allah, bukan karena kesyirikan. Lalu Ia menyelamatkannya dari keadaan begini, dan memerintahkannya untuk meminjam kepada orang, dengan perintah yang kuat yang tak mungkin lagi dielakkan, sebagaimana halnya denga keadaan meminta.
Lalu ia mengubahnya dari keadaan ini, menjauhkannya dair orang dan hanya bertumpu pada permintaanya kepada-Nya. Maka ia meminta kepada Allah segala yang dibutuhkannya. Ia memberinya, dan tak memberinya jika ia tak memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah menjadi meminta lewat hati. Maka ia meminta kepadanya segala yang dibtuhkannya. Sehingga bila ia memintanya dengan lidah, Ia tak memberinya, atau bila ia meminta kepada orang, meraka juga tak memberinya.
Lalu Ia menaikannya dari ddirinya dan dari meminta baik secra terbuka maupun terssembunyi. Maka Ia mengaruniainya segala yang membuat orang menjadi baik – segala yang dimakan, diminum, dipakai dan keperluan hidup tanpa upayanya atau tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya, dan ini sesuai dengan ayat :
“Sesungguhnya waliku adalah Allah yang telah menurunkan AL-Kitab dan Ia adalah wali para saleh.” (Qs. 7:196).
Maka Firman Allah yang diterima oleh Nabi saw. menjadi kenyataan, yakni : “Barangsiapa tak sempat meminta sesuatu dari-Ku, maka Aku akan memberinya lebih dari yang Ku berikan kepada mereka yang meminta.” Dan inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan yang dimiliki oleh para wali dan badal. Pada peringkat ini, ia dikaruniai daya cipta, dan segala yang dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana firman-Nya di dalam Kitan-Nya.
“Wahai anak Adam! Aku adalah Tuhan, tiada Tuhan selain-Ku, bila Kukatakan kepada sesuatu “Jadilah”, maka jadilah ia, Patuhilah Aku, sehingga bila kau berkata kepada sesuatu “Jadilah”, maka juga, jadilah sesuatu itu.”
RISALAH KEEMPATPULUH TUJUH
Ia bertutur :
Seorang tua bertanya kepadaku dalam mimpiku : “Apakah yang membuat seorang hamba Allah dekat kepada Allah?” Aku berkata : “Proses ini berawal dan berakhir, awalnya yaitu kesalehan dan akhirnya yaitu keridhaan kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya kepada-Nya.”
RISALAH KEEMPATPULUH DELAPAN
Ia bertutur :
Seorang mukmin, pertama-tama, emnunaikan yang wajib. Bila ia telah menunaikan yan wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bla ia telah menuniakan keduanya, maka ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila seseorang belum melaksanakan yang wajib, sedang ia melaksanakan yang sunnah, maka hal itu merupakan kebodohan, takkan diterima dan ia akan hina. Ia seperti orang yang diminta untuk mengabdi kepada raja, namun ia tak mengabdi kepadanya, tapi ia mengabdi kepda hamba sang raja yang berada di bawah kekuasaannya. Diriwayatkan oleh Ali, putra Abu Thalib (as), bahwa Nbi Suci saw. lberkata :
“Ibarat orang yang menunaikan yang sunnah padahal ia belum menunaikan yang wajib, ialah seperti wnita hamil yang keguguran di kala akan melahirkan. Dengan demikian, ia tak hamil lagi dan tak jadi menjadi Ibu.”
Begitu pula dengan orang yang beribadah, yang Allah tak menerima penunaiannya akan yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib. Hal ini juga seperti usahawan yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun sebelum ia mengelola modalnya. Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang sunnah, yang takkan diterima jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang wajib, Begitu pula dengan orang yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan hal-hal yang tak ditentukan oleh aturan apa pun. Nah, di antara kewajiban-kewajiban itu ialah penjauhan dari yang haram, dan menyekutukan Alalh dengan sesuatu, dari mengabaikan ketentuan-Nya, dari menimpali suara manusia, dari mengikuti kehendak mereka, dari berpaling dari perintah Allah, dan dari ketakpatuhan kepda-Nya. Nabi saw. bersabda : Tiada kepatuhan, selagi masih berbuat dosa terhadap Allah.”
RISALAH KEEMPATPULUH sembilan
Ia bertutur :
Barangsiapa lebih menyukai tidur daripada shalat malam, yang membawa ke arah ketakwaan, berarti ia memilih sesuatu yang buruk,sesuatu yang mematikannya dan membuatnya acuh tak acuh terhadap segala keadaan. Sebab, tidur adalah saudara kematian. Karenanya, Allah tak tidur, sebab IA bersih dari segala kecacatan. Begitu pula dengan para malaikat, sebab mereka senantiasa amat dekat dengan Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Begitu pula dengan penghuni langit, sebab mereka sangat mulia dan suci, sebab tidur akan menghancurkan keadaan hidup mereka. Jadi, kebaikan terletak pada keberjagaan, sedang keburukan terletak pada ke-tidur-an dan ketakacuhan terhadap upaya.
Nah, barang siapa makan, minum dan tidur berlebihan, maka lenyaplah kebaikan dari dirinya. Barangsiapa makan sedikit dari yang haram, maka ia serupa dengan orang yang makan banyak dari yang halal. Sebab sesuatu yang haram menggelapi iman. Bila iman tergelapi, maka doa, ibadah dan jihad tak maujud. Barangsiapa makan banyak dari yang halal berdasarkan perintah Allah maka ia menjadi seperti orang yang makan sedikit dengan penuh pengabdian. Jadi, sesuatu yang halal ialah cahaya yang ditambahkan pada cahaya, sedang sesuatu yang haram ialah kegelapan yang ditambahkan pada kegelapan, yang di dalamnya tiada kebaikan; maka makan sesuatu yang halal dengan berlebihan, tak meurujuk kepada perintah, adalah seperti makan sesuatu yang haram, dan hal itu menyebabkan tidur, yang di dalamnya tiada kebaikan.
RISALAH KELIMAPULUH
Ia bertutur :
Kau mungkin dekat kepada Allah atau jauh dari-Nya.
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah diri, tak berupaya mendapatkan rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan diri di dunia ini dan di akhirat. Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap. Sayap pertama berupa penlakan akan kesenangan, keinginan-keinginan tak halal, sayap kedua berupa penanggungan kepedihan, hal-hal tak menyenangkan dan menjauh dari keinginan duniawi dan ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat kepada-Nya. Maka kau peroleh segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau menjadi demikian terhormat dan mulia. Jika kau termuliakan dengan kelembutan-Nya, menerima cinta-Nya, dan menerima kasihsayang-Nya, maka tunjukkanlah perilaku terbaik dan jangan berbangga diri dengan semua itu, agar kau tak lalai mengabdi, tak angkuh, tak zalim dan tak tergesa-gesa. Allh berfirman :
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.” (Qs.33:72).
“Dan manusia bersifat tergesa-gesa.” (Qs. 17:11).
Lindungilah hatimu dari kecondongan kepada orang dan keinginan-keinginan yang telah kau campakkan, dari ketaksabaran, dari ketak-selarasan dan dari ketak-ridhaan kepada Allah di kala ditimpa musibah. Campakanlah dirimu ke hadapann-Nya dengan sikap seperti bola di kaki pemain polo yang menggulirkannya dengan stiknya. Bagai jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, dan bagai bayi di pangkuan ibu. Butalah terhadap segala selain-Nya agar tak kau lihat sesuatupun selian-Nya – tiada kemaujudan, kemudharatan, manfaat, karunia dan penahanan karunia. Anggaplah orang dan sarana duniawi di kala menderita dan ditimpa musibah sebagai cambuk-cambuk-Nya yang dengan keduanya Ia mencambukmu. Dan anggaplah keduanya di kala suka sebagai tangan-Nya yang menyuapimu.
RISALAH KELIMAPULUH satu
Ia bertutur :
Orang saleh menerima pahala dua kali lipat, Pertama, karena penolakannya akan dunia, sehingga ia tak terpesona olehnya, bertentangan dengan kedirian, dan memenuhi perintah Allah, sehingga ia terpilahkan darinya. Bila ia menjadi musuh diri, maka ia menjadi pentahkik kebenaran., pilihan Allah, badal dan arif (yang tahu kebenaran). Maka ia diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab kini dalam dirinya maujud sesuatu yang tak dapat dibuang dan tak tercipta dalam orang lain. Setelah hal itu tertulis, pena takdir menjadi kering, dan tentangnya Allah telah tahu sebelumnya. Bila perintah telah ditulis, maka ia mengambil bagian duniawinya atau, dengan menerima ma’rifat, ia berhubungan dengan dunia dengan berlaku sebagai wahana takdir dan tindakan-Nya, tanpa keterlibatannya, tanpa keinginanannya dan tanpa upayanya – ia dipahali karena hal ini untuk kedua kalinya, karena ia melakukan semua ini demi mematuhi perintah Allah.
Bila dikatakan – bagaimana mungkin kau menyatakan tentang pahala orang yang telah berada pada maqam ruhani yang sangat tinggi dan yang, menurutmu, telah menjadi badal dan arif, telah diterima oleh Allah, dan telah lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya, pemudahan=Nya dan pertolonga-Nya, dan orang yang percacya bahwa ia hanyalah hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahwa dirinya, gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah dikatakan, tentang orang semacam itu bahwa ia dipahalai, mengingat ia teka meminta upah atau sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak melihat sesuatu tindakan sebagai berasal darinya, tapii memandang dirinya sebagai orang yang hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian, maka jawwabnya adalah : “Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan rahmat-Nya baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan kasih, kelembutan dan karunia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari hal-hal, dari dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi kehidupan dan dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi seperti bayi yang tak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan kelembutan rahmat-Nya dan rizki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang menjadi pembimbing dan penjaminnya.”
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam hal-halnya, maka Ia membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih dan sayang-Nya di hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong kepdanya dan memperlakukannya dengan baik. Dengan bgini segala selain Allah menjadi tak berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya, menghamba kepada-Nya di dunia ini dan akhirat untuk menjaganya dari segala musibah. Nabi saw. bersabda :
“Sesungguhnya perlindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang saleh.” (Qs.7:196).
RISALAH KELIMAPULUH dua
Ia bertutur :
Allah menguji sekelompok mukmin yang menjadi khalifah-khalifah-Nya dan yang memiliki ilmu ruhani, agar mereka berdoa kepda-Nya, dan Dia senang menerima doa-doa mereka. Bila mereka berdoa, Ia senang menerima doa mereka, agar bisa Ia anugerahi kemurahan haknya, sebab ia memohon kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung di kala mereka berdoa untuk menerima doa mereka, dan kadang-kadang tidak segera diterima, bukan karena ditolak. Maka sang hamba Allah mesti menunjukkan sikap baik di kala ditimpa musibah, dan menelaah apakah ia telah mengabaiakan perintah atau melanggar ha-hal terlarang, secara nyata atau tersembunyi, atau menyalahkan ketentuan-Nya, karena lebih sering ia diuji sebagai hukuman atas dosa-dosa semacam itu. Bila musibah berlalu, dia mesti selalu berdoa, berendah diri, meminta maaf dan memohon kepada Allah, karena mungkin ujian itu dimaksudkan untuk membuatnya terus berdoa dan memohon; dan ia tak boleh menyalahkan Allah karena penundaan pengabulan doa-nya sebagaimana telah kami bicarakan.
RISALAH KELIMAPULUH tiga
Ia bertutur :
Mintalah kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan ssarana untuk dicintai-Nya. Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu tak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan :
“Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih yang tak ditentukan oleh-Nya.”
Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya keras meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniwi, tak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya dan patutu diabdi. Dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya, mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya. Hamba dan segala miliknya milik Tuhannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian meruakan rahmat Allah dan karunia-Nya atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lehat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi belimpah tak berkeputusan, mereka kian keji dan tan bersyukur kepadsa Tuhan; mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bagian duniawi mereka tampak timpang, kecil dan menjijikan, dan bagian duniawi yang lain tampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraih meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, karena itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya memubazirkan kehidupan duniawi dan akhirat merreka; mereka seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam nalar dan batin.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, pus dengan karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dena Allah yang Mahamulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan ruhnai untuk melakukan yang dikehendaki-Nya.
RISALAH KELIMAPULUH empat
Ia bertutur :
Barangsiapa dmenghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya mengabaikan dunia. Barangsiapa menghendaki Allah, maka wajib baginya mengabaikan kehidupan akhirat. Ia harus mencampakkan kehidupan duniawinya demi Tuhannya. Selama keinginan, keseenangan dan upaya duniawi dan di dalam hatinya seperti makan, minum, berbusana, menikah, tempat tingggal, kendaraan, jabatan, ketinggian dalam pengetahuan tentang lima pilar idabah dan hadits dan penghafalan Al-Qur’an dengan segala bacaan, bahasa dan retorikanya, begitu pula keinginan akan lenyapnya kemiskinan, maujudnya kekayaan, berlalunya musibah, datangnya kesenangan, hilangnya kesulitan dan datangnya kemudahan – jika keinginan semacam itu masih bersemayam di dalam benak orang, maka ia tentu bukan seorang saleh. Karena dalam segala hal ini ada kenikatan bagi diri manusia dan keselarasan dengan kehendak jasmani, kesenangan jiwa dan kecintaannya. Hal-hal ini merupakan kehidupan duniawi, yang di dalamnya orang senang kebaikan, dan dengannya orang mencoba mendapatkan kepuasan dan ketenteraman jiwa.
Orang harus berupaya menidakan hal-hal ini dari hatinya, dan mempersiapkan diri untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa, dan berupaya bersenang dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di dalam hatinya kesenangan mengisap biji korma, sehingga pemantangannya dari kehidupan duniawi menjadi suci.
Bila ia telah menyempurnakannya, segala duka cita hatiya dan kecemasan benaknya akan sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan, kehidpan yang baik dan keintiman dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.
“Mengabaikan dunia menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani.”
Tetapi selama masih ada di dalam hatinya kesenangan kepada dunia ini, maka dukacita dan ketakutan tetap bersemayam di dlam hatinya, dan kehinaan mengiringinya, begitu pula keterhijaban dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, oleh tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini tak beranjak, kecuali melalui sirnanya kecintaan akan dunia ini dan pemutusan darinya.
Ia harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tak menghendaki kedudukan dan derajat tinggi, pembantu-pembantu cantik, rumah-rumah, kendaraan, busana, hiasan, makanan, minuman, an hal-hal lain sejenisnya, yang disediakan oleh Allah Yang Mahabesar bagi hamba-hamba beriman-Nya.
Maka janganlah mencoba mendapatkan balsan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaaagung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia akan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia mempekenalkan diri-Nya dengan berbagai karunia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan dibawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tak terlihat oleh mata, yang tak terdengar oleh telinga, dan yang tak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tak dapat dipahami dan tak dapat dijelaskan.
RISALAH KELIMAPULUH LIMA
Ia bertutur :
Keseenangan hidup dicampakkan tiga kali. Pada awalnya sang hamba Allah berada dalam kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak berdasarkan dorongan-dorongan alaminya, dalam segala keadaan, tanpa sikap pengabdian terhadap Tuhannya dan tanpa memperhatikan hukum agama. Dalam keadaan begini, Allah memandangnya penuh kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya pengingat dari sesamanya, seorang hamba saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga terdapat dalam dirinya sendiri. Kedua pengingat ini jaya atas dirinya, dan peringatan menimbulkan pengaruh pada jiwanya. Maka noda yang ada padanya, seperti memperturutkan kehendak dirinya dan penentangannya terhadap kebenaran, sirna. Maka condonglah ia kepada hukum Allah dalam segala gerak-geriknya.
Menjadilah sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan huum-Nya, lepas dari alaminya, membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula hal-hal yang meragukan dan pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang halal dalam makan, minum, berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain; dan semua ini sangat muhim bagi kesehatan jasmani dan bagi mendapatkan kekuatan untuk mengabdi kepada-Nya, agar ia bisa memperoleh bagian dan orang tak bisa melampauinya – takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih dan menyempurnakannya.
Maka ia berjalan di atass jalur kebenaran dalam segala keadaan hidupnya, sehingga hal ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan menjadikannya pembuktian kebenran dan orang pilihan, yang memmiliki penytaan yang kukuh, yang haus akan hakikat, yaitu Allah. Maka ia makan dengan erintah-Nya, dan (sang salik) mendengar suara Allah di dalam dirinya berkata : “Campakkanlah dirimu dan campakakkanlah kesenangan dan ciptaan, jika kau mengehndaki sang Pencipta. Lepaskanlah sepatu dunia dan akhiratmu. Nafilah dari segala kemaujudan, hal-hal yang akan meujud dan segala dambaan. Lepaskanlah dari segala sesuatu. Berbahagaialah dengan Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlaslah dalam kehendak. Mendekatlah kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan duniawi, orang-orang dan kesenangan.”
Bila ia meraih maqam ini, maka ia menerima busana kemuliaan dari Allah, tersinari kemuliaan dan aneka karunia. Dikatakan kepadanya, busanailah dirimu dengan rahmat dan karunia, jangan berburuk laku menolak dan menampik keinginan-keinginan, karena penolakan terhadap karunia raja sama dengan menekannya dan meremehkan kekuasaannya, Maka ia terselimuti karunia dan anugerah-Nya tanpa berupaya. Sebelumnya ia terkuasai oleh keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan dirinya. Maka dikatakn kepadanya : “Selimutilah dirimu dengan rahmat dan karunia Allah.”
Maka baginya empat keadaan, dalam meraih kenikmatan dan karunia. Yang pertama ialah dorongan alami, ini tak halal. Yang kedua ialah hukum, ini diperbolehkan dan absah. Yang ketiga adalah perintah batin, ini adalah keadaan para Wali dan pencampakka keinginan. Yang keempat ialah karunia Allah, ini adalah keadaan lenyapnya tujuan dan tercapianya badalliya dan keadaan menjadi obyek-Nya, yang berdiri di atas ketentuan-Nya, ini adalah keadaan tahu dan keadaan memiliki kesalehan, dan tak seorang pun bisa disebut saleh, jika ia belum meraih maqam ini.
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Sesungghuhnya Waliku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang salhe (bijak).” (Qs.12:196).
Menjadilah ia seorang hamba yang tertahan dari menggunakan sesuatu, menafaatkan diri dan dari menolak sesuatu yang mudharat baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan perawat dan seperti jasad mati yang sedang dimandikan orang. Maka Allah membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa upayanya, ia lepas dari segala hal ini, tak berkeadaan atau bermaqam, tak berkehendak melainkan berada di atas ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang memudahkannya, kdang membuatnya kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tak punya pilihan, dan tak menghendaki berlalunya keadaan dan perubahannya. Sebaliknya, ia menunjukkan keridhaan abadi. Inilah keadaan ruhani terakhir ydicapai oleh para badal dan wali.
RISALAH KELIMAPULUH enam
Ia bertutur :
Nila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, dan segala sesuatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima karunia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilik Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, berkehendak melalui kehendak-Nya, ridha dengan keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan tak melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sang hamba dalam hal ini tak datang kepadanya, karena keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Maka tiada janji ataupun pengingkaran janji dalam hal ini, karena hal ini ada pada orang yang berkinginan. Pada maqam ini, Janji Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung terhadap orang semacam itu, dpat digambarkan dengan contoh seorang yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw. wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya :
“Wahyu yang Kami hapuskan atau jadikan terlupakan. Kami gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahwa Allah kuasa atas segalanya?” (Qs.2:106).
Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehedak, kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut : “Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Mahakuasa lagi Mahabijaksana. Andaikan bukan karena hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau lakukan.” (Qs.8 : 67-68)
Nabi saw. adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya, maka Ia menggerakannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firmannya :
“Tidaklah kau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segalanya?” (Qs. 2:106).
Dengan kata lain, kamu berada di samudra ketentuan-Nya, yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang kesini, kadang ke sana. Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.
RISALAH KELIMAPULUH tujuh
Ia bertutu :
Segala pengalaman spiritual merupakan pengekangan, sebab sang wali diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu. Segala yang diperintahkan untuk dijaga menimbulkan pengekangan. Berada dalam ketentuan Allah merupakan kemudahan, sebab yang diperintahkan hanyalah memaujudkan diri dalam ketentuan-Nya. Sang Wali tak boleh bersitegang dalam masalah ketentuan-Nya. Ia harus selaras dan tak boleh bertentangan dengan segala yang terjadi pada dirinya, entah manis atau pahit. Pengalaman itu terbatas, maka dari itu diperintahkan untuk menjaga pengalaman itu. Di lain pihak, kehendak Allah, yang merupakan ketentuan, tak terbatas.
Isyarat bahwa hamba Allah telah mencapai kehendak-Nya dan kemudahan ialah diperintahkan-Nya ia untuk meminta kenikmatan-kenikmatan setelah diperintahkan untuk mencampakkannya dan menjauh darinya, sebab bila ruhaninya hampa akan kenikmatan, dan yang tinggal dalam dirinya hanyalah Tuhan, maka ia dimudahkan dan diperintahkan untuk meminta, mendambakan dan menginginkan hal-hal yang menjadi haknya dan yang bisa ia peroleh melalui permintannya akan hal-hal itu, sehingga harga dirinya di mata Allah, kedudukannya dan karunia Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, dengan diterimanya doanya, menjadi kenyataan. Menggunakan lidah untuk meminta kenikmatan sangat menunjukkan hal setelah pengekangan dan keluar dari segala pengalaman, kedudukan dan dari upaya keras menjaga batas.
Bila ditolak bahwa lenyapnya kesulitan dalam menjaga hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya :
“Abdilah Tuhanmu sampai kematian datang kepadamu.” (Qs.15:99).
Jawabku ialah bahwa hal ini tak berarti begitu dan takkan begitu, tetapi bahwa Allah amat pemurah dan Wali-Nya amat dicintai-Nya, sehingga Dia tak dapat mengizinkan untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu, menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas hukum. Maka ia terlindungi dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tak sadar akan keadaan ini dikarenakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman :
“Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekjian, sesungguhnya ia adalah salah satu dari hamba-hamba terpilih kami.” (Qs. 12:24).
“Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku kau tak berkuasa.” (Qs.15:42).
“Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan.” (Qs.37:40).
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan kasih sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian medekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya! Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan kasih sayang sempurna sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan karunia-karunia sempurna-Nya melalui tindak kasih sayang-Nya!.
RISALAH KELIMAPULUH delapan
Ia bertutur :
Butalah terhadap segala hal. Tutplah matamu terhadap sesuatu pun dari hal-hal itu. Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal itu, maka karunia dan kedekatan Allah SWT akan tertutup bagimu. Oleh karena itu, tutuplah segala hal dengan kesadaranmu akan keesaan Allah dan dengan penidaan diri. Maka akan tampak oleh mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan kedua mata hatimu ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur keyakinan teguhmu. Pada saat itu cahaya ruhanimu akan mewujud pada lahiriahmu bak cahay sebuah lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya sehinga sisi luar rumah menjadi tercerahkan oleh cahaya dari dalam. Maka diri dan anasir tubuh akan merasa ridha dengan janji Allah dan karunia-Nya.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketakacuhan dan kebodohanmu, agar ia tak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tak bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan tertutup bagimu dan karunia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran kesyirikanmu. Nah, bila telah kau sadari keesaan-Nya, telah kau lihat karunia-Nya, kau hanya berharap kepda-Nya dan telah kau butakan dirimu terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan mengaisihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan, akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu karunia-karunia, akan menolongmu, akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaaan serta dari dirimu sendiri, dan akan membuatmu tiada , sehingga kau takkan melihat baik kemiskinanmu maupun kekayaanmu.
RISALAH KELIMAPULUH sembilan
Ia bertutur :
Jika kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar – ini merupakan hal yang rendah – dan bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar kau bisa ridha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendakn-Nya, dan akhirnya luruhkan di dalam kehendak-Nya; Inilah keadaan para badal dan ruhaniawan, orang yang tahu perihal Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Bilakau terahmati, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati maupun anasir tubuh.
Bersyukurnya lidah berupa pengakuan bahwa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari menisbahkannya kepada orang, kepada diri sendiri, kepada upaya sendiri, kepada sesuatu atau orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana ssampainya rahmat. Pemberi dan pencipta seejati rahmat yaitu Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang tak bersikap selayaknya :
“Mereka mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenal akhirat, mereka sungguh lalai.” (Qs.30:7).
Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tak melibihi ini, adalah jahil dan rusak pikiran. Istilah pikiran digunakan untuk orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahwa segala rahmat, kesenangan dan milikan yang kau punyai, berasal dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa syukurmu melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya :
“Dan apapun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah.” (Qs.16:53).
“Dan (Ia) telah menyempurakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin.” (Qs.31:20).
“Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu menghinggakannya.” (Qs.14:34).
Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi karunia selain Allah. Dan bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penguunaan anasir tubuh untuk mematuhi perintah-perintah-Nya, guna menjauh dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah, ciptaan termasuk ddirimu sendiri, ke inginanmu, maksudmu, kehendakmu, dan segalanya. Patuhlah kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, berarti kau menyimpang dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jaan para saleh. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman :
“Barangsiapa tak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (Qs.5:45).
“Mereka adalah orang-orang yagn fasik.” (Qs.5.47).
Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tak tahan demam,untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Manjauhlah, menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah, berlindunglah kepda Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat – Baik keadaan ditimpa musibah maupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepda siapapun, jangan salahkan Tuhannmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan janganlari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau berarti menyekutukan-Nya.
Tak satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu memberikan mudharat, mafaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyebuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan terjerat oleh ciptaan, baik secara lahiriah maupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar dan ridhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.
Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan kerendahdirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan dirimu dan akan menjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musaibah dan berganti dengan karunia-Nya, Kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu terjadi pada diri Nabi Ayub; baik berlalunya gelapnya malam dan datangnya cerahnya siang, dan berlalunya dinginnya musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka, kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalan Sunnah Nabi saw. “Kesabaran adalah keseluruhan Iman.”
Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Mahamulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.
RISALAH KEENAMPULUH
Ia bertutur :
Awal kehidupan ruhani berupa keterlepasan dari kedirian, keberadaan dalam arena hukum, dan kembali kepada kedirian setelah mampu menjaga hukum. Lepaslah dari kedirian, semisal makan, minum, berbusana, menikah, tempat tinggal, dan kecenderungan-kecenderungan dan masuklah ke dalam hukum. Ikutilah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman :
“Ambillah yang dibawa Nabi kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya.”
“Katakanlah jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu.” (Qs. 3:31).
Bila telah terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik lahiriah maupun batiniah, maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada lahiriahmu hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini kemudian menjadi sikap, busana, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam perjalanan, di rumah, dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala keadaan.
Maka dibawalah kau ke lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.
Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindungi dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah berfirman :
“Sesungguhnya, telah Kami turunkan pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaganya.” (Qs.15:90).
“Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan kami.” (Qs.12:24).
Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan kasih-Nya.
RISALAH KEENAMPULUH satu
Ia bertutur :
Setiap mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya, sebagaimana Nabi Suci besabda :
“Sesungguhnya, si Mukmin itu waspada, sedang si Munafik menyambar (segala yang datang kepadanya).”
“Sesungguhnya Mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah segala yang tak menimbulkan keragu-raguan.”
Seorang Mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, busana, perkawinan dan segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma’rifat, bila ia seorang badal dan ghauts, dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.
Lalu datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang , perintah batin atau ma’rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan, maka campakkanlah. Hal ini bertentangan dengan keadaan sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan, dan pemudahan, sedang pada keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah keadaan ketiga, yang didalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan menjadi rahmat. Inilah hakikat ke-fana-an. Pada keadaan ini, sang mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah Yang Mahamulia berfirman :
“Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami.” (Qs.12:24).
Maka sang hamba menjadi terlindungi dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan ridha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah – orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
RISALAH KEENAMPULUH dua
Ia bertutur :
Sungguh aneh, kenapa sering berkata si Fulan dekat kepada Allah, si fulan teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin, si fulan senantiasa sehat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si fulan terpuji, si fulan terrcela, si fulan terpercaya, dan si fulan tidak bisa dipercaya! Tidakkah kau tahu, bahwa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepda-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan orang lain dari membantumu, dan lidah mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari mengunjungimu, agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu sabda Nabi Suci saw.?
Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sadari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.
Melimpahkan karunia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di akhirat.
Jangan berburuk-lau : Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang memperhatikanmu, cintailah yang mencintaimu, ulurkan tanganmu kepada yang menjagamu dari kejatuhan, yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang menyelamatkanmu dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang akan melepaskanmu dari kebusukan diri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu, dari pengalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.
Berapa lama kau ‘kan jijik dengan hewanimu, ciptaan, ketidakpatuhan, dunia, kehidupan setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir, tempat, kembali, yang milik-Nya-lah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi karunia?
RISALAH KEENAMPULUH tiga
Ia bertutur :
Kuberkata dalam mimpi : “Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan kedirian!” Bertanyalah seorang di sampingku : “Pernyataan apakah ini?” Itulah suatu pengetahuan Ruhani.” Jwabku.
RISALAH KEENAMPULUH empat
Ia bertutur :
Suatu hari, suatu amsalah mengusik benakku. Jiwaku tertekan. Kuberkata : “Aku menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan yang di dalamnya tiada kematian.”
Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tidak ada kehidupan, dan kehidupan apakah yang di dalamnya tiada kematian? “Kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku dari sessamaku, sehingga aku tak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingg aku tak berada di dalam ini semua. Kehidupan yang tak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku tak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku dengan-Nya.
Karena aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.
RISALAH KEENAMPULUH lima
Ia bertutur :
Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau bilang bahwa tak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi permohonanmu kepada-Nya tak dikabulkan-Nya. Jawabku : Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tak beriman. Jika kau bilang bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkan Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukan kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkanlah Dia? Jika kau tak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbik bagimu. Jika kau salahkan Dia, berarti kau tak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketak-adilan, dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia adalah pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka ‘ketak-adilan’ tak layak bagi-Nya. Sebab ketak-adilan ialah keikut-campuran dalam milikan orang lain,, tanpa seizin pemiliknya.
Nah. Jangan kesal terhadap-Nya karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tak kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketak-patuhan benak dan kedirianmu – hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang baik, yakni akan janji-Nya, menunujukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Dan, salahkanlah dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketak-patuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan musuhmu, kawan musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si iblis nan terlaksanat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketidak adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah :
“Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?” (Qs. 4:147).
“Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya.” (Qs.3:181).
“Sesungguhnya Allah tak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (Qs.10:44).
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Qur’an dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh tebesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
RISALAH KEENAMPULUH enam
Ia bertutur :
Jangan berkata : “Aku tak mau memohon sesuatu kepada Allah, sebab bila yang ku mohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang kepadaku, entah diminta atau tidak. Bila hal itu bukan bagianku, Dia takkan memberikannya kepadaku, walau kuminta.” Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang kau inginkan, asalkan yang kau minta itu tak terlarang dan tak merusak, sebab Allah telah memerintahkan kita untuk memohon kepda-Nya. Dia berfirman :
“Mintaah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan permintaanmu.” (Qs.40:60).
“Mintalah kepada-Nya karunia-Nya.” (Qs.4:32).
Nabi bersabda :
“Mintalah kepda Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu diterima.”
“Berdoalah kepada Allah dengan kedua tapak tanganmu.”
Masih banyak sabda Nabi seperti ini. Jangan berkata : “Sesungguhnya aku telah memohon kepada-Nya, tapi Ia tak mengabulkannya, maka kutakkan lagi memohon sesuatu pun kepada-Nya.” Berdoalah selalu kepada-Nya. Jika sesuatu telah ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu, setelah kau minta. Maka hal ini akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan menolongmu memnjauh dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari berpaling kepada-Nya dalam segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahwa segala kebutuhanmu terpenuhi oleh-Nya.
Jika sesuatu tak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan membuatmu ridha kepada-Nya, meski kau miskin. Bila kau miskin dan sakit, Dia membuatmu senang dengan kesulitan yang menimpamu itu. Bila berutang, Dia buat hati si pemberi utang lembut terhadapmu, hingga kau lunasi utang itu. Bila permohonanmu tak dikabulkan di dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.
Di takkan mengecewakan pendoa kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat. Nabi berssabda bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari Pengadilan, amal-amal yang tak dilakukannya. “Tahukah kamu amal-amal itu?” “Aku tak tahu.” Jawab si mukmin. Maka dikaakan kepadanya : “Sesungguhnya, amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu di dunia, sebab dalam berdoa kepada Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung, kau senantiasa mengingat-Nya, mengesakan-Nya, menempatkan sesuatu pada tempatnya, berbuat kebajikan kepada sesamamu, tak menisbahkan daya kepada diri sendiri dan tak pongah. Semua ini menjadi amal-amal saleh, unutk itulah ada balasannya dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
RISALAH KEENAMPULUH tuju
Bila kau berupaya melawan dan berhasil mengatasi diri, maka Allah membangkitkannya kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan, baik yang diharamkan maupun yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi diri, sampai pahala tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna sabda Nabi saw. :
“Kita telah kembali dari jihad kecil, dan menuju jihad besar.”
Ia berkata bahwa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah makna firman Allah :
“Mengabdilah kepada Tuhanmu, hingga kepastian (kematian) datang kepadamu.” (Qs.15:99).
Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini bertentangan dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak oleh diri yang menginginkan sebaliknya, hingga datang kepastian (kematian). Bila ditanya : “Bagaimana mungkin diri Nabi menolak pengabdian, padahal ia tak punya kedirian?” Allah berfirman : “Ia tak berbicara dengan kehendaknya sendiri, tapi dengan wahyu.” (Qs.53:84).
Ia mengalamatkan kepada Nabi-Nya kata-kata ini, untuk mengukuhkan hal ini, dan berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari Kiamat. Dia menganugerahi Nabi-Nya daya mengatasi ddiri, hingga hal ini tak merugikannya, tak pula mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeda antara dia dan pengikut-pengikutnya. Bila seorang mukmin teguh dalam upaya spiritual, hingga datang kematian, dan menemui Tuhan-nya, dengan pedang terhunus berlumuran darah kedirian, maka Ia memberinya Surga yang dijaminkan-Nya baginya, dengan firman-Nya :
“Bagi yang takwa kepada Tuhan-nya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka Surgalah tempat tinggalnya.” (Qs.79:41).
Nah, bila Dia memasukannya ke dalam surga, maka Ia menjadikan surga itu tempat tinggal, tempat beristirahat dan tempat kembalinya, yang membuatnya aman dari pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa melimpahkan baginya, dari hari ke hari jam ke jam, rizki dan akan mengaruniainya segala macam busana dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia memperbarui, di dalam dunia ini setiap hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan melawan kedirian.
Sedang orang kafir, orang munafik dan pendosa, bila mereka telah berhenti berjuang melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian mengikuti, bersekutu dengan setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran, kemusyrikan dan hal-hal seperti itu sampai kematian datang kepada mereka, sebelum mereka menjalankan Islam dan bertobat, maka Allah memasukan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya :
“Peliharalah dirimu dari neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs.2:24).
Setelah Dia memasukan mereka ke dalamnya dan menjadikannya tempat kembali dan tempat berteduh mereka, maka neraka itu membakar kulit dan daging mereka, dan Ia mengganti kulit dan daging mereka dengan yang baru, sesuai dengan firman-Nya :
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain.” (Qs.4:56).
Ia, Yang Mahakuasa dan Mahaagung, senantiasa memperlakukan mereka demikian, disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan kedirian mereka sendiri, di dunia ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghuni neraka senantiasa berganti kulit dan daging, agar mereka tersiksa dan kesakitan. Sedang penghuni surga senantiasa dilimpahi rizki, agar mereka senantiasa bersyukur. Hal ini dikarenakan perjuangan mereka melawan kedirian mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan kehendak Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi saw. : “Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat.”
RISALAH KEENAMPULUH delapan
Ia bertutur :
Bila Allah mengabulkan doa hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya sendiri, dengan demikian, tak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya. Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan tejadi pada saat yang telah ditentukan-Nya. Nah. Diterimanya doa dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencan-Nya sebelumnya pada awal masa, dan yang bakal didpenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah ayng telah diaktakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya :
“Setiap saat, Dia dalam kesibukan.” (Qs.55:29).
Ini berarti bahwa Allah mengaruniakan pada saat-saaat yang telah ditentukan. Dengan demikian, Allah tak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena ddoanya semata-mata, begitu pula Ia tak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena doanya, dan dikatakan, Nabi saw. bersabda bahwa takdir tak bisa dihindari kecuali dengan doa tertentu. Juga tak seorang pun masuk surga melalui amal-amal salehnya semata, tetapi melalui kasih sayang Allah, dan hamba hamba Allah akan diberi kedudukan di surga sesua dengan amal-amal mereka. Aisyah ra. Berkata bahwa ia bertanya kepada Nabi saw. : “Apakah seseorang masuk surga hanya karena amal-amalnya? Tidak, tetapi dengan kasih sayang Allah.” Jawab Nabi, sambi meletakkan tangannya di atas kepalanya.
Ia melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tak seorang pun berhak menentang Allah. Juga Ia tak wajib memenuhi janji. Tapi ia berbuat sekehdank-Nya, menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang dikehendaki-Nya dan mengaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia Mahakuasa atas segalanya. Ia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya, dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arsy-Nya hingga dasar bumi di lapisan ke tujuh bawah langit ini dalah milik-Nya dan ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan Allah berfirman :
“Adakah pencipta selain-Nya?” (Qs.35:3). “Adakah Tuhan selain Allah?” (Qs.27:63), “Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?” (Qs.29:65).
“Katakanlah : “Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs.3:26).
RISALAH KEENAMPULUH sembilan
Ia bertutur :
Jangan meminta kepada Allah SWT sesuatu pun selain ampunan bagi dosa-dosamu, perlindungan dari dosa-dosa kini dan kelak, kemampuan untuk menunaikan perintah-perintah, untuk berpantang dari segala yang haram, untuk ridha dengan pahitnya ketentuan-Nya, untuk bersabar dalam menghadapi pedihnya musibah, untuk mensyukuri limpahan karunia dan, akhirnya, untuk mati dengan husnul khatimah, bersama dengan para Nabi, para Shiddiq dan para saleh. Jangan pula memohon kepada-Nya untuk menyingkirkan kemiskinan serta musibah dan untuk menganugerahkan kemudahan, tetapi mintalah kepada-Nya keridhaan dengan ketentuan dan karunia-Nya, perlindungan abadi-Nya bagi dirimu yang telah ditempatkan-Nya dari satu hal ke hal lain, sebab kau tak tahu letak kebaikan – dalam kesulitan atau kemudahan. Dia telah menyembunyikan pengetahuan tentang hal-hal darimu. Dia sendirilah yang tahu yang baik dan yang buruk. Sebuah hadits yang dibawakan oleh Hadhrat Umar bin al-Khaththab mengatakan :
“Hampir tak menjadi masalah bagiku, dalam keadaan apa aku di pagi hari --- entah hal itu membawa kepadaku yang tak ku sukai atau yang kusukai, sebab aku tak tahu keberadaan kebaikan.”
Ia berkata demikian lantaran keridhaan sempurnanya dengan kehendak Allah. Allah berfirman :
“Berperang diwajibakan atas kamu, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Qs.2:216).
Allah mengetahui yang baik dan yang buruk, sedang kau tak mengetahuinya.
Senantiasalah dalam keadaan begini, sehingga hawa nafsumu pupus dan kedirianmu hancur serta tertaklukkan. Maka sirnalah kehendakmu dan segala kemaujudan dari hatimu kecuali Allah. Kemudian hatimu diisi dengan kecintaan kepada Allah dan maksudmu untuk mencapai-Nya menjadi tuluus. Setelah ini, Kehendakmu dikembalikan kepadamu melalui perintah-Nya bersama dengan kehendakmu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Lalu kau akan meminta hal-hal ini kepada Allah dalam kepatuhan kepada-Nya dan keselarasan dengan-Nya. Jika Dia menganugerahimu suatu karunia, maka kau akan bersyukur atasnya. Jika Dia menahan darimu sesuatu, maka kau takkan gundah karenanya, jiwamu takkan berubah dan kau takkan menyalahkan-Nya, sebab kau tak mengupayakannya dengan hawa nafsumu serta kehendakmu, sebab hatimu bersih dari hal-hal ini dan kau tak menghendaki hal-hal ini melainkan hanya mengikuti perintah-Nya melalui permohonanmu kepada-Nya, dan bagimu kedamian.
RISALAH ketujuhpuluh
Ia bertutur :
Bagaimana baik bagimu berbangga akan kebajikanmu, padahal kau mengatakan bahwa hal ini berasal dari kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah, melalui pertolongan, daya, kehendak dan karunia-karunia-Nya? Begitu pula dengan pencampakkan dosa, hal ini dikarenakan oleh perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Bagaimana kau bisa tak bersyukur atas hal itu dan tak mengakui semua rahmat ini yang berasal dari-Nya? Kenapa semangta ketakpatuhan dan ketakacuhan ini, yaitu perasaan banggamu akan keberanian yang adalah bukan milikmu, akan kemurahan yang adalah milik orang lain? Bila kau tak dapat membunuh musuhmu tanpa bantuan beberapa orang yang gagah berani, yang menyerang musuhmu, sedang kau hanya menimbrunginya, maka kau akan terbunuh bukannya musuhmu; juga kau takkan bermurah bila tak ada yang patut diberi kemurahan -- jika demikian, kenapa kau bangga akan kebajikanmu?
Jalan terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang penolong, senantiasa memuji-Nya, dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya dalam segala keadaan kehidupanmu. Jika tikda, hal itu akan menjadi keburukan dan dosa. Bila demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dosa kepada dirimu sendiri. Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku buruk dan kesalahan untuk hal-hal ini, sebab dirimu lebih patut menerima hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu adalah tempat keburukan dan ia memerintahkan segala keburukan dan ketakbegunaan. Jika Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, adalah pencipta kebajikan dan upayamu, maka kau adalah pembuat upaya, sedang Dia adalah penciptanya. Inilah yang dimaksudkan oleh perkataan orang-orang yang memperoleh Ma’rifah : “Tindakan akan datang, sedang kau tak dapat mengelakkannya.”
Nabi saw. bersabda :
“Berbuat baiklah, mendekatlah kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua orang ada kemudahan.”
RISALAH ketujuhpuluh satu
Ia bertutur :
Kau tentu berada dalam salah satu dari kedua hal ini : Pengupaya atau yang diupayakan. Bila kau seorang pengupaya, maka kau terbebani dan penanggungan beban yanng memikul segala yang sulit dan berat. Hal ini dikarenakan kau adalah seorang pengupaya. Seorang pengupaya meski bekerja keras dan disalahkan, hingga ia memperoleh yang dikehendakinya. Tak patut bagimu mengelak dari kesulitan-kesulitan yang merundungmu sampai deritamu sirna. Maka kau akan diselamatkan dari segala macam suaru, noda, kekejian, kehinaan, rasa sakit, derita dan ketergantungan kepada orang. Maka kau akan dimasukkan ke dalam kelompok orang yang dicintai Allah.
Namun, bila kau adalah yang diupayakan, maka jangan salahkan Allah jika Dia menimpakan musibah atasmu. Juga, jangan kau ragukan kedudukanmu di hadapan-Nya, sebab, Dia telah mengujimu agar kau meraih kedudukan tinggi. Dia hendak meningkatkan kedudukanmu ke tingkat wali dan badal. Sukakah kau bila kedudukanmu berada di bawah kedudukan meraka, atau bila busana kemuliaan, nur dan rahmat mereka? Meski kau puas dengan kedudukan rendahmu, tapi Allah SWT tak menyukainya. Dalam hal ini Dia berfirman :
“Dan Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui.” (Qs.2:232).
Dia telah memilihkan untukmu sesuatu yang lebih tinggi, lebih cerah, lebih baik dan lebih mulia, sedang kau menampiknya.
Jika kau berkata : bagaimana benar pengabdi sempurna mesti diuji, sedang kau berkata bahwa ujian dimaksudkan bagi sang pencinta, pdahal pilihan Allah adalah orang yang dicintai-Nya? Pertama kami sebutkan aturannya, kemudian pengecualian yang mungkin. Tiada dua pendapat bahwa Nabi saw. adalah yang paling dicintai dan yang paling banyak diuji. Nabi saw. bersabda :
“Aku telah demikian takut karena Allah, tiada seorang pun yang terancam sepertiku dan aku telah demikian menderita karena Allah, tiada seorang pun yang menderita sepertiku. Telah datang kepadaku tiga puluh hari dan malam yang di dalamnya kami tak punya makanan sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal.”
“Sesungguhnya kami para Nabi adalah yang paling banyak diuji; kemudian mereka yang kedudukannya lebih rendah dan seterusnya.”
“Aku adalah yang paling tahu tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya di antara semua.”
Nah. Bagaimana bisa sang tercinta diuji dan takut, padahal ia adalah orang pilihan dan pengabdi sempurna? Hal ini dikarenakan Dia hendak membuat mereka ameraih, sebagaimana telah kami tunjukkan, kedudukan-kedudukan yang lebih tinggi di surga, dan karena kedudukan-kedudukan kehidupan surgawi takkan meningkat kecuali melalui amal-amal saleh di kehidupan duniawi ini. Kehidupan duniawi merupakan tanah garapan kehidupan ukhrawi, dan amal-amal saleh para Nabi dan wali, setelah menunaikan perintah-perintah dan menghindari larangan-larangan, berada dalam kesabaran dan keridhaan di tengah-tengah cobaan. Kemudian cobaan dijauhkan dari mereka dan mereka dianugerahi rahmat-rahmat Allah, karunia-Nya dan kasih-sayang-Nya sampai mereka menghadap Tuhan mereka di akhirat yang abadi.
RISALAH ketujuhpuluh dua
Ia bertutur :
Ada beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima, ketika mereka melihat aneka barang yang dapat memuaskan jasmani mereka di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan pencampakkan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu mereka jika Allah tak memelihara mereka dengan kasih-sayang, perlindungan dan penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan inilah mereka tetap selamat.
Ada yang, ketika mereka melihat hal-ha ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada nalar agama mereka, mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan hal-hal itu. Mereka inni seperti prajurit-prajurit gagah berani di jalan agama yang ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah menganugerahkan mereka kelimpahan pahala di kehidupan ukhrawi.
Nabi saw. bersabda :
“Tujuh puluhtidak kebajikan dicatat untuk seorang mukmin yang mencampakkan dorongan hawa nafsunya ketika ia dikuasai olehnya atau ia menguasainya.”
“Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenikmatan ini dan karunia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah SWT atas hal-hal itu.”
Namun mereka tetap tak memperhatikan kenikmatan-kenikmatan ini : mereka buta terhadap segala sesuatu selain Allah SWT, maka mereka tak melihat sesuatu pun selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang semacam ini memasuki pasar, mereka akan ebrkata : “Kami tak melihat sesuatu pun.” Ya, mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan mata hati, mereka melihat semua itu, tapi bubkan dengan mata nafsu. Pandangan itu adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah, bukan padangan ruhaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada di pasar, tapi hati mereka melihat Tuhan – kadang Keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Ada yang, ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh dengan kasih sayang kepada orang-orang di dalamnya karena Allah SWT. Rasa kasih-sayang ini membuat mereka bertafakur dalam melihat hal-hal milik orang-orang ini dan yang di hadapan mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa, sejak masih hingga keluar dari pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari Allah serta menjadi perantara bagi orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih-sayang. Hati-hati mereka berupaya menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka. Lidah-lidah mereka senantiasa memuji Allah atas emua yang telah mereka berikan kepada mereka dari rahmat dan karunia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut pengawal-pengawal kota dan abdi-abdi Allah. Bila kau mau kau dapat menyebut mereka orang berilmu, badal, penyayang dan penahan yag tersembunyu dan yang tampak, yang dicintai-Nya dan khalifah-Nya, di bumi bagi hamba-hamba-Nya, duta-Nya dan pelaksana kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini, dapat dikatakan, sebagai batu filosof. Ridha dan rahmat Allah ada pada orang-orang semacam ini dan pada semua orang yang telah menghadapkan wajahnya kepada Allah dan yang mencapai puncak singkapan ruhani.
RISALAH ketujuhpuluh tiga
Ia bertutur :
Kdang Allah memberitahu para Wali-Nya, tentang kesalahan-kesalahan dan kepalsuan orang, dan pernyataan-pernytaan palsunya tentag tindakan, kata, pikiran dan tujuannya. Para waliullah dibuat cemburu akan Tuhannya> Nabi-Nya dan agama-Nya. Kemarahan batiniah dan kemarahan lahiriah terpacu oleh pikirannya. Bagaimana bisa senang, bila mempunyai penyakit dalam dan luarr. Bagaimana bisa beriman akan keesaan Tuhan, bila kecenderungan kesyirikan yang sejajar dengan kekafiran, yang menjauhkan manusia dari-Nya, dan bila masih berpihak kepada musuh, si setan yang terkutuk, dan si munafik yang kelak dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal untuk selamanya? Meneyebut kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan kejinya dan pengakuannya sebagai shiddiq, kebersaingannya dengan mereka yang telah meluruhkan diri ke dalam takdir, terluncur dari lidah sang wali.
Kadang dikarenakan kecemburuan akan Keagungan Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Kadang karena menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran baginya; kadang karena Kemahakuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan terhadap orang semacam itu, dan “bolehkan para wali mengumpat seseorang? Bisakah mereka memeprhatikan seseorang, tak hadir atau hadir, dan hal-hal yang asing bagi orang-orang yang berkedudukan?” Pengutukan semacam itu, dari mereka, tak melebihi firman Allah :
“Dosa keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya.” (Qs.2:219).
Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan berupaya mendapatkan keabsaan-Nya, tak berkeberatan terhadap kehendak-Nya dan walinyayang mencerca pernyataan palsu si palsu. Jika ia bersikap demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang sebagai kembalinya dari kejahilan dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi jurang kehancuran, karena kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki yang dikehendaki-Nya kepda jalan kebenaran.
RISALAH ketujuhpuluh empat
Ia bertutur :
Hal pertama yang mesti dilihat oleh orang nalar ialah keadaan diri, kemudian ciptaan dan penemuan-penemuan, dan menyimpulkan dari kesemuanya itu kemaujudan Pencipta meraka, Sebab, ciptaan menunjukan adanya Sang Pencipta, dan kekuatan menunjukkan adanya pelaku bijak dibaliknya, sebab segala hal mewujud melalui-Nya. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam tafsirnya tentang firman Allah :
“Dia telah menundukkan bagimu segala yang ada di langit dan di bumi.”
Dalam menerangkan ayat ini, ia berkata :
“Pada segala sesuatu ada sifat Tuhan. Setiap nama mengisyaratakan nama-nama-Nya. Sungguh kau berada di antara nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan karya-karya-Nya, secara batiniah melalui kuasa-Nya, dan secara lahiriah melalui kearifan-Nya. Ia mewujud dalam sifat-sifat-Nya yag tersembunyi dalam diri-Nya. Dirinya tersembunyi dalam sifat-sifat-Nya. Sifat-sifatnya tersembunyi dalam karya-karya-Nya. Ia menyingkapkan pengetahuan-Nya melalui kehendak-Nya. Ia mengejawantahkan kehendak-Nya dengan gerakan-gerakan. Ia menyembunyikan kepandaian-Nya dan melahirkan kepandaian-Nya melalui kehendak-Nya. Ia tersembunyi dalam ketakterlihatan-Nya. IA muwujud dalam kebijakan dan kekuasaan-Nya. Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.”
Sungguh banyak rahasia ruhani tersingkap oleh pernyataan ini, yang takkan diketahui oleh yang tak memiliki hati yang berpelita pengetahuan ruhani. Keistimewaan insan besar ini dikarenakan tangan-tangan Suci Nabi mendoakan baginya : “Ya Allah! Karuniakanlah ia pengertian tentang agama, dan ajarilah ia penafsiran tentangnya.”
Semoga Allah menganugerahi kita rahmat, yang telah dilimpahkan-Nya kepada orang seperti itu, dan semoga Ia mengumpulkan kita bersama mereka pada Hari Kebangkitan.
RISALAH ketujuhpuluh lima
Ia bertutur :
Bertakwalah kepada Allah, taatilah Dia, milikilah kesucia hati, kendali diri, kebiasaan memberikan hal-hal bermanfaat. Jauhkanlah penderitaan dan kemiskinan, jagalah kesucian ruhaniawan, bergaulah dengan sesamamu, nasehatilah kaum muda dengan kebaikan, jauhilah permusuhan dengan sahabt, jauhilah pula mereka yang bukan salik, dan bertolong-tolonglah dalam hal agamis dan duniawi. Hakikat kemiskinan agama berupa ketakbolehan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada sesamanya. Hakikat kekayaan agamis berupa ketakbutuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan pemantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan. Jangan berpintar-diri di hadapan seorang darwis, sebab unjuk pengetahuan membuatnya tak senang. Bersikap lembutlah terhadapnya, sebab kelembutan membuatnya senang. Tasawuf didasarkan pada delapan hal : 1. Kemurahan Nabi Ibrahim; 2. Kepasrahan Nabi Ishak; 3. Kesabaran Nabi Ya’kub; 4. Doa Nabi Zakaria; 5. Kemiskinan Nabi Yahya; 6. Berbusana wol seperti Nabi Musa; 7. Berlanglang buana seperti Nabi Isa; 8. Kesahajaan Nabi Muhammad, saw.
RISALAH ketujuhpuluh enam
Ia bertutur :
Punyailah kekayaan, harga diri, kemiskinan dan kerendah-hatian. Wajib bagimmu berendah hati dan bersungguh-sungguh terhadap Sang Pencipta. Jangan salahkan Dia, karena sarana duniawi. Jangan kau rusak hak saudaramu karena kau dan dia adalah kawan. Berkawanlah selalu dengan para darwis, dengan rendah hati, seikap baik dan keterbukaan. Bunuhlah kedirian hingga tercapai kehidupan dalam ruhani. Yang terdekat dengan Allah ialah yang paling besar hati dalam berperilaku. Amal terbaik adalah menjaga diri dari selain-Nya. Nasehatilah selalu orang agar berteguh pada kebenran dan kesabaran. Cukuplah bagimmu bergaul degan para darwis, dan mengabdi kepada para wli.
Darwis adalah orang yang acuh tak acuh terhadap selain Allah. Menyerang yag di bawahmu adalah pengecut. Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan, dan menyerang yang sejajar denganmu adalah tak baik. Menjalani kehidupan darwis dan sufi membutuhkab upaya serius. Semoga Allah mengauraniai kita kekuatan. Duhai wali! Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal inimembawa kebaikan dan juga kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa meghadapi segala ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.
Ketahuilah bahwa kau akan ditanya tentang gerak-gerikmu. Selamatkanlah anasir tubuhmu dari ketakbergunaan. Wajiblah bagimu menaati Allah, Rasul-Nya dan mereka yang mesti ditaati. Pikirkanlah kaum muslim, dan jangan berbuuk niat kepada mereka, entah dalam hati, ucapan atau tindakan.
Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah kepada Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Wajib bagimu makan segala yang dihalalkan, dan bertanyalah, tentang yang tak kau ketahui, kepada orang yang memiliki ma’rifat. Berbaiklah senantiasa terhadap Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Bersamalah dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang dibutuhkan untuk bersama-Nya.
Bersedekahlah di kala pagi. Berdoa;ah di malam hari bagi Muslim yag meninggal. Ucapkanlah tujuh kali di pagi hari dan sore hari : “Allahumma ajirna minan nar, yang maknanya : “Ya Allah! Lindungilaha kami dari api neraka.” Berdoalah selalu : A’udzubillahi-is-sma’i-i;-‘Alim minasy-ysaithan ir rajim. Yang maknanya : “Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui dari setan yang terkutuk.”
Lalu agungkanlah Dia dengan ayat-ayat terakhir Surah al-Hasyr :”Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang mengetahui yang gaibdan yang nyata. Dialah yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci. Yang Mahasejahtera, yang mengaruniakan keamanan, yang Mahamemelihara, yang mengaruniakan keamanan, yang Mahamemelihara, yang Mahaperkasa, yang Mahakuasa, yang memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah dari segala yang mereka persekutukan. Dialah Allah, Pencipta, Pewujud, Pembentuk, Pemilik nama-nama terbaik. Bertasbihlah kepada-Nya segala yang di langit dan di Bumi. Dan Dialah yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.”
RISALAH ketujuhpuluh tujuh
Ia bertutur :
Bersamalah dengan Allha, seolah-oleh tiada ciptaan. Bersamalah dengan ciptaan seolah-olah tiada diri. Bila bersama Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, tanpa ciptaan. Dia tercapai, dan jauh dari selain-Nya. Bila bersama ciptaan, tanpa diri, keadilan tergapai, kebajikan terbantu, dan selamatlah dari kekerasan kehidupan. Tinggalkanlah segala sesuatu di luar pintu, bila memasuki pintu uzlah. Maka terlihat oleh mata batinmu temanmu dalam uzlah-mu, terasakan hal di luar ciptaan, lenyaplah diri, dan digantikan oleh perintah-Nya dan kedekatan-Nya. Maka ketak-tahuanmu menjadi ketahuanmu, kejauhanmu menjadi kedekatanmu, kediamanmu menjadi pengingatanmu akan-Nya, dan kebuasanmu menjadi kekaribanmu. Duhai! Tiada lagi tersisa di sana, selain Sang Pencipta dan ciptaan. Maka jika Sang Pencipta telah di pilih, ucapkanlah :
“Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs.26:77).
Barangsiapa telah merasakannya, ia telah mengetahuinya.
Ia ditanya : “Bagaimana kepahitan mengatasi kemanisan?” “Mesti berupaya menjauhkan kedirian. Duhai! Bila seorang mukmin berbuat kebajikan, maka hewaninya tunduk kepada hati. Bila diri mencapai kesadaran hati, maka berubahlah hati menjadi suatu rahasia; rahasiapun berubah menjadi kemusnahan; kemusnahan berubah menjadi kemaujudan lain; jawabnya. “Kawan bisa mencapai lewat setiap pintu. Duhai! Peluruhan diri ialah mengingkari semua ciptaan, merubah sifat menjadi siffat malaikat, lenyap dari sifat malaikat dan kebali ke semula. Maka Tuhan menyiramimu sesuka-Nya, dan membajakmu sesuka-Nya. Bila menghendaki peringkat ini, pilihlah Islam, dan tundukan kepada ketetapan-Nya, maka tergapailah ma’rifat, tersadarilah Ia, termaujudlah diri di dalam-Nya, dan menjadilah diri milik-Nya, Kesalehan ialah karya satu jam dan kebertarakan dua jam, sedang pengetahuan Allah adalah karya abadi.” Lanjutnya.
RISALAH ketujuhpuluh delapan
Ia bertutur :
Ada sepuluh sifat pada salik, pemawas diri dan peraih tujuan ruhani :
1
Tak bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak. Sebab bila hal ini termapankan, dan lidah terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak. Nah, bila ia menjadi begini, Allah membukakan baginya pintu nur-Nya. Hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya terkuatkan. Maka, dpujilah dan dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan sahabatnya, sehingga yang tahu dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut kepadanya.
2
Menghindar dari berbicara tak benar, entah serius atau bercanda. Sebab bila ia melakuka dan mengukuhkan hal ini pda dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya, maka Allah membuka dengannya hatinya, dan menjernihkan dengannya pengetahuannya, sehingga ia tampak tak tahu kepalsuan. Bila ia mendengarnya dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan termalukan olehnya. Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka baginya pahala.
3
Menjaga janji. Sungguh, hal ini demikian menguatnya, sebab mengingkari janji termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh pada shiddiq dan mulialah ia di hadapan Allah.
4
Tak mengutuk sesuatu makhluk pun, tak merusak sesuatu pun, meski sekecil atom pun, dan bahkan yang lebuh kecil darinya. Sebab hal ini termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip ini, memperoleh husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan kedudukannya, Ia melindunginya dari kehancuran, dan mengaruniainya kasih sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5
Tak mendoakan keburukan bagi seorng pun, meski ia telah dizalimi. Lidah dan geraknya tak mendendam, tapi bersabar demi Allah. Hal ini membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia menjadi dicintai dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik dekat maupun jauh.
6
Tak berpihak kepda kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan mereka yang se-kiblat. Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari Allah Yang Mahamulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7
Tak memlihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun batiniah. Mencegah anasir tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa balasan bagi hati dan anansir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk berlaku begini, dan menjauhkan kedirian dari hati kita.
8
Tak membani seorang pun, entah dengan beban ringan atau berat. Tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikan hamba-hamba Allah dan para ssaleh mulia, dan memacu orang untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah dan para saleh, dan baginya segenap makhluk tampak sama. Maka Allah membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tak meninggikan seorang pun, bila masih terikat kedirian. Bagi orang semacam ini, semua makhluk memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan bagi para mukmin dan para saleh, dan pintu terdekat kepada keikhlasan.
9
Bersih dari segala harapan insan, dan tak merasa tergoda hatinya oleh milikna mereka. Sungguh, inilah kemuliaan besar, ketakbutuhan sejti, kerajaan besar, pujian agung, kepastian nan tegar kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang memampukan orang meraih ketakwaan kepada-Nya, dan pencipta keterikatan sempurna dengan-Nya.
10
Rendah hati. Dengan ini, sang hamba termuliakan dan sempurna di hadapan Allah (Mahaagung Dia) dan insan. Inilah sifat penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan inilah kesalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia berkata : “Mungkin orang ini lebih baik dariku di hadapan Allah, dan lebih tinggi kedudukannya. “Mengenai orang kecil, sang hamba berkata : “Orang ini tak menantang Allah, sedang aku menentang-Nya, sungguh ia lebih baik dariku.” Mengenai orang besar, sang hamba berkata : “Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak diperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui dan ia bertindak dengan pengetahuan. “Mengani orang bodoh, sang hamba berkata : “Orang ini tak mematuhi-Nya karena tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan ku tak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya.” Mengenai orang kafir, sang hamba berkata : “Entahlah mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tak beriman.”
Inilah pintu kasih sayang dan ketaktan.
Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan. Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini; kebencian kepongahan dan keberlebihan tehapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tak menegus seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
RISALAH ketujuhpuluh sembilan
Kala sang wali menghadapi sakaratul maut, putranya, Abdul Wahab berrkata kepdanya : “Apa yang mesti kulakukan sepeninggal Ayah.” “Kamu mesti takut kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada selain-Nya, dan berpasrahlah hanya kepada-Nya,” jawabnya.
Selanjutnya ia berkata “Aku adalah biji tak berkulit. Orang lain telah datang kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka. Inilah manfaat nan besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini. Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Semoga dia melindungiku dan kamu, dan mengasihiku dan kamu. Kumulai senantiasa dengan asma Allah.”
Ia terus berkata begini satu hari satu malam; “Celakalah kau, aku tak takut sesuatupun, baik malaikat maupun malakul maut. Duhai malakul maut! Bukanlah kau, tapi sahabtku yang bermurah kepadaku.”
Lantas, pada malam mewafatannya, ia memekik keras, dan mengangkat dan merentangkan kedua tangannya sembari berkata : “Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertobatlah dan ikutilah jalan ini. Kini Aku datang kepadamu.
Dia berkata : “Tunggu.” Dan, meninggalah dia.
RISALAH kedelapanpuluh
Ia bertutur :
Antara aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana antara langit dan bumi, Maka, jangan memandangku sebagai mereka jangan pula memandang mereka sebagai aku.
Bertanyalah Abdul Aziz, putranya, kepadanya tentang keadaanya. “Hendaknya jangan bertanya kepadaku tentag sesuatu pun. Aku sedang mengalami perubahan ma’rifat.” Jawabnya.
Selanjutnya dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang penyakitnya. “Tak satu insan pun, tak satu jin pun, tak satu malaikat pun tahu penyakitku. Pengetahuan-Nya tak terhapus oleh perintah-Nya. Perintah berubah, sedang pengetahuan tak berubah. Allah Mahaberkehendak, dan oleh-Nya Kitab Suci mewujud.
“Dia tak titanya tentang yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang ditanya.” (Qs.21:23).
Putranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya : “Mana yang sakit?” “Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku.” Jawabnya.
Ia berkata : “Aku mencari pertolongan Allah dengan: “Tiada sesembahan selain selain Dia, Mahaagung, Mahamulia lagi Mahaabadi Dia, dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”
Putranya, Musa, berkata bahwa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya tak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang0ulang kata Taazzaza ini, diperpanjangannya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan benar. Lalu ia berkata : “Allah, Allah, Allah,” suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari jasadnya – ridha Allah atasnya. Semoga Dia Menganugerahi kita dan semua Muslim Husnul Khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi salah. Amin! Amin! Amin!.
PRIGEN, 5 Nopember 2013
1 Muharam
pujo prayitno di Sabtu, Oktober 26, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar