Perputaran pikir itu menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud
PENYINGKAP RAHASIA KEKASIH ALLAH
(FATURRABANI)
Karya : Syeikh Abdul Qadir Jailani
Penyadur : Pujo Prayitno
NASAB SYEIKH MUKHYIDDIN
Bernama Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa bin Abdullah Al-Jiili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. (Semoga Allah meridhai mereka seluruhnya).
MUKADIMAH
Wahai Allah, Wahai Dzat yang mengetahui kelemahanku dari pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan memuji-Mu yang telah dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan ketampanan Dzat-Mu yang Mahalembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui kesempurnaan-Mu yang lembut, dan ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari sesuatu yang dipujikan kepada-Mu yang tidak diilhamkan oleh lainnya, seperti apa yang akan diilhamkannya di hari penampakkan secara berlipat ganda. Maka kesendiriannya yang menyempurnakan di sana tampak akan memperjelas solawat dan salamnya, yaitu solawat dan salam yang sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu yanng amat suci, melebihi keberadaan jiwa, dan akan memakaikan sesuatu yang disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan solawat dan salam-Mu meliputi perwujudan ma’nawi (yang tidak bisa diraba), berserta sesuatu yang bergantung dengan keduanya dari kealaman makhluq dan perintah. Sehingga Engkau tidak meninggalkan wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan orang-orang shalih hamba-Mu, jsutru kecuali telah dikenakan selimut dengan keutamaan dan keagungan itu.
WACANA 1.
Ahad pagi, tanggal e Syawal tahun 545 Hijriyah bertempat di pondok ia bertutur :
“Berpaling dari Al-Haq Azza wa Jalla ketika takdir datang; itu bisa mematikan agama, mematikan tauchid, mematikan tawakal dan mematikan ikhlas. Bahwa hati orang Mu’min itu tidak bisa diketahui bagaimana dan mengapa; tidak bisa diketahui. Bahkan mu;min ketika itu berkata : “Ya, jiwa semuanya beselisih saling kontra; itu sebabnya barangsiapa hendak memperbaiki jiwa, hendaklah bersungguh-sungguh (bertekun atau mujahadah) menekan diri sampai terbebas dari keburukannya. Semua keburukan bertempat dalam keburukan. Kala engkau bertekun diri penuh ketenangan, semua yang bersemayam dalam jiwa jadilah baik. Karena proses terjadinya persesuaian itu berada dalam segala kepasrahan jiwa untuk menjauhi segala ma’siyat. Itu sebabnya pada jiwa dikatakan : “Wahai Jiwa yang tenang.” (Qs.Al-Fajr :27).
Kecuian jiwa adalah takwa, sedang kelepasan jiwa dari suci adalah keburukannya. Keburukan jiwa bukanlah karena manusia. Untuk membuktikan lihatlah kesucian jiwa yang bernasab dari nenek moyang Ibrahim as. Semua yang ada dalam jiwanya merdeka dari buruk dan tetap tanpa nasfu. Ia mengalir hatinya tenteram. Ia datang kepada makhluk yang bermacam ragam mereka sama memalingkan jiwa merke dari Ibrahim untuk memberi pertolongan. Ia berkata : Aku tidak menghnedaki pertolongan kalian untuk menyelmatkan daku. Manakala telah nyata keprasahan Ibrahim, Allah berfiman “pada api” (wahai api) jadilah dingin dan membawa selamat untuk Ibrahim.” Pertolongan Allah tetap atas orang-orang sabar. Ia bersama Dia di dunia tanpa batas, dan kenikmatan-Nya di akhirat tanpa ukur. Firman Allah : “Sesungguhna (Allah) memberi pahala bagi orang-orang yang sabar tanpa menngenal batas.”
Tidak ada kata tersembunyi bagi Allah, sesuatu pun yang terbebankan atas manussia berdasar kekuasaan-Nya. Bersabarlah bersama Dia setiap waktu, sedang engkau melihat kehalusan dan nikmat-Nya terlimpahkan atasmu. Saja’ah (menurut bahasa tasawuf berarti berani berkorban dalam rangka menegakkan kalimat Allah sepanjang msa), adalah sabar setiap masa. “Sesungguhnya Allah besrt orang-orang yang sabar.”
Dengan pertolongan dan pengharapan bersabarlah bersama Dia, janagan lupakan Dia, karena setelah engkau mati akan terbangun, dan hal itu tidak membawa manfaat bagimu. Bangunlah untuk Dia sebelum kamu menjumpai-Nya, bangunlah sebelum engkau idbangunkan tanpa nyawa sehingga engkau menyesal. Waktu itu tidak beguna penyesalan. Perbaikilah hatimu, karena jika hati sudah baik segala perilakumu pun baik; sebagaimana disabda Nabi saw. “Di dalam tubuh bani Adam terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah semua anggota tubuh, jika daging itu buruk, maka buruk pulalah seluruh anggota tubuh, ingatlah ia adalah HATI>”
Adapun hati itu baik bila diselimuti takwa, tawakal kepada Allah, mengesakan Dia, ikhlas dalam beramal dan yakin akan keruskan semua itu jika tidak ada tindakan-tindakan tersebut. Hati itu laksana burung yang berada dalam sangkar, juga seperti permata dalam tambangnya. Adapun perumpaan burung dalam sangkar itu sama dengan permata tanpa tambang.
Wahai Allah, bersihkanlah organ tubuh kita dengan taubat, dan hati kita dengan ma’rifat kepada-Mu, sibukkanlah hidup kita sepanjang masa bersama-Mu, siang dan malam, dan luruskanlah kita melalui orang-orang shalih yang mendahului kita.
Wahai manusia, marilah kita berlemah lembut untuk Allah atas ketentuan Dia dan perbuatan-Nya. Maka haruslah kita junjung ketentuan-Nya itu. Bila kita telah berbuat demikian terhadap Dia berarti kita telah menjalin persahabatan menuju ketentuan Dia. Firman Allah :
“Di sanalah pertolongan itu hanya dari Allah yang Hak.” (Qs. 28 : 44).
Jika engkau merasa segar minum dari samudera ilmu-Nya dan memakan dari rangkaian keutamaan-Nya, berjinak-jinak bersama kejinakan-Nya dan melimpit dengan rakhmat-Nya. Inilah batasan individu dari setiap sejuta “satu” meliputi seluruh keluarga dan golongan manusia.
Wahai sahaya peliharalah takwa, periharalah hukum syari’at, siagakan dirimu untuk kontra dengan nafsu, hawa, setan dan teman buruk. Mukmin dalam misinyaberjihad dengan hal-hal tersebut akan membuka kepalanya dari ketopong perang, sehingga tidak terlimputi pedangnya, tidak telanjang beahan punggungnya dari sinar penerang. Engkau jika memperbanyak tidur seperti tidurnya mereka itu bisa mengalahkan santapan mereka mempersempit bicara mereka. Tingkah laku mereka terserang kelu. Sesungguhnya Kuasa Allah berlaku atas mereka, karena Allah juga bersabda kepadamereka, sedang mereka menggerakkan pembicaraan di dunia seperti bicara masing-masing organ tubuh di hari kiamat; setelah mereka dibicarai oleh Allah. Bicara mereka tetap seperti sedia kala ketika masih di dunia. Meliputi sebab-sebab mengaa mereka bicara. Jika mereka menghendaki sesuatu tindakan segera terlaksana. Mereka hendak menyampaikan misi kepada manusia dengan berita takut dan gembira, bukan menyampaikan kata salah kepada mereka; maka para Nabi dan Utusan sama bicara. Katika mereka dicabut kembali kepada Dia tumbuhlah Ulama’ dengan disiplin ilmu mereka bicara --- mereka – mengganti kedudukan para Nabi dan Rasul, Nabi saw. bersabda : “Ulama adalah eksponen pewaris para Nabi.”
Wahai manusia bersyukurlah kepada Allah, atas pelbagai nikmat karunia-Nya dan lihatlah (perhatikan) kekuasaan-Nya melalui nikmat itu. Sesungguhnya Dia berfirman :
“Dan sesuatu nikmat yang ada padamu hanyalah dari Allah.”
Di manakah rasa syukurmu, wahai para pemutar balik nikmat Allah. Wahai, siapa orang yang meilhat nikmat datang dari selain Allah? Adakalanya engkau melihat bahwa nikmat Dia terasa datang bukan dari-Nya, tetapi suatu ketika engkau menghadap-Nya dan melihat akan kekosongan dirimu. Terkadang engkau minta tolong kepada-Nya dengan menentang-Nya.
Wahai manusia engkau butuh kesunyianmu terjaga dari kemaksiatan, kegoncanga jiwa dan keterkejutan yang membawa peringatan bagimu, padahal Allah melihat kamu. Mengapa engkau butuh mudharat ini ada padamu dalam kesunyianmu, lalu kamu juga butuh membinasakan nafsu, hawa, dan setan, Kebesaran manusia itu runtuh karena kegoncangan jiwa, karena kecerdasan berfikir (kecepatan otak) dan perlintasan hati dalam kesunyiannya, sedang runtuhnya kebenaran itu pada kerlip mata. Bandingkan kesibukan mereka, mampu merekrut jiwa mereka, karena itu mereka tidur di pintu para penguasa.
Wahai hamba, engkau jangan bersama nafsu, hawa, dunia dan jangan pula dengan yang lain yang engkau ikuti selain Al-Haq. Jika engkau bertaubat, bertaubatlah secara lahir dan batin. Taubat itu pusat perputaran hati. Tanggalkanlah baju kemaksiatan ganti dengan taubat-taubat ikhlas, cinta kepada Allah itu sebagai hakikat bukan arti kias. Demikian rupa perbuatan hati setelah penyucian anggota tubuh dengan syari’at. Hati baginya sebagai amalan. Hati kala keluar dari lingkaran sebab lalu bergantung pada watak ia mengendari bahtera tawakkal dan ma’rifat kepada Allah, mengakui Dia. Meninggalkan sebab untuk mencari pendatang sebab. Maka kala ia telah sampai ke tengah samudera ini di sanalah ia menemukan firman-Nya :
“Dia yang menciptakan aku dan Dia pula yang memberi petunjuk.”
Jika demikian maka tertujuki ia dari pantai ke pantai, dari satu tempat ke tempat lain. Sampai engkau terhenti pada kebenaran yang tegak. Kala disebut Asma Tuhan tampaklah kebesaran-Nya dan terbukalah gulita dari mengenalnya.
Wahai hamba, bila sakit menimpamu, hadapilah dengan tangan terbuka penuh sabar. Bertahanlah sampai datang obat. Jika pengobatan telah datang terimalah dengan rasa syukur. Kalau kamu demikian tentulah hidupmu di permudah.
Takut api neraka itu sebagai jalan yang bisa memutus derita orang-orang mukmin, berdampak membawa kekuningan di wajah mereka dan kesedihan di hati mereka. Bilamana hal ini sangat mungkin terjadi pada mereka niscaya Allah menuangkan air rakhmat dan karunia dalam hati mereka. Baginya dibukakan pintu akhirat. Sehingga ia melihat kebenaran janji yang disampaikan kepadanya. Bila mereka telah bertempat, berdiam dan beistirahat sedikit niscaya bagi mereka dibukakan pintu Kagungan, sehingga patahlah hati dan rahasia mereka, sebaliknya rasa takut lebih kuat dari yang datang pertama kali. Jika hal ini telah sempurna atas mereka niscaya mereka dibukakan pintu kebaikan, lalu mereka berdiam di sana penuh ketenangan, selalu jaga dan sama mendapat derajat, yaitu satu tingkat setelah satu tingkatan.
Wahai hamba jangan jadikan himmahmu sesuatu yang kau makan, yang engkau minum, yang engkau pakai, yang engkau kawini, yang engkau diamidan yang engkau kumpuli. Setiap permasalahan tersebut adalah kepentingan nafsu dan watak kemanusiaan saja. Lalu di manakah himmah hati, rahasia, yaitu mencari kebenaran Azza wa Jalla. Himmah haruslah sesuatu yang engkau pentingkan. Maka jadikanlah kepentinganmu untuk bertaubat kepada Allah dan apa yang ada pada-Nya.
Dunia adalah pengganti, yaitu pengganti akhirat, bagi makhluq terlukar oleh Al Khaliq. Kala engkau tinggalkan sesuatu dari dunia ini maka terbaharui penggantinya, bahkan lebih baik daripada dunia. Perkiraan bahwa selisih usiamu pada hari ini sudah cukup untuk persiapan akhirat, yaitu dalam menghadapi Malakul Maut. Dunia adalah bagaikan barang masakan yang disediakan untuk manusia, dan akhirat sebagai kehidupan mereka. Manakala datang kecemburuan dari Allah terjadilah pemisahan antara mereka dan dunia, dunia lalu menempati tempat akhirat.
Wahai pendusta, engkau katakan cinta Allah dalam situasi yang penuh nikmat, tetapi ketika datang cobaan engkau lari, seakan dalam jiwamu tidak ada rasa cinta kepada Allah. Hanya orang disebut hamba yang menunjukkan ikhtiar menakala cobaan Allah datang kepadanya lalu ia tetap bertahan dan mempertahankan cinta Dia. Jika hal ini sampai berobah dengan adanya dustamu maka tercabutlah yang pertama dan lenyap.
“Wahai Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaiakn dan peliharalah kami dari api neraka.”
WACANA 2.
Tanggal 5 Syawal tahun 545 Hijriyah di Perguruannya, ia bertutur :
“Wahai hamba yang disebut kerja keras itu bukan terletak pada kekusutan pakaianmu dan makananmu. Kerja keras adalah terletak pada sikap zuhud hatimu. Sedang keutamaan baju yang dipakai oleh orang-orang benar (Shiddiqin) adalah baju tasawuf, yakni pembersihan batiniahnya kemudian kembali keluar jiwa baru memakaikan pada rahasianya, kemudian hati kemudian jiwa dan organ tubuh lain. Sehingga manakala semua itu telah terjadi, secara kasat, datanglah tali belas kasih, rakhmat dan munnah, berupa kecemburuan pada Dia. Akhirnya berobahlah cobaan ini tertukar pakaian ketat darinya bertaut dengan baju kesenangan, sakit berganti nikmat, marah berganti gembira, takut berganti sentausa, ibadah meningkat taqarub dan fakir berganti kaya.
Wahai sahaya perolehlah kebahagianmu dengan jalan berzuhud, bukan dengan jalan senang. Tidak akan sma antara orang yang makan dan menangis dengan orang yang makan sambil tertawa. Setiap pembagian hatimu selalu bertaut Al-Haq, Jika demikian niscaya engkau selamat dari keburukannya. Bila engkau makan dari hasil kerja tangan yang baik ini lebih baik daripada engkau makan dari hasil sendiri tetapi tidak engkau ketahui dari mana sumbernya. Bukankah hatimu keras terhadap amanat, rakhmat telah berlalu darimu, hukum syara’ telah lenyap padahal ia menjadi amanat di antaramu. Sungguh engkau telah menjauhi dan mengkhianatinya. Jika amanat ini sampai lenyap, celakalah kamu. Dalam waktu dekat ini air mata tidak bercucur lagi dari matamu. Suluk di tangan dan kakimu, dan penguncian al Haq atas pintu rakhmat-Nya bagimu. Karena itu bendunglah merekadari pemberianmu. Peliharalah puncak jiwamu bersama Tuhanmu. Takutlah pada Dia. Jika engkau mengambilnya niscaya mendapat siksa yang pedih. Dia mencabut rasa aman darimu, sehatmu, jahatmu dan kebencianmu, takutlah akan hal itu. Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmat dengan ucapan Syukur, terimalah perintah dengan tunduk dan membuka telinga, terimalah kesulitan dengan kesabaran dan kemudahan dengan syukur. Demikian – jinga engkau ingin tahu – keadaan orang-orang terdahulu seperti para Rasul dan orang-orang shalih. Mereka setia bersyukur atas nikmat dan bersabar bila sakit.
Bangkitlah dari perangkat maksiat, perihalah pasrah dan hukum-hukumnya, kala datang kepadamu bersyukurlah kepada Dia, bila datang kesulitan menimpamu bertaubatlah akan kesalahanmu, ukurlah dirimu. Karena Al-Haq bukan penganiaya hamba-hamba yang beribadah. Ingat mati dan apa saja yang ada di belakangnya, ingatlah Tuhan Azza wa Jalla dan hisab-Nya seerta pandangan-Nya atas dirimu. Bangun! Sampai kapan tidurmu, sampai kapan bodohmu, sampai kapan engkau mengulang-ulang kebatilan, bertingkah bersama nafsu dan hawa. Sedang pada tabiatmu mengapa tidak engkau tradisikan untuk beribadah kepada Allah, untuk mengikuti syari’at-Nya, dan dengan tradisi yang ditinggalkan, mengapa engkau tidak berlaku menurut aturan Al-Qur’an dan sabda Nabi.
Wahai sahaya engkau jangan pergauli manusia dengan mata picik, tolo, alpa dan terbuat.”
“Wahai Tuhan berikanlah kepada kami kebaikan dunia dan kebaikan akhirat dan perihalah kamid dari siksa neraka.”
WACANA 3.
Jum’at pagi tanggal 8 Syawal tahun 545 Hijriyah di perguruan Al Namurah, ia bertutur :
“Wahai kaum fakir, engkau jangan berangan-angan jadi kaya karena perbuatan itu bisa mendatangkan kerusakanmu. Dang engkau, wahai pasien, jangan mengimpi-impikan sembuh sebab hal itu bisa membawa kerusakanmu. Jadilah engkau manusia berakal. Periharalah buah hidupmu dengan pujian atas perkaramu, terimalah ketentuan yang datang padamu dan jangan sekali-kkali engkau cari tambahan atasnya. Setiap apa yang diberikan oleh Al-Haq padamu – karena permintaanmu – itu termasuk keruh dan dibenci. Sungguh ini sebagai batu ujian, kecuali bila hamba diperintahkan untuk memohon tanpa disertai lintasan hati. Kala ada peintah bermohon niscaya tiada kebaikan atas apa yang engkau pinta, bahkan akan lenyaplah kekuatan darinya.
Hendaklah engkau jadikan pintamu itu lebih banyak berisi permintaan ampun, kesehatan kekal dalam urusan agama, dunia dan akhirat. Terimalah ini niscaya engkau tercukupi. Jangan engkau menimbang-nimbang Allah dan jangan pula berbesar diri, karena perbuatan itu merupakan perapuhan jiwamu. Engkau jangan berbesar diri di hadapan Allah, juga atas sesama ciptaan Dia, semata terdorong oleh rasa usia muda, kaut dan kekuasaanmu, sebab perbuatan itu sutu kegarangan. Bagaimana bisa diakui – mulutmu muslim – dan hatimu tidak menunjukkan adanya ucapan orang muslim, dan perbuatanmu bukan menunjukkan adanya ucapan orang muslim dan perbuatanmu bukan menunjukkan perbuatan orang muslim. Dalam kesunyian engkau juga tidak menunjukkan adanya sikap muslim. Apabila engkau tahu; kalau engkau shalat dan puasa dan perbuatanmu meliputi perbuatan baik, kalaupun perbuatan ini tidak engkau balas dengan Allah semata, maka bisa menjadikan engkau munafik berarti jauh dari Allah. Karrena itu, mulailah sejak dini segala perbuatanmu, bicaramu, tujuanmu dan agamamu karena Allah semata. Manusia yang dengan segala perbuatannya tidak terdorong oleh rasa cumbu; itulah mereka yang memperoleh maksud, orang takwa, orang yang betauhid, orang yang ikhlas, orang yang sabar atas ujian Allah dan cobaan-Nya. Mereka bersyukur atas nikmat dan keutamaannya mereka mengingat Allah melalui lisan lalu mengalir ke hati dan sirr (rahasia). Jika mereka tertimpa penyakit tampak di wajah mereka tersungging senyum. Bagi mereka penguasa dunia terisolir, seluruh penghuni jagad bagi mereka tak lebih bagai mayit, lemah dan pesakit. Fakir dan sorga yang bersandar pada mereka seolah meruntuhkannya. Neraka bersandar pada mereka padam. Tidak bumi tidak langit dan tidak tenang dalam keduanya. Mereka ambild ua arah itu. Maka yang terjadi mereka tinggal bersama dunia dan penduduknya kemudian berganti bersama yang lain, lalu jadilah mereka bersama Tuhan dunia dan akhirat. Jadi mereka ingat para pecinta kepada Dia. Mereka berjalan bersama Dia dengan hati sampai tiba di hadapan-Nya, dan mereka peroleh persahabatan sebelum berjalan. Mereka dibukakan pintu antara neraka dan Dia. Dan Dia ingat mereka selama ingatan mereka tidak lepas. Sehingga tergarislah keinginan mereka atau pertolongan mereka atas dosa-dosa mereka. Maka setiap himah mereka dan keberadaan mereka selalu terjalin dengan dia. Dengarlah firman Azza wa Jalla :
“Maka ingatlah Aku niscaya Aku ingat kamu dan bersyukurlah kepada-Ku jangan kamu mengingkari.” (Qs/ 2:252).
Juga dalam sebahagian hadits Qudsi : “Aku menjadi teman duduk orang yang mengingat Aku.” Berpindahlah ke temepat Pincipta dan terimalah sembari ingat sampai kamu berhasil menjadi teman duduk-Nya.
Wahai para miskin, tinggalkan bicara yang tidak berguna bagimu. Lepaskan ta’asub (kesukuan) dalam bermazahb, sibukkan dengan sesuatu yang berguna untuk di dunia dan akhirat. Dalam waktu dekat ini engkau akan melihat berita tentang dirimu – ingatlah bicara ini – di samping itu engkau akan lihat cela, sedang di kepalamu tidak ada kotopong. Mana sesuatu yang engkau sempurnakan untuknya dari luka. Maka bebaskan dirimu dari kepentingan dunia karena dalam waktu dekat ini engkau akan tercabut darinya. Janganlah engkau cari kehidupan yang bai di sana; niscaya tidak akan pernah ada sesutu tertinggal di tanganmu. Sabda Nabi saw. :
“Yang disebut kehidupan adalah kehidupan akhirat.”
Persempitlah angan-anganmu, sungguh telah datang padamukebencian di dunia, karena semua zuhud itu mampu memotong angan-angan. Tinggalkan setiap ujung keburukan, putuskan jalinan kasih antar dirimu dan mereka, dan jalinlah antar dirimu dan orang shalih. Tinggalkan sesuatu yang dekat darimu jika hal itu berada pada ujung keburukan. Dan jalinlah sesuatu yang jauh darimu jika hal itu berupa ujung kebaikan. Setiap orang yang menjalin kasih dengannya jadilah persaudaraan di antaranya.
Ditanyakan kepada seorang Ulama : “Apakah persaudaraan itu.” Jawabnya : “Jalinan Kasih sayang.”
Tinggalkan olehmu mencari sesuatu yang dibagikan dan sesuatu yang tidak dibagikan, karena pencarianmu atas sesuatu yang belum Dia bagi adalah amat dibenci dan celaka, sedang pencarianmu terhadap sesuatu yang telah dibagi-Nya adalah aib. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Di antara sebagian siksa Allah adalah untuk hamba-Nya yag mencari sesuatu yang tidak dibagikan kepadanya.”
Wahai manusia janganlah engkau ragu terhadap Maha Pencipta dan atas yang dicipta. Tetapi ragulah kepadanya. Dialah Dzat pembawa taqdir, sedang yang lain bukan. Di antara lumbung kebaikan itu tempat sipanan rahasia, bencana, penyakit dan sedekah. Besedekahlah dengan kananmu dan bersungguhlah terhadap sesuatu yang tidak engkau kerjakan oleh kirimu. Takutlah samudera dunia; sungguh ia telah meneggelamkan setiap insan selain orang-orang yang diselamatkan Allah. Ini sebagaimana Dia menyelamatkan orang-orang beriman – di hari kiamat – dari neraka. Firman Allah :
“Dan tidak ada seorang pun darimu melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu aal suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Qs.XIX:71).
Firman Allah untuk api : “Jadilah dingin dan membawa selamat....” sehingga hamba Allah yang beriman kepada-Nya, yang ikhlas untuk-Nya, senang pada-Nya, benci selain kepada-Nya, bis melalui api itu. Pernyataan ini difirmankan sebagaimana yang pernah ditujukan pada api Namridz yang akan dipergunakan untuk Ibrahim a.s. tetapi tidak membakar. Firman Allah Azza wa Jalla : “Wahai samudera dunia, wahai air, engkau jangan menenggelamkan hamba Kami tercinta yang kami maksud.” Maka selamtlah ia dari samudera dunia, dan jadilah rahasia itu seperti peristiwa penyelamatan Musa a.s.dan kaumnya dari samudera itu. Anugerah (Fadhilah) Allah tentu diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.
“Dan Dia memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki tanpa mengenal batas. Semua kebaikan adalah di tangan Dia, juga pemberi, penolak ada pada-Nya. Kaya, fakir ada di Tanagn Dia, Mulia, hina ada di tangan-Nya, tiada sesuatu pun pembatas yang membatasi kekuasaan-Nya.
Orang berakal adalah mereka yang memperoleh pintu-Nya dan berpaling dari pintu selain milik-Nya. Wahai pembelakang, lihatlah kau bagaimana engkau senang kepada makhluq dan marah kepada sang Pencipta. Binasalah akhiratmu oleh kehidupan duniamu. Waktu dekat ini engkau ‘kan tercabut ari apa yang engkau ambil.
Sedang apa yang dicabut-Nya suatu kesaksian yang amat, dan yang di ambil-Nya itu bermacam-macam bentuk. Adakalanya diambil darimu pemutusan penguasaanmu, engkau diambil dengan hina dan faqir, engkau dicabut dengan cobaan yang berat, dengan sekarat dan gundah. Engkau diambil dari penguasaan mulut-mulut manusia dan tangan-tangan mereka atasmu. Jadi setiap makhluq dikuasakannya atasmu. Ingatlah, wahai penidur, wahai Allah jagalah kami oleh Engkau dan untuk Engkau, Aminn..
Wahai manusia, engkau jangan jadikan dirimu semata-mata untuk mengambil dunia seperti tuak yang gugur dari tanganmu di malam hari sedang engkau tidak sadar. Kulihat engkau dalam pemalinganmu seperti pengomel yang mabuk di malam yang gulita. Tak berbulan dan tidak bercahaya. Sedang ia berada di tengah-tengah padang pasir yang banyak bahaya dan serangga-serangga pembunuh. Lalu ia mengadu akan membunuh sesuatu untukmu dengan pemabukan di siang bolong, karena matahari bisa mencegahmu mengambil sesuatu yang tidak menguntungkan dirimu. Palingkanlah dirimu bersama mentari tauhid, syari’at dan taqwa. Karena mentari itu bisa menahan dirimu dari jauh dalam jaringan nafsu, hawa, setan dan syirik.
Celaka, ... engkau jangan terburu, karena siapa yang terburu bisa salah atau mendekati salah.
Wahai manusia jika engkau berkehendak tidak ada sesuatu yang ada padamu tertinggal pada satu pintu yang terkunci, maka takutlah kepada Allah, karena hal itu menjadi kunci segala pintu. Firman Allah :
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak di duga.” (Qs.XLV:2-3).
Kehendak berpaling dari Allah jangan beri kesempatan bersemayam dalam jiwamu, juga dalam keluargamu, dan orang-orang sejawat denganmu. Mengapa kamu tidak malu memerintahnya untuk merubah dan mengganti keadaan. Apakah engkau merasa lebih bijak dari Dia. Dia-lah penyetir dirimu dan mereka. Jika engkau ingin menyertai-Nya di dunia dan akhirat peliharalah dirimu dalam gerak; tenang diam dan bisu.
Ketahuilah, wali-wali Allah itu selalu sopan di hdapan-Nya. Janganlah engkau mengikuti pergerakan tubuh dan jangan melangkah ke suatu pelangkahan kecuali mendapat konsensi yang jelas dari Dia – untuk hatimu – engkau jangan makan sesuatu yang kendati diperbolehkan, jangan berpakaian, jangan bersetubuh, jangan bergaul dalam setiap gerak kecuali mendapat konsensi yang sudah jelas kebenarannya di dalam hatimu. Mereka berdiri bersama Al-Haq, berjaga bersama pengatur hati dan penolong. Tidak ada janji bagi mereka bersama Tuhan sampai hati mereka berjumpa dengan Tuhandi dunia dan jisim mereka di akhirat.
Wahai Allah limpahkanlah kepada kami perjumpaan dengan Engkau dan bisa melihat Engkau. Jadikan kami termasuk orang-orang yang mendapat kerelaan-Mu.
“Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 4.
Ahad pagi tanggal 10 Syawal tahun 545 Hijriyah di Pondok ia berkata : Dengan mensitir sabda Nabi saw.
“Barang siapa baginya dibukakan pintu kebaikan, maka hendaklah ia bisa mencapai peluang itu, karena hal itu tidak diketahui kapan pintu tersebut akanditutup baginya.”
Wahai manusia, capailah dan peliharalah pintu hidup selagi terbuka. Mungkin dalam waktu dekat ini akan tertutup kembali untukmu. Jagalah laku perbuatanmu yang baik mumpung engkau masih mampu melakukannya. Peliharalah pintu taubat, masuklah ke lorong-lorongnya mumpung masih terbuka bagimu. Peliahralah pintu doa, karena pintu itu terbuka untukmu, peliharalah pintu ke temanmu yang baik sesungguhnya pintu itu masih menganga untukmu.
Wahai manusia, bangunlah dirimu dari sesuatu yang menggoncangkanmu, sucikan dirimu dari sesuatu yang mengotorimu, perbaikilah dirimu dari sesuatu yang merusakmu, jenihkan dirimu adari keruh kotormu, tahanlah dirimu dari kesukaan yang kamu ambil, kembalilah kepada Tuhanmu dari selisih orang-orang yang disekitarmu, yang engkau jadikan tempat pelarianmu.
Wahai hamba, di sana tiada apa pun kecuali Dzat sang Pencipta Azza wa Jalla. Maka, bila engkau merasa keberadaanmu bersama Dia berarti engkau hamba-Nya. Jika kereadaanmu bersama makhluk maka dirimu jadi hamba mereka. Bila engkau tahu bahwa pencarian terhadap Al-Haq itu menjadi pencerai setiap perwujudan yang engkau yakini, Sesungguhnya segala sesuatu dari makhluk itu penghalang antara dirimu dan Dia.
Wahai hamba, jangan jadi pemalas, karena sikap malas itu membuat sesal dalm penghamban ini. Permurah lah laku perbuatanmu, karena Allah Al Haq telah bermurah terhadapmu di dunia dan di akhirat.
Wahai hamba jadikan doamu sebagai pemikat, kembalilah kepada kerelaan, sesekali engkau jangan berdoa dengan mulutmu sedang hatimu menerawang berpaling dari-Nya. Di hari kiamat seluruh manusia akan mengakui setiap perbuatan apa yang pernah dilakukan di dunia. Baik yang buguas maupun yang buruk. Di sana sesalmu tidak berguna, juga engatmu tidak berfungsi. Pada hari itu tidak berguna pula mengingat kerja berat sebelum mati, ingat kebun halaman dan persemaian biji; itulah saat perhitungan manusia dimulai secara total. Jauh sebelumnya Nabi Muhammad saw. memperingatkan :
“Dunia adalah lapang tempat bercocok untuk akhirat, maka barangsiapa bercocok tanam yang baik niscaya ia akan menerima hasilnya dengan rasa puas, dan barangsiapa bercocok tanam buruk niscaya akan menuai sesal.”
Bila datang kematian apdamu barulah engkau bangunsadar, tapi waktu itu kebangunanmu tak berguna. Wahai Allah bangunkanlah kita dari tidur yang melalaikan Engkau, jagakan kami dari ketmpulan yang melupakan Engkau, Amiin.
Wahai hamba, persahabatanmu dengan hal yang buruk akan mendatangkan keburukan padamu dan melenyapkan kebaikanmu. Berjalanlah di bawah bayang-bayang Kitab Suci Allah dan sunnah Rasul-Nya saw. niscaya engkau beruntung.
Wahai manusia, malulah kepada Allah dengan arti sebenarnya Engkau jangan lalaikan masamu dengan sia-sia. Sungguh engkau disibukkan oleh urusan pengumpulan makan, berangan kepada yang tidak engkau temukan dan membangun yang tidak engkau diami. Setiap hal ini menjadi penghalang dirimu dari maqam Tuhanmu. Duduk berdiam sambil mengingat Allah dalam hati itu perbuatan orang-orang arif – dan mendalaminya --- sebaliknya merupakan setiap yang ada. Yang demikian jika sudah sempurna maka surga menjadi tempat tinggalnya. Surga pembelian dan surga yang dijanjikan. Sedangkan pembelian di dunia adalah Ridho (menerima) atas ketentuan. Dia dan mendekatkan hati kepada-Nya, munajat dan menyingkap tabir penghalang antar dirimu dan Dia. Jika demikian jadilah persahabatan hati ini dalam kesunyiannya bersma Al-Haq :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs.XLII:11).
Adapun isi deklarasi itu adalah tentang surga yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang beriman, juga bisa melihat rupa Dzat Yang Maha Mulia tanpa tabir penutup, tiak ada keraguan segala kebaikan dari Allah dn buruk dari selain Dia. Kebaikan tergantung dari pemberiannya dan keburukan terletak karena pembelakangan-Nya. Setiap perbuatan yang bermotif kehendak mendapat ganti dari makhluk, maka baginya ada padanya. Setiap usaha yang bersandar karena Allah maka itu baginya. Jika engkau bertaubat dan mencari ganti adalah balasan bagimu terletak pada makhluk. Bila engkau berusaha karena Allah semata adalah dekat kepada Dia dan melihat-Nya sebagai balasan untukmu.
Janganlah engkau mencari ganti atas usahamu dalam bentuk hitungan. Mana ada sesuatu, dunia dan akhirat, dan apa pun selain Allah dengan segala penggantinya. Carilah pemberi nikmat engkau jangan mencari nikmat. Carilah tetangga sebelum mencari rumah. Sesungguhnya Dia ada sebelum segala ini. Dia sumber segala keberadaan ini dan tetap ada setelah semua ini. Hendaknya engkau ingat mati, sabar atas cobaan dan tawakkal kepada Allah dalam segala situasi. Bila ketiga-tiga tingkatan ini telah sempurna bagimu, niscaya Penguasa Jagad ini datang padamu dengan ingatanmu ketika menjelang mati; dari sini bersihlah zuhudmu, sabar terhadap sesuatu yang engkau maksud dari Tuhanmu, tawakkal atas sesuatu yang lepas dari hatimu dan bergantung kepada Tuhanmu. Selamatkan jiwamu dari dunia dan akhirat dan segala apa pun selain Al-Haq, niscaya rakhmat mendatangimu dari pelbagai penjuru. Peliharalah Tuhanmu dari berbagai penjuru jiwamu. Bukankah jika tak seorang makhluk tertinggal untukmu enggkau masih punya jalan. Amat pada penjuru untukmu dan tertutup pintu bagimu, maka jadilah engkau termasuk golongan orang yang difirmankan Allah, atas kebenaran mereka :
“Sesungguhnya hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka.” (Qs. XV:42).
Bagaimana ada kekuatan bagi para peng-Esa Allah – yang ikhlas – sedang mereka tidak mengenal istilah makhluk dala setiap amal usahanya. Mereka hanya mengenal ucapan dalam kahirat bukan untuk permulaan. Semua pemula adalah bisu, dan semua kahiran berucap. Orang yang ikhlas ata hak miliknya tersirat dalam hati, penguasanya dalam kerahasiaan tidak terlintas pada yang nampak. Jadilah pemula yang tersembunyi meliputi ikhwalmu. Demikian ini usahakan jangan sampai mengenal batas terhenti sampai sempurna dan mampu menguatkan hatimu terpateri dengan Tuhan. Kala engkau telah sempurna dan sampai pada-Nya; kau dengarkan firman Dia :
Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantaramu ada orang yang menghendaki akhirat.” (Qs. III:152).
Adalah keberuntungan mendatangimu sendiri, tangan pemburu habis untukmu – dari semua tangan – selain Al-Haq, dan engkau ambil pintu yang dekat tembus dengan Al-Haq :
“Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang Haq.” (Qs. XVIII :44).
Bila ini telah sempurna atasmu datanglah dunia dan akhirat menjadi pelayanmu tanpa paksa. Lintasilah pintu Tuhanmu dan tetaplah di sana. Jika engkau tetap berdiam tak bergeming dari pintu itu maka Al-Haq berkait dengan jiwamu, sehingga engkau melihat lintasan-lintasan nafsu, hawa, lintasan hati dan lintasan iblis. Dikatakan untukmu : Inilah pelintasan yang benar, dan inilaj pelintasan yang batil.
Ketahuilah dari setuap bentuk ini menyimpan tanda yang bisa engkau kenali. Bila engkau sampai ke maqam ini niscaya lintasan Al-Haq datang padamu, mendidikmu, menetapkan, menegakkan, mendudukkan, menggerakkan, memerintah dan mencegahmu.
Wahai manusia, engkau jangan mencari penambah atau pengurang pendahulu atau pengahir, karena setiap kepastian itu telah mengitari setiap individu. Tiada seorang pun darimu kecuali baginya punya manuskrip dan biografi penghitung. Sabda Nabi saw.
“Telah usia Tuhanmu dari penciptaan, penetapan rizki, penetapan mati dan gerak-gerik kalam (pena) karena itu Dia tetap mengenai atas keberadaan ini.”
Sunggih usia sudah ketentuan Allah atas segala sesuatu yang ditutup dengan perintah dan cegah dan juga kebolehan, maka bagi setiap orang tidak boleh membubuhkan hukum yang telah berlaku. Bahkan difirmankan :
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya dan merekalah yang akan ditanyai.” (Qs. XXI:23).
Wahai manusia lakukan yang tampak dan hitam ini di atas putih sampai engkau termuat dalam amal, tepatnya di tengah-tengah perkara ini. Bila yang tampak ini engkau kerjakan niscaya akan memutar engkau menuju kefahaman isi hati. Pertama kali yaitu tentang kefanaan sirr (rahasia) mu lalu memenuhi hatimu yang ada dalam jiwa dan memenuhi jiwamu yang terletak pada lisan dan memenuhi lisan atas penciptaan. Demikian terus berputar pada mereka demi kebaikan dan kegunaan mereka.
Wahai, keberuntungan bagimu bila engkau berhenti bersama Al-Haq, dan mencintainya, Di antara cinta-Nya aalah keberhentian Dia padamu dan pada selain kamu. Dan di antara syaratnya juga jangan sampai dirimu berada di pihak lain selain Dia, berjinak-jinak bersama-Nya dan tidak takut ketika bersama-Nya. Bilamana rasa kecintaan terhadap Allah berdiam di hati hamba tentu ia jinak dengan Dia dan membenci terhadap apa yang menimbulkan kesibukan dirinya. Hentikanlah penuduhanmu yang palsu. Sesuatu ini tidak datang dengan tali dan berkhayal dusta, nifak dan pendurhaka. Hentikan dan tetapkan atas taubatmu. Tiada perbuatanmu dalam penanamanmu menghasilkan perbuatan yang ditetapkan-Nya, cabang-cabang atau buahnya.
Biasakanlah berhenti bersama Al-Haq dalam kesempitan dan madlorot dalam kefakiran dan kaya, dalam kesedihan dan kemewahan, dalam kesakitan dan kesehatan, dalam kebaikan dan keburukan, dalam pemberian dan pencegahan. Aku tidak elihat ng mujarab untukmu kecuali penyerahan jiwa secara total, kepada Al-Haq.
Bila datang ketentuan atasmu melalui sesuatu engkau jangan takut, jangan perbincangkan dan jangan engkau adukan kepada makhluk lain selain Dia. Karena ketentuan itu termasuk cobaan atasmu. Maka sebalikya engkau harus berdiam, tenang, dan menerima secara mantap dihadapan-Nya. Lihatlah terhadap apa yang diperbuat atas dirimu, bersukarialah atas pengubahan dan penggantian yang ditetapkan-Nya, jika keberadaanmu bersama Dia. Demikian tidak dapat tidak merubah Ketakutanmu dengan berjinak dan menetapkan tauhid untuk Dia serta penuh rasa Syukur
Wahai Allah jadikan untuk kami dalam surga-Mu dan bersama-Mu.
“Dan berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
.
WACANA 5.
Selasa sore 12 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah, ia bertutur :
Wahai hamba, engkau letakkan di manakah rasa penghambaan untuk Al-haq. Bawalah kemari rupa penghambaanmu yang benar, dan genggamlah rasa kecukupan dan segala urusanmu. Engkau adalah hamba yang lari dari Tuhanmu. Kembalilah kepada-Nya, pasrahkan jiwa ragamu untuk Dia dan rendahkan dirimu di bawah perintah-Nya dengan sabar dan menerima. Bila hal ini telah sempurna atas dirimu sempurnalah penghambaanmu, lalu datanglah kecukupan untukmu dari Dia.
Difimankan-Nya :
“Bukankah Allah lebih cukup daripada hamba-Nya.”
Bila penghambaanmu sehat, tentu engkau lebih mencintai Dia dan cintamu kepada-Nya dalam hati lebih merekat, begitu pula kejinakanmu dan kedekatanmutanpa ada cela. Ketidak adanya pencarianmu itu membaikan yang lains elain Dia, maka kerelaan-Nya pun terlimpah untukmu meliputi segala situasi. Kendati bumi menyempit atas dirimu tentu tetap melapangkannya. Dan jika pun pintu terkunci untukmu engkau tidak marah kepada Dia, dan engkau tetap tidak mendekati pintu selain pintu-Nya, dan engkau jiga tidak makan selain pemberian-Nya. Nah, demikian ini sebagaimana pernah terjadi atas diri Nabi Musa (ketika masih bayi), Difirmankan :
“dan Kami cegah Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusikan (nya) sebelum itu.” (Qs.XXVIII :12).
Tuhan kita Azza wa Jalla kuasa menyaksikan segala apa pun. Dia datang dalam setiap sesuatu. Dia penjaga segala sesuatu. Dan bila Dia menjaga setiap sesuatu maka tiada daya bagimu untuk memperkosanya. Tiada perintah yang bisa diingkari setelah diketahui. Janganlah kembali kepada Dia jika engkau masih mengharamkan segala kebaikan. Bersabarlah bersama-Nya dan jangan bersabar dari selain dia. Bila engkau tahu; bahwa orang penyabar itu mampu berbuat demikian. Untuk apa akal ini? Firman-Nya :
“Wahai orang-orang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. III :200).
Tentang sabar banyak ayat Al-Qur’an yang mensitirnya dan kesemua itu menunjukkanatas kebaikan dan nikmat, mendapat sebaik-baik balasan, pemberian, kepuasan hati dunia akhirat. Maka hendaklah kamu menjaga hal itu. Kamu telah mendengar berita tentang dunia kahirat; hendaknya engkau mencari bekal di kubur. Tujulah orang-orang shalih dan berbuat baik karena ketentuanmu berdiri tegak. Engkau jangan seperti orang bila sedang berpetuah tapi tidak menggunkanan petuha itu sendiri, bila mendengar tidak mau melaksanakan. Agamamu itu bisa lenyap oleh empat perkara :
1
Engkau tidak mau beramal terhadap sesuatu yang engkau ketahui.
2
Engkau lakukan pekerjaan atas dasar sesuatu yang tidak engkau ketahui.
3
Engkau tidak mau belajar terhadap sesuatu yang tidak engkau ketahui, bahkan engkau membiarkan dirimu kekal bodoh.
4
Engkau menghalangi orang untuk belajar sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Wahai manusia bila engkau didatangi majelis dzikir, ikutilah dengan melepaskan rasa duka cita, bukan dengan kebencian. Karena pemalinganmu dari petuah orang itu suatu kekeliruan, menggoncangkan, peremehan, penertawaan, dan mempermainkan. Hentikan tindakan ini, engkau jangan seperti mush-musuh Allah dan gunakanlah apa yang engkau dengar.
Wahai sahaya sungguh engkau telah dipandu dengan tradisi dan Allah memandumu dengan mencari pembahagiaan dan berhenti bersama Allah, lupa atas causalita dan tawakkal kepada-Nya. Peliharalah pemula amal ikhlas dalam usaha itu. Firman Allah :
“Dan bukan aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar menyembah Aku.”
Bukanlah engkau dicipta untuk membaut kacau, engkau dicipta bukan sekedar permainan, engkau dicipta bukan sekedar untuk makan, minum, tidur dan kawin. Ingat wahai pelupa! Hatimu melangkah menuju Dia satu langkah dan cinta-Nya melangkah menuju kamu beberapa langkah.” Dia pemberi rizki kepada siapa yang dikehendaki tanpa batas.”
Wahai hamba orang-orang bodoh itu engkau kencani, maka kegoblokan mereka itu niscaya berbalik padamu. Bila ingin berteman, rangkullah orang beriman, yang yaqin, alim dan yang beramal dengan ilmunya. Alangkah bagus keadaan mukmin dalam segala perilaku mereka, alangkah kuat keteguhan mereka, dan alangkah hebat penyitaan untuk nafsu, hawa mereka. Karena itu Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Keriangan orang beriman terlukis di wajah dan sedihnya di hati.”
Inilah di antara keteguhan mereka ditentukan oleh riang gembira di raut wajah dan menyembunyikan sedih di antara dirinya dan Allah. Cita mereka kekal, selamanya, banyak berfikir, banyak menagis, sedikit tertawa. Sabda Nabi saw. :
“Tiada keriangan bagi mukmin selain berjumpa dengan Tuhan.”
Orang beriman menutupi sedihnya dengan riang gembira, jiwa luar bergerak jiwa dalam bekerja dan diam bersama Tuhannya. Lahiriahnya untuk keluarga dan biniahnya untuk Tuhan. Mereka tidak bersedia membuka rahasia untuk keluarga tetangga anak dan tidak kepada satu pun manusia. Dengarlah sabda Nabi :
“Perbantukanlah perbuatanmu terhadap urusanmu dengan tidak menampakkan (merahasiakan).”
Wahai sahaya jadikan aku cerminmu, jadikan aku cermin hati dan rahasiamu dan cermin perbuatanmu. Dekatlah padaku tentu engkau melihat dirimu sesuatu yang tidak engkau lihat ada padaku. Bila engkau butuh tentang urusan agama hendaklah engkau bersama aku, karena aku tidak lebih cenderung padamu dalam urusan agama Allah, bahkan aku tidak malu menekuni agama Allah. Sungguh engkau berada dalam asuhan tangan kasar tanpa membawa hasil, bahkan menjadi munafiq. Tinggalkan dunia dalam rumahmu, dekatlah kemari, karena aku selalu dalam pemberhentian pintu akhirat. Bertetaplah di samping ku dan dengrkan kataku. Beramallah untuk Dia sebelum mati mendatangimu dalam waktu dekat ini. Gunakan rotasi waktu ini untuk takut keapda Allah. Bila engkau tidak punya rasa takut maka tiada kesentausaan bagimu di dunia dan akhirat. Takut kepada Allah menunjukkan pengetahuan yang dalam akan Allah. Dia berfirman :
“Hanyalah yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah orang-orang berilmu.”
Tiada orang penakut kepada Allah kecuali golongan orang berilmu (Ulama). Mereka adalah golongan orang bila bekerja dengan ilmu, beramal dan memahami apa yang diamalkan, mereka tidak mencari balasan dari Al-Haq, terhadap apa yang dikerjakan, kecuali mereka hanya menghara kerelaan Dia dan bisa dekat dengan-Nya. Mereka menghendaki mahabah, ikhlas dan terbuka hijab yang menyelimutinya. Mereka berkehendak agar pintu-Nya tidak ditiup di hadapannya; dunia akhirat. Mereka tidak terlalu cinta hidup di dunia juga di akhirat dan yang lain selain Dia. Dunia untuk manusia dan akhirat untk manusia. Sedang Al-Haq untuk orang yang beriman semata, bertaqwa, arif, mencictai-Nya, yakin dan khusyu di hadapan-Nya. Mereka adalah gambaran orang-orang yang sedih remuk redam karena dia. Mereka adalah eksponen manusia yang takut Allah dengan tersembunyi. Dia Maha Ghaib dari ketampanan sikap lahiri mereka. Bagaimana perlu takut? Setiap waktu Dia dalam kesibukan, merubah, mengganti, penolong ini penghina itu, penghidup ini dan pemati itu, penerima ini dan penolak itu, pendekat ini dan penjauh itu. Firman-Nya :
“Dia tiak ditanya tentang apa yang diperbuatnya dan merekalah yang akan ditanyai.” (Qs. XXI:23).
Wahai Allah perdekatkanlah kami dengan Engkau dan jangan jauhkan kami dari-Mu.
“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
WACANA 6.
Jum’at 15 Syawal 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah, ia bertutur :
Hti manusia yang jernih dan suci itu tidak ingat makhluk, Ingatannya menuju Allah, lupa dunia ingat akhirat, lupa apapun yang berada di sekitarmu dan ingat apa yang berada di hadapan-Nya. Engkau tertutup dari mereka dan semua yang ada pada mereka ada padanya. Mereka sibuk dengan urusan dunia daripada akhirat. Mereka tinggalkan rasa malu. Terhadap Tuhan mereka tidak malu; terimalah nasihat saudaramu yang beriman dan jangan berselisih dengannya. Karena ia melihat kamu dalam sesuatu yang tidak engkau lihat adalam jiwamu sendiri. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Orang beriman menjadi cermin orang beriman.”
Orang beriman memberi nasihat yang benar kepada sesamamnya (Mu’min), dan menunjukkan sesuatu yang tersimpan apdanya. Ia pandai membedakan antara baik dan buruk. Maha suci penuntun hatiku menjadikan aku penasehat makhluk dan menjadikan untukku sebesar-bessar himah. Sesungguhnya kau penasehat, aku tidak butuh balsan kebaikan itu. Akhiratku aku hasilkan di hadapan Tuhan. Aku bukan pengejar dunia, aku juga bukan penghamba akhirat, dunia dan segala apa pun selain Al-Haq. Aku tidak akan bersembah diri kecuali untuk Dia semata, ya untuk Dzat Mahasatu yang Qadim. Sesungguhnya kerianganku menguntungkan kamu dan kesedihanku menghancurkanmu.
Wahai manusia, tanggalkan rasa besar diri di hadapan Allah, juga terhadap ciptaan-Nya. Ketahuilah ketentuan manusia, rendahkan jiwamu. Semula engkau nutfah dari air hina, dan akhirmu jadi bangkai yang busuk. Engkau jangan sesekali termasuk orang loba (khirash) dan pemburu nafsu, membawa hawa nafsu ke pintu para penguasa untuk penghasilan dari mereka – yang tidak dibagikan untukmu – dengan tingkah hina dan rendah. Sabda Nabi saw. :
“Teramat pedih siksa Allah bagi hamba-Nya yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan untuknya.”
Celaka engkau, wahai pembodoh ketentuan yang ditetapkan. Apakah engkau mengira bahwa bangunan dunia mampu memberimu sesuatu yang tidak dibagikan untukmmu. Sesungguhnya kehendak seperti ini adalah bujuk rayu setan yang bersamayam dalam kalbu dan otakmu. Bukankah engkau hamba Allah yang lemah? Engkau hanyalah hamba (penyembah) nafsu setan, penyemabha pangkat, penyembah uang. Perangainya niscaya engkau lihat membawa keberuntungan sehingga menguntungkan jalanmu. Di antara ulama berkata “Siapa tidak melihat orang beruntung maka ia tidak beruntung.” Engkau lihat orang beruntung, tapi hanya engkau lihat melalui mata kepalamu, bukan dengan mata hatimu atau dengan penglihatan sirr (dimensi ketiga). Imanmu hanya iman yang tidak lekat dengan jiwa. Maka tidak bisa tidak bashirahmu yang bisa untuk melihat itu padam. Firman-Nya :
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada ( QS. XXII:46).
Rakus merebut dunia dari punya orang lain, menjual agama dengan harga rendah, yang nampak dengan yang fana, itu menjadi hoby mu.. selagi engkau kurang iman... maka perdekatlah kamu, perbaikilah kehidupanmu sampai orang lain tidak engkau butuhkan. Bila imanmu kuat dan sempurna mendekatlah kamu dengan pasrah di hdapan Allah dan melepaskan causalita, memutuskan tuhan-tuhan, melepaskan diri dari segala keberadaan ini melalui hati. Bebaskan hatimu dari tahan tumpahmu, keluarga, harta duniamu dan terhadap apa saja yang engkau lihat. Serahkan apa yang ada dalam genggamanmu untuk keperluan famili, teman dan saudaramu. Jadilah engkau seakan-akan rajapati telah mencabut nyawamu, seakan-akan sambar nyawa telah menyambar nyawamu, seakan bumi menganga menelanmu, seakan gelombang dahsyat menyedotmu ke dalam lautan dan menenggelamkanmu. Barangsiapa ssampai ke maqam ini niscaya causalit tidak berpengaruh bagimu. Karena keberadaan itu hanya menurut pandangan lahiriah saja dan bbukan menurut alam batiniahnya.
Wahai manusia, bila engkau tidak mampu melintasi apa yang ku jelaskan ... mencoba lepas dari causalita (lingkaran sebab) dan bergantung kepadanya yang kau ikuti dengan hati dari segala penjuru .. maka dirimu berada pada lapisan atas, tapi bukan lapisan atas itu. Bila engkau tidak mampu melaksanakan tersebut, maka tiada yang lebih kecil daripada sebahagian. Nabi saw. bersabda :
“Lepaslah dari kepentingan dunia, semampumu.”
Wahai sahaya, bila saja engkau mampu lepas dari keterjepitan dunia lakukanlah. Jika tidak mampu maka bersegeralah dengan hatimu mengadu kepada Tuhan, dab bergantunglah di bawah rakhmat-Nya sampai keterjepitanmu dari dunia longgar untukmu dan lepas dari hatimu. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Di tangan-Nya tergenggam segala sesuatu. Dapatkan pintu-Nya. Pintalah agar membersihkan hatimu dari yanglain. Penuhilah Dia dengan iman, ma’rifat, ilmu dan berkarya. Pintalah Dia agar memberimu yaqin dan berjinak hati dengan-Nya, dan agar menyibukkan setiap organ tubuhmu dengan ta’at kepada-Nya. Carilah setiap hal itu dari-Nya jangan dari yang lain.
Wahai sahaya, kelincahan lisan tanpa dibarengi amalan hati tidak akan mampu mengajakmu sampai kepada Allah. Perjalanan itu hanya perjalanan hati, kedekatan itu hanya kedekatan sirr, amal itu hanyalah amal yang berfungsi, serta menjaga hukum syari’at melalui anggota tubuhmu, serta berendah diri untuk beribadah. Barangsiapa jadikan lisannya sebagai tolok pengukur, maka ia tidak punya ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada amal baginya. Usahakan beramal dengan tersembunyi, jangan engkau tampakkan secara terang-terangan kecuali amalan wajib—yang tidak bisa tidak harus ditampakkan – hukum-hukum dasar itu telah mendahuluimu. Maka tidak berguna hukum ciptaanmu untuk kau terapkan di atas bangunan yang menadasarinya. Bila bangunan bergeser sedang dasar telah diletakkan (hukum) maka kuatlah bangunan itu dengan megah, tidak kenal ikhlas, tiada amal baginya. Hukumlah amalan dasar dengan tauhid dan ikhlas, lalu bangunlah amalan berdasar kekuatan daya Allah; bukan atas dasar daya kekuatanmu. Kekuatan tauhid itu pembangun, bukan kekuatan syirikdan munafik. Pentauhid adalah orang yang mengangkat kemampuan amalannya semaksimal, sedang orang munafik tidak demikian. Wahai Allah jauhkan antara kita dan orang munafik meliputi segala laku kita.
“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
WACANA 7.
Ahad tanggal 7 Syawal tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Wahai Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, dan tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.
Wahai manusia bersabarlah, karena dunia seluruhnya berupa ujian dan cobaan. Tiada nikmat kecuali disertai sakit, tiada kelapangan kecuali disertai sempit, Berikan dunia dalam hidupmu dan perolehlah bagian darinya melalui dasar-dasar syari’at. Karena ia merupakan penawar dalam pendapatan dunia yang engkau ambil.
Wahai sahaya, ambillah bagianmu melalui ketentuan hukum jika engkau benar-benar murid, dan ambillah dengan tangan perintah, jika engkau termasuk orang benar, dan engkau ambil dengan tangan melalui komando Allah jika engkau orang-orang yag patuh terhadap perintah Allah.
Kebenaran ada tiga macam; umum, khusus dan terkhusus (Khosul khos).
Umum (al’m) adalah muslim yang bertaqwa, ia menggenggam syari’at dengan kuast, menetapkan syari’at dan tidak melepaskannya. Ia beramal atas dasar firman Allah :
“Dan apapun yang diberikan oleh Rasul kepadamu, maka ambillah, dan apa pun yang Kami larang untukmu, maka jauhilah.”
Bila hal ini sempurna dalam haq-Nya, beramal untuk-Nya, lahir dan batin, jadilah semua itu bercahaya yang mampu menembus Dia. Jika sesuatu diambil darinya melalui syari’at hati tidak menghiraukan, bahkan ia mencintai ilham dari Al-Haq, karena ilham-Nya ada pada setiap sesuatu. Friman Allah :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (Qs.XCI :8).
Maka, takutlah (bergetarlah) hatinya ketika melihat ilham Al-Haq dan tanda-tandanya dalam bentuk lahirnya sesuatu. Dan dia bawa apa yang ada dalam pos-pos hidup ini jadi kekuasaannya, kemudian ia kembali dan ccahaya hati menyinari melihat apa yang terjadi dalam jiwanya – ini terjadi setelah pelaksanaan syari’at, setelah teguh Iman dan tauhidnya – setelah hati keluar dari percaturan dunia dan makhluk lain................... cahaya iman datang kepadanya. Yaitu cahaya kedekatan dengan Tuhan, cahaya amal dan cahaya sabar, cahaya tatakrama dan cahaya ketenangan. Semua ini terjadi setelah syari’at datang menetap.
Adapun abdal mereka disebut “khowasul khos”, mereka berfatwa berdasar syariat, kemudian melihat perintah Allah, perbuatannya, pergerakannya dan ilhamnya. Maka apa pun yang berada di belakang ini adalah kebinasaan di atas kebinassaan, derita di atas derita, haram di atas haram, berputar pada pupus agama, penyakit hati dan kekeringan tubuhnya.
Wahai manusia, pemberian Dia padamu adalah untuk dilihat; apa yang kamu lakukan, apa kamu tetap seperti semula atau lebih bertingkah? Bersedekah atau berdusta? Barangsiapa tdiak menetapi ketentuan-Nya tidak da persahabatan atau kecocokan dengan Dia. Barangsiapa tidak rela atas ketentuan Dia berarti tidak rela pula kepada-Nya, siapa tidak memberi niscaya tidak diberi, siapa tidak mencela tentu tidak terhinggapi dosa cela. Wahai si dungu engkau ingin meorbah dan mengganti kehendak Dia, apa engkau mengaku Tuhan ke dua—setelah Dia – lalu memaksa Allah agar mempersusiakan hal ini atas kebalikannya semata dengan keingkaranmu kepada Al-Haq. Jika keberadaanmu munkar atas jiwamu, kuasakah engkau ingkari diri selain dirimu. Kepatian imanmu yang kuat bisa melenyapkan munkar dalam jiwa. Dan kepastian sifat lemahmu mendudukkan (menetapkan) kamu di pos-pos dan membisukanmu untuk melenyapkannya. Keteguhan iman adalah ketetapannya kala berbentur dengan setan jin dan manusia, juga kokoh saat ujian datang meliputi siksa dan cobaan. Ketuhan imanmu tidak ada ketetapan baginya, karena itu engkau jangan tinggalkan iman. Bencilah semua keberadaan ini dan cintailah sang Pencipta. Segala keberadaan ini jika dikehendaki akan membaut dirimu cinta terhadap sesuatu dari sesuatu yang engkau benci. Hendaknya engkau menjaga diri darinya, karena ia tercinta untukmu. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling kucintai dari dunia ini ada tiga; wewangian, wanita, dan perhatianku dalam shalat.”
Cintailah ia setelah benci, tingglkan zuhud dan berpaling darinya; maka usai sudah hatimu dari selain Dia, sehingga Dia mencintai kemu atas sesuatu yang dikehendaki dari hal itu.
WACANA 8.
Selasa sore 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al-Namurah ia bertutur :
Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi aga,a, dan tidak mengenal wara (memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan yang jels haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr). Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk. Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datag mengitarimu. Takhmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalnalh kepada-Nya dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yang berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam, mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan-setan penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang kematian sesungguhnya.
Wahai manusia sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali yang engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain, menjadi penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling strategis.
Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta kepada setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya.
WACANA 9.
Jum’at pagi 12 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namura, ia berttur; dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah tidak menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah mencobainya.”
Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali malah menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat. Di antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah – bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang disibukkan urusan dunia, sambutlah suara ini dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan hati. Engkau berpaling dari Allah, juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan para pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang-orang yang menjadi penerus mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya tiada kalam dari Allah yang kau dengar, tidak juga dari suara-suara hamba yang shalih yang bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana. Terimalah ketentuan atau kepastian yang tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang membawa kemulyaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit, dan tehadap apa pun yang engkau sukai atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau menjadi pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya, ikutilah yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan melayanimu.
Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani, jika kamu berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu meninggalkan-Nya karena melayani para pemimpin yang tidak membawa mudharat atau manfaat. Mana saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yang tidak dibagi untukmu, atau mentukan pembagian sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan untuk mereka. Pabila engkau berkata bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak, tiada pencelaka, taida yang qadim, tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau berkata sesungguhnya aku tahu hal itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana engkau tahu? Dan mendahulukan selain Dia?”
Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu denga duniamu, bagaimana engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada nafsu, setan dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu kepada selain Dia? Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan menjadi penolong mereka, pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan penyelamat mereka dari kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki untuk mereka tanpa batas? Dia berkata ( dalam Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam malulah kepada-Ku seperti engkau malu kepada tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Pabila pintu seorng hamba terkunci, dan turun tirainya, dan tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam kesunyian bermaksiat kepada Allah; atas ddirinya Allah berkata : “Wahai anak Adam, engkau jadikan Untuk-Ku pandangan yang mudah bagimu?.”
WACANA 10.
Ahad pagi 14 Syawal tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Mansitir sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik manusia.
Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah – jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI :3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji. Ia sabar membawa beban berat, ia pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap) air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat, meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi, sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan. Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia, keluarlah dari persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka, pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.
Wahai sahaya, fahamilah Pencipta kauniah ini dan bersopanlah di hdapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita, meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya. Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan di hadapan orang yang lebih tua darimu. Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian besar terdapat dalam orang-orang yang lebih tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan cegah dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal, orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap Allah. Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata : “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila engkau masuk rumah jangan duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan rumah untuk mendudukinya.
Wahai sahaya, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua adalah para pengembala makhluk (umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para pemimpin, orang-orang kaya : Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan orang fakir, memelihara anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini. Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini, mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu Allah untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat. Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.
Wahai sahaya, bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya. Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di antara mereka ada yang tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga ada ketentuan seperti ketampaan itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan sesuatu yang dikehendaki terajdi padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam tambang dan benda-benda lain, kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku menghendaki agar Allah mengajarimu tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang diperagakan oleh tukang-tukang sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan ketinggian hikmah dan kecerdikan. Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah kehendak Dia, yang baisa disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir berkata kepada salah seorang temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.
Wahai sahaya, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena takut cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag tidak tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi cobaan pada kami (melebihi kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami agar memperdekat dengan-Mu tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah hati kami, wahai Allah dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk menjauh dari-Mu, tiada juga atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat kepada-Mu, serta tiada api cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus terjadi bersama api coba, maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari kehangusan api yang menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim kekasih-Mu, tumbuhkan di sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di sekitarnya, dan kayakan kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya, jinakan kami, hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami seperti Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan (tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras sebelum sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah dari bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.
Wahai sahaya, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.
Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari ketergoncangan.
“Dan berrikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”
WACANA 11.
Jum’at pagi 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah, ia bertutur :
Wahai sahaya, kenalilah Allah, engkau jangan mendungu dari-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya, relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya. Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan takut yang lain, berharaplah padanya jangan berharap kepada yang lain, berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya sampai menunudukkan kemauanmu. Beradablah bersama hitam di atas putih (Al-Qur’an) sampai datang apa yang mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara dari kehangusan syari’at yang ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada yang bisa sampai ke ketentuan itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh keluar lingkungan syari’at. Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang masuk di sana. Adapun yang mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu engkau ketahui. Jadilah kamu dalam segala usiamu berpeluk erat bersama Rasulullah saw. dengan menggenggam segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau mampu menyeru penguasa kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau mendapat konsesi Rasulullah saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut Abdal (pengganti) karena mereka tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak Allah. Dan jangan engkau pilih sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya berjalan pada lahirmu. Untuk mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal khusus mereka. Kala derajat mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam diri mereka semakin bertambah perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah perintah-perintah syari’at yang harus dikerjakan di sana dan disandarkan padanya. Sedang mereka dalam lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya dalam keterasingan bersama Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah dan larangan. Di sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap konstan selamanya dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah wajib itu zindiq dan maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah wajib itu tidak boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Wahai sahaya, benarlah, berdasar hukum dan yang terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai keluar meninggalkan ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji. Perangilah nafsu, setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau jangan putus asa dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu – bersama keteguhan hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Tahanlah lisan dari pengaduan kepada manusia (makhluk), jadilah juru bicara Allah dan seluruh makhluk untuk menyeru mereka agar patuh dan membendung maksiat. Tahanlah mereka dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia, muliakan Kitab Allah dan bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia menjadi penjembatan antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk. Karena Allah berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak? Barangsiapa menolak Allah, menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir kepada Allah, bahkan Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus dibaca, inilah yang pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah yang termaktub dalam Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad berkata :
“Kalam itu makhluk dan tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk dan penjaga yang ada di sana bukan makhluk.
Wahai manusia ambillah nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya. Itikad itu kata yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya yang berjumlah (jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah dengan hatimu, beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan apapun yang membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita kata itu tidak mesti dapat bebas dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan qiyas. Engkau jangan tinggalkan saksi dan bersikeras menurut berita asal kata penuduh. Harta orang itu tidak bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada penjelasan saksi. Karena itu Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu bisa diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara) dengan darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada berguna jika hati dungu. Nabi saw. bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan tinggi.”
Wahai Ulama, para dungu yang datang dan yang jauh; malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri. Jadilah dirimu di bawah perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan membiasakan syukur atas nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita dengan kepatuhan. Bila hal ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah datang untukmu bersama dunia akhirat.
Wahai sahaya perangi keberadan ini sampai tak tertinggal satu pun yang kau cinta. Jika keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia jangan kau tinggalkan dalam dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal Dia. Inilah satu jenis dari manusia yang tidak menerima kata damai dari makhluk. Wahai munafik uji coba terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala melihat melalui hati mereka – selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam kedamaian di sna dan duduk di hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam, bulan dan tahun terjadi atas mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu kondisi yang tidak berubah bersama Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara ciptaan Allah yang ada. Seandainya engkau melihat mereka tentu berkata : “Betapa bahagia mereka di hati kiamat.” Hati mereka selalu terisi duka cita remuk redam di hadapan Allah, juga tak henti-hentinya terisi rasa takut dan bising. Kala terbuka untuk menerima kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati mereka semakin bertambah takut. Hati mereka terputus dan ertalian mereka tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas mereka; itulah keterbukaan pintu rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi mereka. Maka apapun yang ada pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku cintai kala aku melihat kecuali masa pencaharianku untuk akhirat dan pencaharianku pada Allah. Sedang pencari dunia, makhluk, nafsu dan syahwat; cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada awalnya suka berkirab bermain debu dan benda najis lain. Mereka cenderung menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi dari pengawasan orang tuanya. Bila berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik dari semua itu, ia tinggalkan satu demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah jadi perlakuan yang sopan di hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan terjadi padanya niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang mengitari. Tapi siapa dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia hidup bergumul di sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah pencipta penyakit dan obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya itu penyakit dan adil itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat, menentang Allah itu penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya terbilang sempurna pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi hatimu sedang di sana ada makhluk bukan Allah. Seandainya engkau bersujud pada-Nya selama seribu tahun di atas bara, tapi hati engkau hadapkan selain untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu tidak bermanfaat. Tiada hal itu berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau persembahkan. Engkau tiada kan dapat untung sampai engkau lenyapkan segala keberadaan ini dari hati. Cih, mana berguna bagimu penampakkan zuhud disertai penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah mengetahui segala rahasia dalam cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu mulutmu berucap tawakal sedang hatimu tidak menuju Dia.
Wahai sahaya, engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar) Allah, karena Dia amat keras marahnya. Engkau jangan perdaya ulama agar tidak acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya itu berbeda dengan mereka. Mereka itu eksponen ulama yang mendapat hikmah dari Allah, Menyuruh manusia dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak melarang atau mencegah sesuatu dan tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah kami taubat juga untuk mereka. Anuderahkanpada kami untuk Nabi-Mu Muhammad saw. serta nenekmoyang kami Ibrahim as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan di antara kami atas yang lain, manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami dalam rahmat-u, Aamiin.
WACANA 12.
Ahad pagi tanggal 2 Dzulqa’idah tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Wahai sahaya, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal. Engkau ernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah. Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Wahai sahaya, kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs. LXV:1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Qs. XXVIII:47).
Wahai sahaya, tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga untuk lisan.
Wahai sahaya engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang menetukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
WACANA 13.
Selasa sore tanggal 4 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia berrtutur :
Wahai sahaya, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Wahai sahaya, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Wahai sahaya, sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang kembali. Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama Allah.
Wahai cahya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 14.
Jum’at pagi tanggal 7 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah, di Madrasah ia bertutur :
Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan dijadikan santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada Allah, orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak menggoncangkannya atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka tidak terguncang dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut pada-Nya. Sadarilah akan dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di hadapan-Nya, berlaku sopan di hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk memutus bengongmu.
Wahai sahaya, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka (hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi saw. bersabda :
“Si fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan mereka secara penuh.
Wahai sahaya, engkau beramal untuk Allah tentu Dia menyuburkan tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting serta membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah yang munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam Agama Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu terkekalkan, baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan hatimu bersama Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari satu arah ke arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata dari Dia, bukan dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan Allah, kedekatan dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi kiblat makhluk dan tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil dengan hati serta memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang paling sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata. Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu. Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak berbuat baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang benar itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap wara.nya, yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan – atau berupa syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang benar (shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam. Ia membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti terbakar. Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu bentuk pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan. Kebaikan mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya menjadi jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah dengan pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci, dan antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia, pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang terkaya metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu dari akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah Engkau rizqikan pada kaum lain.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 15.
Ahad tanggal 9 Dzulqoidah tahun 545 di pondok, ia bertutur :
Orang beriman hidup di dunia itu semata hanya mencari bekal untuk akhirat, dan orang kafir itu bersenang-senang di dalamna. Orang beriman senantiasa berbekal, karena mereka berada pada jalan Qana’ah dan mempermudah lepasnya hasrat, sebaliknya perhatiannya lebih banyak dicurahkan untuk akhirat. Ia persiapkan untuk dirinya suatu bekal menurut kemampuannya. Segala kekayaan ada di akhirat. Setiap hati dan himahnya berada di sana, dan di sana juga ia putuskan hati dari dunia, lalu mencurahkan segala kepatuhannya untuk kepentingan akhirat, bukan untuk kepentingan dunia beserta isinya.
Andaikata ia punya makanan baik tak pelak ia berikan untuk orang fakir. Sebab ia tahu di akhirat tersedia makanan yang lebih baik dari itu.
Tujuan akhir cita orang beriman lagi berilmu dalah jalinan yang lebih dekat dengan Tuhan. Dia menjadi tujuan akhir, langkah hati dan pengembaraan rahasia. Sesungguhnya aku melihatmu ketika berdiri, duduk, ruku, sujud dan berjaga, sedang hatimu tak henti-hentinya berada di tempat dan tidak keluar dari kediaman serta tidak memelihara tradisinya. Usahakan sebenar mungkin saat mencari Tuhanmu, karena kamu telah diperkaya hingga mampu bersedekah secara banyak dibanding yang engkau teguk (makan).
Patuklah butir keberadaanmu dengan peran kebenaranmu. Carikan sarang pencarianmu atas sesuatu dengan meletakkan tangan zuhud di sana. Terbanglah dengan hatimu hingga sampai pantai samudra yang memperdekat dirimu dengan Tuhan. Ketika itu angin kencang menyongsongmu beserta perahu layar yang menghimpit lalu mengangkat dirimu dan menghambur menuju Tuhan. Nah, demikian potret dunia laksana samudra sedang imanmu seumpama perahu layar yang tengah berlabuh. Itu sebabnya Luqman Al-Hakim berkata : “Wahai anakku, dunia ini laksana samudera, Iman laksana bahtera, lajunya adalah taat dan pantainya adalah akhirat>”
Wahai orang yang bersejuk atas maksiat, dalam waktu dekat akan datang padamu buta, pekak, waba’, fakir dan kesat hati semua makhluk dan engkau terima. Lalu sirnalah hartamu dengan terkepung menguap dan tercuri. Jadilah engkau orang berakal lagi bertaubat kepada Allah. Engkau jangan sekutukan Dia dengan hartamu, tawakal pada-Nya, jangan berdiam bersama harta itu. Campakkan ia dari hatimu, perkecillah rakusmu, dan pendekatan hayalmu.
Dari Abu Yazid al Busthami, ia berkata : Mukmin yang arif itu tidak mencari dunia atau akhirat dari Tuhannya, tetapi yang benar ia mencari Ridla Tuhannya.
Wahai sahaya, kembalilah bersama hatimu menuju Allah. Manusia yang bersungguh melakukan taubat kepada Allah hanyalah orang yang sudi kembali kepada-Nya. Dia berfirman :
“Dan kembalilah kamu (taubat) kepada Tuhanmu.” (Qs.XXXIX : 54).
Artinya kembalilah kamu kepada Tuhanmu. Yang dimaksud kembali di sini adalah tunduk secara total kepada Dia. Serahkan jiwamu kepada-Nya dan campakkan jiwamu di hadapan Dia menurut ketetapan, kehendak, perintah, dan cegah-Nya. Campakkan hatimu di hdapan Dia tanpa kata, tanpa tangan, tanpa kaki, tanpa mata dan tanpa apapun, bahkan harus disertai keseimbangan dan kebenaran. Apabila yang demikian terjadi padamu tentu keberadaan hatimu kembali kepada-Nya dengan penuh kesaksian dan bukan berjinak lagi bersama sesuatu makhluk. Bahkan hatimu lebih liar terhadap sesuatu yang bertarap di bawah Arasy. Juga hatimu lari dari segala keberadaan ini dan tetap hanya terputus dari segala yang terbilang baru.
Sungguh untuk manusia telah disediakan cela dan pujian; seperti musim panas dan musim dingin, atau seperti siang dan malam. Kedunya itu sama-sama tidak lepas dari pengawasan Allah. Oleh karena itu tiada orangmampu mendatangkan keduanya atau hanya salah satu darinya – kecuali dengan izin Allah. Hal itu manakala telah nyata bagimu, engkau tidak bangga dengan pujian dan tidak gusar dengan cela. Berkelanjut dengan keluarnya rasa kecintaan dalam hatimu terhadap makhluk. Tidak ada kata cinta, tidak ada rasa marah, yang ada justru belas kasih.
Mana ada ilmu bermanaaf bagimu, sedang ia tanpa pengamalan. Sungguh ilmu demikian amar direndahkan oleh Allah. Engkau belajar, mendirikan shalat, menunaikan puasa, tapi semata untuk makhluk; dengan harapan mereka menyanjungmu dan menyerahkan harta mereka untukmu. Tentu, hal ini bisa berhasil dengan mudah engkau peroleh. Tapi kala mati telah tiba, siksa penjempitan kubur dan peristiwa besar lagi mengerikan menimpamu. Saat itu penjelas yang pernah tejadi antaramu dan mereka tidak berguna, termasuk apa yang engkau peroleh berupa harta mereka juga tidak berguna. Padahal pemakannya bukan kamu, tapi siksa. Sedang perhitungan ada padamu.
Wahai pembelakang kebenaran, wahai pecinta haram, di dunia engkau termasuk para pekerja keras, tapi kelak engkau di neraka. Ibadah itu suatu jalan perombak, oangnya disebut wali. Dan abdal yang ikhls itu selalu mendekat Allah, Ulama, yang bertindak dengan ilmunya itu menjadi khalifah (pengganti) Allah di bumi-Nya, Rasul-Nya dan menjadi pewaris para Nabi dan Rasul. Bukan seperti kamu, wahai orang-orang gila, wahai penjilat, wahai pemandai lahiri tepi dungu batini.
Wahai hamba apa yang ada padamu, Islam bukan menyerahkanmu? Islam adalah kerangka yang dibangun melalui syahadat, jadi tidak sempurna persaksian bahwa : “Tiada Tuhan kecuali Allah” tetapi engkau dusta, apalagi di hatimu terhias beraneka ragam tuhan yang engkau takuti. Seperti : para pemimpin dan penguasa yang bertingkah mengaku tuhan.
Ketegaranmu atas usahamu, perniagaanmu, daya dan kekuatanmu, pendengar dan penglihatanmu kau pertuhankan. Pendapatmu yang menyatakan dlar (sengsara) dan naf (manfaat) pemberi dan cegah yang datang dari makhluk kau pertuhankan. Mayoritas manusia bergantung pada hal ini sepenuh hati, hanya pada bagian lahiri mereka bergantung kadpa Al-Haq. Telah menjadi tradisi mereka berdzikir kepada Allah dengan mulut tanpa ditekan oleh hati. Bila nyata mereka nampak seperti itu mereka gusar dan berkata : “bagaimana ucapan kami sedemikian disebut patuh (muslim).” Nanti akan nampak aib dan terlahir kecintaan.
Perkuatlah ucapanmu ketika berucap “Laa ilaaha” sebagai penafi (peniada) segala keberadaan ini, dan “Illallah” sebagai ketetapan melingkup untuk Dia semata, jadi bukan selain Dia. Dalam situasi apa pun di mana hatimu berpendirian kuat terhadap sesuatu – selain Allah – maka ini terrmasuk kedustaan atas penetapan ucapanmu, dan jadilah Tuhanmu yang engkau perkuat dengan keyakinan kendati tanpa disertai ekspresi tingkah lahiri. Manakala engkau berucap “Laa ilaaha illallah” maka ucapan di permukaan kata bersumber dari lubuk hati, baru disertai lisan sebagai penandas. Serta gantungkan secara kuat kepada-Nya – bukan selain Dia. Persibuk lahirmu dengan perbagai hukum dan batinimu dengan Allah. Tinggalkan kebaikan dan jelek atas lahirimu, juga persibuklah batinimu bersama Dia – pencipta kebaikan dan buruk. Siapa mengenal Dia tentu ia berendah kepada-Nya dan menjaga segala lisan di hadapan-Nya. Sehingga berlipatlah himah yang ia miliki, sedih dan tangisnya bertambah, rasa malu dan sesal atas tindakan-tindakan terdahulu – berupa kesia-siannya – bertambah, juga takutnya bertambah kuat dan bertambah pula ma’rifat dan ilmunya. Karena itu firmankan :
“Sesungguhnya Tuhanmu kuasa melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. XI:107).
Juga firman-Nya :
“Dia tidak ditanya terhadap sesuatu yang diperbuat, dan merekalah yang akan ditanyai.”
Berulang kali di hadapan mata sampai yang terdahulu tetap berupa kesia-siaan kejahilan dan duka citanya, maka mencari dari kemaluan (malu) dan takut dari pencabutan orang dan menatap ke arah mendatang.
Apakah diterima atau bahkan ditolak, apakah terebut apa didberikan, atau malah hampa baginya; apakah di hari kiamat ia termasuk teman orang-orang beriman atau kafir. Karena itu sebelumnya Nabi saw. bersabda :
“Aku adalah orang yang lebih mengerti Allah daripada kamu dan aku pula yang lebih takut kepada-Nya daripada kamu.”
Di antara sebagian orang yang arif dalam kepelikan dan keganjilan; siapa datang apdanya kecuali orang yang mampu membaca diri tentang sesuatu yang melintasinya, itu pun disertai ilmu. Rahasia yang dimiliki jelas terbaca di Lauh Makhfudz, kemudian terbit dalam hati. Kendati tetap diperintah untuk merahasiakan hal itu, dan tidak diperkenankan menampakkan melalui nafsu kendati dengan alasan misi Islam semata. Bahkan menurutnya antara emas dan debu tidak berbeda, termasuk puji dan cela, pemberian dan penolakan, surga dan neraka, nikmat dan sakit, kaya dan fakir, keberadaan makhluk dan sirnanya. Bila demikian telah sempurna maka keberadaan Allah selalu tumbuh menjadi landasan aktivitasnya. Dari Allah kemudian datang penguasa dan kekuasaan terhadap makhluk. Setiap orang yang melihat tentu mengambil manfaat kepadanya – semata karena keperkasaan Allah dan Nur-Nya yang terpakaian padanya.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 16.
Selasa sore tanggal 11 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Hasan al-Basri pernah berkata : rendahkan dunia karena dunia, demi Allah, tidak baik ia kecuali setelah dihinakan.” Wahai sahaya beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu dari persemayaman-Nya, dan beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di persemayaman Rasulullah Muhammad saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan Al-Qur’an, setiap hari dan cita. Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum tasawuf. Karena rahasia mereka dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai pembuka pintu pendekat. Ia pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan antara Tuhannya. Kala engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu menanti kepastian lalu mencabutnya, sedang orang berilmu mengiringinya dan rela atas kepastiannya. Wahai orang miskin, engkau jangan menanti kepastian dan bersedih karenanya, sebab itu bisa membinasakanmu. Orang yang berbalut tekad adalah orang yang menerima kehendak Allah dan mengeluarkan hati (membebaskan hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan. Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati keclmu, bila engkau bertahan tentu engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan orang-orang shalih. Jika engkau mampu membantu orang-orang shalih lakukanlah, karena mereka labeih baik darimu; di dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau dapat menguasai dunia seluruhnya, sedang hatimu tetap tidak seperti hati mereka, tentu engkau tidak memiliki mutiara. Setiap orang yang berhati baik kepada Allah dan ia dikitari dunia dan akhirat, tentu bila menghukum orang awam dan khowas (orang-orang pintar) dengan ketentun hukum Allah.
Mana mungkin engkau bertali dengan mereka. Kamu, setiap citamu tidak lain hanya tertuju makanan, minuman, pakaian, kawin dan segala isian dunia, bahkan engkau juga rakus padanya. Bekerja yang seata-mata didasari perkara dunia bisa membawa kebatilan dalam perkara akhirat. Nabi saw. menjelaskan :
“Seungguhnya Allah mempunyai dua orang malaikat yang saban hari pagi dan sore selalu mengumandangkan panggilan : wahai bani Adam bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa dan berkumpullah untuk bermusuhan.”
Orang beriman tentu berniat baik dalam segala tindakannya. Ia tidak beramal di dunia ini tetapi justru membangun dunia untuk akhirat. Ia meramaikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, pondok-pondok dan menuntun jalan kaum muslimin. Jika membangun tanpa tujuan ini, maka untuk keluarga, orang miskin, orang fakir dan tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan ini hingga terbangun megah, baginya akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak membangun semua itu karena mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak Adam telah bersih seperti ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama Allah dan hidup bersama Dia. Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul. Terimalah apa saja yang datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan, iman dan yakin. Maka tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.
Orang yang berdzikir – Allah – memulia hidup dengan peralihan dari satu kehidupan menuju kehidupan lain, tiada kata mati baginya kecuali sesaat. Bila dzikir telah bertempat dalam hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng (daam) kendati ia tidak berdzikir melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir yang daam (langgeng) maka kekal pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya bersama perbuatan-Nya. Bila tidak serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri di musim panas, kecuali musim panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak serasi dengannya dalam musim dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin. Keserasian keduanya itu mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian antara bala’ dan afat yang mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan, hati bosan, keluh kesah saat datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas manusia, dan alangkah indah keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka – dari Allah – menjadi penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti Ashabul Kahfi di dalam gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran mereka.
“(Sedang mereka dalam keadaan tidur) Kami balikkan mereka ke sebelah kanan dan sebelah kiri ......... (Qs.XVIII :18).
Mereka itu orang yang lebih berakal, mereka sama memikirkan apa pun yang datang dari Tuhan – dalam segala keadaannya – demikian cita mereka.
Celaka, engkau berbuat mengikuti perbuatan ahli neraka mengharap surga. Atas perbuatan ini sesungguhnya engkau telah rakus yang tidak pada tempatnya. Engkau jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau sangka terjadi atasmu. Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu. Allah akan menelanjangi kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia untukmu dan engkau beramal di sana menurut kemauanmu. Sama halnya afiat pun akan tertelanjangi darimu, kaya, aman, mulia dan segala yang ada padamu yang berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau jangan lari dari ketelanjangan itu, kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga engkau mencarinya dan meminta darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang kamu miliki hanyalah dari Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan itu atas dasar taat.
Ada Ulama berkata : “bersegeralah menuju Allah melalui makhluk dan jangan berseimbang dengan mereka untuk Allah.” Tercerailah orang yang menceraikan-Nya dan terbesarilah orang yang berbesar.
Belajarlah untuk perimbangan dengan Allah melalui hamba-Nya yang shalih yang sama berimbang (muwafaq) bersama Dia.
WACANA 17.
Jum’at tanggal 14 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Qs.XX:27:28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah datang kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku, maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan – selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal). Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Wahai sahaya, kuliht engkau amat sedikit berma’rifat kepada Allah, Easul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti Nabi, pra khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk). Pabila Allah menghendaki tentu Dia memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkau rihda.” (Qs. XX:84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang debil, apa yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan sesuatu.
Wahai sahay engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan Allah.
Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. XLII : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.
Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau senang. Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka selain siksa neraka.
Wahai Allah kami mohon perlindungan darimu dari segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di akhirat. Aamiin.
Wahai sahaya, perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.
Wahai sahaya, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.
Wahai sahaya, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.
Wahai sahaya, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit tangannya.” (Qs. XXV :27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Wahai sahaya, engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
WACANA 18.
Ahad pagi tanggal 16 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Allah telah memberikan untukmu berupa dua perlawananan; lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi nafsu, hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu : usaha untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad batini ternyata menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk lahiri. Karena hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan menetapi perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang siapa menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh keutamaan dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid itu laksana bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam kebenaran jihad untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga meneguk air dingin.
Wahai manusia, imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau jangan mempertonjolkan amal, jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan makhluk atau pengganti dari mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas, dan berapa banyak orang munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah, tetapi konstan tunduk di bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang itu suka berharap agar tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat lebih baik dibanding isi dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar, sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga mereka bersama Allah. Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.
Wahai sahaya, jadilah orang benar, tentu engkau baik, jadilah pembenar dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan. Setiap selamat yang ada dalam ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan dari pelaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar atas keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan pintanya, dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia kemarilah karena aku membawa nasihat bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala apa pun yang diriku ada di sana. Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas dari kehendak Allah sebagaimana yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku butuh kamu seperti engkau buruh diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna iman seseorang beriman sehingga ia memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendaknya sendiri.”
Nah, demikian realisasi kata pemimpin kita dan pembersar kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar sejak Adam sampai kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak memenuhi pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua itu. Maka betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang yang jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya, bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan perbuatan bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu dan sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat sifat loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Qs. XLV :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka, bedanya engkau mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana tradisi kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia seakan bertaqwa sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak berguna bagimu.
Wahai manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat bagimu; lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan makanan haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya. Wahai pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama buka dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku atas sesuatu yang mereka agungkan di bulan puasa.”
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa di bulan itu, dan puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara hukum-hukum syariat-Nya.
Wahai sahaya puasalah, bila tiba saat berbuka berikan sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang membutuhkan berarti ia takut jika fakir.
Wahai manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu, kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu, mengmbil apa yang ada di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua keadaan. Tawadlu’ itu seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi itu seharusnya asli dari hartamu. Nabi kita mUhammad saw. itu selalu memberi peminta dengan tangannya sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir bajunya sendiri. Barang siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh berbeda dengannya; baik kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau datang sambil membawa syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang Islam”. Peliharalah ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan diri totalitas di hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia sehingga engkau dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih berdiri bersama nafsu tidak akan sampai ke maqam ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya niscaya engaku berruntung. Engkau dengan firman Allah “
“Dan apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Qs.LIX :7).
Hasan Al-Basri berkta : “Cukup bagi orang mukmin atas sesuatu yang mencukupi, kambing betina, tamar busuk dan seteguk air.”
Wahai Allah perbaguslah kami dengan tahid dan terbitkanlah kami dengan fana’ dari makhluk dan apa pun selain yang berjumlah (Allah).
Wahai Tuha kami, berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehididupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 19.
Selasa sore 18 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Dmi Al-Haq, seandainya dia tidak ciptakan surga dan neraka tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya untuk mencari ridla-Nya. Jagalah sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan sika. Taat kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang serta bersabar atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan hadapan-Nya, rendahkan dirimu dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu penuh cinta dunia dan akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu – itu harus engkau terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.
Wahai manusia dirimu mengaku Tuhan, berita apa yang engkau terima sampai engkau berbesar diri kepada Allah. Selain itu engkau juga berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan terkutuk>” Jika putusan Dia telah tiba engkau bertolak tidak sabar, bahkan engkau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya; berupa penyerahan diri secara total. Sungguh demikian ini tidak membawa manfaat bagimu.
Wahai sahaya, tradisikan takut dan beragam sampai engkau sanggup menjumpai Tuhanmu. Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya. Bubuhkan tanda keserahan dalam tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi penyerahan dirimu. Bila engkau merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya. Karena bila sesuatu telah dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana. Allah, bila memilih seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya. Ketika ia sedang terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu yang tidak bisa lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal itu ada di antaranya dan Dia.
Celaka, wahai si bodoh, engkau berpaling dari Allah dan mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk melayani sesama makhluk. Orang yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia mencoba untuk mengenalnya, maka ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan nafsu, tabiat, setan dan suci dan bersih dari dunia, maka baginya dibukakan pintu pendekat dengan-Nya; untuk mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk Dia semata. Baginya dikatakan, kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk membantu makhluk dan tunjukan mereka kepada kami. Bantulah para pencari Kami dan murid yang menuju kepada kami. Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai lekat dengan jiwa. Karena ia merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung mendahulukan isteri-isteri atau anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah. Sesungguhnya aku melihat gerak menuju kedamaian; setiap tujuanmu, isterimu dan anakmu dan apa pun yang datang dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam kemanusiaannya adalah mereka yang berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali Allah. Sungguh telah buta mata hatimu, dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya engkau tertutup dari Tuhan, sehingga apa yang engkau miliki hanya klise. Karena sebagian Arifin berkata : “celaka amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang yang tidak beramal, karena sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia mudamu di hadapan cermin yang retak, sedang engkau masih makan makanan haram tanpa engkau sadari, yang demikian karerna kebusukan yang menyelimutimu serta pengolahan nafsu sahwat dan ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama lagi tradisi burukmu terntu terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu hanya menjauhkan dirimu dari Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain. Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati, atau mempergunakan pendengarannya dengan hati-hati.” (Qs. L:37).
Perputaran pikir itu menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi bagi mereka tetap mempunyai syahwat atau kesenangan, hanya amereka mampu mengimbangi nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap satu syahwat yaitu kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu tempat, kemudian ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati syahwat Adam a.s. itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah. Dan para Nabi-Nya tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat, sampai mereka bisa menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan banyaknya bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali adalah tipe orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.
Wahai hamba Allah bersabarlah atas hantaman nafsu, karena dalam waktu dekat engkau akan mampu membalas hantaman itu bahkan membinasakan dan merampas kebendaan mereka serta mengambil alih mahkota kekuasaan dan menutup politiknya.
Wahai sahaya berjihadlah, sesungguhnya kamu tak menganiaya seorang pun jika niatmu suci. Setiap orang tidak punya hak kecuali setelah mendapat perintah syara’, jika perintah itu ada maka jihadmu termasuk ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan orang benar telah ditiupkan dalam bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas jiwa mereka, dinaikan dari dunia dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan kebenaran mereka. Mereka berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka berhenti di tepi jalan sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum – seorang pun – karena orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut kembalilah mereka menuju dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat kepada Allah dan memberi kabar tentang apa yang ada di sana, maka perkara-perkara itu pun dipermudah untuk mereka; berupa kekuatan iman dan kesanggupan takwa. Segala apa yang diberikan oleh Allah tampak jelas dihatinya; yakni berita tentang kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa saja yang berada di dalamnya. Ia melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan dan Malaikat yang sama bertawakal. IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat dunia beserta bayangannya. Ia melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan; apabila melalui kubur tampak jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik nikmat atau siksa; ia melihat kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia meliaht rakhmat Allah dan siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri, para Nabi dan Rasul, para badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia melihat penduduk surga saling berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan. Siapa baik pandangannya nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan mata kepalanya, sedang mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas manusia; ia melihat pergolakan dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang disebut pandangan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh para wali Allah. Orang semacam ini bisa memnadang manuisa tampak sifat lahirinya dari pandangan mata kepala, dan tampak sifat batininya dari sudut pandang mata hati, sedang untuk memandang Tuhan dengan mata sirr-nya. Siapa melayani, maka dilayani, bila kedatangan kehendak Allah ia menerima, ia tetap mengembannya kendati membawanya ke darat atau samudera, ke pantai atau ke puncak, tidak perduli makannya pahit atau manis, terminalnya pada kemuliaan atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat atau sakit, ia tetap berjalan bersama kehendak Allah, sehingga apabila mengetahi kehendak itu sesungguhnya ia telah turun atau di kendaraan; lalu berkendaraanlah ia, melayani dan tawadlu’ – yang demikian karena dekatnya kepada Allah serta pemujaannya atas-Nya. Semua itu semata terjadi karena persaingan dengan nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk dapat dimenangkan dengan gemilang.
Wahai Allah limpahkan rizqi untuk kami sejalan menurut ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.
Wahai tuhan kami berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di kahirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 20.
Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak sikap munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang bicara tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang; bahkan hal ini laksana hujah tanpa penyanggah. Biccara tanpa amal seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan tanpa pengeluaran dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa rukh hanyalah patung yang tak punya tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu semisal raga tanpa nyawa, sedang nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran menekuni Kitab Allah di samping dunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah dan larangan, patuhlah kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum itu seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr (rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan tergantung sedikit banyak perbuatan itu.
Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur; pelaingkan kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau menyesal sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya, jika sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan ddirimu kala masih berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas diri sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu. Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan, keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu, mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu terjadi, sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di antara mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul taubat; maka untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan kemuliaan dan kelembutan.
Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama; wahi fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali orang yang butuh daku sebgai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada usia permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari yang halal.
Wahai sahaya setiap sesuatu yang kau lihat dari arah kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang kecil, karena kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang lain.
Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum bersamanya, engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan Allah, dan sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin dari Allah.
Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat Allah ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi kesehatan, kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya menjadi Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa bikmat datang darinya lenyaplah kecintaan terhadap makhluk dari hati; berobah menjadi arif kepada Allah, mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini engkau bisa melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut penjelasan-Nya, tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan keburukan yang datang dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat bahwa hal itu terjadi karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari mereka, maka ia lihat hal itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya berpindah dari ciptaan kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu ia dilimpahi syara’ hak Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming berloncat-;oncat dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga kezuhudannya terhadap ciptaan semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka berpaling dari mereka sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber pengambilannya itu tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri antar dirinya dengan ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan Allah.
Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka; takutlah jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah tidak akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya, karena ia berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Periharalah kesunyian (khalwat) dari cengkeraman nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari akhirat, kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat bersama Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.
Engkau duduk dalam tempat sujudmu sedang hatimu melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan mereka dan pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan untuk dirimu gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi, selain kepada Allah maka pengasingan diri itu tak membawa manfaat.
Wahai Allah limpahkanlah manfaat kepada kami atas ucapan yang daku ucapkan, dan limpahkan manfaat kepada mereka atas ketekunan mereka mendengarkan ucapanku.
WACANA 21.
Selasa sore tanggal 25 Dzulqoidah 545 Hijriyah, di Madrasah ia bertutur :
Dunia itu penutup akhirat dan akhirat penutup orang yang memiliki dunia dan akhirat; setiap ciptaan menjadi penutup Allah, selagi kau bersanding bersamanya, maka ia menutupimu. Janganlah berpaling kepada ciptaan atau apapun selain Allah sehingga memperdekatkan dirimu ke pintu Allah – disertai langakh sirr dan kesucian zuhud terhadap selain Dia; dengan berani menantang keberadan itu, memperbesar diri atasnya dan berselisih denegannya sebaliknya beristighosat kepada-Nya dengan memandang ilmu-Nya. Jika telah nyata nelikaian hati dan sirri-mu, bahkan bisa masuk, memperdekat dirimu, mempermalukan dirimu, menguasai hati dan memerintahmu dan menjadi terapi untukmu lalu palingkan dari ciptaan termasuk dunia, maka perpalingan itu suatu nikmat dalam kebenaran mereka, dan kau ambil dunia dari tangan mereka lalu memberikan kepada kaum kafir; itu merupakan ibadah taat dan selamat; siapa mengabil dunia atas dasar kejernihan ini tidaklah mendatangkan medlarat baginya bahkan memasrahkan dan menjernihkan diri dari kotoran busuk. Siapa ingin beruntung hendaklah ia hinakan diri bersama hartanya ke hadirat Allah serta membebaskan hati dari ciptaan – seperti keluarnya rambut dari tepung atau susu – demikian pula untuk masalah akhirat dan masalah yang menjurus kepada selain Allah. Jika demikian ini terjadi maka ketika itu kau diberi setiap sesuatu yang menjadi hak di hadapannya; engkau makan bagianmu baik berupa dunia dan akhirat serta melayanimu. Jangan makan dunia yang menjadi bagianmu jika ia duduk dan engkau berdiri; karena nampan yang disungginya itu melayani siapa pun yang berdiri di pintunya (dunia). Karena segala yang ada itu tetap di bawah Sang Maha Kaya yakni Allah Azza wa Jalla.
Ketahuilah bahwa dunia itu sudah terbagi sejak semula, karena itu tinggalkan pencarian dunia yang hanya menimbulkan kesusahan. Dan ketahuilah bahwa derajat akhirat dan nikmat juga sudah terbagi, karena itu tinggalkan pencarian derajat itu atau usahakan untuk menutupinya. Mereka tidak bekehendak selain kepada Allah semata, bila engkau masuk surga mata mereka tidak dibukakan sampai melihat Nur Allah; cintailah penyendirian, hati siapa tidak disendirikan dari makhluk dan sebab-sebab tidak mungkin mampu bersuluk seperti para Nabi orang-orang benar (siddiqun) dan sholihin hingga ia berkonaah atas dunia dengan mudah da menyerahkan ke Penguasaan-Nya. Janganlah engkau berpaling untuk mencari yang banyak karena hal itu bisa merusak dirimu, pabila engkau menerima kebendaan yang banyak dari Allah tanpa disertai ihtiar berarti dirimu terpelihara darinya.
Dari han al-basri ia berkata : Tuturilah manusia dengan ilmu dan bicaramu. Wahai penutur manusia turutilah manusia dengan kejernihan sirr dan ketaqwan hati, janganlah kau turuti mereka dengan kebaikan sikap amaliahmu beserta keburukan rahasiamu. Sesungguhnya Allah mencatat hati orang beriman jauh sebelum dirinya dicipta; ini yag terdahulu, karena itu tidak dibernarkan berhenti bersama yang terdahulu dan tawakal kepada-Nya. Sebaliknya dibenarkan dengan cara yag sungguh tekun berpaling dan menghabiskan kemampuannya untuk bermujahadah untuk mencapai keberhasilan iman dan yaqin serta berusaha untuk berjalur menepati Allah dan menyelusuri iman, ungkin dengan cara ini Tuhan bekehendak melimpahkan sesuatu kepada kita tanpa iktisab.
Wahai Allah limpahkanlah rizki kepada kami dan mauqufkanlah kami serta jauhkan kami dari dari perkara batu.
Dan berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, san selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 22.
Pagi akhir Dzulqoidah 545 Hijriyah di pondok ia bertutur :
Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa kecintan dunia dari hatiku? Ia (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat di atas-atas tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu dan iblis berada di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian dipermiskin, didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada manusia yang menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya, menolong dan menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia dari hati, tetapi jika keu tetap dunia hanya mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh; perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan mereka karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur dan kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang yang memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau akhir peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari sifat munafik.
Nah, ini sifat pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur kepaa Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan pula. Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu membawa keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk setiap apa yang kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan ucapan; betapa tidak memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu tuhan masih tersimpan di hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa dan dari apa pun yanng tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata “aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan (sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku benar sedang dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik; engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik; kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya; sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya, kaitannya jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau bergantung kuat dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan selamat dari bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah, Rasul-Nya dan membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini – yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan kerajaan berada di tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw. bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’ dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya, takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu, karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali; hari ini kau ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Wahai sahaya, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan; mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih, pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya, aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta; tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri dari padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah sikap pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan tersiksa di dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap menempatkan pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu dan menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara, tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan perasaan; mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, baik lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.
WACANA 23.
Jum’at pagi tanggal 12 Dzulhijjah tahun 545 Hidjriyah, di madrasah, ia bertutur :
Sabda Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya hari ini berkarat dan sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an, ingat mati dan menghadiri majlis untuk berdzikir.”
Hati berkarat!; jika kamu mendapati pemiliknya – sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw – dan jika tidak maka beralih pada kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut dari cahaya kebenaran; mempergelap bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang tidak disertai sifat wara’; karena siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia lenyaplah sifat wara’nya; yang tinggal hanyalah antara gabungan halal dan haram; ini berakibat membawa kelenyapan rasa malu dari Tuhan dan enggan bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai manuisa terimalah apa yng disampaikan Nabimu; lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya sebagaimana telah disinyalir kepadamu seandainya seorang di antaramu sakit dan dokter menunjukkan obat-obatnya tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sampai engkau melaksanakan perintah itu; Jagalah Tuhanmu dalam kesepianmu; penatkan matamu sampai seakan kamu melihat Dia; jika kamu tidak mampu berbuat itu – untuk melaihat-Nya – sesungguhnya Dia melihatmu; Siapa ingat Allah dalam hatinya, maka ia disebut orang yang ingat dan siapa tidak mengingat Dia dengan hatinya, bukanlah ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu perantara hati dan anggota tubuh lain, secara permanen terbuka untuk mendengar petuah-petuah, maka jika petuah-petuah lenyap dari hati butalah ia; hakikat taubat adalah menjunjung perintah Allah dalam segala situasi. Atas dasar ini berkata seorang Ulama : Kebaikan itu semuanya terletak pada dua kalimat. Pertama; menjungjung ketentuan-ketentuan Allah; Kedua : Syafaqah (kasihan) kepada sesama makhluk. Maka setiap orang yang tidak menjunjung ketentuan-ketentuan Allah dan belas kasih kepada sesama makhluk Allah berarti ia jauh dari Allah.
Allah mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih sayanglah sehingga Aku mengasihimu, karena sesungghnya Aku Maha Penyayang, siapa berkasih sayang, niscaya terlimpahi rakhmat dan Aku memasukannya ke syurga-Ku.
Alangkah beruntung orang-orang yang berkasih sayang, sia-sialah usiamu hanya terhabiskan dalam makanan, dalam minuman, dalam menghias diri dan berkumpul; siapa ingin beruntung hendaklah ia memperlunak nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat serta ketentuan Allah yang diwajibkan, meliputi larangan dan menerima keputusan-Nya. Manusia itu harus bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta dunia; ssabarlah agar kamu bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya; keluarlah dari markas nafsu, hawa dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’; tujulah Tuhan; terimalah afat, musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan rendah, semua itu janganlah kau hindari dan jangan surut memuja-Nya atau berubah dari tujuan semula.
Wahai manusia, beramallah untuk persiapan jumpa dengan Allah, malullah sebelum berjumpa, pertama orang harus beriman kepada Allah lalu makhluk-Nya kecuali dalm hal apa yang memperjalin dirimu dengan agama dan merongrong hukum syara’; karena hal itu tidak boleh terjadi bermalu-malu apalagi malu dalam agama Allah – menegakkan hukum-Nya dan menurut ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa mengikuti Rasulullah saw. – secara bersih – maka dikenakan busana besi dan ketopong sambil menyandang pedang yang dialasi dengan tatakrama dan akhlaknya, dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak layak baginya, diperkuat rasa gembira kendati ia datang menusia, syukur kepada Allah kalau ia jadikan pengganti dalam umatnya sebagai tanda penyeru merek menuju pintu Allah; keberadaannya sebagai da’i atau dalil sebagai penyambung orang-orang yang telah dicabut Allah, dalam arti sebagai khalifah untuk mereka; ia adalah salah seorang dari setiap juta manusia untuk melayani keterputusan nafsu seseorang; mereka mendekat kepada ciptaan dan menekan mereka agar bersabar atas setiap cobaan; mereka selalu tersenyum di hdapan orang-orang munafiq, orang fasik dan tertipu daya kepada mereka meliputi segala siasat yang ada hingga menarik mereka – meliputi apa saja yang mereka berada di dalamnya – lalu membawa mereka ke pintu Allah. Ataas dasar ini ada ulama berkata : “Tiada orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali orang-orang arif. Mereka tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa yang dikethuinya, sedang mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya, kepekatan permukaan hati, banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang munafiq sama-sama berasumsi mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui olehnya. Tidak, bahkan bagi mereka tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun yang dirahasiakan mereka (orang fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui melalui kerling, pandangan, ucapan dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau yang batin tanpa diragukan lagi.
Wahai orang sesat, Allah Maha Besar di atasmu; wahai orang berhati mati; wahai pemusyrik sebab; wahai penghamba patung dengan seluruh daya kekuatannya; lumbung kekayaan dan penguasa negaranya; sungguh mereka tertutup dari Allah; setiap orang yang berpendapat dlar dn naf datang dari selain Allah bukanlah termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi penghamba yang diyakini itu; maka pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka yang teramat buruk dan bseok ia ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang mampu lepas dari neraka Allah kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang bertauhid, orang yang ikhlas dan orang yang bertaubat.
Bertaubatlah sepenuh hatimu kemudian boleh melalui mulutmu; taubat itu memutar-mutar penguasa naffsu, hawa dan pengendali diri (setan) serta sahabat yang buruk; kala kamu bertaubat terputarlah pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan seluruh organ tubuh, jika demikian, maka jernihlah makanan, minuman dan kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’ dalam setiap mata pencaharian, perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap himahmu tertuju kepada Allah semata; semua ini berpengaruh menggeser setiap tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya untuk beribadah, menggeser maksiat dan tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan dalam bentuk sebenarnya beserta kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena setiap hakikat yang tidak disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah bertauhid dengan penguat ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran akhlak tercela menurut padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu terpelihara dan batinmu berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini sempurna atasmu kendati dunia datang dipangkuanmu dan seluruh makhluk mengikutimu—baik mereka yang da di depan atau di belakang -- tidaklah menimbulkan keruntuhanmu, bahkan tidak mampu lagi merubah posisimu dari pintu Tuhan; karena dirimu telah konstan di samping-Nya, menghadap Dia dan sibuk melayani kehendak-Nya seraya menatap Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala dirimu menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua itu, jika kamu tatap kesempurnaan-Nya menyatulah dirimu, kamu merasa takut ketika melihat Keagungan-Nya, dan kamu mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya; alangkah beruntung orang yang merasakan nikmatnya makanan ini.
Wahai Allah suapilah kami dari makanan yang memperdekat Engkau dan minumilah kami dari minuman kejinakan-Mu.
Dan, berikanlah kepada kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 24.
Ahad pagi tanggal 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Pondo, ia bertutur :
Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan, sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya; padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan untuk mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau lakukan ini berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan laku orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah – bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat; jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi; peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani; genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi -- terapkan tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin; apabila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya lalu kterkeluarkan ke bangunan pintu; sudah menjadi hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan akhirat; wahai cipta tanpa pencipta. Terhadap segala apa –pun yang dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia, nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang munafiq.
Wahai sahaya, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu; sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah; kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan, sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Wahai sahaya, sungguh keberadaanmu terletak di antara kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini; ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat (pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah berarti telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah, bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala kondisi mereka :
Wahai sahaya bila kamu cinta Allah atau mencintai yang lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan seseorang mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs. XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan ciptaan tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga memeproleh sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain Allah sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah hanya yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa menimbulkan ikhlas.
WACANA 25.
Tanggal 19 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian seger amenyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah untukmu. Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu telah mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan sesal atas dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari rasa cinta yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari sifat munafiq. Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi bagian-bagiannya dan pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah pada lahiri, sedang di hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain. Karena itu Nabi kita Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s. bahkan daripada Nabi yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di duniamu ada tiga macam : bahu wewangian, wanita dan perhatianku dalam shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama zuhud, karena hal itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui Tuhan; dan ia bisa diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa; setiap orang yang memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati dunia melimpah kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan, dengarlah; berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak menolak ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan ilmu itu ditandai dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa nafsu setan penguasa diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis atau pengikut setianya, bahkan menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai orang jahil; wahai munafiq, alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar mulut; bertaubatlah dari segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan pencercaan Allah dan para wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka demi memperoleh bagian dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah Allah bukan karena menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada Allah; merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak belakang dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka mempunyai bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak sebagai bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia dan ketetapannya di sana.
Wahai sahay, alihkan dirimu tak perlu mendengarkan ucapan manusia selagi ia bersama nafsu dan hawa; padamkan ucapan itu karena Allah; jika Allah menghendaki sesuatu urusan niscaya Dia menarikmu kepada-Nya; jika dikehendaki untuk memporak-porandakan dirimu, merusak atau meneguhkanmu itu hanya terjadi karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu; serahkan jiwa ucapan dan segala kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah hari-harimu dengan beramal untuk-Nya, Jadikan amal tanpa banyak komentar; ikhlas tanpa riya’ tahid tanpa syirik, masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan penuhi batin ini dengan berbagai niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan ke sana bersama ucapanmu : “Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau jualah kami memohon pertolongan.” (Qs.I:5).
Inilah Kitab yang datang di hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang yag menyaksikan aku, bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain dengan niat ini dan sifat ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Wahai sahaya, jernihkan hatimu melalui makanan halal, bukankah kau sudah kenal Tuhanmu; jernihkan suapan demi suapanmu bersama hati niscaya kamu jadi jernih (sufi); tasawuf itu mustaq dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar itu dilakukan melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini sesuatu tidak akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan batin atau memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara, tidak pula dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari memutar tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan; berzuhudlah dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq Azza wa Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku berkata, wahai Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang bermanfaat bagiku dan tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus sampai aku tertidur. Kala aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan kepadaku; “dan juga engkau janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu dan engkau cegah amal yang membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu (meluruskan apa yang datang) dari nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada Nabi saw. maka berarti telah lurus nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk umatnya, tapi ucapan itu tanpa disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu beritba’ baik ucapan dan tingkah laku menunjukkan kau bersamanya dalam persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Qs. LIX:78).
Laksanakanlah perintah Rasul dan hentikanlah yang dilarangnya; sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau baca dengan hati dan di akhirat kau baca dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud, alangkah bagusnya zuhudmu; kamu berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa; ikutilah dan pergaulilah guru-guru yang mengenal Allah (Arif billah), yang alim, beramal, bisa menerima manusia dengan lisan nasihat dan pandai melenyapkan tamak.
Wahai sahaya kembalilah kepada Tuhan Besarmu (Allah) sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya; sungguh kau telah berqana’ah dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan pengharapan baginya – seperti orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia tidak melihat sesuatu ada di dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang tidak mungkin bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni, karena tamanni adalah jurang ketololan.”
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang yang suka berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti punya orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya mengalahkan takutnya berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan harapan berati putus harapan; yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil dalam menerapkan keduanya, Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan orang beriman ditimbang, niscaya sebanding.”
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat Sufyan As Tsauri – setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan kepadamu? Ia berkata : meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan yang sebelah lagi di surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh sebenarnyalah ia seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari ilmu itu dan mampu mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal dan memberikan amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari Allah dalam berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw, sedang ia menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang diturunkan kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah berarti ia orang yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu menjadi dalil untuk menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan sunnah sebagai dalil untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 26.
Tanggal 20 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Sabda Nabi saw. :
“Di antara simpanan Arasy adalah penyembunyian bencana.”
Wahai pengadu kepada manusia atas bencana yang menimpa; pengaduan mana bisa bermanfaat bagimu; pengaduan kepada ciptaan tidak akan bermanfaat atau membawa bencana (dlar); jika kamu berpegang teguh kepada mereka tapi menyekutukan Allah hanya memperjauh, sedang marah-Nya telimpah untukmu, tentu Dia amat tertutup bagimu; wahai si tolol, mengapa suka mengaku berilmu; di antara sekian banyak ketololan yaitu mencari dunia tanpa dasar Tuhan; kau mencari ikhlas dari tindakan-tindakan bencana tetapi mengadu kepada ciptaan.
Celaka, jika ini terjadi pada anjing pelacak – suatu perbedaan jauh – karena ia berlatih menjaga buruan dan meninggalkan makanan buruannya; demikian juga burung dengan tabiatnya ia meninggalkan makanan – makanan binatang buruan yang khusus diperuntukkannya; ilmu dan kefahamanmu sampai kamu tidak menyantap agama atau memperkoyaknya dan aku tak berniat membawa amanat Alalh – yang diletakkan pada dasar-dasar agama orang beriman untuk memelihara daging dan darahnya; janganlah kau pergauli mereka sebelum mengajarimu kepada-Nya; jika kamu telah dipelajari dan faham akan kandungannya baru dirimu merasa tenang ketika bergaul dengan-Nya; ke mana saja engkau menghadap tak terpisah dari-Nya meliputi segala keberadaan jika dirimu telah tenteram jadilah penyabar, berilmu, mudah ridlo ketentuan apa yang datang, janganlah kamu pisahkan antara tepung gandum dan tepung beras yang kau ambil untuk dibagi-bagikan; karena tidak makan itu lebih aku sukai dariapda makan di atas keberuntunganmu itu melebihi perbuatan baik, taat dan itsar; tabiatnya itu beralih menjadi kemurahan yang mulia, berzuhud di dunia, cinta akhirat; bila kau berzuhud pada akhirat dan mencari Tuhan, maka carilah agar seiring bersma hatimu menuju pintu-Nya; ketik itu datang padamu sambil berkata : wahai orang yang tidak makan, makalah; wahai orang yang tidak minum; minumlah; orang sakit yang berakal itu tidak akan pernah makan kecuali menurut resep dokter atau perintahnya, itu pun disertai adab penuh kesopanan dan meninggalkan tardisi buruknya ketika dokter itu datang atau pergi, wahai pelahap makanan buruk; wahai pencicil sungguh makanan dicipta untukmu; siapa lagi yang mampu makan hal itu kecuali hanya kamu; pakaian, kediaman, kendaraan dan pernikahan sungguh tercipta untukmu; siapa lagi mampu memperoleh hal itu dan mengenakannya selain kamu. Cih, ini hanya untuk orang tolol.
Sebenarnya kamu itu tidak punya kepastian, akal- iman dan pembenaran janji Allah, tentu Allah tidak akan menerima pertalian yag disertai kebencian; Allah hanya menerima pertalian yang disertai adab, ketentuan lahir dan persesuaian yang abadi; setiap orang yang menerima ketentuan Allah abadilah pertaliannya bersama Allag; orang arif Billah lagi berilmu tentang Allah, selamanya bersama Dia tidak bersama yang lain, sejalur dengan Allah tidak yang lain; hidup bersama-Nya mati juga bersama-Nya.
Wahai sahaya, jika kamu bicara, bicaralah dengan niat bersih; jika kamu diam, diamlah dengan niat yang suci, setiap orang yang mendahulukan niat – sebelum pelaksanaan amal – maka tiada amal baginya; kamu jika bicara atau diam menunjukkan ketiak itu dirimu berada dalam lingkaran dosa, karena kau tidak punya niat suci, diam dan bicaramu itu tanpa sunnah, yaitu ketika terjadi perubahan situasi serta penyempitan rizki (pendapatan) maka kamu sama meubah niat demi memperoleh sesuap nasi itu; ketika terjadi perceraiberaian harta ternyata kau mengingkari nikmat yang disebabkan adanya pergeseran, maka kembalilah nikmat itu, karena kau suka sombong, suka menjatuhkan hukum atasnya; lakukan dan jangan kau laksanakan; kenapa kau lakukan? Itu lebih baik jika terjadi demikian; karena permasalahan ini lebih jauh (kompleks) meliputi waktu dan penjauhan diri.
Siapa dirimu, wahai Bani Adam, kau hanya sosok ciptaan yang tercipta dari tetesan air hina; rendahkan dirimu di hadapan Tuhan, hinakan untuk-Nya; bila kau tidak punya rasa taqwa, maka tiada kemuliaan bagimu di sisi-Nya; peliharalah dirimu di hadapan orang-orang shalih, dunia seluruhnya adalah hukum sedang akhirat seluruhnya adalah ketentuan.
Wahai manusia, peliharalah takutmu, bertakwalah kepada Al-Haq; tiada sessuatu terbaik bagimu kecuali meniti jalan itu, jadilah orang berakal, bukalah matahatimu; pabila Ulama mengunjungi rumahmu janganlah kamu mendahului bicara, sebaliknya bicaramu harus berisi jawaban-jawaban, dan jangan bertanya perihal sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menerapkan tauhid itu wajib, mencaari ilmu, menetapkan ikhlas dalam beramal, mengangkat, mengganti uantuk melaksanakan sesuatu kerja itu juga wajib, menjauhlah dari kaum fasiq dan munafik, benarkan orang-orang shalih; orang-orang benar; pabila kamu merasa berat dalam menghadapi masalah, sedangkan kamu tidak bisa memisahkan antara yang shalih dan munafiq, maka bangunlah di malam hari untuk melakukan shalat dua raka’at, lalu ucapkan doa : Wahai Tuhan, tunjukan aku orang-orang shalih, tunjukan aku orang-orang yang menuntunaku dan berilah aku makanan dari makanan yang Engkau pilih, celakilah mataku dengan nur pendekatan dengan-Mu, dan beritailah aku dengan sesuatu yang nampak di mata, bukan taklid.” Wahai manusia makanlah dari makanan keutamaan Allah dan minumlah dari minuman kejinakan dengan-Mu; bermusyawarahlah di pintu yang mendekatkannya; janganlah cukup menerima kebaikan bahkan bermujahadahlah, bersabarlah dan pergilah dari mereka sampai berita mereka jadi nyata; ketika mereka sampai bertaut kepada Tuhan niscaya mereka dilatih sopan, tatakerama, hikmah dan beraneka ragam disiplin ilmu; mereka ditampakkan kerajaan-Nya dan mereka dikenalkan bahwa di langit atau di bumi tiada penguasa lain selain Dia; tiada penggerak, tiada penenang kecuali Dia, tiada penentu atau peutus kecuali Dia; mereka diperlihatkan apa pun yang ada di sisi-Nya, maka mereka meliaht Dia melalui mata hati dan sirri mereka, praktis dunia atau keberadaan apa saja tidak tertinggal bagi mereka dan mereka pun tidak menggunakan semua itu untuk berhias.
Wahai Allah perlihatkan kami sebagaimana Engkau perlihatkan kepada mereka, beikan ma’af dan afiat kepada kami.
Dan berikan kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dsri siksa neraka.
Wahai manusia, bertaubatlah dari penjauhan takwa; takwa itu pengobat (terapi) dan penjauhannya itu penyakit; bertaubatlah, karena taubat itu pengobat; sedang disa itu penyakit; sabda Nabi saw :
“Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu pengobat dan penyakit? Mereka menjawab : Ya, kami bersedia wahai Rasulullah. Sabda Rasulullah : penyakitmu adalah dosa dan pengobatmu adalah taubat.”
Taubat itu landasan iman, penekunannya terletak dalam berdzikir dan taat kepada Allah, jika ditekuni niscaya oleh dzikir itu menjadi terapi jiwa; bertaubatlah dengan lisan iman, niscaya membawa keberuntungan; jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang bencana (ujian) Tuhan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan pengausa seluruh alam.
WACANA 27.
Jum’at pagi tanggal 7 Jumadilakhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Jadilah orang berakal, jangan jadi pendusta; engkau berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu jangan takut, baik jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun hewan yang bisa bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau siksa akhirat; tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah takut cercaan orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan siapa pun selain Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah realitas Ulama yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’ serta para pemikir Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa mempertahankan existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang berantakan agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan agamamu.
Wahai Allah, sesungguhnya kami mohon agar dekat dengan-Mu tanpa tercampuri bala’; cukuplah kami dari keburukan yang teramat atau dari tipudaya orang-orang durhaka; peliharalah kami menurut kehendak-Mu sebagaimana aku kehendaki; kami mohon ampunan dan afiat dalam beragama di dunia sampai akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal shalih dan ikhlas dalam segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada Abu Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata Abu Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag bersih untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di mana kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang pun mengetahui riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya; ia sebagai akhir tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak mereka harus melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak di antara panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama, belajarlah dari mereka untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah; karena jalur itu benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat, nafsu dan hawa; sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah), memahami seluk beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa; janganlah kamu terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena terkena panah nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui panahnya dan temanmu yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi penagkalnya hanya satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai pesaskit jiwa, serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas sesuatu yang dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada dirimu sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan membelakangi-Nya, kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan ketercengangan secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di dalamnya, mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak berbicara kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima diberi; mereka tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka benar-benar menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada sesuatu perintah Allah dan mereka sama bertindak apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs.LXVI : 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh dalam bertindak menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa manzilah-manzilah; mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang Dia; sedang para Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka, karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka, hati mereka terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke setiap organ tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu, tinggalkan laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini jalur terapi -- lalu terapka zuhud di dunia, baik bagi yang diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan fadilah Allah, berzuhud dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan pendekatan-Nya; apa bila rasa perkaya diri telah nyata secara bersih, niscaya keutamaan-Nya (fadilah) dituangkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana tercabutlah dunia darimu lalu dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang terjadi pada para wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa mereka tidak terforsir oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara umum teka memperdulikan bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai dunia dibanding Allah; paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan kepada-Nya; artinya seandainya dunia itu diberikan kepada mereka niscaya terepotkan oleh dunia itu – melayani dan bermesra bersamamnya; demikian pandangan secara uum bagi manusia. Demikian pula keganjilan mereka keganjilan itu terletak pada ketidak adanya mengikuti undang-undang nabi saw.; adapun di antara sekian banyak orang yang dipalingkan dari dunia serta tidak terepotkan untuk melayaninya adalah termasuk orang yang tidak terbelalak kala melihat bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai zuhud tanpa mengambil peduli; sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di buka untuknya, ia tentu menolak, bahkan ia berkata – “Wahai Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan aku secara miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah yang baik; jika tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya; orang berman itu sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak juga mempercepat; zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu memalingkan rasa suka hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahay, tahanlah syahwat, setiap rasa yang melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor; sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami benar-benar mengenal-u. Aamiin.
WACANA 28.
Tanggal 9 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Mensitir sabda Nabi Muhammad saw. “bahwa seseorang datang kepada Nabi, katanya : sesungguhnya aku mencintai Agama Allah. Sabda Nabi saw. : peganglah bala’ sebagai jilbab dan genggamlah fakir sebagai jilbab.”
Karena kamu ingin brsifat seperti sifatku, maka kamu harus menerapkan sifat pribadiku dalam jiwamu; artinya demikian; sebab di antara syarat mehabbah itu harus disertai persesuaian; Abu Bakar As Shiddiq adalah sosok orang yang amat mencintai Rasulullah, maka beliau pun mendarmabaktikan jiwa dan seluruh hartanya – untuk keperluan agama – dan bersifat mengikuti sifat-sifat Rasulullah; sejalan dengan kepribadian itu, beliau juga menerapkan kefakiran dalam jiwanya sampai beliau benar-benar sunyi dari persediaan harta; beliau bersesuaian dengan Rasulullah, lahir atau batin, dari yang berbentuk sirri atau yang tampak. Tetapi dirimu, wahai pendusta suka mengaku orang shalih, padahal kamu sembunyi dari mereka baik bersama uang atau perhiasan, dan kamu ingin dekat mereka atau berkawan dengan mereka; mana bisa!!!..
Jadilah orang berakal, pengakuanmu itu hanya cinta dusta; cinta itu tidak mungkin tersembunyi untuk orang yang dicinta bahkan cinta itu membekas pada sesuatu; adapun yang biasa terjadi pada pribadi Nabi saw. adalah fakir – itu tidak bisa ddipisahkan; karena itu beliau pernah bersabda : “fakir itu lebih mempercepat jalinan denganku bagi orang yang mencintai aku daripada mengalirnya air menuju hulu.”
Kata Aisyah r.a. “tidak henti-hentinya dunia bagi kami mengeruhkan keluarga selagi Rasulullah masih di samping kami, ketika Rasulullah wafat dunia dituangkan kepada kami secara besar-besaran.” Maka disyaratkan cinta kepada Rasulullah harus kefakiran, dan mencinta Allah harus menerima ujian-Nya.
Ada Ulama berkata : setiap cobaan bergandeng kasih. Mungkinkah kau disebut cinta Allah sedang kecintaan itu kau sertai dusa, munafiq dan riya’ atas nama-Nya; cabutlah pengakuan dan kedustaanmu; kamu tak perlu memasukan pikiranmu jika datangmu untuk menyatakan benar, jika tidak tak perlu ikuti kami. Kau jangan sia-sia berpindah karena kau tidak diterima; bahkan membisu saja diketawakan; janganlah kau mengambil alat penghibur dengan ular dan singa, karena keduanya itu bisa membahayakan jiwa; bila kau punya mantera penakluk ular, boleh kau mempermainkannya; jika kau punya tenaga boleh kau bermain dengan singa; sungguh jalan Allah itu butuh sekali kebenaran, juga sangat membutuhkan nur ma’rifat; bersama mentari ma’rifat yang terbit dalam hati orang-orang benar selamanya tidak pernah suram – siang atau malam.
Wahai sahay, jadilah orang berakal; jangan dekati pencipta model zaman kini, karena hakekatnya mereka adalah serigala yang berbusana; ambillah pengacara berfikir; perhatikan gambar di sana; mohonlah kepada Allah agar memberi petunjuk kepadamu; sesungguhnya aku terima berita manusia dan dari Tuhan, maka yang aku temui keburukan terletak pada manusia, kebaikan pada Tuhan.
Wahai Allah selamatkan kami dari keburukan mereka, limpahkan rizki untukmu di dunia dan akhirat; sesungguhnya aku tidak memerlukanmu, hanya aku butuh kamu untukmu; untuk memperlilit talimu; aku tidak mengambil sesuatu pun darimu kecuali untukmu sendiri, bukan untukku; bagiku yang gmencukupkan aku bukan dari sesuatu yang ku ambil darimu; aku tidak punya apa pun kecuali kerja bertawakal kepada Allah; aku tidak akan menanti sesuatu yang tidak datang untukku; bukan seperti penantianmu; karena yang demikian adalah gambaran orang-orang munafik yang suka riya’, suka menggantungkan diri kepada sesamanya bukan kepada Allah.
Kutekankan kepada seluruh bumi; jadilah orang berakal; jika kamu ingin beruntung usahakan agar menjadi seperti pandai besi untuk melandasiku, hingga seluruh nafsu, hawa, tabiat, setan dan musuh semuanya terpecah!
WACANA 29.
Tanggal 11 Jumadil Akhir 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur dengan mensitir Hadis Nabi saw :
“Barangsiapa menjunjung (menyanjung) orang kaya karena terdorong ingin memperoleh apa yang ada padanya, maka hilanglah sepertiga agamanya.”
Dengarlah, wahai orang munafiq, demikian akibat perendahan diri di hadapan orang kaya, maka bagaimana hasil shalat, puasa dan haji orang yang berbuat seperti ini, bahkan mereka menerima cerca mereka. Wahai pemusyrik Allah, tidakkah kau terima berita Dia dan rasul-Nya; Islamlah, taubatlah dan ikhlaslah dalam bertaubat hingga imanmu kembali dan keyakinanmu terjunjung, tauhidmu tumbuh maka cabang-cabangnya pun naik ke arasy.
Wahai sahaya, bila kau pelihara iman, kau tumbuhkan (persubur) batangnya tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri dari segala ciptaan Allah menghias jiwa, hati dan sirrimu lalu menempatkanmu pada pintu-Nya, memperkaya pikirmu dengan ingat dekat dan berjinak bersama-Nya; ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang gyang bersimbah dunia atau tersibukkan olehnya; juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai dunia.
Wahai orang yang mengaku berilmu, sedang ia giat mencari dunia tanpa perduli dengan atau jatuh untuk mereka, sungguh kamu disesatkan Allah karena ilmu itu; lenyaplah keberkahan ilmumu; lenyap akalmu tinggal kulut saja. Dan kamu, wahai pengaku ahli ibadah, sedang hatimu giat menyembah ciptaan, takut mereka dan mengharap mereka; secara lahiri kamu memang penyembah Allah, tapi batinmu menyembah ciptaan; setiap apa yang kau cari atau yang kau tuju semata dari mereka termasuk kepingan-kepingan mutiara, uang dan dunia; kau mengharap pujian mereka tapi takut cela dan pemalingan mereka, rupanya kau takut jika subsidi dari mereka tertutup, karena itu mereka selalu kau harapkan; bahkan kau tak malu-malu bicara lembut di hadapan mereka.
Celaka kamu; menurut pengamatanku kau termasuk pemusyrik, munafik bahkan zindik. Sungguh celaka; kau lakukan shalat, mulutmu mengucapkan Takbir (Allahu Akbar), tapi ucapan itu kau dustai sendiri; sebenarnya kedudukan ciptaan di hatimu itu lebih besar daripada Allah; bertaubatlah kepada Allah; kau jangan beramal baik kecuali untuk-Nya; jangan peruntukkan dunia atau akhirat; jadilah seperti orang yang berhasrat kepada-Nya semata; berikan hak Ketuhanan-Nya – harus kau sembah – janganlah beramal untuk mencari pujian; karena diberi atau dicegah; sadarlah rizkimu itu tidak bertambah juga tidak berkurang; sesuatu yang telah diputus untukmu – kebaikan atau keburukan – pasti datang; persempitlah lobamu dan perpendek punyamu; jadikanlah mati sebagai rujukan penglihatanmu; niscaya beruntung jika bersedia menerapkan syarat dalam segala aktivitas.
Wahai manusia, bukankah syara’ sudah ditetapkan untukmu, dan kau tetapkan pada sikap lahiri dan batini, lalu kau jual nafsu, hawa dan kau perdayakan kebesaran Allah, suatu saat sikssa dan belenggu jiwa tentu tersembul darimu; segala sifatmu niscaya diperlihatkan semua lalu mencengkeram dan menyerangmu, berakhir dengan kematian yang pedih, di sana (kubur); dirimu dipersempit dan disiksa oleh-Nya sampai kiamat sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung; di sana kau diperhitungkan meliputi segala aktivitas hidup; kamu diminta untuk mempertanggungjawabkan berbagai masalah besar atau kecil; jika demikian gambarmu, maka tak jauh berbeda dengan patung yang tak bernyawa, kulit kering mengisut tidak berarti yang sama artinya tidak berkekuatan lagi; di saat itu tiada balasan terbaik untukmu kecuali neraka; karena ibadahmu di dunia tidak ikhlas, maka tiada balasan baik kecuali luapan api neraka.
Kembalilah kepada Allah dengan pembaruan Islam taubat yang baik serta ikhlas di dunia sebelum mati menjemputmu; sebab, jika satu perkara itu sudah tertutup pintunya berati kau tidak bisa bertaubat lagi; kembalilah kepaa-Nya dengan kelurusan hati sehingga pintu keutamaan tidak tertutup untukmu.
Celaka, mengapa kau tidak malu kepada Tuhan, sedang kau jadikan kepinga-kepingan uang sebagai Tuhan, hari-harimu sebagai tujuan akhir dan kau lupakan Tuhanmu secara umum. Dalam waktu dekat niscaya kau melihat hasil perbuatanmu.
Serahkan kedai-kedai, hartamu untuk membantu keluarga, untuk kasab mereka berdasar syara’ sedang hatimu tetap tawakal kepada Allah, carilah rizkimu dan rizki mereka dari Allah, bukan dari harta atau kedaimu dan perputaran rizkimu dan rizki mereka.
Jadikanlah fadilah dan kejiwaan bersama-Nya, niscaya kau terkayakan dari keluargamu dan Dia memperkaya mereka dengan sesuatu yang dikehendaki; dikatakan pada hatimu ini untuk dirimu dan ini untuk keluargamu; tapi bagaimana kamu bisa memperoleh perkara ini sedang selama perjalanan hidupmu bercabang-cabang, tertutup lagi menjauh dari-Nya; janganlah kau berkenyang diri dengan dunia dan isinya; tutuplah pintu hatimu rapat-rapat; putuskanlah segala keberadaan yang hendak memasukinya; lalu terapkan di dalamnya kenangan untuk Allah; taubatlah sebenar-benarnnya; menyesallah atas laku dan adabmu yang buruk sepenuh penyesalan; orang beriman yang yakin dengan perselisihan dunia dan akhirat tidaklah menjadi bakhil.
Nabi Isa a.s.; berkata kepada iblis : “Siapakah di antara sekian banyak manusia yang kau sukai?” Jawab Iblis : “Orang beriman yang bakhil.” Kata Nabi Isa a.s.; : “Siapa pula di antara mereka yang kau benci?” Jawab iblis : “Orang fasiq yang mulia.” Kata Nabi Isa a.s. kepada iblis : “Mengapa demikian?” Jawab Iblis : “Karena aku amat mengharap orang beriman yang bakhil akan menerapkan bakhilnya dalam laku maksiat; dan aku takut si fasiq yang mulia jika sampai terhapus sifat buruknya oleh sifat mulianya.
Wahai di mana orang-orang bertaubat yang menekuni taubatnya; mana orang yang malu dan takut kepada Tuhan dalam segala aktivitasnya; wahai, di manakah orang yang membersihkan diri dari perkara haram – baik waktu sunyi atau terangnya; di manakah orang yang mendahulukan sikap malu hati dan memutarnya? Sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya kedua mata tentu diperhias, sedang penghiasnya adalah melihat hal-hal yang haram.” Berapa kali kau perzinakan matamu dengan memandang perkara haram – seperti wanita dan lainnya. Padahal Allah telah berrfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman supaya mereka menahan sebagian penglihatan mereka.” (Qs. XXIV : 30).
Wahai sahaya, selagi dalam hatimu terbersit rasa cinta dunia, kamu tak bisa melihat sesuatu pun ikhwal orang-orang shalih; selagi kau dusta dan bersirkah kepada manusia tidak mungkin mata hatimu terbuka; tiada kata yang mengantarmu hingga berzuhud dari ciptaan; jadilah mujtahid; persibuk dirimu dengan ddisiplin taubat; kembalikan segala kebutuhanmu kepada-Nya; sesungguhnya Dia itu lebih utama daripada yang lain; peliharalah hukum-hukum syara’-Nya; biasakan bertaqwa kepada-Nya dan tinggalkan dunia serta akhirat; karena kedua masalah yang ada itu akan terus mendatangimu sampai tak ada masalah yang ada itu ahdap sesuatu selain Dia itu bisa menjernihkan hati dari berbagai keruhnya; Jika kamu tidak segera menunjukkan hati kepada-Nya, maka sesungguhnya kamu seperti hewan – tak berakal.
Wahai, rizkimu tidak dimakannya selain kamu sendiri; tempatmu di surga dan neraka – tidak di tempatnya selain kamu; tapi sungguh kamu dikendalikan pelupa dan didikte hawa; setiap kali hikmah kau pasang dalam bentuk makanan, minuman, kawin, tidur dan tesalurnya sasaran ekonomi, tujuan cenderung kepada orang-orang kafir dan munafik, setelah kau peroleh kepuasan barang halal atau haram, masih diragukan apakah dalam hatimu terbersit rasa agama atau tidak.
Wahai para miskin, tangisilah jiwamu; jika anakmu mati di hari kiamat akan bangkit untukmu, tetapi kalau agamamu padam tak ambil pdeuli dan kau tidak menangisinya; maka para Malaikatlah yang mewakilimu sama memangisi dirimu karena menyesal melihat kerendahan semangat agamamu. Kamu ternyata tak berakal; seandainya akau berakal tentu akan menangisi kelenyapan agama bersama sumber-sumber kekayaan, sedang kau tidak kena coba; inilah akal dan kemalu-maluan; keduanya itulah sumber kekayaan yang benar; ilmu tidak berguna dan akal tidak bermanfaat untuknya; hidup tidak berfaedah; rumah tak terhuni; harta benda tak diketahui dan makanan tak termakan bila kau tak mengetahui sesuatu yang ada pada diri sendiri sungguh aku mengetahui; aku bersama pengacara syara’, yang dengannya menjadi hakim lahiri, dan pengacara ilmu Allah yang ia sebagai ilmu batin; bangunlah dari ketertiduran pelupa; basuhlah wajahmu dengan air pembangun, lalu lihatlah, apakah kamu Muslim atau kafir, beriman atau munafik, bertauhid atau pemusyrik, periya’ atau pemukhlis, penyama atau pembeda, ridla atau benci; Allah tidak akan ambil peduli dirimu atas kerelaan atau kebencian itu; karena kduanya itu sendiri berada di antara dlar dan naf’ (sengsara atau manfaat) sama-sama kembali untuk dirimu sendiri. Mahasuci Dzat yang Mulia; yang Halim; yang Utama; segala keberadaan bagaimana pun juga berada di bawah kelembutan-Nya; seandainya Dia tidak berlembut kepada kita, niscaya kita terlantar binasa.
Wahai sahaya, kau berharap kepada Allah melalui ibadah, tetapi kau iringai syahwat, riya’ dan munafiq, bahan kamu benci mencari kemuliaan-Nya; engkau perumpil orang-orang shalih beserta kerusakanmu; apa yang kau andalkan, padahal dzikir mereka punya; pengajak untuk mengikuti pengetahuan mereka juga merreka punya; wahai pelari dari Tuhan; wahai manusia sesat; wahai penjauh dari lingkungan orang shalih! Celaka kamu, mana sesuatu yang keua perhatikan; mana sesuatu yang mampu merangsangmu untuk berakal; pada siapa kau mengadu; pada siapa kau minta tolong; bersama siapa kau hanyut; kala kau tertimpa derita dengan siapa kau berteguh hati?; ceritakan padaku, karena aku sudah tahu kedustaan dan munafiqmu; kau dan manusia lainnya bagiku laksana kepinding; jika di antaramu terdapat orang-orang yang benar, aku tetap mengetahui dan aku juga yang sanggup menjadi pelayannya; kalaupun ia hendak membawaku ke pasar, lalu menjual kau atau menjadikan daku sebagai tanggungan hutang, silahkan; Jika ia hendak mengambil busanaku atau apa saja yang aku miliki, atau ia hendak memerintah aku hingga aku jadi peminta, silahkan; tapi nyatanya kamu tak punya kebenaran tahid atau iman yang menunjang tujuan itu; mana kau punya amal; kau tak berbeda seperti kayu bakar yang tidak pantas kecuali untuk dijadikan santapan api.
Manusia itu sama, sukan menjadikan tujuan pertama utuk dunia; bebaskanlah hatimu dari apa pun dan tempatkan di sana satu masalah yang tidak berbentuk seperti keberadaan ini; bersihkanlah ibadah dari riya; nifaq dan sum’ah; luruskanlah ibadah hanya untuk Tuhan semata; tapi ternyata kau masih suka menyembah ciptaan, pembawa riya’, hawa nafsu dan pujian; tiada di antaramu yang benar mampu beribadah kecuali yang dikehendaki Allah; tapi sebagian besar di antara mereka suka menyembah dunia, dan takut jika sampai lenyap; inilah penyembah surga yang mengharap memperoleh kenikmatannya dan tidak mengharap Penciptanya; dan inilah penyembah neraka yang takut darinya tapi tidak takut Penciptanya : siapakah sebenarnya manusia; apakah sebenarnya surga itu; apakah sebenarnya neraka dan apa pula sebenarnya selain-Nya itu?
Firman Allah :
“Dan mereka hanya diperintahkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah semata-mata.” (Qs.VIIIC :5)
Orang-orang arif lagi beriman tentu sama menghamba Allah bukan yang lain; berikanlah hak penuhanan dan penyembahan sebagaimana mestinya; sembahlah dia dengan mengikuti segala perintah-Nya, cintailah tapi tidak menurut arti lain dan tinggalkan apapun selain Dia; rupanya kau berupa patung-patung tak bernyawa; kau seperti bangunan-bangunan sedang orang lain isinya; kamu tampak sedang mereka sirr; orang shalih adalah para pejuang Nabi; penguat tangan kanan atau kirinya; muka atau belakang, sisa makanan para Nabi itu hanya terlimpah untuk mereka; mereka beramal menurut ilmu mereka, maka praktis mereka sebagai pewarisnya.
Sabda Nabi saw. :
“Ulama adalah pewaris nabi-nabi.”
Kala mereka beramal berdasar ilmu mereka, maka menjadi pengganti Nabi-Nabi, sekaligus mewarisi kenabian mereka.
Janganlah kau datang hanya untuk membawa sepucuk ilmu lalu merasa cukup; yang demikian tak berbeda seperti dakwah yang tidak disertai niat, tentu tidak bermanfaat; halnya ilmu tidak bermanfaat tanpa disertai amal. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Ilmu itu hanya terpanggil dengan amal, kalau sesuai ia bersambut, kalau tidak ia berpisah.”
Artinya berpindah barakahnya sedang pemelajarannya tetap; kulitnya tetap tapi akalnya lenyap.
Wahai para penjual amal dengan ilmu, di antaramu terdapat orang yang pandai berpantun disertai ibarat-ibarat dan kebenaran-kebenaran meliputi Balaghohnya, namun ia tidak beramal bahkan tak punya rasa ikhlas; seandainya kau mau melatih hati; niscaya terlatih pula organ tubuhmu, karena hati itu sentral organ tubuh yang ada; karena itu jika kau melatihnya tentu kerucuknya terlatih pula.
Ilmu itu diumpamakan kulit dan amal sebagai kerangka; hanyalah kulit itu bisa terpelihara jika kerangkanya juga terpelihara; hanyalah melalui penjagaan kerangka jika mengharap pelumas keluar darinya; maka bila tidak ada kerangka dalam kulit itu apa yang akan kau perbuat untuknya; jika kerangka itu tidak berminyak lalu apa yang akan kau perbuat untuknya; ilmu telah lenyap, karena bila amal tidak ada, maka ilmu pun pergi dengan sendirinya; mana mungkin bermanfaat bagimu atau pemeliharaan itu sedang pelajaranmu tidak kau sertai amal; wahai orang berilmu, jika ku ingin baik di dunia dan akhirat amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia; wahai orang kaya, jika kau ingin baik di dunia dan akhirat, peringanlah beban orang-orang fakir. Nabi saw. bersabda :
“Manusia itu adalah keluarga Alah dan manusia yang paling dicintai Allah Adalah mereka yang mau menafkahkan (hartanya) untuk keperluan keluarga.”
Bahwa Ibrahim a.s.; bila mengetahui orang kafir yang sedikit sabarnya, beliau segera berkata : “ Wahai Allah, lapangkanlah pada diri kami di dunia dan zuhud kami di dalamnya, janganlah Engkau mencabutnya, maka hancurkanlah kebatilannya.
Wahai Allah, lembutkanlah untuk kaji dalam ketentuan dan ketetapan-Mu.
WACANA 30.
Pagi tanggal 16 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Wahai, amat beruntung orang yang mengenal Allah – atas kenikmatan-Nya dan menyandarkan segala permasalahannya kepada-Nya, menelanjangi jiwanya sebab-sebab, dan kekuatannya; orang berakal adalah orang yang tidak memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas segala perbuatan baiknya.
Celaka, kau sembah Allah tanpa dasar ilmu, berzuhud tanpa ilmu, mengabil dunia tanpa ilmu, itulah penutup di atas penutup, kau tidak memilah yang baik dari yang buruk, kau tidak bedakan antara apa yang wajib dan apa yang tidak wajib bagimmu; kau tidak mengenal teman dan musuhmu; setiap hal ini hanya terjadi karena kedunguanmu atas hukum-hukum Allah dan peninggalanmu untuk melayani para guru; yaitu guru amal dan guru ilmu yang bisa menunjukkan kamu pada jalan Allah; sehrusnya ucapan itu untuk yang pertama, sedang amal yang kedua, dan dengan mengamalkannya kamu bisa sampai kepada Allah; tiada sesuatu penyambung kecuali disetai ilmu zuhud di dunia dan berpaling dengan hati memutar jiwa; orang berzuhud itu rela melepas dunia dari cengkeramannya, adapun zuhud yang benar itu mengusir rasa dunia dari hati; berzuhudlah didunia dengan mengikuti hati mereka maka jadilah zuhud itu setingkat dengan mereka, pergaulilah lahir dan batin mereka; karena api tabiat mereka telah padam, hawa mereka terkoyak, nafsu mereka terkendali dan keburukannya jadi baik.
Wahai sahaya, bila zuhudmu di dunia telah sempurna, maka zuhudlah dalam ikhtiar dan ciptaan; kamu tak perlu takut atau mengharap mereka; segala sesuatu yang memerintah nafsu jangan kau terima, kecuali setelah datang perintah Allah; Adapun yang biasa terjadi padamu dari sudut hati; itu melalui ilham atau tidur sambil sinis menjauh dari semua ciptaan; kendati organ tubuh tenteram tidak ada ibarat yang membuat madlarat bagimu ibarat (pengajaran) itu hanya terjadi disertai ketenangan hati; ia adalah perrkara besar yang tidak menenteramkan dirimu sampai nafsu; tabiat, hawa dan apapun selain Allah padam bagimu; ketika itu kau baru hidup berdektan dengan-Nya; mati lalu bangkit; lalu saat dikehendaki kamu dibangkitkan kepada-Nya; pengembalian menjadi makhluk – ketika itu – tidak diketahui; sejauh mana perrbaikan mereka dan pengembalian mereka menuju pintu-Nya; engkau datang dari dunia dan akhirat bermil-mil semata untuk memperoleh bagian keduanya – dunia akhirat; kau diberi kekuatan lagi karena kekerasan manusia, lalu kamu dikembalikan kepada mereka – dari sesat – mereka dan menetapkan perintah kewajiban-Nya; jika hal itu tidak dikehendaki, maka pendekatan Dia bagimu dan kebebasan dari lain-Nya; tiada amanat untuk ciptaan setelah mencapai Al-Haq – Dzat pengda keberradaan ini – Dia Maha ada sebelum dunia ini; pengada segala sesuatu yang konstan setelah keberadaan ini; ketahuilah, dosa-dosamu itu laksana hujan; maka siapkan taubat untuk setiap tetesannya.
Celaka, kau pembenci : kau pemuja nafsu “libido” kau penggemar hawa, kau penghormat semua itu; lihatlah isi pelajaran kubur; bicarailah penghuni-penghuninya dengan lisan iman, niscaya mereka menyampaikan berita tentang situasi yang melingkupinya.
Wahai manusia, perbaguslah persahabatanmu bersama Allah, takutlah kepada-Nya; beramallah dengan hukum-hukum-Nya; karena Dia membebanimu berupa amalan-amalan hukum itu; beramallah dengan hukum ini; datangi hak-Nya; jika kau beramal menggunakan hukum itu, berarti telah menunaikan amal dengan usahamu; bahkan kamu termasuk mendorong orang lain untuk mengamalkan; berdampak ilmu yang kau punya itu pun membawa kegunaan (manfaat) atas ilmu yang belum pernah kau pelajari (mungkin yg dimaksud ilmu laduni),; karena, ketika itu keberadaanmu bersama ilmu-Nya dan bersama manusia dengan hukum-hukum-Nya; jika demikian, kamu tercatat orang pertama yang mengetahui bersumber ilmu-Nya menuju ke pencarian ke dua. Bila kenyataan penjejakan dalam hal pertama berhasil, suatu ketika yang kedua pun terdapat berupa orang yang kau jumpai; Tapi, bagaimana engkau bisa bertemu Ustadz – jika lakumu tetap begitu – surutlah ke belakang (berorientasi) dan terapkanlah akal, pendapat ilmu, baru amal dilanjutkan ikhlas. Sabda Nabi saw. “Bertaqqarublah... baru beruzlah.”
Orang beriman itu, orang yang belajar sesuatu yang diwajibkan atas dirinya, kemudian mengisolir dari manusia bersunyi-sunyi diri untuk beribadah kepada Allah; ia mengenal ciptaan cukup sebagian di antara mereka, dan mengenal Tuhan lalu mencitai, mencari dan melayani-Nya; ia juga tahu bahwa dlar, naf’, baik atau buruk, bukan di tangan mereka; bahkan hal itu justru berlaku untuk mereka datang dari Allah; maka bisa dilihat bahwa orang yang termasuk golongan mereka itu lebih baik daripada yang lekat dunia untuk kembali kepada-Nya dengan meninggal furu’nya; diketahui pula bahwa furu’ itu cukup banyak, sedang sumbernya hanya satu; karena itu genggamlah Dia.
Lihatlah kaca berfikir, maka bisa kau lihat bahwa berhenti pada satu pintu itu lebih baik daripada berhenti pada pintu-pintu yang beraneka ragam; Karena itu berhentilah pada Dia; genggamlah Dia; orang berriman yang yakin ikhlas lagi berakal sebenarnya telah diberi kejernihan berakal, oleh sebab itu ia menjauh dari keramaian manusia, dan mengambil mereka dari samping.
WACANA 31.
Tanggal 12 Jumadil akhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah, ia bertutur :
Marah, jika dilandasi karena Allah itu masih terpuji, tapi jika terdorong oleh yang lain, berarti suatu cela; orang beriman jika bersih itu karena Allah semata, jadi bukan karena diri sendiri; juga bersih dalam berkemauan untuk menolong Agamanya, bukan untuk menolong diri sendiri; ia akan mudah geram jika hukum-hukum Allah terberangus, seperti kegeraman singa kala menerkam buruannya; berkait pasti Allah murka karena kemarahannya itu, dan Dia akan ridlo karena ridlonya; janganlah kau lahirkan kejengkelanmu kepada Allah, kendati konpensasinya untuk dirimu sendiri; karena perbuatan itu bis membentuk sikap munafik, paling tidak serupa dengan sifat itu; karena Allah punya persifatan lain dari yang lain (bukan seperti persifatan manusia) yang bisa berubah atau surut.
Bila kau sedang menekuni sesuatu perbuatan, singkirkan nafsu, hawa, setan darinya, dan kamu jangan berniat berbuat sesuatu kecuali karena Allah serta untuk mengikuti perintah-perintah-Nya; janganlah kau lakukan sesuatu perbuatan kecuali ada perintah resmi yang bersumber dari Allah; baik dengan perantara syara’ atau melalui ilmu-Nya – yang masuk di hati bersama penetapan syara’.
Berzuhudlah untuk dirimu juga terhadap ciptaan lain termasuk dunia yang mengitari ini; cintailah berjinak-jinak bersama Allah; atau jangan bergeser dari apap pun setelah kejernihan jiwamu kecuali bersama Allah; usahakan bersama orang-orang shalih, tentu kau bisa beradab sambil mentranfsfer peradaban mereka dan berpandang dengan pandangan mereka; dalam ikatan besar kau meliaht Dia baru melihat dengan-Nya; perbuatan-Nya dalam penciptaan amat suci seperti dirimu tak diperkenankan masuk di kerajaan-Nya, karena membawa benda najis; lahirmu tidak bisa masuk dalam kekuasaan Maharaja, yaitu Allah, bersama benda-benda najis yang tersimpan dalam batinmu; kau laksana himmah yang dipenuhi kotoran minyak. Aman amal bisa kau dapat sampai terenung dalam jiwa yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan dirimu dalam kerajaan-Nya.
Dalam hatimu hanya terdapat kelancangan; rasa takut pada sesama; berlembut bersama mereka, cinta dunia dan apa pun yang ada di sana termasuk pengotor hati; tiada kata bagimu kendati sampai hati mati dan menghantar dirimu pada pintu kebenaran hidup di mana kiblatmu terhadap sesama makhluk tidak diperdulikan; adapun selagi keberadaanmu untuk mereka, sedang kamu mengetahui mereka, maka tanganmu tidak memanjang kepada mereka, sehingga mereka menerimamu; tiada kata hingga keberadaanmu tersibuk oleh mereka dan pada orang-orang yang menerimamu, juga yang mentaati, mencegah memuji dan mencela mereka; jika taubat sudah bersih, iman pun bersih; menurut ahlus sunnah menambahkan bahwa : “Iman itu bertambah dan berkurang; bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat. Nah, demikian hak kewajiban manusia yang harus diperhatikan. Adapun orang-orang khusus (al-Khawash), maka ima mereka terus bertambah karena lenyapnya ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh pemasukan ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh pemasukan ciptaan dalam hatinya. Bertambah karena ketenteraman mereka bersama Allah dan berkurang karena ketenangan mereka bersama selain Dia; mereka bertwakkal kepada Tuhan dan bertaqwa; kepada-Nya mereka menyeru; dari-Nya mereka takut; kepada-Nya mereka kembali bertauhid dan bergantung; maka mereka tidak syirik; tauhid mereka terletak dalam hati dan perhubungan mereka antar sesama terletak pada lahirinya saja; jika mereka disakiti tidak membalas. Firman Allah :
“Dan apabila orang-orang bodoh menghadapkan perkataan kepadanya, dijawabnya : Selamat!”. (Qs. XXV:63).
Peliharalah As-Sumtu (sifat memperbanyak diam) dan hilm (sabar) dari orang-orang yang menyakiti; jika mereka membaut dosa besar, yaitu bermaksiat kepada Allah, baru kau tidak boleh berpangku dagu atau diam, karena hal itu jelas haram; kala itu melepaskan bicara termasuk ibadah sedang peninggalannya terbilang maksiat; Apabila kau mampu menegakkan al-Ma’ruf nahi munkar, itu merupakan pintu yang baik yang telah dibuka di hadapanmu; maka segera masukilah!.
Adalah Isa a.s.; bila makan itu makan tumbuh-tumbuhan yang ada di padang, sedang minumnya dari belik (sumber air), duduknya di ngarai-ngarai atau bekas reruntuhan, jika tidur berbantal hasta, orang beriman alangkah baikhya bila mengikuti ini, kendati ia punya harta tapi hanya terpakaikan untuk lahiri saja dan menetapkan jiwa serta hati bersama Allah; pijakan pertama tetap tidak berubah; karena zuhud bila telah menetap dalam hati ia tidak akan tergeser oleh pendatang “dunia”; orang beriman kalaupun mencintai dunia atau isinya, keinginan atau kelezatannya tidak menjadi percikan yang merepotkan diri, baik siang atau malam; tidak menyembah Allah atau berzikir kepada-Nya, tidak mentaati-Nya kalau jiwanya masih menyimpan aib dalam penglihatan Allah; maka ia bertaubat dan menyesali segala perbuatannya, itu sesuatu yang terikat darinya meliputi hari-hari yang sunyi; pandanganya mencela dunia melalui jalur Kitab, sunnah dan guru-guru yang alim; lalu sikap zuhud datang di sana; manakala ia melihat sesuatu aib, maka ia melihat pula aib yang lain; kemudian ia sadari bahwa hal itu hanya kebinasaan saja, usianya memanajng sampai dekat, nikmatnya lenyap, kebaikannya tergeser, perangainya jahat, tenaganya pembantai, bicaranya berbisa – ia berdiri tiada tempat kembali untuknya, juga permulaan dan masanya; di sana seperti bangunan di atas air, dengan demikian ketetapan dalam hati pun tidak bisa dijadikan pedoman, dan baginya tidak punya kediaman tetap. Kemudain ia menekan derajat yang rendah dan memperkokoh tempatnya, maka ia mengenal Allah -- karena itu jangan harap akhirat sebagai ketetapan hati; sebaliknya ambillah kedekatan dengan Tuhan di dunia dan akhirat; untuk sirr dan hati dibangunkan kediaman di sana. Ketika itu imarah (keramaian) dunia tidak membawa madlarat baginya kendati seribu rumah di bangun untuknya; karena ia dibangun untuk yang lain bukan untuk Dia; di sana karena ia mengikuti perintah-perintah Allah, menerima ketentuan dan keputusan-Nya; ia berdiri siaga melayani ciptaan atau menyambung tali kebaikan dengan mereka, mengkait bederang dengan gulita, baik perihal makanan atau roti; ia tidak makan biji-bijian itu sebagai makanan yang diperbantahkan; di sana tidak mendapat persekutuan selainnya, maka ia menjadi makanan yang disantapnya dan berpuasa di samping makanan selainnya; orang zuhud yang berpuasa dan orang arif yang berpuasa selain yang diketahui, berarti mereka pelapar selain dari penghasilan yang halal; mereka berpenyakit karena ciptaan, obatnya adalah kedekatan; orang zuhud berpuasa di siang ghari dan orang arif berpuasa di siang dan malam hari; ia berpuasa tidak mengenal buka sampai Asma Tuhan tetap di hati; orang arif berpuasa setahun penuh; selama itu ia puasa dengan hatinya dan terpelihara sirriny; sungguh ia amat sadar bahwa obat mujarab baginya adalah berjumpa Tuhan dan dekat dengan-Nya.
Wahai sahaya, jika ingin bahagia, keluarkan ciptaan dari hatimu; jangan takut atau mengharap mereka; jangan berjinak-jinak atau diam bersama mereka; bergegaslah lari menjauh darinya bencilah mereka seakan-akan bongkahan bangkai; jika kamu bersih dalam hal ini tentu ketenteraman pun bersih di saat mengenang Allah dan gelisah ketika mengenang yanglain.
WACANA 32.
Jum’at pagi tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah, di pokdok, ia bertutur :
Laksanakanlah perintah Allah, rintangilah perbuatan terlarang; bersabarlah dalam menerima ujian dengan memperbanyak amalan sunnah, maka kamu sungguh disebut orang sadar yang beramal untuk mencari taufiq Allah; rendahkan dirimu di hadapan-Nya hingga lengket debu; rintangi maksiat dari jalur lahir dan membencinya melalui jalur batin; genggamlah taufiqnya; benci dan maksiat jauhkan dari-Nya; bersabarlah atas ketentuan-Nya. Datanglah di hdapanku dengan akal sehat yang menetapkan jiwa serta niat azimah; jauhkan kebimbangan dariku dan baik prasangka denganku, tentu kamu memperoleh kegunaan atas ucapanku; fahamilah artinya!..
Wahai orang yang bimbang terhadapku, setiiap apa yang diriku ada di dalamnya akan membuat kejelasanmu di hari-hari mendatang; jangan kamu perumpil daku dalam hatimudengan penahanan dan pengalahan. Beban dunia di atas kepaalku dan beban akhirat di dalam hatiku dan beban Allah atas sirriku siapa yang menemaniku. Siapa yang dijadikan baik akan menghadap daku sedang di kepalanya terlintas suara memuji Allah, tiada seorang pun butuh pertolongan selain dari-Nya; jadilah kamu orang berakal, beradab baik di hadapan Ulama, karena mereka pemelihara keutuhan dunia; jika tidak, mana mungkin terpelihara riya’mu, munafiqmu dan syirikmu. Wahai orang munafiq, wahai musuh Allah, wahai musuh Rasul, wahai pengisi neraka, camkanlah!.
Wahai Allah limpahkan taubat untuk daku dan mereka; wahai Allah bangunkan daku dan mereka, rakhmatkanlah aku dan mereka, hampakan hati kami dan organ tubuh kami untuk-Mu, jika terpaksa organ tubuh untuk keperluan keluarga, tentang urusan dunia dan jiwa untuk akhirat, maka hati dan sirr kupersembahkan untuk-Mu semata, amin...
Celaka, kamu telah memperkuat jiwa dengan rasa takut dan mengharap ciptaan, lenyapkan penguat ini dari mereka dan tegakkan dirimu untuk menjadi pelayan Tuhan; jadikanlah ketenangan di hadapan-Nya melalui zuhud, memutus hubungan syahwat, wanita dan bebagai sesuatu yang ada didalamnya, berati ia datang kepadanya tanpa sepengetahuanmu atau taanpa masa pencarian, yang demikian kamu telah berzuhud di hadapan-Nya, maka kamu diberi penglihatan dengan mata yang mulia dan memperoleh bagian tanpa terputus. Tetapi selagi kamu masih merasa penat terhadap apa yang ada di sekelilingmu, tetap kamu tidak akan kedatangan sesutu dari yang tidak diduga.
Ada Ulama berkata : “Selagi di hadapanmu terdapat sesuatu, tentu sesuatu yang ghaib tidak akan datang kepadamu.”
Wahai Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kepenatan causalita dan yang membuat kegilaan, hawa, tabiat dan keburukan meliputi segala kondisi dan sikap.
Wahai Tuhan kami, berilah kemi kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan lepaskanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 33.
Ahad pagi tanggal 15 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Barangsiapa mengetahui orang yang dicintai Allah berarti telah mengetahui orang yang mengenal Allah melalui hatinya yang masuk dalam sirrinya. Tuhan kita Azza wa Jalla adalah Dzat yang wujud yang bisa dilihat. Ini sebagaimana ditandaskan oleh Nabi saw. :
“Kamu semua akan bisa melihat Tuhanmu secara jelas seperti kamu melihat matahari dan bulan yang tidak menyakitkan penglihatanmu.”
Hari ini kamu bisa melahat-Nya melalui mata hati dan besok dengan mata kepala : “Tiada penyerupa bagi-Nya sesuatu pun dan dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Orang yang dicintai Allah tentu rela atas ketentuan-Nya, bukan kepada yang lain, mereka mohon pertolongan dari-Nya dan mempersempit selain Dia, baginya kepahitan menjadi orang fakir sebagai kemanisan, tanpa mengurangi arti rela kepada-Nya, dan merasa nikmat jika bersama-Nya. Letak kaya ada di fikiran, nikmat mereka jika sedang sakit, kejinakan berada dalam ketakutannya. Alangkah beruntung wahai orang penyabar, wahai orang rela, wahai orang yang memadamkan nafsu dan hawanya.
Wahai manusia, sertai Dia dan relakan perbuatan-Nya, janganalah merasa pintar atau merasa lebih berakal terhadap orang-orang yang berakal daripadamu. Fiman Allah :
“Dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Qs.II:232).
Berhentilah di hadapan-Nya, berpijak pada kejatuhan akal dan ilmu, tentu kamu akan memperoleh ilmu-Nya.
Dengarlah dan amalkan sesungguhnya aku pemintal perhubunganmu, aku pemintal tali perhubunganmu penuh lembut, sedang pemula keputusannya bukan dari daku; mereka; karena kepentingan mereka sendiri. Daku tidak mengenal sedih, aku laksana burung di mana saja!.
WACANA 34.
Ia bertutur :
Orang-orang yang bersibuk diri menghabiskan waktu dan memberi hak permulaannya untuk ciptaan berarti waktunya tersita dan terberi untuk mereka, waktu mereka tersisa oleh Fadl dari Allah dan rakhmat-Nya, dan terberi untuk orang-orang fakir miskin yang terjepit mereka. Mereka melabrak dewan-dewan orang beragama yang lemah atas keputusannya. Mereka adalah para pemimpin atau penguasa negara, ya, tidak penguasa dunia karena menyita dan tidak memberi.
Pada umumnya orang itu meninggalkan bekas sesuatu yang tampak dan mentauti yang tidak tampak. Mereka mentransfer punya Allah bukan punya ciptaan, organ tubuh mereka bekerja untuk ciptaan dan hati bekerja untuk diri sendiri. Mereka menafkahkan sesuatu untuk Allah bukan untuk hawa nafsu. Tujuan jiwanya bukan untuk puja atau puji. Tinggalkan raa berbesar diri di hadapan Allah atau tehadap sesama, karena perbuatan itu termasuk di antara sifat orang sombong adalah mereka orang-orang yang mukanya akan diasah oelh Allah dengan api jahanam. Termasuk juga dalam jajaran orang yang sombong adalah jika kamu marah kepada-Nya. Sama halnya bila kamu mendengar ssuara adzan, tapi kamu tidak menjawab; yakni bersegera melaksanakan shalat, sungguh berarti kamu telah berlaku sombong kepada Allah. Dan bila seseorang berbuat dhalim atas sesamanya berarti ia bersombong di hadapan-Nya.
Bertaubatlah, murnian taubatmu sebelum terbinasakan melalui pengelmahan ciptaan-Nya, seperti pembinasaan atas Namrudz dan raja-raja lalim lain. Untuk apa, jika kamu sombong kepada-Nya niscaya akan dihinakan setelah dimuliakan, melarat setelah kaya, disiksa setelah melalui nikmat, bahkan diperbudak setelah kehidupan ini!. Jadilah orang takwa. Syirik itu bisa terjadi karena dua sebab; lahir dan batin; Syirik lahir seperti menyembah patung atau sejenisnya, dan syirik batin seperti takut pada sesama dan yakin mereka memiliki dlar dan naf’.
Di antara manusia juga terdapat orang yang menguasai harta dunia, tetapi ia tidak mencintainya, ia memiliki tetapi tidak dikuasai, harta menyukai tapi ia tidak mencintai, dunia melayani tapi ia tidak melayaninya, ia bisa menyirnakan dunia tapi ia tidak bisa dihancurkannya. Teramat bagus hatinya kepada Allah, dunia tidak pernah mampu mencelakakannya, ia rela mengeluarkan dunia tetapi dunia tak mampu mengeluarkan dirinya. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling nikmat untuk harta yang baik itu bila dikuasai orang baik.”
“Tidak ada kebaikan dalam dunia (harta) kecuali bagi orang yang disebut demikian dan demikian.”
Ketika itu Nabi sambil berisyarah memisahkan dua tangannya dalam keadaan yang riang gembira.
Tinggalkan dunia yang kau kuasai untuk kebaikan dirimu bersama Allah. Keluarkan ia dari hatimu niscaya tidak membahayakan, nikmat dan keindahannya tidak akan mampu menipumu, karena dalam waktu singkat ini seluruhnya akan lenyap menjauh darimu.
Wahai sahaya pandanganmu tidak memuaskan aku, karena kamu sesat. Barangsiapa merasa puas atas pandangan sendiri berarti ia sesat, hina dan tergelincir, apabila kau merasa puas atas pandangan sendiri hram hidayah dan keterpelihara bagimu, kaerna kamu tidak mencarinya dan tidak menetralisir kausalitanya.
Kamu berkata : “Aku orang yang sudah kenyang mencucup ilmu Ulama.” Dan kamu mengaku berilmu, tapi mana amalmu? Pengakuan ini tidak berarti, pengakuan itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Orang yang mengaku berilmu hanya menjadi jelas kebersihan pengakuannya bila disertai amal, ikhlas, sabar ketika dicoba, tidak bergeming, tidak gelisah atau mengadu kepada sesama ciptaan. Kamu buta mengapa mengaku melihat, kamu sulit menerima kefahaman (idiot) mengapa berkata mampu memahami. Bertaubatlah dari pengakuan palsu itu -- kepada Allah bukan yang lain. Palingkan rasamu dari keberadaan ini, carilah sang Pencipta keberadaan ini, kamu bukanlah orang yang mampu memporakpondakan, mempermegah, merusak atau menguasainya; bahkan kamu harus memelihara sikap kekuasaan jiwamu sampai peroleh ketenteraman dan mengenal Tuhan. Carilah kedamaian dunia akhirat, kamu harus memelihara takwa, tajrid, tafrid dari selain Dia, kamu harus menjaga kekosongan jiwa salamanya! Jangan kau tetapkan dirimu dalam sesuatu kecuali yang menjurus pada kata perintah dan larangan, kaena jika kamu lakukan berarti dirimu tetap di sana. Wahai kaum lelaki, wahai kaum wanita, amat beruntung di antaramu yang memasang butir-butir mutiara ikhlas dalam jiwa, ya, termasuk butir-butir takwa, mutiara sabar dan syukur. Aku lihat kamu orang-orang yang jatuh!.
WACANA 35.
Ia bertutur :
Betapa celaka orang yang sombong, ketahuilah penghambaanmu itu tidak membenam dalam bumi tetapi naik ke langit. Firman Allah :
“Kepada-Nya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang baik itu dimuliakan oleh Tuhan.” (Qs. XXXV:10).
Allah berkuasa atas Arasy dan Dia pemeliharan kekuasaan itu, ilmu-Nya mengakar ke segala penjuru yang baru. Dalam Al-Qur’an terdapat tujuh macam ayat yang menjelaskan hal ini, tetapi kesemuanya itu tidak memungkinkan daku untuk menjelaskan karena ketololanmu.
Kamu mempertakuti aku dengan pandanganmu, tapi aku tidak gentar, kamu hendak memperjinak aku dengan hartamu; aku tidak pernah akan butuh; bahkan aku semakin takut Allah. Aku mengharap Dia bukan yang lain, aku menyenbah di hadapan-Nya bukan di hadapan yang lain, rizkiku ada di sisi-Nya. Setiap hamba membutuhkan Dia, tetapi ia tidak mungkin menundukkan-Nya. Tersebut bahwa, ia (Abdul Qadir al Jailani) melalui usahanya telah mengIslamkan orang lebih dari 500 (baca :limaratus) dan mentauabatkan 20.000 (baca : dua puluh ribu) orang. Ia berkata : “Yang demikian ii karena berkah Nabi-ku Muhammad saw. semata .
“(Dia) Maha Tahu perkara yang tersembunyi dan tidak diterangkan-Nya rahasia-Nya itu kepada siapa jua pun selain kepada utusan yang disukai-Nya.” (Qs.LXXII : 26, 27).
Al Ghaib (sesuatu yang tidak aksat mata) berada di sisi-Nya, maka perdekatlah Dia sampai kamu melihat dan mengetahui apa yang ada di sisi-Nya. Untuk itu, tinggalkan keluarga, harta, desa, isteri, anak dan keluarga mereka dari lubuk hati, tinggalkan semua perkara itu dan ber-sirri-lah di pintu-Nya,. Jika kamu sampai di pintu-Nya, maka tidak akan tersibukkan oleh syahwat atau harta benda, kalaupun kamu dihadapkan senampan santapan, tidak melahapnya, jika kamu di tempatkan dalam sebuah kamar, tidak menempatinya; jika kamu dikawinkan lagi, tidak mau; dus, kamu tidak menerima sesuatu pun dari semua itu, sampai kamu menjumpai-Nya seperti pertemuan antara kulit dengan bajumu, baju dengan air, seperti debu dengan perjalanan orang, beserta keteracakan rambutnya. Inilah arti : “Tawalli” dengan cipta.
WACANA 36.
Selasa sore tanggal 2 Rajab tahun 545 Hijriyah di Masrasah, ia bertutur :
Dunia ini dalah pasar, tapi tak sampai lama, tiada seseorang pun yang tinggal di sana. Kala malam tiba, penghuninya sama pergi. Bermujahadahlah bahwa kamu tidak akan berjual beli di pasar ini kecuali, sesuatu yang bermanfaat di akhirat nanti, karena pencela itu selalu memandangmu. Esakan Allah, ikhlas dalam amal untuk Dia semata. Dia lah pemberi, tetapi kamu amat sedikit memberi kendati untuk sesamamu.
Wahai sahaya, jadilah orang berakal dan belaku sopan di hadapan Allah atau ciptaan. Kamu jangan aniaya mereka; sedang kamu mencuri sesuatu dari mereka, apa yang kau punya.Tiada harta untukmu sampai tanda tangan di terima wakilnya, maka ketika itu kamu baru tahu pemberian sebelum tanda tangan; tidak diberi sesuatu yang paling kecil atau yang terbesar kepadamu, kecuali atas ijin Allah, bersama pengesahan dan ilhamnya dalam hati. Jadilah emikir yang menetapkan tampatmu di hadapan Alah, karena rizki itu terbagi menurut pembagian-Nya.
Dengan muka macam apa kamu akan menjumpai Dia besok, sedang ketika di dunia kamu selalu menentang-Nya sambil berpaling menuju ciptaan untuk menyekutukan, segala kebutuhan kau utarakan kepada sesama dan berpasrah dalam kepentingan mereka, padahal kebutuhan kepada sesama berarti siksa, tentu amat banyak peminta tapi tiada yang keluar dari mereka – suatu permintaan – kecuali sika, sedang di antara mereka yang terkecil tanpa merasa benci dalam kebenaran-Nya, ketika kamu meminta pati dirimu sendiri tersiksa berarti ada dalam jalan haram berupa tidak bersedia memberi.
Wahai sahaya, bagiku, pertama kali dalam menanggapi situasi ini adalah tentang kelemahan ketika mencari sesuatu kepada sesama dan sesuatu yang kau miliki tapi tidak kau ketahui “dari mana”, tidak kau lihat “bagaimana”, Jika kamu mampu memberi tanpa menghendaki sesuatu lakukanlah, kamu ingin menjadi palayan tanpa mencari pelayan laukanlah, setiap orang berbuat untuknya dan bersamanya, maka lihatlah mereka bagaimana keganjilannya di dunia dan akhirat, lihatlah kesufian dan kesiagaan mereka di hadapan-Nya.
Wahai sahya, bila Islam tidak berbesit dalam jiwamu, bagaimana iman bsia tumbuh, jika iman tidak terdapat dalam jiwa, berarti kamu tidak punya keyakinan, jika yakin tidak kamu punyai, berarti ma’ruf tidak ada padamu – apalagi kamu sampai mengenal-Nya. Nah, inilah derajat dan peringkat yang tumbuh dalam jiwa. Bila Islam bersih, bersih pula penyerahanmu. Jadilah penyerah diri kepada Allah meliputi keberadaanmu – beserta memelihara hukum syara’, serahkan jiwamu menurut kewajibannya, perbaguslah adab bersama Dia dan ciptaan-Nya, kamu jangan aniaya dirimu sendiri atau yang lain, karena perbuatan aniaya itu mempergelap hati, mengkelamkan muka serta catatan amal, kamu jangan mengaiaya atau menolong penganiaya. Karena Nabi saw. bersabda :
“Akan ada panggilan di hari kiamat ; di mana penganiaya, di mana pembantu penganiaya, di mana orang yang melihat mereka sedih, di mana orang yang bertemu mereka sakit? Kumpulkan mereka dan letakkan dalam peti dari neraka.”
Larilah dari cptaan, berjanjilah jangan menjadi penganiaya atau teraniaya, jika kau mampu lebih baik jadi orang teraniaya – daripada menganiaya – karena pertolongan Allah pasti melimpah orang teraniaya, apalagi jika tidak terdapat orang yang menolong. Nabi saw. bersabda :
“Jika orang yang teraniaya tidak menjumpai penolong selain Allah, maka sesungguhnya Dia berkata : tentu Aku beri pertolongan padamu kendati telah berlalu.”
Sabar itu, satu jalan untuk memperoleh pertolongan, mengangkat derajat dan memperoleh kemuliaan. Wahai Allah, kami mohon kepada-Mu agar bersabar bersama-Mu, kami mohon takwa, terbebas dari segala ini dan sibuk bersama-Mu, dan agar tersingkap hijab antara kami dan Engkau.
Jadilah perantara antara dirimu dengan-Nya, karena berhenti bersama-Nya aalah kesibukan. Tiada penguasa, tiada yang kaya tiada yang mulia kecuali Allah.
Wahai munafik, sampai kapan kamu beriyah’ dan bermunafiq? Celaka kamu, bagaimana tidak malu kepada-Nya dan tidak yakin akan perjumpaan dengan Dia? Waktu ini kamu beramal untuk-Nya sedang batinmu untuk yang lain, kembalilah, temukan urusanmu dan bersihkan niatmu untuk-Nya, bersungguhlah --- bertekad -- tiak akan makan sesuap pun atau berjalan satu langkah atau beramal sesuatu kecuali dengan niat bagus.
Kau tahu, cipta dan pencipta tidak bisa disatukan, dunia dan akhirat dalam hati tidak bisa dipadukan, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibenarkan, tidak datag sesuatu darinya; baik ciptaan atau pencipta, baik dunia atau akhirat. Tetapi keberadaan ciptaan sungguh bisa dilukiskan dalam lahir jiwamu, sedang pencipta terlukis melalui batin, dunia di tangan akhirat dalam hatimu, tetapi jika sudah di hati jangan kamu satukan. Kacalah dirimu dan pilihlah untuk-Nya, jika kamu berkehendak dunia, keluarkan akhirat di hati, jika menghendaki akhirat, bebaskan dunia dari hati, jika kamu ingin dekat Tuhan, bebaskan hatimu dari dunia dan akhirat, Selagi di hatimu terpercik sesuatu selain Allah, kamu tidak akan bisa menyaksikan kedekatanmu dengan Allah. Pikirlah, jangan sesekali mendatangi pintu-Nya keculai dengan tancapan yang benar, karena setiap pandang pasti menghianatimu.
Wahai sahaya, rupanya yang kau ketahui cukup mempersibuk diri darupada yang tidak kamu ketahui, bebaskanlah nafsu dari hatimu tentu kebaikan datang mengitarimu, karena hal itu sebagai kekeruhan yang amat, tapi kala nafsu telah keluar kejernihan pasti datang tanpa membawa keruh, bahkan hal itu membawa perubahan yang esensial. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.” (Qs.XIII:11).
Wahai manusia, dengarkan ini, wahai mukallaf camkanlah kalam Sal Baari (Dzat Pencipta), ia adalah sebenar-benar perkataan. Cemburukan dirimu untuk-Nya terhadap sesuatu yang dibenci hingga jalan membentang seperti yang mereka cinta datang untukmu.
Dengarlah kataku, termimalah permukaan bumi ini orang berani berbicara di hadapan ummat dalam situasi seperti ini, kecuali aku. Aku membutuhkan perangan mereka, bukan untukku, kendati aku mencari yang lain, tetapi aku tetap membutuhkan mereka. Setiap kalimat yang keluar dariku kepada mereka bukan berarti aku membutuhkannya, sungguh, aku tidak membutuhkan kecuali Allah. Mana sesuatu yang dikehendaki, bukan dunia, bukan akhirat, juga bukan isi kedunya, sedang Dia Maha Mengetahui kebenaranku. Karena Dia Mahatahu kendati yang kasat mata.
Seseorang tidak mencari gambaran Allah, tetapi ia mencari ma’nawinya, yaitu mengesakan, ikhlas dan menyingkirkan kecintaan dunia akhirat dari hati, menjadikan segala sesuatu dalam keterasingan bersama-Nya. Jika hal ini sempurna atasmu berarti kamu lebih mencintai, lebih dekat dan lebih meninggikan Dia daripada yang lain.
Wahai Tuhan kai, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 37.
Jum’at pagi tanggal 5 Rajab tahun 545 di Madrasah, ia bertutur :
Nabi saw. bersabda :
“Besuklah si sakit dan antarkanlah jenazahnya, karena hal itu suatu jalan mengenang akhirat.”
Tujuan Rasulullah saw. sehungan dengan sabda tersebut adalah agar kamu ingat akhirat, sedang saat ini kamu menjauhi peringatan itu, sebaliknya terlalu cint dunia. Tidak lama lagi di antaramu pasti diuji – tanpa perkaramu – yaitu pengambilan dunia dari genggamanmu sebagai pengganti keriangan. Wahai orang lalai, ingatlah, kamu bukan dicipta untuk dunia, tetapi dicipta untuk akhirat. Wahai orang lalai, jika kamu tetap cenderung dunia, berarti himmahmu hanya menghantar pada syahwat, kelezatan, dan segala dunia terukur menurut uang. Di pihak lain, organ tubuhmu sibuk bermain dengannya. Jika kau diingatkan akhirat atau mati, kamu berkata : “Ah kuno, terlalu sempit!.” Tegakkan kepala untuk demikian dan demikian, peringatan mati telahdatang, seperti : “pemutihan rambut; tetapi kamu tetap ingin mengelak yaitu dengan jalan memotong atau menyemirnya. Jika mati benar-benar datang mana amalmu? Jika Malaikat Pencaut Nyawa datang, bagaimana bisa kau menolak? Jika sumber penghasilanmu tertutup, bagaimana kau menolak. Tinggalkan kegilaan ini, dunia itu terbangun di atas amal, itu baru benar, jika kamu beramal di sana tentu kelak diberi pahala, tapi jika kamu tidak beramal apa yang bisa diberikan? Dunia adalah sebuah gedung tempat meneguk, dan akhirat adalah gedung khusus untuk beristirahat. Orang beriman ketika di dunia giat meneguk tugasnya tentu ia akan leluasa beristirahat di akhirat. Tapi bagimu ama tsuka beristirahat sekarang, mengulur-ulur taubat; dari hari ke hari; dari bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun; sampai habis masa taubatmu, dalam waktu dekat tentu saja kau menyesal; bagaimana aku tidak menerima nasihat, bagaimana aku tidak bangun dan membenarkan; maka akupun tidak mengenal kebenaran !.
Celaka, pelepah atap kehidupanmu pecah. Wahai orang yang terrperdaya, kehidupanmu telah tiba, inilah tempat yang kau sukai sekarang hancur, carilah kedamaian akhirat, alihkan pijakanmu ke sana! Apakah pijakan iu? Adalah berupa amal baik, mendahulukan sesuatu keperluan untuk akhirat, sampai dirimu menemukan kala sampai ke sana. Wahai orang yang terperdaya dunia, wahai penyibuk tanpa hasil, wahai orang yang menghasilkan sirr untuk bersibuk jadi pelayan dunia !
Sadarlah, akhirat itu tidak bisa dipadukan dunia, karena orang tidak dibenarkan melayani dunia, singkirkan ia dari lubuk hati, tentu kau menyaksikan akhirat. Bagaimana agar ia datang tanpa menguasai hatimu, jika ini sempurna kamu dapat panggilan untuk mendekat Allah, ketika itu akhirat jadi sunyi sedang kamu mencari-Nya, maka di sanalah kesempurnan hati yang besih dan kejernihan sirri.
Wahai sahaya, jika hatimu bersih syuhud (menyaksikan Allah) para Malaikat dan orang-orang berilmu tetap berpihak padamu, jika kamu menyaksikan Dia, maka tidak lagi butuh penyaksian dengan kebenarannya untuk dirimu, jika ini sempurna atasmu jadilah gunung tidak digetarkannya, keuntungan tidak dikuranginya, dan pandangan terhadap ciptaan yang ada dalam jiwamu tidak membekas, tidak ada goresan yang sampai menggores hatimu dan kejernihan sirrmu tidak terkotori.
Wahai sahaya, carilah maqam ini, impikanlah, jadikan himmahmu untuk-Nya, tinggalkan mencari dunia, karena hal itu tidak bakal membuat kepuasan kecuali, selain Allah tidak akan pernah memuaskanmu, karena itu rapatkanlah dirimu dengan-Nya, dengan cara itulah kamu bisa memuaskan hati, jika berhasil tentu bisa mencapai kecukupan dunia akhirat. Wahai orang lalai, butuhkan orang yang membutuhkanmu, carilah orang yang mencarimu, cintailah orang yang mencintaimu, sibukkan bersama orang- yang bermusytaq kepadamu. Kau dengan firman Allah :
“Dia mencintai mereka dan mereka mencinta-Nya.” (Qs.V:57)
Sesungguhnya kamu diciptakan hanya untuk menyembah Dia, karena itu jangan mempermainkan. Aku ingin agar kamu menjalin hubungan dengan-Nya, maka kamu jangan bersibuk diri untuk yang lain, jangan mencintao-Nya merangkap ciptaan; jika kamu mencintai yang lain cintailah atas dasar kasih sayang dan kelembutan, kalau itu yang kamu kehendaki tidak mengapa, tapi jika cintamu berdasar lubuk hati; jangan lakukan karena termasuk cinta sirri, dan yang demikian tidak diperkenankan.
Nabi Adam a.s. kala hatinya hanyut mencintai taman sorga beseta taman keindahannya membawa dampak keterpisahan antara Allah dan surga – setelah diuji – lalu ia diusir dari surga dengan ujian memakan buah terlarang yang disukai Hawa, akibatnya ia dan Hawa terpisah dalam waktu yang tidak pendek, yaitu kurang lebih 3000 tahun, ia berada di Sarandib dan Hwa di Jeddah.
Nabi Ya’kub manakala hanyut pandang kepada anaknya “Yusuf” a.s. dan selalu dekat dengannya berakibat membawa perpisahan yang cukup lama. Dan Nabi Muhammad saw. ketika pandangannya hanyut kepada Aisyah – dengan berbagai perasaan – berakibat membawa cobaan menimpanya, yaitu tuduhan berbuat zina dari orang-orang munafiq yang dusta, sehingga untuk beberapa hari beliau tidak ingin melihat Aisyah. Oleh karena itu hanyutkanlah pandanganmu untuk Allah semata, bukan yang lain, kamu tak perlu berjinak-jinak untuk yang lain, taruhlah ciptaan ini di luar hati, sedang segala penjuru hati itu sendiri terpenuhi oleh-Nya.
Wahai pembaut batil, wahai pemalas, wahai orang yang enggan menerima ini, jika kamu besedia amenerima petuah-petuah dariku lalu melaksanakan apa yang daku katakan, maka laksanakanlah sepenuh jiwa, jika kau tidak bisa menundukkan kepongahan jiwa, maka yang ada hanya kebencian dan keharaman. Firman Allah :
“Berguna kepadanya apa yang diusahakannya dan yang mencelakakannya pun hasil usahanya pula.” (Qs. II: 286).
“Kalau kamu membuat kebaikan, kebaikan itu untukmu sendiri, dan kalau kamu membuat keburukan, maka keburukan itu untuk dirimu juga.” (Qs.XVII : 7).
Yang demikian ini tentu akan terwujud – besok – untuk balasan amal ditempatkan di surga, dan siksa di neraka. Nabi saw. bersambda :
“Terimalah makananmu untuk orang-orang yang bertaqwa, dan berikanlah seperca kainmu kepada orang yang beriman.”
Jika kamu menyerahkan makanan kepada orang bertaqwa dan memberikan dunia kepadanya, berarti kamu menjadi teman sejawat dalam penghasilan dunia kepadanya, pahalanya sedikitpun tidak berkurang, karena kau menjadi teman (penolong)nya dalam mencapai tujuan, dan kau juga yang meringankan beban dan mempercepat mencapai garis finis menuju Tuhan. Tapi bila makanmu kau berikan kepada orang munafik yang riya’ lagi maksiat dan keberuntungannya terleteak pada perkara dunianya berarti kamu jadi teman sejwat munafik itu, maka apa yang dikerjakan oleh munafiq itu berarti siksa yang tak terkurangi sedikitpun, karena kamu telah membantu dalam memperlancar kemaksiatan kepada Allah, oleh karenanya keburukan itupun kembali untukmu.
Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu, karena ibadah tanpa ilmu tidak baik dan yaqin tanpa ilmu tidak sempurna, belajarlah dan amalkan niscaya membawa bahagia dunia akhirat, jika kamu tidak sabar untuk mencapai ilmu dan beramal dengannya, maka bagaimana bisa bahagia, ilmu jika diberikan seluruhnya niscaya menarik sebagiannya.
Ada di katakan kepada ulama : “Bagaimana kamu bisa memperleh ilmu ini? Jawab : dengan menggunakan metode burung gagak, jika mencari mangsa berangkat di pagi-pagi benar, dengan kesabaran onta, dengan metode kerakusan babi hutan dan dengan metode kecemburuan anjing; sedang aku pagi-pagi benar mendatangi ulama seperti burung gagak dalam mencari mangsanya, aku sabar atas beban berat seperti kesabaran onta ketika membawa beban berat, aku lebih rajus mencari ilmu seperti kerakusan babi pada makanan apa pun – mana ada kamanan tampak di matanya tentu disantap, dan aku lebih menjaga mereka seperti kecemburuan anjing ketika menjaga rumah tuannya sampai ia diberi makan.
Wahai pencari ilmu, dengarkan penjelasan sistem mencari ilmu seperti ini, amalkan jika kamu ingin memperoleh ilmu dan beruntung. Ilmu it lambang hidup, dan bodoh itu lambang mati. Oang berilmu yang beramal lagi ikhlas dalam amalnya dan bersabar dalam masa pencariannya – demi Tuhan – tidaklah tertimpa kematian (berorientasi), karena manakala kematian telah nyata mengembalikan bentuk keberadaan dirinya kepada Tuhan, berati ia kekal hidup bersama-Nya.
Wabai Allah berikanlah ilmu kepada kami dan ikhlas dalam mengembannya.
WACANA 38.
Ahad pagi tanggal 7 Rajab tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Sakitkanlah setan-setan yang menggodamu dengan kalimat “Laa ilaaha illallah Muhammadaur rasulullah”, karena sesungguhnya setan-setan itu bisa terssakiti dengan bacaan itu, seperti salah seorang di antaramu menyakiti ontanya dengan memperbanyak beban dan mempersarat muatan di atas punggungnya.”
Wahai manusia sakitilah setan-setan musuhmu dengan membaca “Laa Illaaha Illallah” secara ikhlas, kalimat tauhid itu mampu membakar setan-setan musuhmu; baik dari jenis manusia atau jin, karena kalimat itu perwujudan api bagi setan dan cahaya (nur) bagi orang yang bertauhid. Bagaimana kamu berucap “Laa ilaaha Ilallah” sedang dalam hatimu terdapat bermacam-macam Tuhan? Setiap sessuatu yang kau pergantungi dan kau minta tolong; selain Allah; ia kau jadikan berhala, jadi pengakuan tauhid yang keluar dari lesan itu tidak berguna jika masih disertai penyekutuan, penyucian hati tidak berguna bila disertai pengotoran. Orang bertauhid itu menyakitkan setan dan orang bersyirik itu disakitkan setan, sedang ikhlas itu menjadi penguat ucapan dan perbuatan, karena itu jika perbuatan sunyi dari ikhlas berarti seperti kulit tanpa kerangka, dan kulit saja padahal tidak berrguna kecuali untuk bahan bakar.
Wahai, dengarlah kataku, beramalllah menurut tuntutan ini karena hal itu bisa memadamkan api kerakusan dan membelah pengaduan jiwamu. Kamu jangan mendatangi tempt yang bisa menyalakan tabiat, jika demikian niscaya menghancurkan bangunan agama dan imanmu.
Tak perlu kau dengar biacara orang munafik yang suka mencipta tipudaya dan mengadu domba, karena watak mereka terleetak paa ucapan yang berisi aduan domba.
Jangalah berdiam pada lintasan peranganan, hingga ma’rifat jadi sehat, lalu baik dan sehat jelas tampak olehmu. Tundukkanlah matamu dari perkara haram, tahanlah nafasmu dari syahwat, rangsanglah nafsumu pada makanan halal, pelihara batinmu dengan muraqabah kepada Allah dan lehirmu mengikuti sunnah, jika ini terrjadi sungguh pemikiran yang bersih terjadi atasmu, ma’rifat yang bersih juga terjadi padamu.
Wahai sahaya pelajarilah ilmu, ikhlaslah sampai kamu suci dari jaringan munafiq besrta pukatnya, carilah ilmu karena Allah semata bukan karena makhluk atau karena dunia, tanda pencarian ilmu semata karena Allah adalah terletak pada rasa prasaan yang takut kepada Allah, ketika datang perintah dan larangan justru kamu merapat berendah diri di hadapan-Nya, selain itu bertawadlu kepada sesama tanpa motivasi hajat, tidak tamak terhadap apa saja yang mereka punya, bersedekah di jalan Allah dan kembali kepada-Nya, karena sadaqah di jalan selain Allah berarti menetapkan pengembalian kepada yang lain, padahal pemberian tanpa berdasar Allah berarti haram.
Sabda Nabi saw.
“Iman itu ada dua bagian, sebagian berisi sabar dan sebagian lagi berisi syukur.”
Bila kamu tiadk punya sabar pada penyakit, tidak syukur atas nikmat, berarti bukan Mukmin sejati. Di antara kebenaran Islam seseorang itu terletak dalam kepasrahan jiwanya. Wahai Allah hidupkan hati kami dengan tawakal kepada-Mu, taat dan mengenang-Mu, dengan mengikuti dan mengesakan-Mu.
Wahai sahaya, satu permasalahan penting yang bisa memperterang jiwamu adalah pengamalan Al Qur’an dan Sunnah serta ikhlas dalam mengamalkannya. Kulihat ulama-mmu itu terdiri orang-orang tolol, orang-orang zuhud di antaramu adalah para pencari dunia, amat mendambakan dunia, pasrah kepada ciptaan dan lupa Allah, padahal mendatangkan pertolongan selain Allah itu bisa menjadi sebab turunnya laknat. Nabi saw. bersabda :
“Amat dilaknati orang yang meminta pertolongan kepada ciptaan sepadannya.”
Juga sabdanya :
“Barangsiapa menjunjung ciptaan, maka sungguh hinalah.”
Ya, kamu perlu tahu; jika dirimu terbebas dari ciptaan lalu menyertai Allah, niscaya kamu mengetahui rahasia apa yang ada padamu dan sesuatu apa yang terjadi atasmu, pada gilirannya diperjelas antara apa yang ada padamu dan apa yang ada pada selain kamu.
Peliharalah “tsubut” (tetap) dan “dawa,” (kekal) di pintu Allah, putuskan causalita dari saluran hati, sungguh kamu lihat kebaikan dan dunia akhirat. Nah, inilah sesuatu yang tidak sempurna, ciptan, riya’ masih bercokol dalam hati, dan apa saja selain Allah juga masih tumbuh di hatimu, karena itu tidak mungkin kamu punya kemampuan berlembut seperti kelembutan zarrah. Jika kau tidak bisa menerapkan sabar, berarti tidak berguna dan imanmu tidak ada puncaknya.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Sabar termasuk sebagian dari iman, seperti kepala termasuk dari bagian tubuh.”
Sedang arti sabar adalah tiada pengaduan (darimu) kepada seseorang pun – ketika kamu mendapat coba – tidak bergantung pada causalita (penyebab); tidak membenci cobaan dan juga tidak merasa gembira akan kelenyapannya. Seseorang ketika berendah diri di hadapan Allah dalam situasi kefakiran dan ketidakmampuannya, sabar bersama Dia atas penarikan itu dan tidak memandang mudah sifat-sifat mubah, menyambung cahaya pada kelam dan antara ibadah dengan kasab (kerja), tentu Allah memandangnya dengan pandangan kasih, mempermudahnya beserta keluarga dengan sesuatu yang tak pernah diduga, datangnya.
Allah berfirman :
“Dan siapa yang patuh kepada Allah, maka dijadikan kepadanya jalan keluar (dari kesulitan). Dan memberi rizki kepadanya dari (sumber) yang tidak pernah diduganya.” (Qs. LXV :2-3).
Kau laksana pembekam yang mengeluarkan penyakit oang lain, sedang dalam dirimu sendiri terdapat penyakit bisul yang sulit dikeluarkan. Kulihat kau terlalu memperkaya ilmu lahir tapi bodoh ilmu batin. Di dalam Taurat tertulis : “Barangsiapa memperkaya ilmu, maka diperkaya kepedihan”, apakah kepedihan itu?; yaitu takut Allah, memperhina diri di hadapan-Nya atau kepada hamba-Nya, jika kau tak punya ilmu belajarlah.
Jika kau tak punya ilmu, amal, ikhlas, adab, baik sangka terhadap guru, maka bagaimana sesuatu bisa datang kepadamu,. Sungguh kau jadikan puncak himmah berupa dunia beserta isinya, dalam waktu dekat kau akan diperdaya; antaramu dan Dia, di mana kamu termasuk orang yang berhimmah satu, yaitu batin bermuraqabah, mereka mengolah hati seperti mengolahragakan organ tubuh – hingga pabila hal ini sempurna atas mereka, sungguh mereka terpelihara. Syahwat terpelihara oleh pancaran sirri, maka dalam hati tidak terdapat satu syahwat pun yang menetap, kecuali syahwat yang satu; yaitu mencari Allah, bertaqarub dan bermahabbah kepada-Nya, cukup sudah!
Diceritakan, bahwa suatu ketika Bani Israil ditimpa cobaan yang cukup berat, kemudian mereka berkumpul mengadu kepada Nabi mereka. Kata mereka : “Sampaikanlah kepada kami, bagaimana agar Allah meridloi kami, sekiranya hal itu bisa menjadi sebab lenyapnya cobaan ini. Segera Nabi mereka memohon kepada Allah tentang permasalahan tersebut, maka Allah pun mewahyukan kepadanya :
“Sampaikan kepada mereka jika kamu menghendaki relaku; maka sukailah orang-orang miskin, bila kamu menyukai mereka, Aku baru menyatakan rela-Ku, tapi jika kamu tetap membenci mereka, Aku tetap memurkaimu.”
Nah, dengarlah wahai orang berakal. Mengapa kamu tak henti-hentinya membenci orangporang miskin, padahal kamu mengharap ridla Allah, tidak mungkin ridla-Nya diberikan, bahkan kamu tak henti-hentinya mendapat murka-Nya. Jadikanlah pegangan kataku yang kasat ini, tentu kamu beruntung, pemegangan itu berarti penumbuhan taubat. Aku bukan tipe orang yang suka menjauh atas penuturan guru, atau kerana kekurangan dan kekerrasannya, bahkan aku lebih menjaga kepicikan bencana yang melanda mereka, jika kau di hadapannya patuh tapi kamu tidak sabar atas penuturan mereka, padahal kamu ingin bahagia. Tidak ada kemuliaan atau bahagia sampai kamu menyesuaikan diri dengan kehendaknya. Peliharalah pergaulan bersama para guru, bersesuaianlah dalam setiap kondisi, tentu bagian dunia akhirat.
Makanlah apa yang kusampaikan ini dan amalkan. Faham tanpa pelaksanaan tidak bisa disamakan, sebagaimana amal tanpa ikhlas. Seandainya kau bersabar bersama Allah, tentu bisa menyaksikan keajaiban atas kelembutan-Nya. Nabi Yusuf as. Manakala bersabar mendapat coba Allah, bahkan tak henti-hentinya beribadah dalam kurungan, berendah diri, menerima kehendak Tuhan-Nya, maka kemuliaan Yusuf pada akhirnya jadi bersih dan tahta kerajaan pun di dapat oleh kerendahan sifatnya, sehingga Yusuf as. Memperoleh kemuliaan sejak hidup sampai mati,
Nah, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu terlatih darimana semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari sesuatu yang dibenci pada yang disukai.
Celaka, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu teralih darimana semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari sesuatu yang dibenci pada yang disukai.
Celaka, betapa kamu tidak punya malu mencari sesuatu bukan dari Allah, padahal Dia lebih dekat denganmu daripada yang lain; kendatipun kamu tetap mencari kebutuhan itu dari sesama. Kamu punya harta sampai bertumpuk, tapi dirimu masih saja mempersempit mata pencaharian orang fakir, jika sampai mati tersingkaplah kepelitan dan penimbunan hartamu, lalu kau dipersilahkan menerima laknat. Seandainya kamu berifikir, tentu lelbih mencari percik-percikan halus dari iman yang bisa mempertemukan dirimu dengan Allah, hendaklah selalu menjalin hubungan dirimu dengan orang-orang shalih dan berakhlaq di hadapan mereka, hingga apabila menara imanmu naik dan keyakinanmu sempurna, berikhlas karena Allah, menata sopan santun, menekuniperintah serta menahan larangan, tentu semua itu terlaksana dari seluruh isi hatimu.
Wahai penyembah berhala, riya’ itu tidak mampu mencium kedekatan dengan Allah, juga, tidak dunia, tidak akhirat. Wahai penyekutu ciptaan, pengunjung mereka; sesekali mereka tidak membawa sengsara atau manfaat, pemberi atau pencegah, kamu tak perlu mengaku bertauhid jika masih bersekutu. Karena hal itu tidak berarti bagimu !.
WACANA 39.
Jum’at pagi 12 Eajab tahun 545 di Pondok, ia bertutur :
Jika kamu ingin menduduki dunia akhirat,jadikanlah seluruh tujuanmu hanya untuk Allah; dari sanamaka, terjadilah pemerintah dan pemimpin atas dirimu sendiri dan orang lain. Sungguh, aku ini menasehatimu, karena itu, terimalah nasihatku; Aku membenarkan, maka benarkanlah aku, tapi jika kamu mendustakan daku, sesungguhnya kedustaan itu ada padamu, tapi jika kamu membenarkan daku, maka sungguh kamu benar : “Sebagaimana kamu mendekat, maka kami pun mendekat.”
Terimalah konsep tari dariku untuk mengogbati penyakit agama yang mengendap di hatimu, dan amalkanlah tentu memperoleh kesembuhan. Barangsiapa berjalan mengitari dunia, barat sampai ke timur untuk mencari para wali, orang-orang shalih, yaitu para dokter kalbu dan agama, maka bila di antaranya telah didapat kemudian mereka mencari lagi tambahan untuk kesembuhan agama. Sayangnya sampai kini kamu masih tegar membenci mereka – fuqaha, Ulama, para wali – dus, para pendidik dan pengajar, jika demikian kelakuanmu masih disangsikan bila terapi dapat kamu terima. Cih,mana mungkin pengobatan yang kusampaikan bermanfaat bagimmu, setiap hari aku galang fondamen-fondamen itu, tapi kamu giat merusaknya.
Jika aku katakan : Jangan makan suapan ini, karena di dalamnya mengandung racun, rupanya kamu tetap menetangku tidak percaya, bahkan tetap melahap makanan beracun itu. Tidak lama proses keracunan itu akan segera tampak dalam konstruksi agama dan imanmu. Sungguh aku menasehatimu, aku tidak ingin kamu binasa dengan pedangmu sendiri, aku tidak ingin mendapat lempengan-lempengan uangmu. Barangsiapa bersama Allah, ia tidak akan goncang oleh lau manusia dalam lingkungan masyarakat, baik dari golongan jin atau manusia, serangga-serangga bumi yang melata atau yang buas sampai ciptaan yang tersembunyi.
Setiap keselamatan dalam ridla, pasti melalui proses ketentuan, pendek angan-angan dan kezuhudan di dunia. Bila kamu melihat dirimu seorang yang lemah, maka tariklah kenangan mati serta memperpendek angan-angan. Nabi Muhammad saw. bersabda berdasar hikayat dari Allah :
”Tiada dekat orang yang dekat dengan-Ku dengan keutamaan-keutamaan-Ku mendatangi yang Aku wajibkan, dan tiada henti-hentinya hamba-Ku memperdekat dengan-Ku melalui amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya Diri-Ku untuknya; pendengaran, penglihatan, tangan dan kekuatan; maka dengan Aku ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan Aku ia bertenaga.”
Segala bentuk perbuatan yang ada ia lihat melalui Allah, dengan melalui-Nya, keluarlah daya kekuatan penglihatan jiwanya dan yang lain; semua bersumber dari Allah. Pergerakan dan daya kekuatannya terjadi oleh Allah bukan dari kehendak diri sendiri, juga bukan terdorong oleh makhluk, sehingga nafsu dunia akhiratnya keluar semua untuk bertaat kepada Allah. Praktis perekat taatnya itu menjadi sebab kecintaan Allah kepadanya, dengan taat dicintai di dekat, maksiat dibenci dijauhi, dengan taat menghasilkan jinak, maksiat menghasilkan lair. Karena keburukan liar terhalang oleh syara’ membawa hasil baik, sedang penetangnya menghasilkan jelek. Barangsiapa tidak punya syara’ yang bercokol dalam segala kondisinya, tentu ia mudah digndeng kerusakan dan kebinasaan.
Beramallah, bertekunlah jangan merasa berat pada amal, karena meningggalkan amal bisa mendatangkan sikap tamak, sedang berberat amal berarti sombong dan menipu. Di antara manusia ada yang berpihak di antara surga dan neraka, jika kamu arif, berarti berdiri di antara ciptaan dan Allah, terkadang kamu menaati ciptaan di lain waktu menaati Allah, kamu penjemput manusia dan memperlihatkan mereka bentuk-bentuk akhirat; khisabnya dan berbagai sesuatu yang ada di dalamnya, bukan hanya itu, bahkan kamu menjadi pelopor berita mengenai pengalaman yang telah kau lihat dan kau saksikan. Hanya berita itu tidak sampai tampak secara persis.
Manusia sama, menanti perjumpaan dengan Allah, dalam setiap waktu mereka mengharap-Nya tanpa merasa gentar hati, karena hal itu sebagai bukti kecintaan mereka; berpisah sebelum kamu terpisah, meninggalkan sebelum tertinggal, berpindah sebelum terpindah; keluarga dan seluruh ciptaan tidak membawa manfaat bagimu --- jika kamu sampai di kubur. Bertaubatlah dalam mengejar sesuatu yang diperbolehkan – syara – yang berbentuk syahwat.
Wahai manusia, berwara’lah dalam segala ihwalmu (kondisi) wara’ adalah kiswah (penutup/kelambu) agama, carilah kiswah dariku untuk agamamu, ikutilah aku karena aku berada dalam jalur kemuliaan Rasulullah saw. aku adalah sari satu di antara pengikutnya; meliputi sifat makan, minum, kawin dan segala ihwalnya; dus tiada sesuatu perilaku yang tidak bersumber dari beliau, aku tidak akan berhenti mengikutinya hingga sampai terwujud apa yang dikehendaki Allah. Aku tidak peduli puji atau cela, pembenaran atau penghentiamu, dengan kebaikan atau keburukanmu dengan kunjunganmu atau pembelakanganmu. Kau tolol, orang tolol itu tidak memperdulikannya, kalaupun kamu beruntung dan beribadah kepada Allah, maka ibadahmu tertolak, karena bentuk ibadahmu terlipat oleh sikap tolomu, sedang segala bentuk ketololan itu perusak. Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa menyembah Allah di atas ketololan, maka hal itu justru lebih banyak merusak sesuatu daripada menghasilkan kebaikan.”
Berkaitan dengan permasalahan ini, tiada kamu beruntung sampai kau mengikuti Kitab Allah dan sunnah Rasul-nya.
Ada Ulama berkata : “Siapa tidak punya guru, maka iblis menjadi gurunya. Ikutilah Guru, Ulama, para pemegang Kitab Allah, sunnah Rasul dan pengamal keduanya, atau berbaik sangka (husnu ‘dlah)-lah kepada mereka, jalinlah kekeluargaan dengan mereka tentu kamu beruntung, jika kamu tidak mengikuti Kitab Allah dan Sunnah, guru serta orang yang memahami isi keduanya, selamanya tentu kamu merugi.
Apa kamu mendengar ini : “Barangsiapa memperkaya pendapat sendiri, sesatlah ia.” Olahlah jiwamu dengan menjalin pesahabatan dengan orang-orang yang lebih pandai daripadamu, sibukkan untuk berbaik bersamanya, lalu operkan kepada yang lain. Nabi saw. bersabda :
“Mulailah dengan dirimu sendiri, kemudian orang yang ada di sekitarmu.”
Lalu Sabdanya :
Tidak ada shadaqah sedang kamu punya saudara yang membutuhkan.”
WACANA 40.
Ahad pagi tanggal 14 Rajab tahun 545 Hijriyah, di Pondok ia bertutur :
Sabda Nabi :
“Jika Allah menghendaki hambanya jadi baik, maka Allah menguasakan kefahaman agama kepadanya, dan penglihatannya selalu mengawasi aibnya sendiri (Instropeksi diri).”
Faham agama adalah asalah satu jalur yang bisa mengenal jiwa. Barangsiapa mengenal Tuhannya, maka ia mengetahui segala sesuatu – melalui Dia --- sehingga peribadatan menjadi benar dan merdeka dari penakluk ciptaan. Tiada keberuntungan untukmu, tiada kebahagiaan sampai kemu mengikuti-Nya, yaitu mengikuti agama mengalahkan syahwat, akhirat atas dunia, Pencipta (Allah) atas cimptaan. Amalkan ini tentu kamu tercukupi. Rupaya kau tertutup dari Allah, tiada pengabulan untukmu, pengabulan hanya terjadi setelah menuruti perintah, jika kamu menuruti perintah-Nya -- dengan amal – tentu permohonanmu terkabul, keberadaan tanaman hanya bisa tampak (tumbuh) setelah penanaman bibit, maka bercocoklah sampai kamu menuai akhirat. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Dunia itu ladang akhirat.”
Sedang cara bercocok tanam yang baik adalah dengan menggunakan hati dan anggota tubuh; yaitu iman lalu memeliharanya; mengairi dan menyirami dengan amal shalih. Bila hati bercokol di sana, maka ia pun lunak, halus dan rakhmat tumbuh di sana. Tapi bila kamu keras dan teramat kaku, tentu tanah itu jadi gersang tidak mungkin bisa ditanami, jika kamu bercocok di puncak gunung, niscaya ia tak kan tumbuh, bahkan ia mendadak rusak (harus dilihat di tanah mana, tentu yang dimaksud Sayyid Abdul Qadir adalah pegunungan di Arab), pelajarilah bercocok tanam itu, kamu jangan mengandalkan pendapat sendiri.
Sabda Nabi saw. :
“Ambillah pertolongan atas setiap pembentukan (perbuatan sesuatu) dengan membaiki pemiliknya.”
Sebenarnya kamu tipe manusia yang suka bersibuk urusan dunia, jika tahu bahwa mencari dunia itu tidak menguntungkan bersama akhirat, yaitu kamu tidak bisa menyaksikan (syuhud) Allah, apabila kamu menghendaki akhirat harus meninggalkan dunia, jika kamu menghendaki Allah, maka harus meninggalkan bagian dunia dan ciptaan, jika batasan ini telah baik justru dunia, akhirat beserta bagian-bagiannya dan ciptaan lainnya datang mengikutimu, baiks ecara rela atau terpaksa. Karena Dzat asal wujudnya semua materi itu bersamamu, sedang setiap cabang pasti mengikuti asalnya.
Jadilah pemikir. Amat sulit kamu memperoleh iman berakal sehat dan pendewasaan diri, bila saja masih menjagakan kehendak ciptaan, tentu kamu mudah binasa jika tak segera bertaubat. Wahai sahaya, tegarlah di hadapan Allah kendati cobaan mendepakmu, bertahanlah di atas pijakan cinta-Nya jangan goncang, jangan beringsut oleh angin atau hujan, jangan mudah terkoyak oleh panah, tegarlah lahir batinmu, tegakkan dalam tempat yang di sana tidak ada ciptaan, dunia akhirat atau bagian dari semua itu, jadilah bersama Allah di belakang penerimaan akal manusia, jin, Malaikat dan seluruh ciptaan. Betapa lebih bagus apa yang dikatakan Ulama : “Jika aku benar, ikutilah, dan jika tidak jangan ikuti kami.”
Juga ada Ulama berkata : “Ikutilah Allah sebagaimana yang kau perlakukan kepada ciptaan-Nya, dan janganlah mengikuti ciptaan sebagaimana kebutuhan geraknya kepada Allah.”
Koyaklah orang yang mengoyakmu, sombongilah orang yang menyombongimu.
Bagaimana aku memperdulikan kamu, sedang kau masih giat menentang Allah, merendahkan pintu-Nya dn mencampakkan larangan-Nya, tak perduli siang atau malam, sungguh kau terlaknat.
Firman Allah dalam sebagian Kalam-Nya :
“Jika kamu mentaati-Ku, tentu Aku meridhaimu, jika Aku rdha kamu terberkati dan kau pakai nihayah berkat Aku, tapi jika kamu menentang-Ku, nisscaya Aku memurkaimu, jika Aku memurkai berarti kamu terlaknat, sedang laknatku turun sampai ke tujuh keturunan.”
Rupanya masa kini berlaku penjualan agama dengan tanah, di mana iman selalu diselimuti peranganan yang panjang dan kelobaan yang kuat. Bertekunlah sampai kamu menjadi orang yang termasuk difirmankan Allah :
“Dan Kami datang dengan sengaja pada pekerjaan yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan debu yang bertebaran.” (Qs. XXV:23).
Setiap amal yang diperuntukan selain Allah termasuk sia-sia (bertebaran).
Wahai sahaya, olahkanlah nafsumu dengan suka lapar, memagari syahwat, rasa, perkara-perkara lain dan olahlah hatimu dengan rasa takut dan muraqabah, jadikan istighfar sebagai pengolah nafsu meliputi juga hati dan sirri, karena setiap hal itu terdapat disa khusus, bisakan mereka dengan menetapi dan mengikuti-Nya – meliputi segala kondisi.
Wahai orang yang pendek akal, jika kamu tidak mampu menolak kehendak Allah, merubah, menghapus, atau menentang-Nya, maka kamu jangan coba-coba menolaknya menurut kehendakmu. Bila ia tidak medantangi jika dikehendaki kamu jangan menghendaki, bila ia menghendaki sesuatu kamu tidak bisa menyempurnakan, kamu jangansusahkan diri dan hatimu di dalamnya.
Pasrahkan segala bebanmu kepada Allah, bergantung di bawah rakhmat-Nya dengan menggantungkan taubatmu, jika kamu kekal dalam hal ini dunia tersingkir dari mata hati dan mata kepala, bahkan kamu malah meremehkan musibahnya, meninggalkan syahwat dan kelezatannya. Kamu jangan mengadu akan keberhentian mengalirnya atau kelapangannya, atau merasa pedih oleh cobaan seperti yang diterima Aisyah r.a. Isteri Fir’aun; kala ia menyatakan iman kepada Allah. Fir’aun bertitah agar menghukumnya dengan menjepit tangan dan kaki dengan lempengan besi, pada akhirnya ia menjatuhkan siksa dengan pencambukkan. Ketia ia mengangkat wajah ke langit , di mana ia melihat pintu-pintu surga di buka, sedang para Malaikat membangun istana di dalamnya, baru Malaikat maut datang mencabut rukhnya. Ketika itu bangunan-bangunan istana tersebut berkata kepadanya : “Aku milikmu” lalu ia pun tersenyum sehingga rasa ssakit tidak terasa, di penghujung hayat ia berkata :
“Wahai Tuhanku!, bangunkan bagiku istana di dalam surga.” (Qs. LXVI :11).
Nah, jika demikian kamu baru jadi orang. Sebab kamu telah mampu memandang sesuatu dengan padangan hati dan yakin pada sesuatu yang mendesak, lalu kamu bersabar atas sesuatu yang ada di sana – baik bala’ atau afat – lalu keluar dari daya kekuatanmu; tidak terambil, tidak terberi, tidak tergerak, tidak terdiam kecuali oleh daya kekuatan Allah. Hanyutkan di hadapan-Nya, serahkan perkaramu kepada-Nya, ketentuan-Nya tentu berlaku atasmu dan ciptaan lain, jangan kmu belakangi bersama pembelakangan kepada-Nya, juga jangan berikhtiar bersama ikhtiarnya. Siapa memahami konsepsi ini teka perlu mencari orang lain, baginya tiada amniyah yang menyamainya. Bagaimana orang berpikir tidak mau mengarap hal ini dan menjalin pertalian dengan Allah, padahal tiada kesempurnaan kecuali Dia.
WACANA 41.
Ia bertutur :
Ketahuilah, bahwa segala sesuatu bergerak melalui penggerak-Nya dan diam melalui pendiam-Nya. Jika hal ini telah menjadi kehendak-Nya, sudah barang tentu Dia menolak untuk dipersekutukan dengan ciptaan dan ciptaan bebas dari tanggungan yang dibebankan oleh-Nya, karena Dia tidak cela di hadapan meraka dan tidak menghendaki sesuatu yang ada di sisi mereka Dia menghendaki terahdap sesuatu yang mereka cari berdasar syar’i, itu cukup. Karena itu mereka harus mencari syar’i dan memperbanyak ilmu secara menyeluruh; yaitu antara hukum dan ilmu.
Ketahuilah bahwa perbuatan Allah atas ciptaan termasuk aqidah, yang dengannya tidak merusak hukum. Dia menentukan dan sumber pencarian. Firman-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang perbuatannya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs. XXI:23).
Ini menjadi akidah bagi setiap muslim yang yaqin, bertauhid, meridlai Allah, menerima ketentuan dan ketetapan-Nya. Dia Maha Kaya meliputi nafsu dan sabarmu, tetapi Dia juga melihat bagaimana amalmu; adakah benar atau dusta. Pencipta tidak mungkin membebani sesuatu pun beban kepada yang dicintai, cinta dan yang dikuasai tidak bisa disatukan dengan jalan kecintaan kepada Allah, namun kelurusan dalam mencintainya malah bisa mendatangkan penyerahan jiwa, harta, akhirat serta kehidupan kepada Allah semata.
Wahai orang yang mencintai Allah, cintamu tidak sempurna sampai kamu menerapkan kesungguhan (ketekunan) sebagai kewajiban, tiada satu pun yang tertinggal untukmu kecuali penekunan. Kecintaan mampu mengusir ciptaan dari lubuk hati dari arasy ke bawah (bumi), janganlah kamu mencoba untuk mencintai dunia atau akhirat, keagresifan untukmu dan kejinakan dengan Allah, sehingga dirimu seperti orang (Qais) yang gila kepada Laila. Ketika cintanya sudah tak tertahan lagi, ia menjauh dari keramian manusia demi kerelaan yang satu itu lalu merantau ke padang belantara -- tempat-tempat binatang buas – ia menjauh dari keramaian manusia lebih rela mengasingkan diri dalam bilik, ia menjauh dari pujian manusia atau cela mereka; praktis pembicaraan atau pendiaman mereka selalu berisi olokan yang mengiringinya – seorang diri – kerelaan darinya dan kebencian mereka dari sisi sendiri. Suatu hari orang berkata kepadanya : “Siapa kamu? Ia menjawab : “Laila”. Datang dari mana? “Dari Laila”, Ditanya lagi : “KE mana tamar (korma)?” Ia menjawab : “Laila”, Dengan demikian nyata sekali ia telah buta selain kepada Laila, tuli dari pembicaraan selains uara Laila, ia tidak akan kembali oleh celaan orang lain. Betapa bagus puisi yang disenandungkan oleh seorang Ulama :
“Ketiika nafsu membau keinginan rendah
Maka Perangai dibuat
Dalam besi yang dingin.
Hati, jika mengenal Allah dan mencintai, mendekati-Nya, maka keraslah ia terhadap ciptaan; keberadaannya tidak suka menerima makanan, minuman, pakaian serta persahabatan, ia liar dari keramaian, tiada sesuatu penguat kecuali ketentuan syara’, yaitu yang mengatur dalam perintah – larangan dan perbuatan, memperkuat dirinya sampai waktu datang ketentuan. Wahai Allah, janganlah Engkau menolak kami untuk mendapat rakhmat-Mu, sampai menyebabkan kami tenggelam dalam samudra dunia beserta keberadaannya. Wahai pemberi Mulia, tautkan – lah kami.
Wahai sahay, siapa di antaramu tidak menerapkan aturan yang ku katakan, berarti ia tidak memahami kataku, jika menerapkan dalam perikehidupan berarti ia memahami. Pabila kamu tidak berbaik sangka kepadaku, tidak mempercayai kataku dan tidak mengamalkannya, bagaimana kamu bisa disebut memahami? Sebenarnya kamu itu lapar, kamu menunggu sisa makananku, tapi kamu sengaja tidak mau menyantap sisa makananku, bagaimana kau bisa kenyang.
Dari Abu Hurairah, r.a. ia berkata : Aku dengan Rasulullah saw. berkata :
‘ Barangsiapa sakit satu malam sedang ia rela kepada Allah, bersabar atas penyakit yang menimpanya, ia terrbebas dari dosanya seperti di hari dilahirkan ibunya.”
Alaha Muadz r.a. berkata kepada sahabatanya : “Bangkitlah kalian, mari kita beriman sesaat”, artinya : “berdirilah kalian rasakan (dzauq)-lah sesaat, bangkitlah kalian mesukan pintu sesaat untuk menemani mereka, Ketika itu ia berisyarah menunjukkan sesuatu memberi memejamkan mata, ia berisyarah pada penglihatan dengan mata yaqin. Belum tentu setiap Muslim mukmin atau setiap mukmin yakin. Karena itu ketika ada seorang sahabt bertanya kepada Nabi saw. katanya : “bahwa Muadz berkata kepada kami : “bangkitlah kalian kita beriman sesaat”, bukankah kita orang berriman? Nabi menjawab : “serulah ajakan-Mu’adz dan kehendaknya.”
Wahai penyembah nafsu dan hawa tabiat, setan dan dunia, dalam pandangan Allah atau para hamba yang shalih, sebenarnya kamu tak punya kemampuan, barangsiapa menyembah akhirat berarti tidak mengikuti-Nya, bagaimana penyembah dunia ?
Celaka, kamu berbuat hanya melalui lisan tanpa fakta, kamu dusta kendati menurut dirimu benar, kamu bersyirik, kendati menurut dirimu bertauhid. Sibukkan selalu untuk menyertaiku, aku menahanmu agar tidak berbuatdusta dan ku suruh agar berbuat benar. Padaku ada tiga penggosok, yang lebih kupahami adalah Kitab dan Sunnah, sedang hatiku sebagai penggosok akhir yang bisa memperjelas orang. Hati tidak akan sampai ke peringkat ini higga ia menetapkan amal berlandas kitab dan sunnah, beramal dengan ilmu, kejernihan yang amat jernih, mutiara di atas mutiara, batu di atas batu, amal yang disertai ilmu memperbagus hati sekaligus membersihkannya. Pabila hati bersih organ tubuh pun sehat, jika hati suci organ tubuh pun suci. Tapi jika hati sunyi dari hal itu, berarti ia sunyi pula dari surga, jika bagus konstruksinya pun sehat, kebersihan menunjukkan kejernihan sirri yang terletak di antara manusia dan Allah. Sirr itu laksana burung dan hati sangkarnya, dan jika hati diumpamakan burung maka konstruksi itu sangkarnya, bila konstruski itu semisal burung, maka kubur sebagai sangkarnya, dialah sarang hati yang tidak bisa tidak pasti harus memasukinya.
WACANA 42.
Pagi hari tanggal 19 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Nabi bersabda :
“Barngsiapa lebih suka menjadi manusia termulia hendaklah bertakwa kepada Allah, dan barangsiapa lebih suka menjadi manusia terrkuat, hendaklah bertawakal kepada Allah, dan barang siapa lebih suka menjadi manusia terkaya, hendaklah kukuh menggenggam sesuatu yang ada dalam kekuasaan Allah melebihi kekukuhan sesuatu yang ada pada dirinya.”
Barangsiapa lebih suka mendapat kemuliaan dunia akhirat bertakwalah kepada Allah, karena Dia berfirman :
“Sesungghnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah, ialah yang lebih bertakwa.” (Qs. IL:13).
Kemuliaan terletak menurut ukuran takwa kepada Allah, dan kehinaan terletak menurut jalan maksiat. Barangsiapa lebih suka memperkokoh Agama Allah, maka bertakwalah kepada-Nya, karena takwa itu memperjernih hati, memperkokoh, mengajar dan memperlihatkannya pada keajaiban. Sekali-kali kamu jangan bergelanyutan pada uang dan causalita yang mengitarimu, karena hal itu hanya memperlemah dirimu, sedang takwa kepada Allah itu memperkokoh diri, memperjelas penglihatan, memperlunak dan membukakan untukmu berbagai jalur pembebas causalita tanpa diduga. Janganlah memperdulikan kedatangan dunia atau kelenyapannya, jika mampu maka ketika itu kamu menjadi oarng paling kuat. Penggantunganmu pada harta, pangkat, keluarga da causalita yang mengitarimu, sungguh bisa memalingkan diri dari Allah, sebab hal itu penipu yang tidak menghendaki hatimu terus melihat selain Dia.
Barangsiapa lebih cinta ingin kaya di dunia – akhirat, hendaklah bertakwa kepada Allah, berhenti di pintu-Nya, merasa malu jika hendak datang ke pintu yang lain, lalu pejamkan mata dari penglihatan yang menuju selain Dia; yang daku kehendaki dengan penglihatan disini adalah penglihatan hati.
Bagaimana kamu teguh menggenggam sesuatu yang ada padamu, sedang ia cenderung meninggalkanmu – sampai kamu mengesampingkan pertalian dengan Allah, padahal Dia tidak akan pernah lenyap, sekejap pun. Kedunguanmu akan hal ini malah bisa membawamu berteguh pada yang lain daripada teguh bersama Allah.
Wahai pemaling takwa, sungguh keramat dunia akhirat diharamkan atasmu, wahai orang yang bertawakal kepada sesama dan causalita, sungguh kekuatan dan kemuliaan bersama Allah diharamkan untukmu; dunia atau akhirat. Wahai orang yang teguh menggenggam sesuatu, sungguh kekayaan Allah diharamkan bagimu di dunia akhirat.
Wahai sahaya, jika ingin menjadi orang bertakwa, tawakal, peneguh, maka harus mampu memelihara sabar, karena hal itu merupakan landasan setiap kebaikan, bila nikmat bersabarmu telah bersih, maka bersabrlah karena Allah, niscaya Dia akan membalasmu; yaitu memasukan rasa cinta-Nya dan pendekatan-Nya dalam hatimu di dunia atau di akhirat.
Kamu jangan sibuk mencari dunia dan berbangga-bangga atas sesama ciptaan, karena perbuatan itu tidak menghasilkan untung dari Allah sedikit pun. Hatimu saja kotor oleh syirik, skeptis (ragu) tentang keberadaan-Nya. Lagi membenci-Nya, kala diketahui hal itu menjadi sifatmu, ternyata kamu marah yang justru kau tuduhkan kepada orang-orang shalih.
Di antara Ulama rahimullah ada juga yang enggan keluar rumah kecuali setelah membalut mata – perbuatan itu dilakukan oleh puteranya – hal itu ditamppakkan di hadapan orang banyak. Jika ditanya orang ia menjawab : demikian ini sehingga aku tidak melihat orang kafir penentang Allah. Suatu hari ia keluar rumah dengan mata telanjang, ketika itu segera mendadak ada selelmbar penutup yang jatuh dari atas menutup matanya. Alangkah besar kecemburuan Allah, jika demikian bagaimana kalau kamu bersembah selain untuk-Nya, bahkan kamu menyekutukan segala? Bagaimana kamu tega menyantap nikmat pemberian-Nya, di lain pihak kafir kepada Dia?Kendati kamu tidak mencoba memperbaiki hal itu, sebaliknya justru bergantung orang kafir, dan serta merta merengek di hadapannya, suka menemani. Tentu saja dalam hatimu tidak terbersit rasa iman dan cemburu untuk Allah.
Peliharalah taubat, istighfar dan bermalu di hadapan Allah, tanggalkan busana penutup mulutmu untuk-Nya dan berjongkoklah di hadapan-Nya, jauhilah keharaman dunia beserta syahwatnya, kaerna perolehanmu pada dunia dengan hawa dan syahwat cukup mempersibuk diri, lupa Allah, Sabda Nabi :
“Dunia adalah sijn (penjara) bagi orang-orang beriman.”
Bagaimana orang Islam bisa bersukaria dalam penjara, sama sekali tidak meriakan; hanya keriangan tampak di wajah sedih dalam hatinya, dan Allah mencintai orang-orang penyabar.
Sebenarnya ini hanya sebagai ujian Allah karena amat mencintanimu, kala kamu turiti perintah-perintah Dia, mencegah larangan-Nya, bertambahlah cinta Allah, ketika kamu sabar atas coba, bertambahlah kedekatan Dia kepadamu.
Ada Ulama berkata : “Sesungguhnya Allah menolak untuk menyiksa kekasihnya, tetapi Dia hanya mencobai dan mempersabarkannya.
Nabi Muhammad sendiri bersabda :
“Seakan-akan dunia tidak ada, dan seolah-olah akhirat tidak sirna.”
Wahai pencari dunia, wahai pecinta dunia, kemarilah menghadap aku sampai aku tahu aibmu lalu aku tunjukkan jalan menuju Allah, dan aku pertemukanmu dengan orang-orang yang mengendari keridlaan Allah semata. Kini, sebenarnya kamu berada dalam lingkaran gila. Dengarkan kataku, amalkan konsepsi lalu ikhlaslah dalam beramal, jika kamu faham apa yang ku katakan kemudian sempurna dalam beramal niscaya terangkat ke illiyyin, di sana kamu lihat, bahwa pusat kataku berada di sana, percayalah atas kebenaran Isarah yang ku tunjukkan ini.
Wahai manusia, tinggalkan kegilaanmu, kepercayaan yang batil dan persibuklah dengan mengenang Allah. Bicaralah tentang sesuatu yang bermanfaat bagimu, berdiamlah atas perkara yang membawa bencana, jika hendak bicara pikirlah dulu, apa yang hendak dibicarakan dan hasil apa yang didapat – jika sudah – berniatlah yang baik, baru berbicara. Karena itu ada orang berkata : “Lisan yang tolol itu di depan hati dan lisan yang berakal lagi berilmu itu di belakang hati.”
Sibukkan dirimu bersama Allah, jika Dia mengendalikanmu bicara tentu Dia membicaraimu. Jika kamu menghendaki perkara segeralah menuju-Nya. Dia menemani segala kebisuan, bila bisu telah sempurna pembicaraan datang dari-Nya, atau mengekalkan dirimu sampai berpagut akhirat. Demikian amksud Sabda Nabi :
“Barangsiapa mengetahui Allah, penatlah hatinya.”
Suara lahir dan batin penat menyanjung Dia dalam segala kondisi hidup, lalu terjadi penyesuaian tanpa pembantah, mata hatinya buta memandang yang lain; hari-hari dunianya tercerai lalu menjauh dari keberadaannya, demikian pula dunia akhirat pun menjauh dan jabatannya lenyap :
“Sesudah itu apabila dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.” (Qs. LXXX:22).
Dia temukan setelah faqd (sunyi), Dia mengembalikan dalam bentuk lain, memfanakan dengan kuasa fana’ lalu Dia mengembalikan dengan kuasa baqa. Demikian tercapai pertemuan. Setelah itu Dia mengembalikan manusia untuk berseru dari fakir ke kaya. Kaya adalah jika bersama Allah dengan menjalin pertalian dengan-Nya. Fakir adalah jauh dari Allah dengan memperkaya selain-Nya. Berkaya itu termasuk pertumbuhan hati, bedekat Allah, sedang fakir kebalikannya. Siapa ingin kaya tinggalkan dunia akhirat dan apa saja yang ada di sana.
Wahai Allh, tunjukkan hati kami kepadamu dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 43.
Ahad pagi tanggal 11 Rajab tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Wahai sahay, jika kamu ingin beruntung, tentanglah nafsumu dalam rangka menyesuaikan diri dengan Allah. Kamu menghijab diri berma’rifat dengan ciptaan, dan ciptaan menghijabmu dari berma’rifat Allah. Selagi kamu bersama nafsu, selama itu tidak mengenal Dia, selagi kamu bersama dunia tidak akan mengenal akhirat. Demikian halnya Allah dan makhluk tidak bisa dipadukan.
Nafsu itu senantiasa menyuruh berbuat jahat – demikian sebagian besar – lalu ia menjauhkan diri sampai kau terperintah tunduk di bawahnya dengan komando hati. Tentanglah dia dalam segala kondisi hidup, jangan kau perbantukan untuk dirimu. Allah berfirman :
“Dan diilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (yang benar)”. (Qs. XCI :8).
Olahlah dia dengan mujahadah, karena bila ia terolah sedang kamu jadi fana’, maka tenteramlah kamu bersama hati, kemudian menenteramkan hati menuju sirri, kemudian menenangkan sirri menuju Allah. Dari sini kamu jadi pusat perhatian ciptaan. Bila pengolahanmu sempurna ia terpanggil menurut kehendak hati.
“Dan janganlah kamu membunuh bangsamu sendiri, sesungguhnya Allah itu penyayang kepadamu.” (Qs. IV:29).
Hanya saja khitob ini dikemukakan oelh Allah setelah ia bersih dari keruh, tercair buruknya dan hati terharumi dengan mengenang Allah beserta Taat.
Bila ini tidak bisa diperoleh, maka jangan harap bisa dekat Allah, bagaimana kamu memperoleh kedekatan diri dari Allah sedang dirimu masih terlekati najis dan kependekan beragama; padahal kamu mengikuti setiap kehendaknya. Turuti ia dengan penuturan Rasulullah :
“Jika kamu berpagi hari maka kamu jangan perbincangkan dirimu di waktu sore, dan jika kamu bersore hari maka jangan perbincangkan dirimu diwaktu pagi, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi dirimu besok.”
Katakan : bagaimana apa yang kamu perbuat dan atasmu apa yang kamu perbuat. Hanya satu yang kau kerjakan tapi tidak kau berikan dengan amalmu sedikitpun, apalagi berupa amal dan mujahadah. Kebenaranmu tergantung atas penolakan musuh-musuhmu, aku lihat kamu berada di sisi ciptaan bukan di samping Allah. Berikan hak (kewajiban)mu dan sifat kemakhlukanmu, berikan hartamu sebagai hak Allah sambil mensyukuri nikmat-Nya, jika kamu tahu bahwa sesuatu yang ada di sisimu itu semata datang dari Allah di mana syukurmu, dan jika kami tahu bahwa Dia yang menciptamu, maka di mana ibadahmu, penunaian perintah-Nya mencegah larangan-Nya dan sabar atas coba, perangi nafsumu hingga memeproleh petunjuk.
“Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami (Qs. XLVII:7).
Kamu jangan terima ia dengan ucapan, karena ia tidak menyuruh selain keburukan, jika kamu menjawabnya, jawablah dengan perlawanan tentu membawa kebaikan. Wahai pengaku menerima kehendak Allah, padahal ia mengikuti nafsunya, amat dusta pengakuanmu. Nafsu dan Al Haq selamanya tidak bisa disatukan, dunia akhirat tidak bisa dikompromikan, barang siapa bersama nafsu berarti hilanglah kebersamaan dengan Tuhannya, barangsiapa bersama dunia lenyaplah kebersamaannya dengan akhirat.
Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa mencinta dunia berarti mempersempit akhiratnya, dan barang siapa lebih menyintai akhirat, berarti mempersempit dunianya.” Nabi saw.
Sabarlah, bila sabarmu sempurna, sempurna pula ridlamu, kemudian fana’ mendatangimu, maka segala ini jadi baik, beban terbalik jadi syukur, jauh jadi dekat, syirik jadi tauhid, berdampak kamu tidak melihat adanya ciptaan membawa dlar atau naf’, kamu tidak lagi melihat musuh, sebaliknya lebih bersandar pada pintu Allah dan bertekun diri. Ketika itu kamu tidak lagi melihat kecuali bertekun yang satu – dalam situasi yang bagaimana tidak menambat ciptaan, hanya untuk satu manusia yang bagaimana tidak menambah ciptaan, hanya untuk satu manusia dari setiap juta manusia, sampai terputus oleh jiwa yang satu.
Wahai sahaya, bertekunlah sampai mengantar kematianmu, di sana – di hadapan Tuhan – bertekunlah sampai nafsumu tersumbat sebelum ruh keluar dari tubuh, kesabaranmu terfana’ tetapi balsannya tidak. Sesungguhnya aku bersabar, karena aku lihat dampak bersabar itu terpuji; ia (naffsu) bisa mati, hanya dengan sabar dan perlawanan, maka dalam waktu dekat ia akan membawa keuntungan yang memujamu, ia mematikan lalu menghidupkan aku lalu mematikan aku, melenyapkan aku lalu menemukan aku dari kelenyapan itu, aku binasa bersamanya dan menguasai bersamanya, jiwaku bertekun dalam rangka meninggalkan ikhtiar dan iradah sampai hal itu ku peroleh, maka jadilah qadar memperkuat daku, munnah menolongku, perebuatan menggerakan aku, cemburu menjagaku, aqdar mempertaat aku, bersegera memajukan aku dan Allah mengangkat derajatku.
Celaka, kau menjauh dariku padahal aku mengisimu, peliharalah tempat di sisiku, jika tidak niscaya kamu rusak, wahai orang tolol, berhajilah kepadaku lebih dulu kemudian baru ke Baitullah, aku pintu Ka,bah, kemarilah agar aku mempelajarimu bagaimana cara berhaji; aku yang mengajarimu, karena hal itu telah dikhitob untukmu – oleh Tuhan yang punya Ka,bah. Tentu akan kamu lihat kala debu-debu bertebaran, duduklah wahai pengerat, berlindunglah kepadaku karena aku telah diberi ketentuan Allah. Manusia sama menuruhmu atas sesuatu seperti apa yang aku perintah, rela, mencegah sejalan dengan pencegahanku, adapun pencegahan mereka atasmu telah dipasrahkan kepada mereka, nasihat untukmu, maka mereka melaksanakan amanat itu.
Bersamalah dalam persinggahan, berhikmah sampau mempertaut dirimu pada persinggahan qudrah. Dunia adalah hikmah akhirat sebagai qudrah, hikmah membutuhkan perabot, kuasa dan qudrah tidak membutuhkan itu, tetapi perbuatan Allah meliputi hal itu, agar terbeda kediaman qudrah dari kediaman hikmah, akhirat di dalamnya timbul tanpa sebab, ia membicaraimu, menyaksikanmu atas perbuatan-perbuatanmu yang melanggar ketentuan Allah, di hari kiamat hijab-hijab terbuka darimu dan tampak jelas kerendahan – baik kamu bersedia atau menolak -- tiada seorang pun masuk neraka kecuali jika berhati beku, bacalah Kitabmu dengan perantara Sunnah, resapi kandungannya, lalu bertaubatlah dari berbagai keburukan dan bersyukur atas kebaikan, ringkaslah catatan maksiat, kemudian robahlah menjadi Taubat.
Wahai sahaya, bertaubatlah melalui aku, dan menjalin sahabt denganku, jika kamu tidak menghadap aku tentu aku tidak akan bicara kepadamu. Mana mungkin ini bermanfaat bagimu; bentuk ilustrasi yang kau sukai; tanpa arti, siapa berkehendak temani aku, terimalah kataku, amalkan ia. Berapa kali aku bicara denganmu tapi kamu tidak menggubris atau mendengarnya, sebenarnya kamu membutuhkan ddiriku, bukan aku, aku tidak takut kamu tidak mengharapkanku atau tidak memisah antara keruntuhan dan keramaian, antara yang tetap dan yang mati, antara kaya dan fakir, antara milik dan penguasa, ketentuan berada dalam kekuasaan selain kamu. Ketika aku keluarkan rasa cinta dunia – bersama hati – aku jadi baik, bagaimana tauhid bisa baik sedang hati masih terbersit cinta dunia. Kamu dengr sabda Nabi saw. :
“Cinta dunia itu, menjadi pemula setiap kesalahan.”
Celaka, kamu sia-siakan masa untuk mencari ilmu tanpa pengamalan, sebenarnya yang demikian malah mengantar dirimu pada kebodohan. Kamu bantu musuh-musuh Allah dan bergelantung kepada mereka, padahal Dia lebih kaya daripadamu atau orang yang kamu gantungi, penggantungan itu tidak diterima. Sampai kini yang masih aku ketahui adalah; ternyata kamu penghamba orang yang mengendalikan ddirimu,jika ingin beruntung lepaskan kendali hati melalui Kuasa Allah, tawakkal kepada-Nya sebentar tawakal. Layani Dia lahir dan batin, Dia Maha Mengetahui dirimu – meliputi kebaikan atau keburukan yang mengeram dalam hati – sedang kamu sendiri tidak menyadari. Peliharalah sikap dia (takut) di hadapan-Nya, berpejam mata, berlintas hati dan kelu sampai memperoleh izin dari-Nya melalui penuturan, maka kamu pun bertutur melalui-Nya – bukan darimu – ketika itu tutur katamu menjadi terapi penyakit hati, penyembuh rahasia dan penerang akal.
Wahai Allah, sinarilah hati kami, rendahkan kepada-Mu dan jernihkan sirri kami dekatkan dari-Mu.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 44.
Selsa sore 13 Rajab tahun 545 Hijriyah, di Madrasah, ia bertutur :
Orang beriman itu jauh di dunia, sementara ahlu zuhud jauh di akhirat dan orang arif jauh dari selain Allah. Orang beriman itu terpenjara dalam dunia, kendati ia punya kelapangan rizki dan tempat persinggahan keluarga, tapi mereka sama mentransfer harta dan kemuliaannya, lalu mereka riang ketawa di sekitarnya, sedang mereka berada dalam penjara batin. Riangnya di wajah sedih dalam hati, ia mengenal dunia tapi secepat itu ditolak hati. Pertama kali sesuatu yang ditolak – satu tolakan – karena takut kalau sampai membalikan pandang, maka ketika berbuat hal itu tiba-tiba pintu akhirat terbuka untuknya. Kemudian ia datang dengan wajah berseri sembari menolak dunia – sebagai penolakan kedua – ketika itu akhirat datang mendatanganinya dan memeluknya, tetapi dunia tetap ditolak untuk penolakan ketiga kali, lalu ia bermukim bersama akhirat, ketika itu kelembutan dan cahaya Allah mendatanginya, lalu akhirat pun ditolak. Dunia berkata : mengapa engkau ditolak? Ia menjawab : Kurasa aku lebih baik darimu. Akhirat juga berkata : Kenapa kamu tolak aku? Ia menjawab : karena aku baru diadakan lagi tergambar, sedang kamu lain darinya, bagaimana aku tidak menolakmu? Maka ketika itu nyatalah ma’riffat kepada Tuhan lebih sempurna, praktis ia terbebas dari selain Allah, jauh dunia, jauh akhirat, kosong dari segala sesuatu sehingga dunia terbalik menjadi pelayannya.
Tujulah Tuhanmu dengan perangkat yang ada ini, tinggalkan pagi ini sampai jauh kemarin, semoga esok nanti datang lagi, sedang kamu telah mati. Wahai orang kaya, janganlah pongah dengan kekayaanmu, mungkin esok datang apdamu sedang kau telah fakir. Janganlah keberadaanmu bersanding dengan sesuatu, tetapi bersandinglah selalu bersama Allah. Tradisikan beribadah, tinggalkan kebinasaan, jika tradisi buruk hangus terbakar pula hukum yang ada di alam tradisi itu; untuk merombak; sehingga Allah merombak dirimu, Firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah tiada merobah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merobah keadaan diri mereka sendiri.” : (Qs. XIII.11).
Keluarlah nafsu termasuk ciptaan yang mendekam dalam hati, saratilah dengan memberadakan keduanya sampai keberadaan itu kembali untukmu. Betapa, ini sesuatu yang datang di sertai puasa siang dan sholat di malamnya disertai kesucian hati dan kejehrnihan sirri.
Ada ulama berkata : Bahwa puasa dan shalat di malamnya itu sunyi dan tumbuh di atas hidangan dan makanan, selamanya keduanya benar, pertama datang makanan lalu datang warna setelah warna makanan, kemudian dimakan, menyuci tangan lalu datang menjumpai Allah, kemudian sunyi, terputus, ramai, kembali, menyerahkan tempat tinggal dan tercabut.
Jika hati telah baik kepada Allah, bertempat di dekat-Nya, maka ia diberi kekuasaan seisi bumi dan spektrum (pancaran sinar) dakwah diserahkan untuknya – dari tangan ciptaan – bersabar atas siksa mereka, untuk merombak kebatilan juga diserahkan kepadanya; termasuk hakikat kebenaran diberikan dan diperbekalkan. Kalaupun ia diberi kaya batinnya tetap terpenuhi hukum Allah.
Wahai sahaya, makanan haram itu bisa mematikan hati, tapi makanan halal justru memperhidup hati, satu suap mampu menerangi hati dan sesuap yang lain justru memperpendeknya, satu suapan menempa hidup di dunia dan satu suapan lain menempa kehidupan di akhirat, sesuap menjauhkan diri dari dunia – akhirat dan sesuap yang lain cukup mempersuka untuk mencari keduanya, makanan haram membimbangkan hidup di dunia, mendorong jiwa cenderung untuk berbuat maksiat, tapi makanan halal mempertebal diri ke akhira dan mendorong kecenderungan untuk bertaat, makanan halal memperdekat hati kepada Allah. Nah, demikian makanan yang tidak kamu ketahui rahasianya kecuali disertai ma’rifat Allah. Ma’rifat Dia sesungguhnya terletak dalam hati, bukan dalam buku, ia ada dari-Nya bukan dari manusia.
Hanyasaja ma’rifat bisa diperoleh setelah beramal berlandas hukum Allah, ya, setelah pembenaran dan kebenran, setelah bertauhid dan berteguh dengan-Nya dan setelah semua ini merdeka dari ciptaan. Bagaimana kamu mengenal Allah, padahal yang kamu kenali selama ini hanya sekitar makanan, minuman, busana, kawin tanpa memperdulikan dari mana semua itu diperoleh.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa tidak memperdulikan dari mana makanan dan minuman diperoleh, maka Allah juga tidak mengambil peduli dari pintu mana ia dimasukkan ke dalam neraka.”
Kamu tidak perlu menghiraukan keberadaan ini, jangan mabuk kepayang dengannya, jangan tertempa sesuatu itu, jangan kau perkuat ciptaan darinya, selain kamu membicarai mereka tentang masalah-masalah yang bisa mereka cerna. Sampaikan untuk mereka apa yang diberikan Tuhan, bertatakramalah kepada mereka dengan sesuatu kemuliaan yang diberikan-Nya, berlemah lembutlah bersama mereka, ciptakan kondisi lakumu menurut akhlaq Allah dan kondisi tindakan menurut perintah-Nya.
Pengajar (guru) itu ada dua kriteria; yaitu Guru Hikmah dan Guru Ilmu. Dia-lah type manusia yang menggiring dirimu menuju pintu Allah. Di lain pihak ada dua pintu yang pasti dimasuki manusia; yaitu pintu makhluk dan pintu Allah, pintu dunia dan pintu akhirat. Pertama pintu makhluk, kedua pintu Allah. Dalam hal ini kamu tidak mungkin memahami rahasia pintu akhirat kecuali bila kamu menggladi pintu pertama; yaitu pembebasan hati dari unsur dunia sampai masuk ke pintu akhirat. Sambutlah Guru Hikmah hingga mengantarmu sampai ke pintu Guru ilmu, bebaskan diri dari makhluk sampai mengenal Allah. Dia Mahatinggi – di atas ketinggian, keduanya itu selamanya ta’arudl (kontra) tidak pernah bisa diakurkan. Demikian sesuatu yang bertentangan, karena itu kamu tak perlu spekulatif mencarinya dalam usaha pemaduan, itu tidak akan berhasil. Lepaskan hati yang seharusnya menjadi persemayaman Asma Allah, jangan menggandeng yang lain. Bila Malaikat saja tidak mau masuk rumah yang didalamnya terpampang gambar, maka bagaimana Allah sudi memasuki hati yang berpenghuni patung berhala; selain Dia termasuk berhala; karena itu hancurkan ini, sucikan kediaman ini tentu kamu melihat persesuaian dengan-Nya mendatangimu, di samping itu kamu akan bisa melihat keajaiban-keajaiban yang belum pernah kamu lihat.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan lepaskanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 45.
Padi tanggal 19 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Amat dilaknati orang yang berteguh dengan makhluk semisal dirinya.”
Betapa banyak orang yang terbilang mendapat laknat seperti ini, selebihnya hanya ada satu golongan manusia yang berteguh dengan Allah. Di antara orang itu adalah seperti yang difirmankan Allah :
“Sesungguhnya dia telah berpegang pada tali yang teguh.” (Qs. II:256).
Barangsiapa berpegang teguh dengan makhluk maka ia laksana orang menggambar air, kala tangan dibuka ia tidak melihat apa-apa.
Celaka, ciptaan kau jadikan sentral kebutuhan, baik sehari, dua hari, tiga hari, sebulan, setahun atau dua tahun, padahal di akhirat mereka justru bosan dirimu. Peliharalah komunikasi bersama Allah, adukan kebutuhanmu kepada-Nya, karena Dia tidak akan pernah membosankan. Orang bertauhid dalam keteguhan tauhidnya tidak mengenal kata ayah atau ibu, keluarga atau teman, musuh atau harta, pangkat atau kediaman, semua itu tidak ada dalam hati selain bergantung di pintu Allah dan pemberian-Nya.
Wahai orang yang berbpegang teguh pada uang, apa yang ada dalam genggamanmu, tidak akan lama tentu lenyap, bahkan siksa akan menimpamu. Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu karena Allah, amalkan ia, karena ia penuntun dirimu. Ilmu itu lambang kehidupan, ketololan itu lambang kematian. Orang benar jika usai mendalami cabang-cabang ilmu kemudian mendalami satu ilmu (spesialisasi) yaitu ilmu hati dan sirri, bila telah menekuni ilmu ini, ia menjadi pelindung agama Allah, mencegah menurut pencegahan-Nya, ia mengambil sesuatu dari tangan mereka berdasar perintah Allah; di sini berarti hukum telah mengiringi mereka dan bersama Allah dengan ilmu.
Orang arif itu selalu siaga di pintu Allah, ia dipasrahi ilmu ma’rifat, diperlihatkan segala perkara yang tidak diperlihatkan kepada orang lain, bila diperintah agar memberi, maka ia segera memberikan jal itu, jika diperintah untuk menggenggam hak itu ia pun menggengggamnya. Sertai ilmu dan ulama yang beramal dengan ilmunya, jika kamu bersabar menyertai ilmu – pertama – maka tentu ia mengikuti untuk yang kedua. Bersabarlah dalam pelayana itu, jika kamu sabar melayani ilmu, niscaya diberi kefahaman hati dan diberi cahaya batin.
Wahai manusia, serahkan perkaramu kepada Allah, karena Dia Mahatahu daripadamu, tinggalkan keleluasaannya karenadari waktu ke waktu terdapat keleluasaan. Ikutilah Allah dan bukalah pintu-Nya, tutuplah tembusan-tembusan pintu makhluq, jika hal itu terjadi dirimu dilihatkan keanehan-keanehan yang tidak terdapat pada perhitunganmu.
Tidakkah kamu sadari jika Allah menghendaki dirimu membawa manfaat untuk orang lain tentu menjadikan dirimu bermanfaat bila Allah berkehendak menjatuhkan di hadapan manusia maka hal itu menipu memperlunak dan memperketat hati mereka. Dia Mahapenghidup lagi Mahamematikan, Maha Awal dan Akhir, Lahir dan Batin, setiap permasalahan itu tidak pernah berobah bagi-Nya. Tancapkan iktikad ini dalam hati, berbaiklah dalam pergaulan bersama manusia dengan sifat-sifat lahir, sebab perrmasalahan ini menjadi tradisi orang-orang shalih yang bertakwa kepada Allah dalam segala kondisinya. Mereka juga berkeliling untuk berdakwah menurut kajian akal yang selaras dengan hati mereka – disetai akhlak mulia – yaitu akhlak Qur’an dan Sunnah, dan menyeru mereka untuk mengikuti kedua konsepsi tersebut, jika mereka menerima tentu kepayang kepadanya jika mereka lari dari kedua konsepsi itu, berakibat tanpa membawa kesan antara mereka (orang-orang shalih) dan mereka sendiri (ma’du), tanpa ada jalinan cinta kasih. Jadikan hatimu sebagai tempat ibadah, sekali-kali kamu jangan menyeru Allah bersama ciptaan. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah untuk Allah (semata) sebab itu janganlah kamu puja siap jua pun bersama Allah.” (Qs.LXXII :18).
Jika telah mencapai peringkat ibadah ini – dari Islam ke Iman, dari Iman ke Yakin, dari Yakin ke Ma’rifat ke ilmu Mahabbah (cinta) dari Mahabbah ke Mahbubiyah, dari pencarinya ke orang yang mencarinya, jika kamu lupa tidak sampai tertinggal dan jia lalai akan teringat, jika tidur akan terbangun, jika lupa segera bangkit, jika dikuasakan segera menerima, jika diam bicara, maka semuaitu tidak akan pernah hilang; terus menerus siaga secara bersih karena ia telah terjernihkan oleh pusat hati. Seperti yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw : “Bahwa mata beliau tidur tapi hatinya tidak tidur. Ia melihat dari balik tabir seperti melihat wujud aslinya, setiap individu terbangkit olehnya menurut kemampuan akan keberadaannya.
Adapun Nabi saw. tidak bertaut pada seseorang pun sampai ia membangkitkannya, dan ia tidak ingin menyatukan seseorang dalam kekhususannya. Selain kaum abdal, para wali dan ummatnya yang ingin menyucup selisih makanan dan minuman. Beliau berikan setitik hamparan dan sekerat mutiara dari keagungan keramatnya, karena mereka sedia mengikuti beliau.
Orang yang menggenggam aga,a Islam tentu membantu beliau untuk mengedarkan butir-butir ilmu agama dan syariat beliau sampai kiamat. Ikutilah milad Ibrahim – pilihan Allah – yang berspekulasi mencari Tuhan melalui bintang, bulan dan matahari; yang terakhir beliau berkata : “Aku tidak suka sesuatu yang tenggelam, sesungguhnya aku menghadapkan wajah (diri) ku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi secara lurus dan bukanlah aku termasuk orang-orang musyrik.”
Setelah lama Ibrahim bersandar atas kekeliruan itu lalu mengenal Allah, segera beliau membenarkan-Nya, maka terbukalah pintu kebenaran dan hatinya terseruu untuk memasuki, kemudian observasi Ibrahim dijadikan contoh bersama sesuatu yang berlaku di dunia akhirat. Sedang kini beliau memahami hal itu datang dari Allah. Berpengaruh, jadilah pusat hatinya berada di sisi Allah dan menanggalkan selain-Nya, jadilah beliau sebagai penghamba mereka, ya penghamba semata untuk Allah, merdeka terhadap sesuatu selain Dia secara mutlak, di langit, di bumi Ibrahim tidak dikendalikan sesutu, justru beliau mengendalikan sesuatu itu. Tak ayal beliau menjadi pemimpin yang tidak terpimpin selain Allah, pintu terlintas di hadapannya dengan izin mutlak, tanpa penghalang atau penutup.
Wahai sahaya, jadilah pembantu manusia, karena dunia akhirat melayani mereka; yakni dimana saja mereka kehendaki segera mencomotnya dengan izin Allah, bila demikian tentu kamu diberi lukisan keberadaan dunia yang bermakna akhirat.
Wahai Allah, berilah kearifan kepada kami dan mereka, dunia dan akhirat.
WACANA 46.
Ahad pagi 18 Rajab tahun 545, ia bertutur :
Dunia diperumpamakan pasar yang tidak lama lagi pasti tertutup. Tutuplah pintu penglihatan untuk ciptaan, bukalah jalan penglihatan menuju Allah, tutuplah jalan-jalan keuntungannya, causalita dalam situasi hati yang jernih dan pendekatan sirri dalam sesuatu yang memperkhusus dirimu; bukan yang umum; dari keahlian atau pengikut, tapi usahakan keuntungan selain untukmu, mafaat selain untukmu, pendapatan selain untukmu, sebaliknya carilah sesuatu yang memperkhusus dirimu dari berbagai keutamaan-Nya. Tempatkan dirimu bersama dunia, hatimu bersama akhirat, sirrimu bersama Allah, sesungguhnya kamu menyadari apa yang menjadi kehendak-Nya.
Ulama itu sebenarnya pengganti para Nabi, maka terimalah kata mereka – meliputi perintah – karena mereka hanya memerintah berdasar perintah Allah dan Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, mereka bicara sambunglah, mereka memberi ambillah, mereka tidak bergerak menurut gerak tabi’at kemanusiaan atau mengikuti letupan nafsu mereka. Mereka tidak perrnah meyekutukan Allah – dalam agama – karena terbawa oleh keinginan yang rendah. Ikutilah Rasulullah, baik menurut kata atau tindakannya. Firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu hendaklah kamu terima dan apa yang dilarangnya hentikanlah.” (Qs. LIX :7).
Ikutilah Rasulullah sehingga memperdekat dirimu darinya yang berarti memperdekat dengan Allah.
Wahai munafik, kau kira agama itu membawa kebencian, dan urusan yang dibawa sia-sia? Sungguh tiada kemuliaan bagimu termasuk pembujuk dan teman-temanmu yang buruk !
Wahai Allah, limpahkanlah taubat untukku dan untuk mereka, lepaskanlah mereka dari kehinaan sifat-sifat munafik dan keteguhan syirik.
Sembahlah Allah, mohonlah bantuan untuk mampu menyembah-Nya yaitu dengan mencari barang halal, karena Allah menyukai orang beriman yang tunduk, makan dari hasil halal. Dia menyukai mereka yang makan dari hasil kerja dan membenci orang yang makan tapi tidak suka bekerja. Dia menyukai orang yang makan atas hasil usaha sendiri, dan membenci orang makan dari hasil kemunafikan di samping dari hasil penggantungan kepada sesama ciptaan. Dia mencintai orang yang bertauhid dan membenci orang yang bersekutu (bersyirik). Demikian di antara syarat orang yang menyinta lagi bersesuaian dengan-Nya.
Serahkan jiwamu kepada Tuhan, relakan atas kehendak-Nya di dunia sampai akhirat. Suatu hari aku pernah mendapat cobaan maka aku memohon kepada Allah untuk kesembuhannya, tetapi justru datang lagi cobaan lain menimpaku, ketika itu aku berikhtiar, tiba-tiba ada suara berbicara padaku : “Apakah kamu hendak mengalihkan coba itu kepada kami dalam situasi permulaanmu, jika kamu benar-benar pasrah, maka sopanlah dan diamlah.”
Celaka kau, mengaku cinta Allah, ternyata kau mencinta yang lain. Dia adalah penjernih, padahal yang lain pengaruh. Bila kamu membaut keruh di atas kejernihan dengan laku menyinta yang lain – bukan Allah – justru perbuatan itu memperkeruh dirimu. Dia berbuat kepadamu tidak beda seperti yang diperbuat atas Ibrahim a.s. dan Ya’kub a.s. ketika sibuk menyeru orang tuanya dengan membakar hati keduanya. Ibrahim dan Ya’kub sama-sama diuji. Nabi kita Muhammad saw. kala cenderung sibuk kepada anak menantunya (cucu) yakni Hasan dan Husain, Jibril datang kepada beliau, katanya : “Apa kamu mencinta mereka? Nabi menjawab : “Ya benar”, Lalu Jibril berkata : “Satu di antaranya akan diracun dan yang lain akan dibunuh”. Maka segera Nabi mengusir rasa kecintaan itu dari hati dan menghabiskan waktu untuk Tuhan, dengan demikian beralihlah kegembiraan terhadap kedua cucunya dengan kedukaan atas mereka.
Sungguh Allah amat cemburu terhadap hati para Nabi, para Wali dan para hamba yang shalih. Wahai pencari dunia, dengan laku munafiq bukalah tanganmu tentu kamu tidak melihat sesuatu pun di sana. Celaka, kamu tidak suka berusaha, kamu hanya suka duduk sambil menikmati harta orang lain dengan imbangan agama. Bekerja adalah termasuk perbuatan para Nabi seluruhnya. Bukan termasuk golongan mereka kecuali orang yang sedia bekerja, di akhirat nanti mereka mengangkat manusia atas izin Allah.
Wahai pemabuk tuak dunia, kegemerlapan dan kegialannya, dalam waktu dekat, kamu akan diluruskan dalam luang kuburmu !.
WACANA 47.
Selasa pertengahan Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Belajarlah, kemudian beramal, ikhlas, sunyikan jiwamu dan ciptaan.
“Katakan (yang menurunkan itu) Allah!, kemudian biarkanlah mereka main-main dengan percakapan kosong (Qs. VI:91).
Katakan seperti perkataan Ibrahim a,s,. Sebagaimana tesebut dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya pujaan-pujan itu musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. XXVI :77).
Singkirkan ciptaan dan bencilah mereka, selagi di hadapanmu hanya membawa bencana. Jika Tauhid bersih, dalam arti keburukan, syirik lepas dari hati tujulah mereka, seperti transfertasi ilmu dan penujukan pada pintu kebenaran.
Ketidakbutuhan al-Khowash itu ketidakbutuhannya terhadap ciptaan; dalam bentuk kematian kehendak dan ikhtiar, siapa bersih dari ketidakbutuhan ini maka bersihlah kehidupannya secara abadi bersama Allah. Pabila kamu ingin hal ini kamu harus menjaga perolehan ketajaman ma’rifat, dekat dan terlena pada tangga Allah, hingga kamu tercabut oleh tangan rakhmat dan kelembutan, ketika itu, niscaya kamu bisa hidup secara abadi, makanan tertolak dan sirri menjadi makanan. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku bernaung di sisi Tuhanku, maka Dia memberi makanan daku dan meminumi daku.”
Artinya; memberi makanan sirri berupa ma’ani, memberi makanan ruh berupa ruhaniyat, memberi makanan yang khusus.
Pertama kali perubahan sikap disertai hati, lalu ketetapan perubahan itu dan terjadilah pengangkasaan hati dan sirrinya. Ketika itu ia hadir di tengah-tengah manusia. Nah, demikian kaitan kebenaran orang yang meneyatukan antara ilmu dan amal, ikhlas dan pengajaran.
Wahai manusia, makanlah sisa-sisa orang berilmu, minumlah sesuatu yang masih tertinggal dalam cawan-cawan mereka. Wahai pengaku berilmu, tiada teladan dengan ilmumu. Barangsiapa tidak sedia berteladan dengan ilmunya, tanpa ikhlas, sesungguhnya laksana tubuh tanpa nyawa. Di antara tanda-tanda ikhlas dalah, bahwa kamu tidak mencari pujian orang atau cela mereka, juga tidak mengharapkan sesuatu yang ada pada mereka bahkan ia menyodorkan konsepsi Ketuhanan sebagai haknya. Beramallah untuk sang pemberi nikmat, bkan untuk nikmat untuk sang pengausa (Allah) bukan untuk yang dikuasai, untuk kebenaran bukan kebatilan. Jika kebenaranmu telah sempurna, ketika itu telah telanjang dari segala keberadaan selain Dia. Telanjang itu pada hati, bukan apda tubuh, zuhud itu apda hati bukan untuk tubuh, berpaling itu untuk sirr bukan pada lahir, penglihatan itu pada ma’ani bukan untuk bangunan, padangan itu pada Allah bukan untuk ciptaan, ketidakadaan dunia-akhirat tanpa sesuatu selain-Nya. Orang yang dicintai Allah yaitu orang yang diberi kekhususannya agar diberi nikmat berupa cobaan pada fisiknya, yaitu menjadi syahid di ujung pedang orang kafir.
Maka, bagaimana dengan para syuhada yang mati di ujung pedang diliput cinta. Bahwa pnghancuran itu diproyeksikan mengarah bangunan-bangunan yang digunakan untuk bermaksiat. Jika kamu lihat pusat-pusat maksiat menghancurkan penghuninya, hancurkanlah ia, karena maksiat itu bisa menghancurkan negara dan merusak ibadah. Nah, demikian seharusnya niatmu; jika mengetahui di mana ada negara bermaksiat hancurkanlah, tapi jika dirimu yang bermaksiat, tentu kehancuran melummat dirimu sampai merusak jiwa, menjalar kemudaian merusak konstruksi agama sampai kebutaan hati menyelimutimu berakhir dengan kelenyapan iman. Di samping itu berbagai penyakit menyerang, fakir datang, maka ludeslah perbendaharaan, akhirnya kamu butuh kepada teman-teman sejawat dan musuh-musuhmu.
Celaka kau munafik, jangan menipu Allah, kau beramal sesuatu amal sembari memperlihatkan kepada manusia, padahal amal itu untuk Allah. Rupanya kamu ahli beriya’, ahli pengibul dan lupa Tuhan. Tidak lama kau akan terlempar dari dunia dengan kemiskinan. Wahai pengidak penyakit dalam, peliharalah pengobatanmu – inilah terapinya – yaitu kamu jangan bergaul sesama ciptaan kecuali dengan orang-orang shalih, ambillah terapi dari mereka dan amalkanlah tentu kesembuhan segera mendekatimu selamanya; meliputi kesehatan ma’ani, hati, sirr bahkan kamu dapat bersembunyi bersama Tuhan; Kala mata hati di buka, kamu melihat Tuhan, kini kamu berarti tergolog orang yang dicintai Allah yang selalu siaga di pintu-Nya – tanpa melihat – sesuatu selain Dia. Tapi bila hati berisi bid’ah bagaimana bisa digunakan untuk melihat Allah?
Wahai manusia, beritba’lah (Mengikuti perilaku Nabi saw. dalam kehidupan sehari-hari) jangan berbid’ah, bersesuailah jangan bersyirik, Esakan Allah jangan tinggalkan pintunya, pintalah Dia jangan pinta yang lain, pintalah pertolongan dengan-Nya jangan yang lain, tawakallah kepada-Nya jangan kepada yang lain. Wahai khowash, serahkan jiwa ragamu untuk-Nya, relakan apa yang ditentukan Dia, padati hari-harimu dengan mengenang bukan memohon. Pernah kamu dengar firman Allah :
“Barangsiapa memadati hari-harinya dengan mengenang Aku meliputi masalah yang Kubawa, tentu ia Kuberi sesuatu yang lebih baik daripada yag Kuberikan kepada peminta.”
Wahai orang yang sibuk mengenang Allah dan meluluhkan hati karena Dia, jika kamu rela atas pemberian Allah, tentu Dia menjadi teman dudukmu. Allah berkata :
“Aku menjadi teman duduk orang yang mengenang (dzikir) kepada-Ku.”
Juga katanya :
“Aku di samping orang yang luluh hati karena Aku.”
Wahai sahaya, kenanglah Dia tentu memperekat hati kepada-Nya dan membawamu masuk ke pesanggrahan yang dekat dengan-Nya, dan memperlakukanmu sebagai tamu, sedang di mana saja tamu pasti dimuliakan, apalagi sebagai tamu sang Maha Raja (Allah).
Kamu jangan membuat masalah baru (bid’ah) dalam agama Allah, ikutilah para ssaksi yang adilm berdasar Kitab dan Sunnah, karena keduanaya itu bisa mempertaut kepada Allah, tapi jika kamu berbid’ah, maka saaksimu (syahid) adalah hawa dan nafsu, yang berarti mempertaut diri dengan neraka secara pasti, di sana kamu akan dipertemukan Fir’aun, Haman beserta bala tentaranya.
Jadikan lakumu untuk mencari ilmu dan amal, jangan jadikan untuk mencari dunia. Dalam waktu dekat lakumu akan terputus, karena itu jadikan ia dalam hal yang membawa ma’rifat.
Wahai sahaya, menghadaplah dan jalinlah sesuatu untuk mencari ridla Tuhan, karena bila Dia berkenan meridlaimu niscaya Dia menyintaimu. Himmahmu adalah apa yang menjadi tujuanmu, jika himmahmu dunia berarti kamu penyertanya, bila himmahmu akhirat berarti kamu bersamanya, bila himmahmu ciptaan berarti kamu pengiring mereka, dan jika himmahmu Allah berarti kamu bersama Dia, baik dunia atau akhirat.
WACANA 48.
Selasa sore tanggal 8 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa berhias untuk manusia dengan sesuatu yang dicintai, dan menghadap Allah dengan sesuatu yang dibenci, maka Allah menjumpainya dengan dua kemurkaan.”
Dengarlah sabda Nabi, wahai munafiq secara berani kau jual akhirat dengan dunia. Wahai penjual Allah dengan ciptaan, wahai penjual sesuatu yang kekal dengan binasa, amat disesalkan perdaganganmu dan lenyap sumber-sumber kekayaanmu.
Celaka, kamu berkepentingan dengan sesuatu yang dibenci Allah; orang yang berhais diri karena manusia dengan sesuatu yang tidak ada padanya itu justru dibenci Allah. Hiasilah lahirmu dengan adab syariat dan batin dengan pembebasan diri dari ciptaan, tahanlah jalur-jalur mereka tentu memfanakan mereka dari sudut hati, hingga seakan mereka tidak terpotong. Kamu jangan bersangka bahwa mereka membawa kesulitan dan kegunaan, sungguh kamu repot oleh penghiasan diri lahiri dengan meninggalkan hati, hiasilah hati dengan tauhid, ikhlas dan menggenggam teguh perintah Allah, selalu mengenang-Nya dan mengesampingkan yang lain.
Bertekunlah untuk memperoleh iman, jika kamu telah mendapat iman bertaubatlah, takut, menyesal dan teteskan iar matamu, karena tangis itu termasuk perbuatan takut Allah, ia bisa memadamkan api maksiat atau juga bisa memadamkan kilatan murka Allah, apabila kamu bertaubat setulus hati tentu cahaya taubat itu memancar di wajah.
Wahai sahaya, bertekunlah untuk menjaga sirrimu sekiranya kamu menjaganya, jika kamu terkalahkan berarti dirimu surut, bertekunlah sampai dirimu sirna dan hanya Dia yang ada. Jadilah bersama-Nya seperti orang mati yang dimandikan atau seperti Ashabul Kahfi yang bersama Jibril a.s. Bersamalah Dia tanpa wujud, tanpa ikhtiar, tanpa perangan dalam bentuk apa pun, teguhlah di hadapan-Nya di atas pijakan iman dan menundukkan nafsu di saat ketentuan yang berat turun padamu. Iman itu tetap teguh menyertai ketentuan (qadar), sedang munafik itu menjauhinya. Orang munafik bila hari-harinya berlalu ia kering dengan niat, tetapi nafsu, tabiat plus hawanya semakin dipersarat, mata sirr dan mata hatinya buta, tampak dari luar ia meah tapi dalamnya remuk, ingatannya kepada Allah hanya di bibir bukan di hati, sedang orang beriman kebalikan orang munafiq.
Wahai manusia, jika terpaksa kamu tidak mampu mengikuti seruan ini, jadikan dirimu pada pintu dunia dan hatimu pada pintu akhirat – sirrimu di pintu Allah sampai jiwa berubah jadi hati dan mampu merasakan sesuatu yang bisa dirasa, hati berubah jadi sirr dan mampu merasakan sesuatu yang terasa, dan sirr berubah jafi fana’ yang pada akhirnya kamu tidak bisa merasakan atau tidak terasakan, lalu hidupmu hanya untuk Dia bukan yang lain. Amat beruntung orang yang mengamalkan anjuranku dan ikhlas dalam pelaksanaannya. Amat beruntung orang yang beramal dengan tangan sendiri lalu memperdekat kepada orang yang diamali kepada Allah.
Wahai sahaya, sampai kapan engkau bersekutu dengan ciptaan, bergantung kepada mereka? Kamu wajib mengerti bahwa seseorang pun di antara mereka tidak bermanfaat atau membawa kesulitan bagimu; ya, kekafiran mereka, kekayaan mereka, kemuliaan mereka dan kehinaan mereka. Peliharalah taqwa, jangan bergantung manusia atau pada matapencaharian, daya kekuatanmu, bergantunglah pada keutamaan Allah, jalinlah hatimu kepada-Nya, lalu mengenang-Nya – seperti cara peringatan para penghuni sorga di dalam sorga yang berhari seperti di hari dunia.
Wahai manusia, janganlah mengakhirkan tuntutan dan perhitungannya atas jiwamu, segerakanlah hal ini; sejak dunia sampai akahirat. Uang itu sentral neraka dan dirham itu sentral keinginan, apalagi jika berhasil menggaet keduanya dari jalur haram dan mempergunakan pada jalur haram pula. Besok akan tampak jelas bagimu, tentang ucapan yang kau ucapkan di hari ini, rupanya kamu buta dan pekak.
Sabda Nabi saw. :
“Cintamu terhadap sesuatu itu memperbuta dan memperpekak diri.”
Telanjangi dirimu dari dunia, laparkan dan dahagakan sampai Allah membusanai, menyantapi dan menemani dirimu, serahkan lahir dan batin-mu untuk Dia, jangan berangan macam-macam, bahkan jadikan Dia tanpa perwujudan dirimu. Dunia adalah negeri untuk beramal dan akhirat negeri balasan, negeri tempat pemberian dan pelimpahan. Nah, demikian yang lebih ghalib sebagai hak orang shalih, adapun yang lebih pelik buat mereka adalah orang yang bebas amal di dunia tetapi ia diberi sesuatu, diberi rakhmat dan segera mendapat peristirahatan, ini sebelum datang ke akhirat, berarti ia terputus untuk mendatangi hal wajib dan bebas dari kesunahan, karena kewajiban tidak bisa gugur oleh segala tingkah dan maqamat. Demikian kewajiban setia individu – sebagai hamba Allah – Dia Mahaganjil dari yang ganjil.
Wahai sahaya, berzuhudlah, kamu jangan memakan sesuatu disertai nafsu dan hawa karena hal itu suatu terali yang bisa menutup hati dari Tuhan. Orang beriman jika makan bukan untuk nafsu atau dengan nafsu, juga ia tidak mengenakannya atau tidak bersenang-senang, sebaliknya menjadi bekal untuk bertaqwa mentaati perintah Allah, ia makan apa yang ditetapkan lahir di hadapan Allah, ia makan disertai syara’ bukan terdorong oleh hawa. Sedang bagi Wali, makan karena perintah Allah, dan bagi Qutub makan atau penasarufannya seperti Nabi bila sedang makan, ia bertasaruf bagaimana tidak seperti itu, bukankah satu-satunya pelayan Nabi, pengganti beliau di tengah-teengah ummatnya? Ya, Qutub adalah khalifah Nabi dan Khalifah Allah, ia adalah khalifah batin serta imam kaum muslimin, orang-orang Islam tidak diperkenankan meninggalkan Qutub atau meninggal beritba’ dan mentaatinya.
Dikatakan bahwa, Imam orang Islam jika adil maka menjadi Qutub zaman, kamu jangan mengira bahwa perkara ini hanya sandiwara, sungguh itu telah menjadi bebanmu, barangsiapa menghitung perbuatan lahirmu berarti ia telah menghitung perbuatan batinmu. Tidak seorang pun di antaramu kecuali didtangkan di hari kiamat disertai para Malaikat yang setia mencatat kebaikan atau keburukan di dunia, para Malaikat sama membawa 99 Sijjil (Catatan oleh Malaikat tentang perbuatan baik atau buruk manusia), Setia Sijjil itu menyimpan satu pandangan yang menghasilkan baik dan buruk beserta segala sesuatu yang keluar darinya, lalu ia pun membaca catatan itu – jika di dunia tidak berlaku baik tentu tertulis dan tidak terbaca adanya bak di sana, karena dunia itu ssanggar hikmah dan akhirat sanggar penentuan. Dunia membutuhkan segala macam peralatan yang diakit dengan sebab penghasilan, sedang akhirat tidak membutuhkan itu semua. Bila seorang di antaramu membuka hasil yang ada di dalam catatannya segera bersaksilah seluruh organ tubuh sesuai dengan apa yang tercantum dalam catatan tersebut. Ya, setiap organ tubuh memberi kesaksian pada batas-batas segala amal yang diperbuat. Sungguh untukmu telah dicipta ketentuan yang luar biasa. Belumkah kamu mendapat berita dari Allah :
“Adakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu (hanya) bermain-main dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. XXIII:115).
WACANA 49
Jum’at tanggal 9 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Diceritakan, bersumber dari Abdullah bin Al-Mubarrak r.a. bahwa suatu hari ia kedatangan seorang peminta, ketika itu ia tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya 10 biji telur, kendatipun ia menyuruh pembantunya agar memberikan 10 butir telur itu kepada peminta. Tetapi si pembantu hanya memberikan 9 butir telur saja dan menyembunyikan yang satu. Menjelang mentari menuju tempat peraduannya, seseorang berkunjung kepada Abdullah, seraya mengetuk pintu. Kata pendatang itu : “Terimalah bakul ini”. Maka Abdullah pun menerima bakul itu dan meneliti isinya, ternyata di sana menjumpai telur-telur yang tempo hari diberikan kepada pengemis, kini dikembalikan lagi, bahkan berjumlah 90 biji telur. Kata Abdullah kepada si pembantu : “mana telur yang lain?, berapa yang kamu berikan kepada peminta?” Jawab si pembantu : “yang kuberikan hanya 9 biji dan kuselisihkan satu, karena pecah.” Kata Abdullah : “berarti yang sepuluh lagi terrlepas dariku.”
Nah, demikian muammalah mereka kepada Tuhan. Mereka sama beriman dan bersedekah menurut perintah yang tercantum dalam Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Mereka tidak menentang Al Qur’an baik dalam gerak atau ketenangannya, mreka mencomot ajaran dari kedua konsepsi itu lalu mengeluarkan menurut isinya. Karena itu beramallah untuk Allah, biasakanlah, tentu kamu beruntung.
Wahai sahaya, lepaskan situasi kebingungan yang mencengkeram dirimu dan ikutilah ulama’, kamu jangan mencari penyambung yang mempertaut dengan Allah melalui pengakuan dusta. Bersabarlah akan uji seperti mereka bersabar bersama-Nya sampai menghasilkan pertalian sejati. Seandainya tidak ada uji, tentu seluruh manusia beribadah dan zuhud, berhubung bala’ mendatangi mereka akhirnya mereka tidak sabar bersama Allah, tentu tiada pemberian untuk mereka. Jika kamu tidak punya sabar dan ridla maka hal itu menjadi sebab terlemparnya diri dari penghambaan kepada Allah. Sabda Allah dalam haits Qudsi :
“Barang siapa tidak rela atas ketentuan-Ku dan tiak sabar atas cobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.”
Terimalah ketentuan Allah atasmu, kokohkan Islam hingga mengkait iman, lalu perkokoh iman sampai mengkait yaqin, maka ketika itu kamu bisa melihat-Nya yang tidak pernah kau lihat sebelum datang yaqin, juga kamu lihat sesuatu sebagaimana bentuknya – menjadi beita ma’ani – ia menghentikan hati kepada Allah lalu melihat sesuatu dari Dia. Apabila hati berhenti pada pintu Allah menghasilkan kekuasaan mulia (keramat) maka ia pun menjadi mulia terbawa sampai kepada ciptaan dan tidak berakhir. Hati yang baik itu adalah hati yang diperbaiki Allah, jadi mulia dan sirr yang dijernihkan oleh Allah dari keruh maka jadi mulia.
Janganlah mengadu kepada manusia, karena jika kamu suka mengadu Allah berarti gugur dari pandangn-Nya, di samping itu apa yang ada di sisimu tidak tersingkir karena pengaduan itu. Kami tak perlu berujub dalam beramal, karena ujub itu bisa merusak amal dan bahkann menghapusnya. Barangsiapa mengetahui taufiq Allah terrlimpah pada dirinya berarti ternafikan dari ujub. Jadikan tujuan kepada Allah karena Dia menjadikan rakhmat untukmu. Namun, bagaimana kamu membawa tujuan itu kepada-Nya sedang kamu masih suka berdusta; padahal setiap jalan Allah itu benar adanya. Golongan ulama adalah tipe orang-orang benar, yaitu benar-benar tanpa ditampakkan, tindakan mereka sebagian besar timbul dari nurani sendiri, mereka itulah orang-orang yang suka bertaubat. Sedang kamu, wahai munafik, sekali-kali bukan seperti mereka, karena itu kamu jangan padati mereka dengan kemunafikan. Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang benar.
Ia bertutur : ajarlah nafsu, hawa dn tabiat dengan memperbanyak puasa, shalat dan menerapkan sabar, jika seseorang telah sukses mengolah anfsu, hawa dan tabiat, tinggalh ia berssama Allah tanpa dimasuki unsur lain, tinggal hati dan sirr bersama Allah secara komplek tanpa menyempit, sehat tanpa sakit, jadilah orang berakal, belajar dan beramal disertai ikhlas.
Wahai sahaya, belajarlah dari makhluk, baru kemudian dari Allah. Sabda nabi :
“Barangsiapa beramal dengan sesuatu yang diketahui, maka Allah mewariskan ilmu yang belum diketeahui (sebelumnya).”
Tentu, pertama kali orang belajar kepada orang lain adalah perihal hukum, untuk yang kedua kali belajar dari Allah tentang ilmu laduni, yaitu khusus ilmu yang membahas masalah batin (hati), yag dikhususkan lagi adalah tentang sirr. Tapi bagaimana kamu mampu belajar ilmu-ilmu tanpa guru, sebenarnya kamu berdomisili dalam hikmah.
Carilah ilmu, karena mencari ilmu itu termasuk wajib, sabda Nabi : “Carilah ilmu kendati di negeri Cina.”
Wahai sahaya, pergaulilah orang yang menolongmu dalam melenyapkan nafsu, jadi bukan orang yang membangkitkan nafsu itu. Jika kamu bergaul dengan orang tua yang jahil lagi munafik, sama artinya mempergauli tabiat hawa. Sebenarnya para guru (syuyuh) itu tidak menjalin persahabatan dengan dunia, mereka menjalin hubungan dengan akhirat, jadi bisa diketahui jika ada guru yang menjalin hubungan dengan tabiat dan hawa berarti ia menjalin pertalian dengan dunia, jika mempergauli hati berarti ia bergaul dengan akhirat.
Wahai orang yang berguru, memadati lakunya dengan tindak guru yang ikhlas, selagi kau mencari dunia berdasar nafsu dan hawa berarti terbilang belia, yang demikian suatu tabiat ganjil di atas keganjilan, jiwa yang menolak dunia dan meninggalkannya dengan ikhtiar sekali-kali tidak membawa kerugian, atau keadaan jiwa yang tenang lalu berbalik ddrastis itu suatu keganjilan di atas keganjilan, jauh dari segala yang jauh. Hanya saja hak dunia jadi baik bila dirimu membuta dari dunia, akhirat atau apa pun selain Allah. Kala hamba dekat dengan Allah banyaklah kenangannya dan takutnya bertambah. Karena itu orang yang banyak ingat kepada pemimpinnya ia diangkat menjadi menterinya, karena ia memang dekat dia.
Bagi orang yang beriman, tidak mungkin hal itu di dapat kecuali dengan laku ikhlas, jika ikhlas terlaksana ketika itu berada dalam pemikiran. Sedang para Ulama dalam pemikiran yang luar baisa, ketakutan mereka tidak pernah terhenti sampai berjumpa Allah. Barangsiapa mengenal Allah, maka bertambahlah takutnya. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah daripada kamu, dan aku lebih takut kepada-Nya dariapda kamu.”
Dan, kamu, wahai pelupa, suka menampakkan diri di hadapan Allah dengan laku maksiat lagi menetang, lalu kamu berlindung kepada-Nya. Tiada lagi keamananmu akan terganti jadi ketakutan, masamu menyempit, sehatmu jadi sakit, muliamu jadi hina, ketinggianmu terbanting, kayamu jadi miskin. Ketahuilah bahwa ketenanganmu di hari kiamat berupa siksa Allah menurut ukuran takutmu di dunia, dan takutmu di akhirat menurut ketentramanmu di dunia. Namun karena kamu sebagai penyelam samudera dunia berakibat ketenteramanmu berada dalam perigi kelupaan yang dalam, tentu jalan hidupmu seperti kehidupan binatang, mereka tidak mengenal sesuatu kecuali makanan, minuman, kawin dan tidur. Tingkah lahirmu mengekor penghulu hati menunjukkan loba dunia dan cenderung mencari isi perut saja. Sudah barang tentu hal itu menutup diri dari jalan Tuhan. Wahai orang yang tersedot keaiban dunia dan lobanya, seandainya kamu dikumpulkan bersama penduduk bumi untuk memperoleh sesuatu tentu kamu tidak kebagian.
Janganlh menganiaya sesama, karena perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Beralkulah adil sehingga kamu dipertimbangkan menuju jalan surga, tapi untuk penganiaya bagaimana tanpa pertimbangan, mereka akan diadili di negeri keadilan. Tinggalkan apa saja dalam tempatnya hingga menempatkan dirimu di sisi Allah. Nah, demikian situasi akhir masa. Aku lihat kamu telah berubah dari keberadaanmu semula, dengan mengganti laku yang lain, sungguh aku jadi khawatir jika kamu sampai tergulung dalam perubahan ini.
Wahai makhluk Allah, aku mencari keaiban dan manfaatmu dalam segala kondisi, aku harap pintu neraka tertutup dan meniadakannya dengan segala keberadaan ini dan agar tidak dimasuki seseorang pun, dan pintu surga dibuka agar tiada seseorang pun menolak untuk memasukinya, demikianlah harapanku agar Allah menunjukkan rakhmat dan belas kasih-Nya. Marilah duduk bersama aku demi kebaikan hatimu dan pengolahannya, janganlah lari dari kesesatan bicaraku, tiada yang kupelihara kecuali jiwa militan dalam agama Allah. Bicaraku keras, makananku keras, barangssiapa lari dariku atau membuat-buat perumpamaan diriku ia tidak akan bahagia, jika kamu berburuk sikap yang menjurus dalam agama aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan berrkata; lakukan itu, dan aku tidak akan mencari pendamping kecuali Allah, dari Dia bukan dirimu.
Ikutilah para Nabi, para Rasul dan orang-orang terdahulu yang shalih, jangan sekali-kali lepas dari mereka, bertaubatlah atas dosa-dosa dan keburukanmu. Taubat itu sutu tanaman hati, bangunan yang kau dirikan itu mampu merobohkan bangunan setan. Karena itu bangunlah suatu bangunan Ar-Rakhman (Allah) susullah berserta Tuhanmu, sesungguhnya aku berdiri pada pijakan akal bukan kerangka.
Jangan temani aku jika untuk dunia, tapi temanilah aku untuk akhirat semata; tentu dunia amendatangimu secara sukarela mengikut dan menjamin, kendatipun ambillah scukupnya (zuhud) dan aku menjaminmu – tentu kamu tidak memperhitungkan hal itu. Dahulukan akhirat atas dunia, batin atas lahir, kebenaran atas batil, yang tetap atas fana, tinggalkan lau ambil, tinggalkan pengambilan melalui tabiat, hawa, nafsu dan ambillah melalui hati dan sirr.
Jadilah penerima perintah Allah dan Rasul-Nya; menderita ketika terhalang darinya, berserah kala datang ketentuan dan keputusannya; sejalan dengan itu pergauilah manusia dengan budi luhur, kamu jangan mencari sesuatu dari Allah tanpa menggunakan ilmu-Nya; patuhi hukum dan ketentuan-Nya. Sabda Nabi saw. :
“Ketika Allah mencipta Qalam, Dia berkata kepadanya : “Tulislah”, jawab Qalam : “apa yang hamba tulis? Kata Allah : “tulislah hukum-hukum-Ku untuk makhluk sampai kiamat.”
Wahai orang berhati mati, wahai pembangkit nafsu, hatimu telah mati berarti dirimu berada dalam bencana pertama. Tiada bencana bagimu selain kematian hati, yaitu lupa Allah dan tidak mengenang-Nya. Siapa ingin membangkitkan hati, maka tetapkan dalam hati itu kenangan untuk Allah dan berjinak kepada-Nya, lihatlah keagungan dan kebesaran-Nya, dan bagaimana pemberian-Nya kepada ciptaan.
Wahai sahaya, kenanglah Allah – pertama kali – dengan hati, baru dengan lahirmu untuk yang kedua. Kenanglah Dia seribu kali dengan hati dan sekali dengan lisan, kenanglah Dia kala afat menimmpamu dan sabar atau kalau dunia datang dengan meninggalkannya, tetapi jika akhirat yang datang terimalah dan kala datang kebenaran dengan tauhid. Mengenang mati itu bisa menjernihkan hati, memadamkan dunia ciptaan juga membuka penutup hati hingga bisa melihat; bahwa ciptaan itu akan binasa, mati, dan lemah; tidak membawa penyakit atau manfaat.
WACANA 50
Jum’at pagi tanggal 18 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Perbanyaklah kebaikan dan pembiakan dirimu, tinggalkan ucapan “Qaala wa qilla” (Katanya... jarene); dan kepongahan dunia, lepaskan cinta dunia itu semaksimal mungkin. Sabda Nabi :
“Lepaskan dirimu dari rasa kecintaan dunia, menurut kemampuanmu.”
Wahai pendungu karena dunia, seandainya akamu menyadari apa yang kau cari?!, Jika kamu mendatangi, apakah juga mengikuti, dan jika ia berpaling darimu kamu meratapi? Seandainya kamu mengenal Allah tentu mengenal pula seelain Dia, tetapi rupanya kamu tentang rahasia Allah, Rasul, para Nabi dan wali-Nya.
Bagaimana kamu berpertuah dengan pola yang telah membudaya oleh para pendahulumu; hanya tentang dunia semata. Carilah kehabisannya, tinggalkan bsuananya serta menjauh, tinggalkan bsuana nafsu dan sirr menuju pintu Allah. Jika kamu ingin menemani orang shalih dunia akhirat, maka ikutilah kata, tindakan dan kehendaknya. Kuliaht kamu telah membelakangi kata ini, bahkan giat menentang, mencabut tabiat yang sejalan dengannya. Mereka menyerumu, lakukan ini, tapi kamu tidak mematuhi mereka seakan mereka para hamba dan kamu sesembahan. Betapa besar perkara yang dipikulnya, seandainya tak dipikul tentu kamu bisa melihat secara jelas apa yag ada padamu. Jika kamu ingin beruntung maka tenanglah di hadapan-Nya, meliputi penenangan lahir batin. Lakukan apa yang diperintahkan atau yang didlarang, tenangkan lahir batinmu dari bicara yang bukan-bukan di hadapan-Nya tentu kau bisa melihat kebaikan dunia akhirat.
Kamu jangan pinta sesuatu dari ciptaan karena mereka sendiri juga lemah, tidak punya apa-apa, tidak mampu mengendalikan jiwa sendiri, apalagi yang lain, tidak madlarat atau bermanfaat. Bersabarlah bersama Allah, jangan tergessa-gesa bahil, jangan bercita dengan dunia. Dia adalah pelindung sejati, peliharalah persesuaian dengan Allah karena Dia amat mengetahui rahasia dirimu. Padahal tidaklah setiap apa yang dkandung dunia membawa kebaikan bagimu atau bisa menunjukkan kepada-Nya. Firman-Nya :
”Dan boleh jadi kamu kurang menyukai sesuatu sedang dia berguna bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedang dia merusakmu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Qs. II:216).
Barangsiapa ingin menempuh jalan Allah hendaklah mengolah nafsu terlebih dulu, nafsu itu seburuk-buruk perilaku karena ia cenderung meyuruh perihal buruk. Iblis, seorang yang punya hobi membujuk nafsu tidak punya daya kepada Allah di hadapan orang beriman yang benar (shiddiqiin), baik penyatruan atau perlawanannya, lalu bagaimana akibatnya. Jangan kamu kira ia akan masuk surga atau Adam dikeluarkan dari surga atas kekuatannya, bukan, sungguh bukan, tetapi Adam keluar dari surga tas perintah Allah.
Wahai orang yang pendek akal, janganlah lari dari pintu Allah hanya karena cobaan yang ditimpakanmu. Karena Dia amat tahu kegunaan coba itu; tiada lain membawa faedah dan hikmah. Ketika kau mendapat coba berteguhlah, ratapi dosamu dan pebanyak membaca istighfar, pintalah kesabaran serta keteguhan dari-Nya, jika kamu ingin beruntung jalinlah hubungan dengan guru yang alim berdasar hukum Allah dan ilmu-Nya agar mengajarimu dan mengajari sopan, dan mengenalkan dirimu pada jalan Allah.
Wahai pelancong dunia, janganlah menceraikan kafilah penuntun dan teman jalan, jika tidak tentu harta dan nyawamu segera lepas darimu. Wahai pelancong ke jalan akhirat, jadilah secra kekal bersama penentuan sampai mencapai tujuan. Layanilah ia dalam perjalanan itu, perindah adabmu bersamanya, jangan menjauh dari pendapatnya tentu ia mempelajari dan merekatkan dirimu dengan Allah, pegangilah kiri, kanan dan belakangmu, carilah jalan orang-orang yang mempunyai malu agar kamu tahu tapi jangan kamu lalui dengan kemuliaan yang benar, karena itu harus diterapkan pada jalan Allah.
Wahai sahaya, mereka itulah orang-orang yang mempergauli mereka di dunia, bsok tentu kau tidak akan melihat mereka terputus darimu. Bagaimana tidak terputus antara dirimu dan teman yang buruk; yaitu orang-orang yang kau pergauli bukan karena Allah. Jika kamu amat terpaksa bergaul denngan manusia, maka bergaullah bersama orang-orang wara’, ahlu zuhud, arifin, ahli beramal yang sama menempuh jalan Allah. Perindahlah kesopananmu di hadaan guru, perbanyaklah berdiam daripada angkat bicara, karena hal itu sebagai penjembat sang guru dan mendekatkan dirimu ke hatinya. Adab yangbagus itu mendekatkan dirimu dengan guru dan adab yang buruk itu menjauhkan dirimu. Bagaimana kamu beradab sedang dirimu tidak suka berlatih adab? Bagaimana kamu belajar sedang kau tidak suka ilmu, tidak berbaik sangka dalam hal itu?
WACANA 51
Tanggal 20 Sya’ban tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Dunia seluruhnya adalah hikmah, amalan akhirat semuanya adalah kemampuan, ia dibangun di atas hikmah, begitulah bangunan di atas kekuasaan, maka jangan tinggalkan amal untuk negeri hukum (akhirat) dan jangan kau anggap sepeele kekuasaan-Nya di negeri itu, beramallah untuk negeri hukum dengan menggunakan hukum-Nya, janganlah merasa berat terhadap ketentuann-Nya, jangan menjadikan ketentuan itu sebagai alasan untuk memperingan diri, karena ia justru membutuhkan-Nya.
Orang beriman jangan menggenggam dunia, tapi ambillah dari bagiannya yang diberikan dan menetapkan hati bersama Tuhan. Berhentilah di sana sampai cahaya dunia tersingkir; memanggil hati untuk memasukinya, pertalian sirri menghasilkan sirr tertuju hati, dan hati menuju jiwa yang tenang dan organ-organ tubuh yang tunduk. Ketika hla itu terjadi ternyata memperkaya keluarga dan menerapkan antara dirinya dengan keluarga cukup memuaskan, bahkan mereka mematuhi-Nya – maka teraturlah antara hati dan keluarga. Sekarang ia pribadi tetap bersama Allah seakan makhluk tidak dicipta untuk bersandar kepadanya, seakan tiada makhluk lain untuk Tuhan selain ia sendiri – bersama Allah Dzat Mahaberbuat – dan ia terkenai perbuatan-Nya. Tetaplah yang dicari sedang ia pencarinya, tetaplah sumbernya dan ia cabangnya, ia tidak melihat yang lain selain Dia, ia terlipat dari ciptaan :
“Sesudah itu apabila dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.” (Qs.LXXX:22).
Wahai Tuhanku, sesungguhnya daku oarng bisu, maka bicarailah aku, jadikan bicaraku berguna bagi manusia, sempurnakan mereka denan baik; melalui usahaku, jika tidak kembalikan daku pada kebisuan semula.
Wahai manusia, sesungguhnya aku mengajakmu menuju kematian yang merah; yaitu menentang nafsu, hawa, tabiat, setan dan merdeka dari ikatan ciptaan, tinggalkan semua itu selan Al-Haq, bermujahadahlah dalam keberadaan ini, janganlah putus asa. Allah berfirman :
“Setiap masa Dia dalam berkehendak.” (Qs. LV : 29).
Di penghujung zaman ini banyak terjadi perubahan meliputi pergeseran pribadi, itulah zaman fatrah (seggang), zaman kaum munafiq tumbuh menjamur bersama kemunafikannya. Wahai munafiq rupanya kau penghamba dunia, hanya ciptaanlah yang kau lihat, justru kau beramal untuk mereka tetapi mengesampingkan pandangan kepada Allah, tampka kau beramal untuk akhirat, padahal segala amalmu tertuju untuk dunia.
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Apabila orang berhias diri dengan amal akhirat, sedang ia tidak menghendakinya dan tidak pula mencarinya, sungguh terlaknat oleh penduduk langit melalui nama dan nasabnya.”
Sesungguhnya aku memahamimu, wahai munafiq – dari jalur hukum dan amal – hanya aku sengaja menutumu dengan tabir Allah. Celaka, apa kamu tidak malu dengan organ tubuhmu yang tidak pernah bersih dari maksiat dan najis lahir. Kamu mendewakan orang suci, batu, kesucian hati, namun bagaimana bentuk kebersihanmu, bagaimana sirrmu, di hadapan manusia kamu tidak pernah beradab; malah mengaku beradab di hadapan Allah. Bagi pengajar betapa rela atas tingkahmu sedang kamu tidak sudi menaruh kesopanan di hadapan-Nya apalagi sampai menerima perintah-Nya, kamu duduk di kantor dan kembali lagi, tiada kata berarti hingga tauhidmu tegak dan tegar di hadapan Allah.
Wahai sahaya, menerima ketentuan Allah itu lebih bagus daripada memperoleh dunia disertai nazi’ah (pencabutan)nya, kemanisannya lebih manis jika berada dalam hati orang benar. Barang siapa memperoleh syahwat dan kelezatan ini, bagi mereka itu lebih manis daripada dunia seisinya, karena ia pembagus kehidupan, dalam jumlah besar meliputi kondisi menurut perbedaan janisnya.
Bicaralah kepada manusia secara ilmiah disertai amal, ikhlas dan jangan bciara kepada mereka dengan ungkapan ilmiah anpa disertai pembuktian amal, karena hal itu tidak membawa hasil bagimu juga orang yang menerima bicaramu.
Nabi bersabda :
“Kelembutan ilmu itu dengan cara pegamalan jika diterimanya, dan jika tidak maka ia beralih darinya.”
Yakni beralih barakahnya, yang masih hanya hujjahnya saja. Bila kamu jadi ilmuwan yang suka berfitnah dengan ilmu yang kamu kantongi, niscaya batangnya tetap ada sedang buahnya lenyap darimu.
Perintah Allah agar melimpahkan rizki, bertempat di hadapan-Nya, Apabila Dia berkenan melimpahkan rizki pintalah bagaimana cara penyembunyiannya -- kalau pun kamu tidak suka penampakan sesuatu dari-Nya – jika kamu suka suka penampakkan apa yang ada di antaramu dan Dia, itu menjadi pertanda akan kehancuranmu.
Peliharalah diri dari rasa ujub meliputi segala gerak, dan tunduk karena hal itu sebagai satu tindakan yang melampau batas dan oangnya amat dibenci; menurut pandangan Allah. Peliharalah kecintaan bicara kepada manusia dan menggantungi mereka, karena yang demikian membawa mudlarat bagimu; tidak bermanfaat, jangan bicara satu kalimat pun sampai urusanmu termuat dan menyampaikanmu – dari jalur hati, suatu urusan wajib dari Allah. Apa perlunya kamu mengajak manusia pergi ke rumahmu kalaupun mereka tidak kamu suguh. Nah, inilah suatu permasalahan yang membutuhkan asas; baru kemudian bangunan bisa berdiri.
Galilah nuranimu sampai memancarkan sinar hikmah, kemudian bangunlah dengan ikhlas, mujahadah dan amalan-amalan baik, sampai mercusuarmu menjuang tingi, lalu serulah manusia menujunya. Wahai Allah perhiduplah kerangka amalku dengan pancaran ikhlas. Bermanfaatkah kesendirianmu dengan ciptaan sedang di hatimu terdapat ciptaan itu. Tidak, sekali-kali tidak bahkan tak ada mulia bagimu atau kesendirianmu. Bila kamu menyendiri tapi ciptaan tetap tegar dalam hati, berarti kamu berdiam sendiri tanpa hias berjinak bersama Allah, bahkan yang menguntitmu adalah nafsu, setan dan hawa. Namun jika hatimu berjinak bersama Allah keluarga. Jika di hatimu tetap terisi kejinakan bersama Dia hancurlah dinding-dinding keangkuhan dan sorot pandang yang mengarah kepada kebenaran, maka tinggal kamu melihat keutamaan dan perbuatan-Nya. Dari sini kamu mantap rela kepada-Nya bukan yang lain. Barangsiapa setiap keberadaannya bersama ketentuan syara’ tanpa ada rasa tamani; apa yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, atau kelenyapan dan ketetapannya, maka sungguh ia menghasilkan persyaratan rela, bersesuaian dan penghambaan.
Kendati iman dan i’tikadmu baik sesungguhnya Dia tetap melihatmu, dekat denganmu dan mengawasimu; kenapa tidak malu kepada-Nya. Sungguh aku berkata benar, aku tidak takut kamu, aku tidak berharap kamu. Bagiku kamu dan seluruh penduduk bumi hanya seperti kepinding dan semut, kaerna aku tahu mudlarat dan manfaat datang dari Allah, bukan dari kamu. Kekuasaan dan penguasa bagiku sama seperti yang aku conthkan, ingkari dirimu dan yang lain dengan ketentuan syara’ bukan dengan hawa nafsu atau tabiat. Betapa tenang syariat darinya, maka ikutilah dalam ketenangannya, betapa ia bicara dengannya, maka ikutilah dalam pembicaraannya.
Camkanlah, dunia boleh kamu genggam, boleh kamu kantongi, jika suatu sebab boleh kamu simpan asal disertai niat baik, tapi jika sampai di hati setoplah, berhentinya apda pintu silahkan, tapi jika ingin masuk dari pintu belakang jangan. Sebab hal itu tidak membawa kemuliaan bagimu. Bila seseoarng sepi dari permasalahan ini atau ciptaan lain, seakan dirinya sepi lagi tehapus dari padangan dunia itu, kala bencana datang batinnya tetap tegar tidak bergetar, bahkan kalau ketentuan Allah datang ia segera melaksanakannya, ketika larangan yang datang ia segera menahannya. Janganlah bertamanni sesuatu atau loba atsnya, kehendak aka keberadaan yang sempat masuk diterima hati bisa membakhilkan padangan.
Di mana kalian, wahai penghianat ilmu dan amal, wahai musuh Allah dan Rasull-Nya, wahai pemutus penghambaan kepada Allah; sungguh kalian dalam kepekatan yang jelas munafiq, sedemikiankah sifat munafiqmu, sampai kapan sandiwara ini akan berakhir. Wahai Ulama, wahai zuhud, rupanya kalian senjata bagi pemunafiq dan para penguasa, sampai kalian tak malu-malu lagi mencomot barang-barang mereka yang tak laku di dunia meliputi syahwat dan keenakannya. Kalian dan sebagian penguasa di zaman ini sebagai tipe-tipe manusia penganiaya, penghianat atas kekayaan Allah yang diperuntukkan buat hambanya.
Wahai Allah, belahkanlah pengaduan orang-orang munafiq, rendahkanlah atau Engkau mengampuni mereka, hinakan laku aniaya mereka dan hapuskan bumi ini dari mereka atau mereka Engkau perbaiki, Aamiin...
WACANA 52
Jum’at pagi tanggal 3 Ramadhan tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Wahai manusia lekaslah menuju Allah, lari kepadanya dari cengkeraman makhluk, dunia dan selain-Nya, jalanlah ke sana dengan kejernihan hati. Kamu dengan firman Allah :
“Ingatlah, segala urusan akan kembali kepada Allah.” (Qs.XLII :53).
Wahai sahaya, janganlah memandang ciptaan dengan mata tak terpejam, tetapi lihatlah dengan mata fana’, janganlah pandang mereka dengan mata madlarat atau manfaat, tapi pandanglah dengan mata rendah atau lemah. Esakanlah Allah serta tawakkal. Wahai manusia jika suaraku belum menembus keadaanmu, maka dengarlah dengan penuh kepercayaan serta membenarkannya, suaraku lurus mengarah hati maka dengarkan dengan hati dan sirrimu; niscaya terbebaskan lahir dan batinmu, bahkan hawa nafsumu terporak dan memadamkan api syahwatmu. Yang terbunuh atasmu adalah syahwat yang amat suka dunia, di lain pihak membenci fakir atau kejahatanmu.
Ada Ulama berkata : “Bahwa hakikat taqwa adalah, seandainya kamu kumpulkan sesuatu yang ada di hati, tetapi kamu tetap meninggalkannya dalam nampan terbuka. Tidak tenggelam di pasar tidak ada sesuatu yang ada di sana lebih kamu malui daripada-Nya.
Wahai si tolol, apa yang mampu mencukupi dirimu, sungguh kamu bukan tipe orang takwa, sampai jika dikatakan kepadamu : bertakwalah, tiba-tiba kamu marah. Jika dikatakan : Allah itu Maha Mendengar dan Mahamenyatukan orang, tiba-tiba kamu ingkar, tapi jika ada orang mengingkarimu, kamu marah dan menjatuhkan kemarahan untuknya.
Dari Amiril Mukminin Umar r.a., berkata : “Barangsiapa bertakwa, tidak kembali marahnya.”
Allah berfirman :
“Adalah Aku mencintaimu ketika kamu mencintai-Ku, maka jika kamu bermaksiat tentu murka-Ku untukmu.”
Sesungguhnya Allah mencintaimu, Dia tidak berhajat kepadamu, justru rakhmat-Nya melimpah atasmu, itu menujukkan bahwa Dia masih menykaimu, bukan kamu yang menyukai-Nya. Sebenarnya Dia amat menyukai ketaatanmu, di samping kemanfaatannya juga kembali kepadamu sendiri. Kamu disibukkan mengenang dan menghadap siapa yang kamu cinta dan berpaling dari orang yang mencintai-Nya. Yang disebut orang beriman itu jika lupa segala sesuatu dan mengenang Tuhan, dari sana ia berhasil menarik kedekatan dan hidup bersama-Nya, tidak bisa tidak bersihlah tawakalnya. Ia mendapat kecukupan himmah dunia akhirat, apabila tawakal orang beriman telah bersih dan tauhidnya juga jernih, apa yang diamalkan selalu berdasar Allah seperti pengalaman Ibrahim a.s., ia diberi makna dan tingkahnya jadi bukan predikat yang diberikan, ia diberi makan dari makanan pilihan-Nya, ia diminumi dengan minuman pilihan-Nya dan ditempatkan di halaman istananya, karena ia diberi pandangan maqam, maka ketika itu bersihlah keikutannya dari Dia yang tercermin dari sudut makna bukan dari sudut ilusi.
Wahai Allah, jadikanlah kami termsuk orang yang bisa melihatmu di dunia dengan mata hati dan di akhirat dengan mata kepala. Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehdiupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WAFAT SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI
Ketika syeikh Abdul Qadir sedang sakit, beliau memberi wasiat kepada puteranya; Abdul Wahab, katanya : peliharalah takwa dan taat kepada Allah, janganlah kamu takut kepada seseorang pun dan jangan mengharapnya, setiap kebutuhan pintalah kepada Allah dan cari dari-Nya, jangan berteguh dengan seseorang pun keculai Allah, juga jangan bergantung selain kepada-Nya, Mahasuci Dia, Mahaesa dan terkumpulnya segala keberadaan hanya Esa.
Menjelang kematian beliau berkata : Jika hati telah bersih bersama Allah, tiada sesuatu pu tersunyi dari-Nya dan tiada sesuatu pun keluar dari-Nya.
Ia berkata kepada anaknya : menjauhlah dari sisiku, aku bisa bersamamu hanya dengan bagian lahir dan bersama selain kamu dengan batin, antaraku antaramu dan antara makhluq seluruhnya jauh dari apa yang ada di langit dan bumi, maka janganlah mengukur aku atas seseorang pun dan jangan mengukur atas seseorang pun dengan aku.
Ia berkata : telah datang kepadaku – bukan kamu – maka luaskanlah tempat buat mereka dan bersopanlah bersama mereka, janganlah mempersempit tempat kepada mereka.
Puteranya ada yang berkata : ketika itu beliau berucap salam : “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu”, Semoga Allah mengampinuku dan kamu sekalian, dan memberi ismillahi Ghaira Maudi’iina” kata itu diucapkan sehari semalam.
Juga beliau berkata : celaka kalian, aku tidak perduli sesuatu pun, baik raja atau malaikat pati. Wahai malaikat pati, singkirkanlah orang-orang yang ada di sekitarku, selain kamu, lalu beliau berteriak keras, di hari itulah beliau wafat, tepatnya di soere hari.
Ketika itu beliau berkata : Aku mohon pertolongan dengan : Laaillaha illallah” Tiada Tuhan selain Allah, Maha hidup, Mahasendiri yang tidak mati dan tidak takut tertinggal (terlambat) alangkah suci orang yang dimuliakan dengan ketentuan dan memperkasakan hambanya dengan mati, Laa ilaaha illallah Muhammad-l Rasulullah.
Musa, putera beliau, berkata : bahwa ketika beliau mengucapkan kata “Taazzaza” lisannya tak mampu mengucapkan dengan benar, maka beliau berusaha mengulang-ulang kata “Taazzaza” dan memperpanjang bunyinya dengan menekan kata itu sehingga beliau mampu mengucapkan kata tersebut dengan benar, lalu berkata : Allah, Allah, Allah, suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan wafatlah jiwa yang mulia, semoga Allah meridlainya dan kita semua dalam satu tempat.
Segala Puji bagi Allah Tuhan Penguasa Alam, semoga selamat Allah terlimpah atas junjungan kita pemberi syafaat Muhammad saw. sebaik-baiknya makhluq dan atas keluarga beserta seluruh sahabt.... Aaaaammiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar