Laman
- Beranda
- al ilmu
- al kisah
- Allah dan Jalan menuju Allah
- Cahaya
- Do'a Doa
- Futuhat Al Makiyyah
- Hadits Qudsy
- Kalam Kalam Hikmah
- Kata Hati
- Kebenaran Hakiki
- Kitab Tauhid
- Mahkota Aulia Illaita'ala
- Mutiara Kalam Habaib
- My notes
- Qitab Sirr Al Asrar
- Shalawat
- Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
- Syar'i
- Syarh Al Hikam
- Taddabur Ayat Ayat
- Tokoh dan Biografi
Senin, 30 Juni 2014
SYAIKH ABU BAKAR BIN SALIM
Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim.
Nasab Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
As-Syekh Al Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin
Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman
As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud
Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-
Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad
Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam
Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin
Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi
bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-
Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid
Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Syeikh Abu bakar bin Salim ra dilahirkan pada tanggal 13 Jumadil Akhir 919 H
( 1498 M ) di kota Tarim Al Ghanna, Yaman. Nama ibundanya adalah Syarifah
Thalhah binti Aqil bin Ahmad bin Abu Bakar As-Sakron bin Abdurrahman
Assegaf. Beliau tumbuh dewasa sebagai seorang tokoh sufi yang masyhur,
sekaligus seorang yang ‘Alim dan mengamalkan ilmunya. Demi kepentingan
pendidikan dan pengembangan dakwah, beliau hijrah ke kota ‘Inat yang
letaknya tidak berjauhan dengan Tarim. Beliau mendirikan masjid dan membeli
tanah yang luas untuk perkuburan. Beliau hidupkan kota ‘INAT dengan ilmu,
yakni dengan mengajar, mendidik dan membimbing. Manusia datang dari
berbagai pelosok daerah guna menuntut ilmu dari beliau, sehingga ‘Inat menjadi
kota yang padat penduduknya. Murid-murid beliau datang dari berbagai kota di
Yaman, dan juga dari mancanegara, misalnya :Syam, India dan berbagai Negara
lainnya.
Beliau adalah seorang dermawan yang suka menjamu tamu. Beliau
mengeluarkan sedekah sebagaimana orang tidak takut jatuh miskin. Jika tamu
yang berkunjung banyak, beliau memotong satu atau dua ekor unta untuk
jamuannya. Karena sambutan yang hangat ini, maka semakin banyak orang
datang mengunjungi beliau. Dalam menjamu dan memenuhi kebutuhan
tamunya, beliau tidak segan-segan untuk turun tangan sendiri. Setiap hari
beliau membagikan seribu potong roti kepada fakir miskin. Beliau dikenal
sebagai seorang yang sangat tawadhu, tidak ada seorangpun yang pernah
melihat beliau duduk bersandar ataupun bersila. Syeikh Abdurrahman bin
Ahmad Bawazir, seorang yang faqih, mengatakan :
“Sejak 15 tahun sebelum wafatnya, didalam berbagai majlisnya, baik bersama
kaum khusus ataupun awam, Syeikh Abu bakar bin Salim tidak pernah terlihat
duduk, kecuali dalam posisi duduknya orang yang sedang tasyahud akhir.”
Karena budi pekerti yang luhur ini, masyarakat sangat mencintai beliau. Nama
beliau menjadi tersohor ke seluruh penjuru dunia. Selain para muridnya, banyak
sekali orang-orang yang datang untuk menimba ilmu dari beliau. Mereka datang
terhormat dan pulang pun dengan terhormat.
Sejak kecil beliau telah hafal qur’an. Beliau menuntut ilmu dari :
• Sayid ‘Umar Ba Syaiban
• Al faqih ‘Abdullah bin Muhammad Ba Makhramah
• Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Ba Jamal As Syibami Ad Du’ani.
Beliau mempelajari Risalatul Qusyairiyah yang sangat terkenal dalam dunia
tasawuf dibawah bimbingan Syeikh ‘Umar bin Abdullah Ba Makhramah. Beliau
gemar menekuni ilmu pengetahuan, sampai-sampai beliau menghatamkan Ihya
Ulumudinnya Hujjatul Islam Al Ghazali sebanyak 40 kali dan menghatamkan
kitab Syafi’iyah, Al Minhaj karya Imam Nawawi sebanyak 3 kali. Diantara
kebiasaan wejangan kepada masyarakat setelah shalat jum’at.
Beliau banyak melakukan ibadah dan riyadhah. Pernah selama waktu yang
lama, beliau berpuasa dan hanya berbuka dengan kurma yang masih hijau.
Selama 90 hari beliau berpuasa dan shalat malam di lembah Yabhur. Dan
selama 40 tahun beliau shalat subuh di masjid Ba ‘Isa, di kota Lisk, dengan
wudlu Isya. Setiap malam beliau berziarah ke tanah pekuburan Tarim dan
berkeliling untuk melakukan shalat diberbagai mesjid di Tarim, dan beliau
mengakhiri perjalanannya dengan shalat subuh berjamaah di masjid Ba ‘Isa.
Sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir dan
dhuha. Semasa hidupnya beliau berziarah ke makam nabiyullah Hud sebanyak
40 kali. Setiap malam, selama 40 tahun, beliau berjalan dari Lisk menuju Tarim,
melakukan shalat pada setiap masjid di Tarim, mengusung air untuk mengisi
tempat wudhu, tempat minum bagi para peziarah, dan kolam tempat minum
hewan.
Pada malam minggu, 27 bulan Dzulhijah 992 H ( 1571 M ), beliau wafat di kota
‘Inat.
Putra Putri Syekh Abu Bakar bin Salim ra.
Anak-anak Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berjumlah 17 orang; 4 perempuan dan
13 laki-laki. Sayyid Al-Imam Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur
meriwayatkan perkataan dari Al-Imam Al-habib Idrus bin Umar Al-Habsy Ra:
“Sesungguhnya anak ( laki-laki ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berjumlah 13
orang; yang semuanya adalah Wali Allah yang bermaqom Qutb”
Anak perempuan Syekh Abu Bakar bin Salim :
1. Syarifah Fatimah.
2. Syarifah Aisyah
3. Syarifah Ulwiyah
4. Syarifah Tolhah
Anak laki-laki Syekh Abu Bakar bin Salim Ra :
1. Sayyid Abdurrahman
2. Sayyid Ja’far
3. Sayyid Abdullah Al-Akbar
4. Sayyid Salim
5. Sayyid Al-Husein. ( Kholifah Ayahandanya )
6. Sayyid Al-Hamid
7. sayyid Umar Al-Mahdhor
8. Sayyid Hasan
9. Sayyid Ahmad
10. Sayyid Sholeh.
11. Sayyid Ali
12. Sayyid Syekhan.
13. Sayyid Abdukllah Al-Asghar.
Murid-murid Utama Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
1. Sayyid Ahmad bin Muhammad Al-Habsy; Shohib Syi’ib Al-Husaisah.
2. Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri; Shohib Taris, wafat 1037 H.
3. Sayyid Muhammad bin Alwi; Shohib Al-Muqoy rowiyat.
4. Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Biyd, Shohib As-Syi’ir.
5. Sayyid Yusuf Al-Qodhiy bin Al-Hasany Al-Farisy; Shohib Maryamah; lahir di
Maroko, di kota Al-Fasi tahun965 H, wafat di daerah Maryamah 1008 H.
6. Sayyid Al-Hasyb Umar bin ‘Isa Barakwah As-Samarqandy, Shohib Talqin,
wafat di Ghurfah.
7. Syekh Hasan Basya’ib, Shohib Al-Wasitoh.
8. Syekh Ahmad bin Sahl, Shohib Hiytar.
9. Al-faqih Muhammad bin Abdurrahman bin Sirojuddin Jamal, Shohib Al-
Ghurfah.
Karomah Syekh Abu Bakar bin Salim
1. Binatang ternak yang hilang
Seorang Lelaki Badui yang kehilangan binatang ternaknya dan ia telah mencari
kesana kemari, namun tidak ia ketemukan juga. Kemudian ia teringat akan
perkataan salah seorang pembantu dari Syekh Abu bakar bin Salim Ra, bahwa
Syekh Abu Bakar bin Salim dapat mengetahui dimanakah binatang ternaknya, ia
pun menemui syekh dan memberitahukan perkataan pembantu beliau itu
sebagai alasan yang menyebabkan dirinya datang dan bertanya kepada Syekh
Abu Bakar bin salim Ra. Lalu Syekh memanggil pembantunya dan beliau
menanyakan apakah benar perkataan si Badui tadi dan apa sebabnya ?.
pembantu beliau menjawab :
“Sesungguhnya aku pernah mendengar anda berkata bahwa dunia ini dalam
pandangan mata anda bagaikan sebuah piring belaka.”
Syekh Abu Bakar bin Salim kemudian menegur pembantunya tersebut dan
melarang jangan berbicara seperti itu lagi, karena beliau tidak ingin dianggap
sombong. Namun beliau tetap menolong si Badui tersebut dengan
memberitahukan dimana binatang ternaknya. Lalu si Badui tersebut pergi ke
tempat yang ditunjuk oleh Syekh dan menemukan binatang tersebut persis
seperti yang diberitahukan beliau.
2. Ramalan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Syekh Abu Bakar bin Salim pernah memberikan khabar kepada Umar bin
Abdullah Ja’far Al-Katsiry, sewaktu Umar bin Abdullah berada di dalam penjara.
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengabarkan bahwa Umar bin Abdullah akan
segera keluar dari penjara dan akan menjadi penguasa di Hadrhamaut. Tak
lama kemudian Umar bin Abdullah keluar dari penjara dan menjadi penguasa
Hadrhamaut.
3. Isyarat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan dari Syekh Sholeh As-Salik Ahmad bin Ali Bajabir Rahimahullah,
beliau berkata :
“ Tatkala sudah termasyhurnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, aku merindukan
untuk berziarah kepada beliau, dan aku menginginkan mendapatkan isyarah
lebih dahulu sebelum aku berziarah. Dan dikala tengah malam tiba, ada cahaya
yang memancar dari atas atap rumahku, lalu cahaya tersebut memenuhi seluruh
rumahku, kemudian tiba-tiba hadirlah Syekh Abu Bakar bin salim Ra turun dan
kemudian duduk disampingku, berbicara kepada diriku dan beliau memberikan
isyarat kepadaku, maka setelah itu akupun berziarah kepada beliau.”
4. Kesembuhan dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Ada seorang Sholihin yang bercerita : “ Sekali waktu aku sakit keras, dan pada
saat menjelang malam aku merasakan kepayahan, lalu aku bertawassul kepada
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Tak lama kemudian aku tertidur dan bermimpi
jumpa beliau, ku lihat diri beliau di atas kendaraan, kedua kakinya sampai tujuh
lapis bumi dan kepalanya menembus sampai ke langit dan beliau mengucapkan
dua bait syair
“Kaum yang sudah sampai di Hadhirah Tuhan mereka dan telah nyata
Bagi mereka keindahan akan hal tersebut dengan senyata-
nyatanya
“Dan tatkala mereka dipanggil olehnya kepada jalan kesuk-
sesan,
Mereka pun menyahuti dengan penuh keta’atan : “Kami me-
nyahuti
Panggilanmu wahai yang memanggil kami dengan segala
keindahan
( amal dan ganjaran )”
Di dalam mimpiku, beliau mengisyaratkan bahwa aku berhasil mendapatkan
kesembuhan dan kesehatan dari sakitku, dan ketika aku bangun di pagi harinya,
ternyata aku telah sehat dan penyakitku telah hilang dengan keberkahan Syekh
Abu Bakar bin Salim.
Diriwayatkan dari Syekh Al Wali Abiyd bin Abdul Malik bin Nafi As- Syibamy:
“Sekali waktu aku ditimpa suatu penyakit sedangkan aku berada di negeriku, di
Syibam, maka aku lalu bertawassul kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu
beliau tiba-tiba hadir dan masuk ke rumahku lalu memdo’akan diriku, kemudian
aku pun sehat dengan keberkahan beliau.”
5. Mangkuk kopi yang dikirim Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan bahwa ada rombongan yang berziarah kepada beliau yang berasal
dari Syam, dan salah satu dari mereka bercerita :
“Tatkala aku sedang duduk bersama Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, terlintas
dalam benakku, aku ingin minta do’a beliau, agar istriku yang berada di Syam
tidak marah kepadaku dan ridho atas diriku, karena aku telah lama
meninggalkan dirinya karena lamanya perjalananku.
maka tiba-tiba Syekh Abu Bakar bin Salim berbicara dan memberitahukan
kepadaku, padahal aku belum sempat berkata sepatah katapun, beliau berkata ;
“keluargamu akan ridho atas dirimu ketika engkau pulang. Sekiranya aku mau,
sungguh aku akan hadirkan keluargamu pada saat ini juga di majlis ini, tetapi
cukup (sudah) kuberikan kopi didalam mangkuk ini kepada mereka.”
Pada saat itu ku lihat di tangan beliau ada mangkuk yang berisi kopi, kemudian
ketika aku pulang ke negeriku dan bertemu keluargaku, akupun terheran-heran
karena ternyata mereka semuanya merasa senang dengan kepulanganku dan
mereka tidak marah sama sekali kepadaku; persis seperti yang dikatakan oleh
Syech Abu Bakar bin Salim. Lalu karena penasaran dan masih merasa takjub,
akupun bertanya kepada mereka adakah orang yang telah datang kepada
mereka? Dengan memakai pakaian seperti yang dipakai Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra saat itu, serta berciri-ciri seperti beliau, juga dengan membawa
mangkuk yang berisi kopi, pada hari yang dikatakan oleh Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra? Mereka pun berkata :
“Benar ada seorang Syekh yang telah datang kepada kami dengan membawa
semangkuk kopi dan kamipun meminumnya”.
6. Kasyafnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan bahwa ada serombongan jama’ah yang datang kepada beliau
untuk berrziarah kepada beliau. Tatkala ditengah jalan mereka berbincang satu
sama lain :
“sungguh kita ingin mengetahui kasyafnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, kita
minta saja didalam hati masing-masing, sekarang, agar dijamu beliau dengan
makanan laut dan kurma”
Padahal saat itu bukanlah musimnya, kemudian setelah melalui perjalanan
panjang, merekapun bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim, dan dikala
waktu sarapah tiba. Syekh Abu Bakar bin Salim berkata kepada pembantunya :
“pergilah engkau dengan rombongan ke rumah si Fulan, sesungguhnya di
rumahnya ada makanan untuk sarapan mereka”
Kemudian si pembantu tersebut pergi mengantarkan rombongan tadi menuju
kerumah yang dimaksud, setibanya mereka disana, kagetlah mereka karena
semua
Makanan yang mereka minta dalam hati sewaktu dalam perjalanan tadi sudah
terhidang lengkap. Setelah mereka selesai makan dan telah pulang, sang
empunya rumah datang dan ia tidak mendapati apapun dirumahnya ataupun
juga bekas makanan tersebut.
7. Penderita Lepra yang sembuh dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin
Salim.
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki di Maroko yang ditimpa lepra
disekujur tubuhnya, dan ia mempunyai saudara laki-laki yang sudah berikhtiar
kesana-kemari, namun tiada hasil dan mereka berdua adalah orang-orang
kaya. Saudaranya sudah memanggil seluruh tabib yang terkenal di masa itu
dan sudah meminta do’a kepada para wali yang termasyhur di masa itu. Tetapi
penyakit saudaranya tidak kunjung sembuh. Sampai akhirnya ada seorang ahli
batin yang berkata kepada mereka :
“Cobalah kalian meminta keberkahan dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di kota
I’nat, Yaman agar saudaramu mendapat kesembuhan.”
Kemudian saudaranya ini bermusafir pada saat itu juga ke kota I’nat. ketika
telah sampai, iapun berziarah dan berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra. Sebelum sempat ia berbicara; Syekh Abu Bakar bin Salim telah berkata
lebih dulu, dengan jalan kasyaf, beliau berkata :
“Aku telah terima ziarahmu dan keinginan dirimu untuk menyembuhkan
saudaramu yang sedang sakit di Maroko. Nanti pada waktu hari Jum’at, pada
waktu khotib berdiri di mimbar, masuklah engkau ke masjid kami, lalu pergilah
ke telaga yang ada di masjid kami, basahilah sekujur badanmu dengan air
telaga tersebut, apabila tubuhmu telah kering dari air, ulangi lagi sebanyak 3x
berturut – turut”.
Lelaki tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra. Kemudian pada waktu yang telah ditentukan yaitu hari jum’at, iapun
masuk ke telaga, lalu berendam kedalamnya berturut-turut selama 3x. kemudian
setelah itu, ia sholat Jum’at, pada waktu ia menunaikan sholat Jum’at ada
seorang laki-laki disebelahnya berkata kepada dirinya bahwa ibundanya pada
saat itu telah wafat di Maroko. Setelah ia menunaikan ziarah dan telah selesai
seluruh maksud tujuannya, ia kemudian pamit kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra dan segera pulang ke negerinya, Maroko. Ketika telah sampai
dirumahnya, ia menemui saudaranya yang sakit, ternyata saudaranya tersebut
pada saat itu telah sembuh, dan badannya telah bersih dari penyakit kusta.
Lalu ia pun bertanya kepada saudaranya, bagaimana sampai dirinya bisa
sembuh, kemudian saudaranya bercerita :
“Pada hari jum’at ( pada saat bersamaan saudaranya bertemu dengan Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra di I’nat dan menunaikan perintah beliau ) datang
kepadaku seorang lelaki ( yang sifatnya seperti Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
membasahi diriku, sampai 3x berturut-turut, setelah itu akupun langsung
sembuh, dan laki-laki tersebut hilang dari hadapanku”.
Dan memang benar ibunda mereka telah wafat pada saat itu, tetapi ternyata
dengan madad keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, saudaranya yang
sakit lepra tersebut mendapatkan kesembuhan.
8. Jari tangan Syekh Abu Bakar bin Salim ra bersinar.
Diriwayatkan bahwasanya istri beliau pada suatu malam meminta lampu
kepada beliau, maka beliau mengeluarkan jari-jari beliau dan pada saat itu jari-
jar beliau bersinar seperti lampu.
9. Syekh Abu Bakar bin Salim Ra Wali Shohibul waqt.
Diriwayatkan dari sebagian kaum Sadah Ba’alawi, ia bercerita :
“Satu ketika aku bermimpi seolah-olah aku bermaksud pergi haji ke Makkah
Musyarofah. Tatkala aku memasuki Masjidil Haram, aku tidak mendapati
Baitullah sebagaimana mestinya berada di tempatnya. Akupun lalu merasa
bingung. Pada saat itu aku melihat ada seorang laki-laki dari pada Bani Alawi,
akupun lalu bertanya kepadanya :
“Dimanakah Ka’bah ?.
Ia menjawab :
”Jalanlah bersamaku, aku akan menunjukkan kepada engkau Ka’bah”.
Maka aku pun berjalan disisinya. Sampai akhirnya kami masuk ke kota ‘Inat. Di
sana aku melihat satu kubah yang sangat besar di sisi rumah Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra, dan aku mendengar suara beliau didalamnya. Laki-laki tersebut
berkata kepadaku : “Inilah rumah yang diagungkan”, dan kulihat Baitullah ada di
sisi rumah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra”.
Kemudian akupun bangun dari tidurku pada saat itu juga. Lalu setelah aku
memikirkan mimpiku tersebut dan mengenai hal Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
yang ku lihat dalam mimpiku, maka tahulah aku bahwasanya Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra adalah Wali Shohibul waqt.”
10. Rombongan Musafir yang diselamatkan Allah swt dengan keberkahan Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Faqih Muhammad bin Sirojuddin Jamal Rohimahullah, beliau
bercerita :
“Sesungguhnya aku bermusafir ke negeri India pada bulan Asyura tahun 973 H
dengan naik kapal, sampai akhirnya pada satu tempat yang dikenal dengan
nama Khuril Gari. Pada saat kapal kami mengalami kerusakan, keadaan saat itu
sangatlah gelap dan hujan turun dengan lebatnya. Para penumpangnya merasa
kebingungan dan ketakutan sehingga mereka menangisi keadaan mereka. Aku
sendiri berdo’a kepada Allah swt dan bertawassul dengan para waliyullah, lalu
aku beristighotsah dan hatiku bertawajuh kepada Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra. Setelah aku bertawasul kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, aku
mendengar suara beliau seolah-olah dekat denganku. Kemudian aku bangun
dan memberitahukan kepada para penumpang yang lain bahwasanya telah ada
isyarah dan bisyarah dalam keadaan yang sangat sulit saat itu. Dan ternyata
kamipun selamat oleh bantuan Allah swt dengan kemuliaan Syekh Abu Bakar
bin Salim ra.
11. Panjang umur dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Dari Faqih Muhammad juga diriwayatkan, beliau bercerita :
“Sekali waktu diriku mengalami sakit yang sangat parah. Hal ini terjadi pada
bulan Ramadhan tahun 988 H, pada saat itu keadaanku sangat payah, sehingga
tak ubahnya sedang mendekati ajal dan dalam keadaan sakratul maut. Pada
saat itu seolah-olah hadir sosok ghaib yang bisa kudengar dan dapat kulihat,
kemudian tiba-tiba aku mendapati surat dari Syekh Abu Bakar bin salim Ra.
Pada surat tersebut, ketika kubaca tertulis sebagai berikut :
“Sesungguhnya kami mengetahui akan keadaanmu, engkau sedang sakit
sedemikian rupa. Tidak usahlah engkau cemaskan penyakitmu, insya Allah
engkau akan sehat dan terlepas dari pada maut dan kembali kepada kami.
Karena kehidupannmu dibutuhkan untuk kemaslahatan zhohir maupun batin
bagi kaum muslimin. Dan janganlah sekali-kali engkau merasa cemas didalam
hatimu terhadap penyakitmu ini. Sesungguhnya aku telah memberikan syafa’at
bagimu dengan keselamatan dan panjang umur.”
Maka tatkala aku telah selesai melihat surat yang sampai kepadaku secara
ghaib dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, tanpa diduga aku sembuh pada saat
itu juga dengan izin Allah swt dengan keberkahan daripada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
12. Makanan yang dihabiskan pembantu Syekh abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan, tatkala beliau hendak mengadakan perayaan dalam rangka khitan
dari sebagian anak-anak beliau. Beliaupun mengadakan walimah yang besar
dan mengundang penduduk Tarim dan sekitarnya. Pada perayaan tersebut,
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mempersiapkan jamuan yang banyak bagi yang
hadir, tetapi ternyata entah kenapa para undangan makan hidangan tersebut
sedikit sekali. Hal ini menyinggung perasaan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra,
beliau lalu berkata kepada pembantunya, yaitu audh bin Syekh Ali
Bamazru’ ( penduduk wasithoh ), beliau berkata :
“berdirilah engkau dan bersihkan hidangan ini, dan makan olehmu sendiri.”
Sedangkan jumlah hidangan pada waktu itu adalah sebanyak 60 hidangan.
Pembantu beliau makan setiaphidangan tersebut satu persatu tanpa
mendapatkan
Mudharat sedikitpun daripada tindakannya tersebut. Dan tatkala orang-orang
yang telah diundang Syekh abu Bakar bin Salim Ra itu hendak pulang menuju
Tarim, dipertengahan jalan mereka tiba-tiba ditimpa rasa lapar yang sangat
luar biasa, sehingga merekapun mengutus sebagian dari pada mereka ke kota
mishtoh untuk meminta kurma, tetapi mereka tidak mendapatkan kurma
sedikitpun; setelah itu barulah mereka menyadari bahwa rasa lapar yang
mereka derita, karena tidak menghabiskan jamuan Syekh Abu Bakar bin salim
ra, atau dengan kata lain mereka tidak menghargai perjamuan yang telah
dihidangkan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, maka mereka pun lalu meminta
maaf kepada beliau.
13. Dinding Masjid yang berjalan dengan perintah Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra.
Diriwayatkan dari Al-Mualim Al-Fadhil Ahmad bin Abdurrahman Bawazir, ia
berkata : Ada satu kisah yang diriwayatkan dari Ar-Rojul As-Sholeh Al-Mualim
Al-Walid Abdurrahman binMuhammad bin Abdullah Bawazir yang ia terima
riwayatnya dari beberapa orang Arifin, ia berkata :
“Sesungguhnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, tatkala sedang membangun
masjid beliau yang masyhur di kota ‘Inat, beliau berkata kepada seorang pekerja
bangunannya yaitu ibnu Ali sambil menunjuk satu dinding yang baru didirikan,
beliau berkata :
“Dinding yang didirikan ini tidak akan dimakmurkan oleh kaum muslimin, kami
menginginkannya agar dibuat sedikit maju.”
Ibnu Ali menjawab :
“Ya Sayyidi yang anda inginkan adalah kemaslahatan, tetapi bagaimanakah
kami akan merubahnya lagi, karena dinding ini sudah terlanjur didirikan di
tempat ini.”
Pada saat itu Syekh abu Bakar bin Salim Ra memegang tongkat, beliau lalu
memukul dinding tersebut dengan tongkat beliau, maka dengan seizin Allah swt
dinding tersebut berpindah tempat dari tempatnya semula sampai kepada
tempat yang diinginkan oleh Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
14. Darwisy yang mendapatkan futuh dengan barokah Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
Diriwayatkan dari Sayyidina Al-Imam Al-qutb Al-habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad, bahwasanya beliau bercerita :
“Sesungguhnya ada seorang Darwisy yang telah datang kepada Sayyid As-
Syekh Abdullah bin Syekh Al Aydrus dan berkhidmat kepada beliau sampai
beberapa waktu.”
Pada suatu ketika, si Darwisy ini berkata kepada pembantu As-Syekh Abdullah
bin Syekh Al-aydrus :
“Katakan kepada tuanmu, sesungguhnya aku menginginkan daripada As-syekh
Abdullah sabun.”
Maka pembantu inipun menyampaikan pesan si Darwisy itu kepada beliau.
Kemudian As-Syekh Abdullah Al-aydrus memberikan sabun untuk mencuci baju.
Maka tatkala pembantu beliau memberikan sabun ini kepada Darwisy tersebut,
ia terbelalak dan berkata :
“Sesungguhnya bukanlah sabun seperti ini yang aku inginkan, tetapi yang aku
inginkan adalah sabun untuk hatiku”
Kemudian Syekh abdullahbun Syekh Al-aydrus berkata kepada Darwisy ini :
“kami tidak mempunyai sabun yang engkau inginkan, kalau sekiranya engkau
menginginkan sabun untuk hatimu; pergilah engkau kepada Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra,.”
Kemudian keluarlah si Darwisy ini untuk pergi menemui Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra dan berkhidmat kepada beliau. Tak lama kemudian iapun
mendapatkan keinginannya dan mendapatkan Futuh daripada Allah swt dengan
barokah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
15. Tanah Dhorikh ( Makam ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mujarab unuk obat
segala macam penyakit.
Di Turbah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra terdapat pasir atau tanah (katsib)
yang sangat termasyhur kemujarabannya bagi orang-orang yang menginginkan
keberkahan. Salah satu yang termasyhur adalah bahwa tanah ini bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit, oleh karena jugalah Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra mendapatkan gelar “ Maula Katsib “.
Diceritakan oleh Sayyid Abdul qodir bin Abdullah bin Umar bin Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra, beliau berkata :
“Adalah aku berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra satu ketika
bersama guruku Guruku Sayyid Ahmad al-Junaidi banal-Imam Ahmad Al-
Junaid. Kami berziarah ke ‘Inat dan berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra. Sesudah berziarah, beliau menginginkan untuk mengambil pasir di
makam tersebut untuk menyembuhkan luka yang diderita beliau di salah satu
kaki beliau. Dan beliau meminta kepada salah seorang keturunan Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra agar meletakkan pasir tersebut atas luka beliau, dan luka
tersebut sembuh dengan seizin Allah swt”.
Dan diceritakan juga dari Syekh Abdullah Qadri Basya’ib, ia bercerita :
“Sesungguhnya aku selalu membawa tanah dari makam Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra, tatkala aku bermusafir menuju ke Makkah, aku membawa tanah
tersebut, dan selama perjalanan aku tidak mendapatkan musibah apapun juga.
Tatkala kami telah sampai di Makkah, maka kami mencengar khabar bahwa
kapal yang kami tumpangi tersebut pecah dan tenggelam. Akupun bersyukur
kepada Allah swt. Tanah ini juga selalu aku jaga dan bawa kemanapun aku
pergi; juga selama aku bermukim di Al-Haramain selam 9 tahun. Sampai
akhirnya akupun keluar dari makkah. Dan selama itu, aku selalu membawa
tanah tersebut dan tidak pernah sekalipun aku di timpa kesusahan.
16. Berpindahnya maqom kewilayahan Syekh Ma’ruf Ba jamal kepada Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra.
Diceritakan dalam kitab Insussalikin Ila Maqomatil Wasilin yang ditulis oleh
Sayyid Abdullah bin Ahmad Baharun. Di dalam kitab tersebut diceritakan kisah
dari Umar bin Ali Bamansur, ia bercerita :
“Telah memberi kabar kepada kami seorang daripada kaum Arifin,ia bercerita :
tatkala wafat seorang wali besar yaitu Syekh Ma’ruf Ba Jamal di Budhoh salah
satu daerah di Dau’an. Kaum sholihin melihat dengan ‘Ainul Bashiroh mereka,
ada sungai yang mengalir dari Budhoh, sungai tersebut di penuhi cahaya yang
cemerlang. Sungai itu mengalir sampai ke Syibam dan memenuhi kota Sybam
dengan cahaya, sampai ke Ghurfah dan terus ke Tarim sampai akhirnya ke kota
‘Inat dan sungai tersebut berkumpul di hadirat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Maka tahulah seluruh murid Al-Wali Syekh Ma,ruf Ba jamal bahwa maqom atau
kewalian daripada Syekh Ma’ruf Ba Jamal telah berpindah dan diwarisi oleh
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Kemudian murid-murid Syekh Ma’ruf Ba jamal
menemui beliau. Sebelum mereka ingin berkata-kata, semuanya di kasyaf oleh
Syekh Abu Bakar bin Salim. Lalu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengajari
mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai beberapa hal ghaib.
Kemudian merekapun pulang ke Tarim, termasuk di antara rombongan mereka
yaitu Syekh umar Baraja As-Shonubari. Dan mereka berkumpul bersama Syekh
Husain bin Faqih Abdullah Balhaj Bafadhol. Dan merekapun menceritakan
daripada keagungan Syekh Abu Bakar bin salim Ra.”
17. Kekasyafan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dan Ziarah yang qobul.
Berkata Al-Faqih Muhammad bin Abdurrahman Sirojuddin Rohimahullah :
Daripada sebagian kekeramatan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, sebagaimana
yang telah dikabarkan kepadaku dari ayahandaku bahsanya ia bercerita :
“Sungguh telah terbayang atas kami banyak manusia yang berziarah kepada
Nabi Hud as. Dan tatkala itu adalah permulaan atau bidayah akan zuhurnya
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Dan sesungguhnya aku sangat menginginkan
berziarah bersama mereka didalam jama’ah mereka, rombongan yang agung,
tetapi aku merasa segan dan terlintas dalam hatiku sekiranya aku
menginginkan untuk menulis surat kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dan
meminta kepada beliau mendo’akan kami agar mendapat fadhilah daripada
ziarah tersebut. Tetapi akupun merasa sangat segan untuk menulis surat
tersebut dan akupun tidak pernah memberitahu satu orangpun atas
keinginanmu itu. Dan tatkala aku pulang setelah berziarah kepada Nabi Hud as,
tiba-tiba aku aku mendapatkan surat dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yang
isinya adalah sebagai berikut :
“Sesungguhnya kami menghadirkan ruh kalian didalam acara ziarah kepada
Nabi Allah Hud as, dan kami mendoa’kan kalian, dan kamipun mendoa’kan agar
kalian sekeluarga mendapatkan fadhilah dan keutamaan pada ziarah tersebut.”
Setelah aku membaca surat dari pada Syekh Abu Bakar bin Salim tersebut,
akupun mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt. Dan bertambah
ta’zhimlah diriku kepada beliau.”
18. Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dipilih oleh Syekh Faris Ba Qais.
Ketika Syekh Faris, seorang wali besar yang berkunjung ke Tarim dan hendak
melanjutkan perjalanannya untuk berziarah ke makam Nabi Allah Hud as, beliau
meminta seseorang untuk mengantar beliau beserta rombongan, lalu beliau
memilih diantara penduduk Tarim yang pantas untuk mengantar beliau
berziarah, tatkala Syekh Faris melihat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yang kala
itu masih berusia 4 ( empat ) tahun; beliaupun menunjuk Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra untuk mengantar beliau, dan Syekh Faris tidak mau digantikan oleh
orang lain; lalu pergilah Syekh Abu Bakar bin salim Ra bersama rombongan
Syekh Faris dengan digendong pembantu beliau yang bernama Baqahawil.
19. Berubahnya warna rambut Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Syekh Abdullah bin Zen :
“Sekali waktu kami sedang berada di majlis Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu
terlintaslah di dalam hatiku keraguan kepada beliau, tiba-tiba pada saat itu
juga dalam Hal-nya warna ( kulit dan baju ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
berubah-rubah, dan rambut beliau juga sesaat berubah warna menjadi putih dan
sekejap kemudian kembali berwarna hitam.”
Syekh Abdurrahman bin Zen berkisah :
“Sekali waktu aku berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu kami
melihat warna beliau berubah-rubah; seketika itu juga terkadang-kadang
berwarna putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian berubah lagi menjadi
hitam manis, dan rambut beliaupun terkadang berubah warna menjadi putih
kemudian kembali berwarna hitam”.
20. Perempuan yang bertemu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Syarif Umar bin Muhammad bin Ali bercerita bahwa ada seorang perempuan
dari salah satu qabilah arab yang telah mendengar tentang kekeramatan beliau,
dan ia berkata bahwa ia ingin bertemu dan berziarah kepada Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra; sebelum kalimatnya selesai ia ucapkan, tiba-tiba pada saat itu
juga hadir seseorang didepannya yang tak ia kenal dan berkata kepadanya :
“Engkau ingin bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim ? Akulah Syekh Abu
Bakar bin Salim ”
Dan kemudian langsung hilang pada saat itu juga, tak lama berselang, iapun
berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di ‘Inat, dan tatkala ia melihat
syekh Abu baker bin salim Ra, iapun terkejut karena ternyata wajah beliau sama
dengan seseorang yang mendatanginya secara ghaib di kala lalu itu, lalu syekh
Abu Bakar bin Salim Ra berkata kepadanya :
“Yang mendatangimu tempo hari itu adalah aku “
Padahal jarak tempuh antara daerah tempat tinggal perempuan itu dan kota
‘Inat adalah satu bulan perjalanan.
21. Orang-orang yang bernazar bagi Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Dikisahkan oleh Al-Imam Al-qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Athas, bahwa
ada seorang perempuan yang bernazar ingin memberikan makanan kepada
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu ia pun membawa makanan ala kadar
tersebut ke rumah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, ketika ia meminta kepada
yang ada disana, pembantu tersebut merasa enggan untuk menyampaikan
makanan yang ala kadarnya itu dan ia berkata kepada si perempuan tadi :
“Syekh Abu Bakar bin Salim Ra tidak berhajat kepada makananmu”
Sedihlah ia mendengar perkataan pembantu tadi, tapi tiba-tiba Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra keluar dari rumah beliau dan mendatangi si perempuan tadi
dan menerima makanan tersebut, seraya mengucapkan terima kasih dan
pembantu tadi ditegur beliau.
Dikisahkan bahwa ada seorang yang mempunyai kebun yang luas dan ia
bernazar; seandainya tanamannya tidak dirusak oleh binatang, maka
sepersepuluh dari hasil panennya akan diberikan kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim ra, tak lama kemudian ia melihat binatang yang biasanya merusak
tanaman di kebunnya tidak bisa masuk kekebunnya tersebut dan hasil
panennya sangat bagus semuanya dengan barokah dari Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
22. Orang-orang yang berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Sayyid Ahmad bin Syekh Al-faqih Ali bin Sayyid Al-Faqih
Syekh Al- Hasan Ra :
“Ada serombongan jama’ah yang ingin berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim ra, tatkala mereka telah sampai di Sewun mampirlah mereka ke Sulthan
Al-Katsiriy, sebagian dari rombongan ada yang tinggal dan sebagian yang lain
meneruskan perjalanan mereka untuk berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra; tak lama kemudian rombongan yang tinggal tadi merasa menyesal
dan mereka berniat ingin melanjutkan perjalanan untuk berziarah kembali, lalu
mereka berpikir untuk menemui pembantu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yaitu
yang bernama Baraja untuk bertabarruk, lalu mereka menemui pembantu beliau
tersebut yang sedang berada di rumah beliau yang berada di Sewun; tanpa
diduga pembantu beliau tersebut berkata kepada mereka :
“Kalian akan bertemu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di rumah ini, masuklah
kalian, Bismillah”
Lalu merekapun masuk dan mereka bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra di rumah tersebut ( yang berada di Seiwun ); kemudian mereka lama
berbincang-bincang dengan beliau, dan beliau juga membaca fatehah untuk
mereka, setelah itu mereka pulang, dan didalam perjalanan mereka bertemu
dengan rombongan lainnya yang baru pulang dari ‘Inat dan berkata kepada
mereka :
“Syekh Abu Bakar bin Salim mengirimkan salam buat kalian “
Mendengar hal ini merekapun merasa ta’jub karena merekapun baru saja
berkumpul dengan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di waktu yang sama di
Sewun.
23. Mendapatkan anak dengan barokah Syekh Abu Bakar bun Salim Ra.
Berkata Al-Mu’allim Ahmad bin Abdurrahman Bawazir :
Ketika Syekh Abu Bakar bin Salim sedang duduk di majlis beliau dan sedang
menemui orang-orang yang berziarah kepada beliau, tiba-tiba ada seseorang
yang berpenampilan seperti seorang Darwisy menghampiri beliau dan beliaupun
berdiri menyambut orang tersebut seraya berkata :
“Engkau adalah Syekh Al-Bakri? Yang mengajar di Makkah?”
Orang tersebut menjawab :”benar”
Kemudian syekh Abu Bakar bin Salim Ra bertanya :
“Apakah engkau mempunyai anak?” Jawabnya : “tidak”
Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengeluarkan mangkuk beliau yang
berwarna merah, kemudian dipenuhi oleh beliau dengan kopi, kemudian
diberikan
Kepada Syekh Al-Bakri, seraya berkata :
“Wahai Syekh Al-Bakri berikanlah kopi ini kepada istrimu, Insya Allah ia akan
segera mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi
seorang Ulama Makkah “
Tak lama kemudian Syekh Bakri mendapatkan anak laki-laki dan anak tersebut
menjadi seorang Ulama Makkah, persis seperti yang dikatakan oleh Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra”
Diriwayatkan bahwa Al-Fadhil Al-Wali Al-Imam Abdurrahman Al-Biyd Al-
Ba’alawi, salah seorang murid Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, suatu hari hendak
menemui beliau bersama seseorang bernama Utsman Khatib sambil membawa
kopi, ketika mereka telah berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra,
beliau lebih dulu berkata kepada mereka berdua :
“Wahai Sayyid Abdurrahman sesungguhnya engkau ingin mempunyai keinginan
untuk mempunyai seorang anak laki-laki; karena engkau hanya mempunyai
anak perempuan; sesungguhnya Allah swt berfirman : Yahabu liman yasinasan
wa yahabu liman yasya az-zukur”
Sayyid Abdurrahman menjawab:
”Benar ya Sayyidi, selain ingin berjumpa dengan anda, itulah juga keinginanku”
Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berkata kepada Sayyid Abdurrahman :
“Sesungguhnya anak perempuan akan mendapatkan kelapangan dunia dan
akherat, dan engkau akan mendapatkan anak laki-laki yang mengkhatamkan Al-
qur’an, minumlah kopimu, sedangkan engkau ya Utsman keinginanmu adalah
agar engkau mendapatkan kemuliaan, engkau akan mendapatkan kemaslahatan
dari anak cucumu dan mereka akan diberikan Allah swt kelapangan dalam
urusan duniawi mereka”
Kemudian sayyid Abdurrahman kembali meneruskan cerita beliau :
Demi Allah sungguh yang terjadi pada kami berdua persis seperti yang
dikatakan Syekh Abu Bakar bin salim Ra’ nyaris tidak meleset barang satu huruf
pun dari perkataan beliau.”
Karya-karyanya
1. Miftahus saraair wa kanjuz zakhooir
2. Mi’rajul Arwah Ilal Minhajul Widhoh
3. Fathul Babil Mawahib Wa Bughyah Mathlabul Tholib
4. Mi’rajut Tauhid.
Kata mutiara dan nasihatnya
• Barangsiapa diam, ia akan selamat dan barangsiapa berbicara ia akan
menyesal.
• Orang yang bahagia adalah orang yang disenangkan oleh Allah tanpa alas an
tertentu dan orang yang sengsara adalah orang yang disengsarakan Allah tanpa
sebab tertentu. Demikianlah menurut ilmu hakikat. Sedangkan menurut ilmu
syariat; orang yang bahagia adalah orang yang oleh Allah diberi kesenangan
dengan melakukan berbagai amal saleh, dan orang yang disengsarakan oleh
Allah dengan meninggalkan amal-amal saleh dan melanggar syariat agama.
• Orang yang sengsara adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya
Barangsiapa mengenal dirinya, ia tidak akan melihat selain Allah swt.
Barangsiapa tidak mengenal dirinya, ia tidak akan melihat Allah swt.
• Setiap wadah memercikan apa yang ditampungnya.
• Barangsiapa tidak bermujahadah pada masa bidayahnya, ia tidak akan
mencapai puncak. Dan barangsiapa tidak bermujahadah, ia tidak akan
bermusyahadah; {“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (bermujahadah)
di jalan kami, niscaya akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. : Al-
Ankabut,29 : 69”}
• Barangsiapa tidak memelihara waktunya, ia tidak akan selamat dari bencana.
• Barangsiapa bergaul dengan orang baik, ia akan memperoleh berbagai
pengetahuan dan asrar, dan barangsiapa bergaul dengan orang-orang jahat, ia
akan memperoleh aib dan siksa neraka.
• Berbagai hakikat tidak akan diperoleh kecuali dengan meninggalkan berbagai
penghalang.
• Dalam Qanaah terdapat ketenteraman dan keselamatan; dalam tamak
terdapat kehinaan dan penyesalan.
• Orang yang arif melihat aib-aib dirinya; sedang orang yang lalai melihat aib-
aib orang lain.
• Dan orangyang bahagia adalah orang yang melawan hawa nafsunya, berpaling
dari alam untuk menghadap kepada penciptanya, dan melewatkan waktu pagi
dan sore dengan meneladani sunah nabinya.
• Hendaklah kamu bertawadhu dan tidak menonjolkan diri. Jauhilah sikap
takabur dan cinta kedudukan.
• Kesuksesanmu adalah ketika kamu membenci nafsumu dan kehancuranmu
adalah saat kamu meridhainya. Karena itu, bencilah nafsumu dan jangan
meridhainya, niscaya kamu akan berhasil meraih segala cita-citamu, Insya
Allah.
• Orang yang arif adalah yang mengenal dirinya, sedangkan orang jahil adalah
yang tidak mengenal dirinya.
• Alangkah mudah bagi seorang Arifbillah untuk membimbing orang jahil,
kadangkala kebahagiaan abadi dapat diraih hanya lewat sekilas pandangannya.
• Ridhalah atas maqam apapun yang Allah berikan kepadamu. Seorang Sufi
berkata, “selama lebih 40 tahun aku tidak pernah merasa benci pada maqam
yang Allah berikan kepadaku.”
• Berprasangka baiklah kepada sesama hamba Allah, sebab buruk sangka
timbul karena tiadanya taufiq. Ridhalah selalu pada qodho, bersikap sabarlah,
walaupun musibah yang kamu alami teramat besar. Firman Allah :
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan dibalas dengan
pahala tanpa batas. ( Az Zumar, 39 :10 )
• Dan tinggalkanlah hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagimu, dan benahilah
dirimu lebih dahulu.
• Dunia adalah anak perempuan Akhirat, barangsiapa telah menikahi seorang
perempuan, haram memperistri ibunya.
• Berbagai hakikat terhijab dari hati, karena perhatian kepada selain Allah.
• Waktumu yang paling bermanfaat adalah disaat kamu fana’ dan waktumu
yang paling sia-sia adalah disaat kamu menyadari dirimu.
• Ketahuilah oleh kalian sesungguhnya Allah swt bertajalli ( mengagungkan
dirinya ) di hati para kekasihnya; para kaum Arifin, karena mereka menghapus
selainnya di hati mereka dan mereka menghilangkan selain Allah swt dalam
pandangan mereka terhadap semesta dan pada setiap kejadiannya bahwa
semuanya adalah semata-mata ciptaan Allah swt, dan mereka melalui siang,
pagi serta sore hari selalu dalam keadaan taat kepadanya; mereka selalu
beribadat serta berharap dan takut kepadanya; serta selalu ruku’ dan bersujud
kepadanya, mereka selalu dalam keadaan bahagia dan gembira serta ridho
dengan segala ketentuan Qadha dan Qadar yang telah ditentukan Allah swt atas
mereka; berkata Nabi Ayyub as :”Bila mana aku hendak memilih di antara dua
perkara, maka aku akan memilih perkara yang ada Ridho Allah swt didalamnya
karena hanya hal itulah yang mendatangkan kemaslahatan bagiku” Berkata
kaum ‘Arifin : “Kalau sekiranya kedua mataku melihat selain Allah, maka akan
ku butakan, kalau sekiranya ke dua telingaku mendengar selain Allah, maka
akan ku tulikan, dan bilamana lidahku berkata yang tidak diperintahkan Allah,
maka akan ku potong”
• Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.
• Sesungguhnya Bala’ yang menimpamu pada saat lupamu, bila engkau
menyadarinya adalah merupakan jalanmu untuk kembali mengenal Allah swt
dan kembali mendekatkan dirimu kepadanya pada saat engkau meminta bala
tersebut dihilangkannya, dan bala’ sesungguhnya adalah bilamana engkau
melupakan Allah swt dan engkau lupa bahwa dirimu selalu faqir kepadanya.
• Beristiqamahlah kalian dalam setiap amal, karena para Ahli kasyaf sekalipun
semua bermohon kepada Allah swt agar mereka diberikan kekuatan dalam
beristiqamah agar mereka tidak jatuh dalam keadaan terhijab darinya.
• Ketahuilah oleh kalian; Ma’rifat kepada Allah swt adalah dengan kejelasan dan
bukan dengan tersamar, dan bilamana seorang hamba diberinya ma’rifat
kepadanya, maka ia pasti akan melihat semua amal yang dicintai oleh
Rasulullah saw.
• Sesungguhnya derajat yang tertinggi dalam maqom sabar adalah menahan
diri dari pada mengadu kepada selain Allah swt.
• Derajat paling tinggi disisi para Auliya Allah swt yang utama, adalah Tawadhu
dan Khumul ( menutupi keistimewaan diri ).
KELUARGA SYAIKH ABUBAKAR BIN SALIM BIN ABDULLAH BIN ABDURAHMAN
BIN ABDULLAH BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF
Syaikh al-Fakhor Abu Bakar bin Salim (shohib Inat), wafat tahun 992 H,
mempunyai
Empat orang anak perempuan yaitu: Fathimah, Aisyah, Alwiyah dan Talhah. Dan
tiga belas orang anak laki, yaitu:
1. Abdurahman
2. Ja'far keturunannya terputus
3. Abdullah al-Akbar
4. Salim (keturunannya sedikit dan terputus)
5. Husin, wafat di Inat tahun 1044 H, mempunyai tujuh orang anak perempuan:
Alwiyah, Talhah, Salma, Fathimah al-Kubra,Aisyah, Sekhah, Fathimah al-Sughro,
Maryam, Ruqaiyah.
Anak laki-lakinya:
a. Salim
keturunannya terputus
b. Abdurahman
c. Abu Bakar
keturunannya sedikit dan terputus
d. Soleh
e. Ahmad, wafat tahun 1061 H, mempunyai sepuluh orang anak laki:
1) Aqil
keturunannya terputus
2) Usman
3) Abdullah keturunannya sedikit dan terputus
4) Abdurahman keturunannya di Syihir, Sawahil
5) Muhammad keturunannya di Inat, Jawa
6) Soleh keturunannya di Nazwan, Gazah, Yafi', India
7) Syech keturunannya di Yafi'
8) Abu Bakar keturunannya di Inat
9) Umar keturunannya di Inat, Jawa, India, Sawahil, Zhufar
10) Salim, wafat di Ghaizhoh tahun 1087 H, mempunyai empat orang anak laki:
a) Hasan keturunannya di Zhufar
b) Muhammad keturunannya Aal-Dzi'bu di Ghaizhoh, Sawahil, Inat
c) Muhsin keturunannya di Zhufar, Ghaizhoh, India
d) Ali keturunannya di Inat
f. Idrus, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Zein
2. Ali (keturunannya di Syihir)
3. Abu Bakar (keturunannya di Misthoh)
g. Syechon, wafat tahun 1019 H, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Mahdi
2. Abdullah (keturunannya di Sawahil, Zanjibar)
3. Salim (keturunannya di Inat, Baidho')
h. Hasan, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Abdullah (keturunannya terputus di Inat)
2. Soleh (keturunannya keluarga al-Khamur di Khamur dan India)
3. Abu Bakar (keturunannya keluarga al-Khiyyid di India, Inat, Jawa, Hijaz)
i. Muhsin, mempunyai dua orang anak laki:
1. Muhammad
2. Ali, mempunyai dua orang anak laki:
a) Hadi (kakek Keluarga al-Hadi bin Salim di Khunaidaroh, Inat)
b) Abdullah (al-Haddar di Inat)
j. Umar, mempunyai lima orang anak laki:
1. Muhsin (keturunannya di Musyah, Jawa)
2. Ahmad (keturunannya di Mokalla, Ghorib, Sah)
3. Ali (keturunannya di Gail Sah, Sihir, Jawa)
4. Salim (keturunannya di Gail Sah)
5. Abdullah (keturunannya di Jawa, Inat)
k. Muhammad, mempunayi dua orang anak laki:
1. Umar
2. Ali (keturunannya keluarga Ahmad di Inat dan al-Bin Jindan di Inat dan India
dan Jawa)
l. Syech (wafat tahun 1113 H, keturunannya di Inat, Du'an, Jubail)
m. Hamzah, wafat tahun 1106 H, mempunyai dua orang anak laki:
1. Idrus (wafat tahun 1037 H, keturunannya terputus)
2. Tholib (keturunannya di Inat, India, Jawa)
6. Hamid al-Hamid, wafat tahun 1030 H, mempunyai delapan orang anak laki:
a. Hafidz
b. Ali keturunannya terputus
c. Mahdi
d. Umar keturunannya di Silik
e. Abdullah keturunannya di Amud, Inat, Jawa
f. Mutohhar keturunannya al-Aqil Mutohar di Damun, Yaman, Jawa, Palembang,
Singapura.
g. Abu Bakar keturunannya al-Abi Bakar bin Hamid di Qasam, Jurdan
h. Alwi keturunannya al-Alwi bin Hamid di Zhufar
7. Umar al-Muhdhar, wafat di Inat tahun 997 H, mempunyai tiga orang anak
laki:
a. Muhammad, mempunyai dua orang anak dan keturunannya terputus.
b. Ali, keturunannya di Bihan, Raudhah Bani Israil.
c. Abu Bakar, keturunannya di Bihan, Khamur dekat Syibam, India, Du'an, Jawa.
8. Hasan, mempunyai seorang anak bernama: Ali, mempunyai dua orang anak:
a. Hasan, keturunannya di Inat dan Surabaya.
b. Ahmad, kakek keluarga Abu Futhaim bin Abi Bakar bin Ahmad bin Hasan,
keturunannya di Jawa, India, Asia, Rahyah, Taribah.
9. Ahmad, mempunyai dua orang anak: Nasir dan Syech (keturunannya di Inat,
Sihir)
10. Soleh, mempunyai seorang anak bernama: Umar, keturunannya di Baijan,
Hajran, Dekat Qasam, Ghaizhoh, India, Jawa.
11. Ali, keturunannya di Sawahil, Saihut.
12. Syaichon, mempunyai dua orang anak, yaitu:
a. Abdullah, keturunannya di Rakhiyah, Wadi 'Ain, India dan Surabaya.
b. Muhammad, keturunannya di Jawa.
13. Abdullah al-Asghor, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Hadi
keturunannya terputus.
b. Muhammad
c. Ali (keturunannya di Rahyah, Jurdan, Jawa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar