Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
Melawan Ego dengan Menjadi Rendah Hati
(buku Melawan Ego)
16 Pebruari 1999
Bismillah hirRohman nirRohim
Menghormati semua orang adalah tugas kita, ini adalah ajaran agama kita.
Jalan Sufisme yang sejati memerintahkan kita untuk menghormati semua orang. Seseorang bisa saja tidak peduli agamanya atau mempunyai karakter yang buruk dan brutal sehingga bisa jadi dia akan menyerangmu. Tetapi kalian tidak perlu untuk turun ke tingkatannya dan berkelahi dengannya.
Syaikh Sa'adi Syirazi , seorang penyair Sufi bercerita dalam suatu kisah. …………
Suatu ketika ada seseorang yang digigit seekor anjing. Dia tidak bisa tidur semalaman karena kesakitan. Anaknya bertanya apa yang telah menimpa dirinya. Dia berkata Hari ini seekor anjing menggigitku, anak itu kemudian bertanya, Mengapa engkau tidak menggigitnya kembali?. Syaikh menjawab, Oh anakku, aku bisa saja menahan sakitku, tetapi aku tidak akan menjadi anjing seperti anjing itu.
Ketika kita menerima dan menyadari bahwa ego kita bagaikan binatang - buas, maka kalian tidak akan marah dengan siapa pun. Itu adalah kerendahan hati dan merupakan dasar bagi pembangunan karakter yang baik.
Grandsyaikh Abdullah Faiz ad-Daghestani bercerita mengenai Grandsyaikhnya Syaikh
Abu Ahmad as-Sughuri yang merupakan seorang Wali Kutub selama 40 tahun.
Tak seorang pun dapat meraih derajat kewalian sebelum mencapai derajat manusia yang sangat rendah hati. Maksudnya adalah dengan menolak segala jabatan resmi yang diberikan untuknya. Syaikh tidak mempunyai apapun didalam hatinya, bagaikan bumi di bawah telapak kaki semua orang. Jika tidak ada bumi, maka tak seorang pun bisa berdiri.
Seorang Wali bertugas untuk membawa semua orang.
Syaikh Abu Ahmad pernah berkata mengenai egonya,
Jika para pengikutku dan orang-orang desa mengenalku seperti aku mengenali diriku ini, maka mereka niscaya tidak akan mengizinkan aku tinggal bersama mereka, bahkan mereka akan melempariku dengan batu dan mengusirku.
Begitu rendah hatinya Syaikh Abu Ahmad Sughuri, beliau melihat dirinya sebagai seorang yang mempunyai ego terburuk, dan berpikir, Allah menjaga egoku, tetapi tetap saja egoku yang terburuk. Beliau memandang derajat tinggi yang disandangnya hanya berasal dari Allah swt semata, bukan dari dirinya sendiri.
Sahabat Nabi sallallahu alaihi wasalam, Abu Bakar ash-Shiddiq ra mempunyai derajat tertinggi di antara semua ummat setelah Rasulullah saw. Beliau adalah orang yang paling benar dan jujur dalam iman dan keyakinannya. Rasulullah bersabda, Jika iman seluruh ummatku ditimbang dengan imannya Abu Bakar , maka imannya Abu Bakar akan lebih berat. Tetapi Abu Bakar berkata kepada dirinya, Wahai Shiddiq yang tidak patuh, dalam pandanganku, apapun yang mereka katakan, kamu harus bertaubat dan memohon ampun.
Dimana ketika kita ketika memandang rendah diri kita sendiri, sama dengan keledai, maka derajat terendah adalah derajat yang tertinggi.
Abu Yazid Bistami qs berkata, Tak seorang pun dapat mencium realitas iman kecuali dia memandang level egonya lebih buruk daripada Firaun, Namrud, Setan dan Abu Jahal.
Kita mungkin akan berkata, Baiklah, Aku terima. Aku memang seperti itu, egoku yang terburuk. Tetapi ada sejumlah ujian untuk itu. Jika ada yang memanggil kita dengan sebutan, Hei Keledai! kemudian kita merasa geram kepada mereka dan menyahut, apa!, berarti kita telah membuktikan bahwa kita memang keledai. Bihurmati habib, Al-Fatihah. Wa min Allah at Tawfiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar