Kamis, 19 Mei 2016

Lawan ego dengan rendah hati

Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
Melawan Ego dengan Menjadi Rendah Hati
(buku Melawan Ego)
16 Pebruari 1999

Bismillah hirRohman nirRohim
Menghormati semua orang adalah tugas kita, ini adalah ajaran agama kita.
Jalan Sufisme yang sejati memerintahkan kita untuk menghormati semua  orang. Seseorang bisa saja tidak peduli agamanya atau mempunyai karakter yang   buruk dan brutal sehingga bisa jadi dia akan menyerangmu. Tetapi kalian tidak  perlu  untuk turun ke tingkatannya dan berkelahi dengannya.
        
Syaikh Sa'adi Syirazi , seorang penyair Sufi bercerita dalam suatu  kisah. ………… 
Suatu ketika ada seseorang yang digigit seekor anjing. Dia tidak bisa  tidur  semalaman karena kesakitan. Anaknya bertanya apa yang telah menimpa  dirinya.  Dia berkata Hari ini seekor anjing menggigitku, anak itu kemudian  bertanya,  Mengapa engkau tidak menggigitnya kembali?. Syaikh menjawab, Oh anakku,   aku bisa saja menahan sakitku, tetapi aku tidak akan menjadi anjing seperti  anjing  itu.
        
Ketika kita menerima dan menyadari bahwa ego kita bagaikan binatang - buas,  maka kalian tidak akan marah dengan siapa pun. Itu adalah kerendahan hati  dan  merupakan dasar bagi pembangunan karakter yang baik.
Grandsyaikh Abdullah  Faiz ad-Daghestani bercerita mengenai Grandsyaikhnya Syaikh

Abu Ahmad  as-Sughuri yang merupakan seorang Wali Kutub selama 40 tahun.
Tak seorang pun dapat meraih derajat kewalian sebelum mencapai derajat  manusia yang sangat rendah hati. Maksudnya adalah dengan menolak  segala  jabatan resmi yang diberikan untuknya. Syaikh tidak mempunyai apapun didalam hatinya, bagaikan  bumi  di bawah telapak kaki semua orang. Jika tidak ada bumi, maka tak seorang  pun  bisa berdiri.
        
Seorang Wali bertugas untuk membawa semua orang.
Syaikh Abu Ahmad pernah berkata mengenai  egonya, 
Jika para pengikutku dan orang-orang desa mengenalku seperti aku mengenali  diriku ini, maka mereka niscaya tidak akan mengizinkan aku tinggal bersama  mereka, bahkan mereka akan melempariku dengan batu dan mengusirku.
Begitu  rendah hatinya Syaikh Abu Ahmad Sughuri, beliau melihat dirinya sebagai seorang  yang mempunyai ego terburuk, dan berpikir, Allah menjaga egoku, tetapi tetap  saja egoku yang terburuk. Beliau memandang derajat tinggi yang  disandangnya  hanya berasal dari Allah swt semata, bukan dari dirinya sendiri.
        
Sahabat Nabi sallallahu alaihi wasalam, Abu Bakar ash-Shiddiq ra  mempunyai  derajat tertinggi di antara semua ummat setelah Rasulullah saw. Beliau   adalah  orang yang paling benar dan jujur dalam iman dan keyakinannya. Rasulullah  bersabda, Jika iman seluruh ummatku ditimbang dengan imannya Abu Bakar ,  maka   imannya Abu Bakar akan lebih berat. Tetapi Abu Bakar berkata kepada  dirinya,  Wahai Shiddiq yang tidak patuh, dalam pandanganku, apapun yang mereka katakan,  kamu harus bertaubat dan memohon ampun.
        
Dimana ketika kita ketika memandang rendah diri kita sendiri, sama   dengan  keledai, maka derajat terendah adalah derajat yang tertinggi.
Abu Yazid   Bistami  qs berkata, Tak seorang pun dapat mencium realitas iman kecuali dia   memandang  level egonya lebih buruk daripada Firaun, Namrud, Setan dan Abu Jahal.
        
Kita mungkin akan berkata, Baiklah, Aku terima. Aku memang seperti itu,  egoku yang terburuk. Tetapi ada sejumlah ujian untuk itu. Jika ada yang  memanggil kita dengan sebutan, Hei Keledai! kemudian kita merasa geram  kepada  mereka dan menyahut, apa!, berarti kita telah membuktikan bahwa kita  memang   keledai.   Bihurmati habib, Al-Fatihah. Wa min  Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar