Salman sering berbaur di tengah masyarakat tanpa menampilkan diri
sebagai amir. Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang sedang keluar
masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai kopi bercengkrama dengan para kuli
itu adalah sang gubernur
Pada suatu siang yang terik, seorang pedagang dari Syam sedang kerepotan
mengurus barang bawaannya. Tiba-tiba ia melihat seorang pria bertubuh kekar
dengan pakaian lusuh. Orang itu segera dipanggilnya; “Hai, kuli, kemari!
Bawakan barang ini ke kedai di seberang jalan itu.” Tanpa membantah
sedikitpun, dengan patuh pria berpakaian lusuh itu mengangkut bungkusan
berat dan besar tersebut ke kedai yang dituju.
Saat sedang menyeberang jalan, seseorang mengenali kuli tadi. Ia segera
menyapa dengan hormat, “Wahai, Amir. Biarlah saya yang mengangkatnya.” Si
pedagang terperanjat seraya bertanya pada orang itu, “Siapa dia?, mengapa
seorang kuli kau panggil Amir?”. Ia menjawab, “Tidak tahukah Tuan , kalau
orang itu adalah gubernur kami?”. Dengan tubuh lemas seraya membungkuk-
bungkuk ia memohon maaf pada ‘ kuli upahannya’ yang ternyata adalah
Salman al Farisi
“Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya tidak tahu. Tuan adalah amir negeri
Madain, “ ucap si pedagang. “ Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah saya yang
mengangkutnya sendiri.” Salman menggeleng, “Tidak, pekerjaan ini sudah aku
sanggupi, dan aku akan membawanya sampai ke kedai yang kau maksudkan.”
Setelah sekujur badannya penuh dengan keringat, Salman menaruh barang
bawaannya di kedai itu, ia lantas berkata, “Kerja ini tidak ada hubungannya
dengan kegubernuranku. Aku sudah menerima dengan rela perintahmu untuk
mengangkat barang ini kemari. Aku wajib melaksanakannya hingga selesai.
Bukankah merupakan kewajiban setiap umat Islam untuk meringankan beban
saudaranya?”
Pedagang itu hanya menggeleng. Ia tidak mengerti bagaimana seorang
berpangkat tinggi bersedia disuruh sebagai kuli. Mengapa tidak ada pengawal
atau tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan kalau ia seorang gubernur?
Ia barangkali belum tahu, begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin
menurut ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, namun ia
dituntut merendah di depan rakyatnya. Karena sejatinya, menjadi pemimpin
adalah pelayan. Ya seperti, Salman Al Farisi, Gubernur Zuhud yang menjadi kuli
di Pasar. [Novelan, Sumber: Kisah Orang-orang Sabar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar