Minggu, 15 Mei 2016

Agar hati bersih

Saudaraku jika engkau ditanya: Dengan bagaimanakah caranya agar hati menjadi baik sehingga baik pula segala anggota yang zahir? maka jawabnya adalah bahwa hati dapat dijadikan baik dengan mengamalkan Ilmu Thariqat (Tasawuf), membanyakkan dzikrullah, karena hati tiada menjadi baik melainkan dengan menjalani ilmu tareqat ahli sufi (belajar ilmu tareqat kepada ahlinya) mengamalkannya, mengambil talqin dzikir/ baiat kepada guru mursyid yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah saw - Jibril-Haq Allah SWT Jalla wa Azza, membanyakkan zikir yang diambil mealui talqin zikir dari gurunya itu, mengerjakan seluruh awrad/ ratib dari gurunya tanpa menyalahi aturan thariqat gurunya. Dan juga hati dapat diperbaiki dengan mempelajari ilmu yang memberi manfaat, seperti yang disebutkan oleh Imam Al Ghazali Rhm Taala dalam Bidayatul Hidayah, Minhajul Abidin, Ihya Ulumuddin, kitab yang al Faqir terjemahkan ini (Siyarus Salikin), Nafahatul Uluhiyyah fii suluki Thariqi al Muhammadiyyah karangan Syeikh Muhammad As-Samman, Wali Allah dari Madinah. Dengan menjalani Thariqat Ahli Sufi ini akan sampailah kepada makrifat Allah yang sebenarnya, inilah yang menjadi kemuliaan dan kelebihan seorang manusia. Karena inilah Imam Al Ghazali berkata di dalam Ihya-nya:

فَشَرَفُ الْإِنْسَانِ وَفَضِيْلَتُهُ الَّتِيْ بِهَا فَاقَ جُمْلَةً مِنْ أَصْنَافِ الْخلْقِ بِاسْتِعْدَادِ لِـمَعْرِفَةِ اللهِ سُبْحَانَه وَتعَالى الَّتِيْ هِيَ فِى الدُّنيَا جَمَالُهُ وَكَمَالُهُ وَفَخْرُِهُ وَفِى اْلأخِرَةِ عُدَّتُهُ وَذُخْرُِهُ وَأَمَّا الاِسْتِعْدَادُ لِمَعْرِِفَةِ اللهِ بِقَلْبِهِ لاَ بِجَارِحَةٍِ مِنْ جَوَارِحِهِ فَالْقَلْبُُ هُوَ الْعَالِمُ بِاللَّهِ وَبِصِفَاتِه وَهُوَ الْعَامِلُ لِلَّهِ وَهُوَ السََّاعِى إِلىَ اللهِ وَهُوَ الْمُتَقَرِّبُ إِلَيْهِ وَهُوَ الْْمُكََاشَفُ بِمَا عِنْدَ اللهِ وَلَدَيْهِ  وَإِنَّمَا الْْجَوَارِحُ أَتْبَاعٌ وَخُدَّامٌ وَالاتٌ يَسْتَخْدِِمُهَا الْقَلْبُ وَ يَسْتَعْمِلُهَا اسْتِعْمَالَ الْمًلِكِ لِعَبِيْدِ وَاسْتِخْدَامَ الرَّاعِى لِرَعِيَّتِهِ وَالصَّانِعِ لآلَتِهِ
ِ “Kemuliaan manusia dan kelebihannya, yang dengannya mengungguli segala makhluk disebabkan oleh potensi (kemampuan) menuju Makrifat Allah SWT (yakni dengan sebab menjalani thariqat yang menyampaikan kepada Allah) di dunia sebagai keindahan, kesempurnaan, kemegahannya, di akhirat sebagai bekal dan simpanannya. Adapun yang dapat dijadikan sarana menuju makrifatullah adalah hati, bukan anggota tubuh lainnya. Dan hati itulah yang mengetahui keadaan Wujud Allah dan segala Sifat-sifatnya yang Qadim, yang menyebabkan beramal karena Allah, yang menghampiri kepada Allah, yang mendekatkan diri kepada Nya, yang menyingkapkan apa-apa yang ada di HadhiratNya. Sedangkan anggota tubuh lainnya hanya pengikut, pembantu, alat berkhidmah kepada hati, sebagaimana raja, memberikan pekerjaan bagi pelayannya, pemimpin menyuruh kepada bawahannya dan majikan memperkerjakan pegawainya. (Ihya Ulumuddin III:2) Dan kata Imam al Ghazali:

وَاْلقَلْبُ هُوَ مَقبُوْلُ عِنْدَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتعَالى إنَّ سَلِمَ مِنْ غَيْرِ اللهِ، وَهُوَ الْمَحْجُوْبُ عَنِ اللهِ إِذْ صَارَ مُسْتَغْرَِقًا بِغَيْرِ اللهِ، وَهُوَ اْلمُطَالَبُ وَهُوَ الْمُخَاطَبُ وَالْمُعَاتَبُ وَهُوَ الْمُعَاقَبُ وَهُوَ الَّذِي يَسْعَدُ بِالْقُرْبِ مِنَ اللهِ فَيُفْلِحُ إِذَا زَكََّاهُ، وَهُوَ الَّذِيْ يَخِِيْبُ ويَسْقَى إِذَا دَنَّسَهُ، وَهُوَ الْْمُطِيْعُ بِالْحَقِيْقَةِ للهِ تَعَالى وَإِنَّمَا الَّذِي يَنْشُرُ عَلىَ الْجَوَارِحِ مِنَ الْعِبَادَةِ أنَْوَارُِهُ، وَهُوَ الْعَاصِى الْمُتَمَرَّدُ عَلىَ اللهِ تَعَالى، وَإِنَّمَا السَّارى إِلىَ الأَعْضَاءِ مِنَ الْفَوَاحِشِ آثَارُهُ.
ِ “Hati itu maqbul (diterima) di sisi Allah SWT jika selamat (bersih) dari selain Allah, dan menjadi Mahjub (terdinding/ tertolak) dari Allah, jika ia tenggelam dalam kesibukan dengan selain Allah. Hati itu adalah yang dituntut (untuk berbuat ibadah), yang disuruh (untuk makrifat kepadaNya), yang dicerca/ dimurkai (jika tidak beribadah), yang disiksa (jika berbuat maksiat). Dan hati juga yang menjadi bahagia karena dekat kepada Allah, yang dapat kemenangan jika ia suci (dari segala kejahatan dalam hati), hatilah yang dikenakan kejahatan dan mendapat celaka kalau ia dicemarkan oleh maksiat. Hati pula hakikatnya yang berbuat taat kepada Allah Taala, dan sesungguhnya cahaya hatilah yang menyebabkan segala anggota tubuh berbuat ibadah, demikian pula hati yang jahat menimbulkan maksiat kepada Allah. Karena segala kejahatan anggota zhahir berbekas pada hati yang jahat.
Dengan sebab itulah para Syaikh Ahlus Shufi bersungguh-sungguh mengetahui (mempelajari) ilmu batin yang menyucikan hati dari segala maksiat batin, yaitu ilmu Tasawuf, yang dinamakan pula Ilmu Thariqat atau Ilmu Suluk. Baik dan jahatanya hati itu tidak dapat diketahui melainkan dengan mengetahui Ilmu Tasawuf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar