Sabtu, 28 Juni 2014

Gurauan beliau di sukai Rasulullah(asghar)

KISAH AL- ALLAMAH AL ARIFBILLAH AL ALIM AL-HABIB AHMAD AL-MUHDHAR
(QUWEREH, YAMAN)
AYAHANDA AL ARIFBILLAH AL HABIB MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHAR
Terik matahari memanggang kota Mekah. Masjidil Haram tengah disesaki
jemaah haji. Hari itu Jumat. Seorang khatib berdiri di atas mimbar Ia
membacakan sebuah khutbah yang teramat panjang. Lama sekali sang khatib
berkhutbah. Jamaah tersiksa oleh sengatan siang. Maklum, saat itu bertepatan
musim panas. Keringat becucuran deras. Usai khutbah, sang khatib mengimami
salat. Anehnya, salat ini dilakukan dengan sangat cepat. Surat yang ia pakai
pun yang pendek-pendek.
Setelah salam, seorang jamaah menghampiri khatib. Namanya Habib Ahmad
bin Muhammad al-Muhdor. Tangannya menggenggam sebatang tongkat. Lalu
tanpa diduga,
sang habib menggebuk khatib denga tongkat sembari berkata-kata lantang,
"Kamu telah membolak-balik sunnah Rasulullah SAW. Mestinya kamu
meringkas khotbah dan sedikit memanjangkan salat." Khatib itu berteriak
kesakitan. "Hai orang-orang, aku dipukuli seorang Hadrami...! Habib Ahmad
menimpali, "Aku bukan Hadrami,” ia lalu bersenandung,
Kami mengenal Batha'(sebuah daerah di Mekah) dan ia mengenal kami
Bukit Shafa dan Baitullah (Ka’bah) mencintai kami
Kota Mekah geger. Sang Amir, Muhammad bin Awan geram. Diperintahkannya
polisi untuk menangkap Habib Ahmad dan menghukumnya di depan khalayak.
Keresahan melanda warga Hadrami. Mereka mengkhawatirkan nasib habib
tercinta itu. "Tak usah khawatir! Ibundaku, Khadijah binti Khuwailid, selalu ber­
samaku," ujar Habib Ahmad menenangkan. "Aku akan berlindung di tempatnya."
lanjutnya.
Saat itu juga ia bergegas ke kubah Sayidah Khadijah ra, istri mulia Baginda
Nabi SAW. Sepasukan polisi mengejar di belakangnya. Sesampai di depan
kubah, peristiwa ajaib terjadi, pintu kubah... terbuka dengan sendirinya. Habib
Ahmad masuk, dan pintu itu tertutup kembali. Para polisi berusaha membuka,
namun tak kuasa.
.
Mereka menemui juru kunci kubah dan meminta kunci. Namun ia enggan
menyerahkan. "Takkan kuberikan kunci ini kepada siapa pun." Akhirnya dengan
luapan amarah, mereka mengambil secara paksa. Berbekal kunci itu, mereka
berhasil membuka pintu kubah. Tapi ajaib, Habib Ahmad tak kelihatan batang
hidungnya. Mereka mencari-cari, namun hasilnya nihil, ia seperti raib di perut
bumi.
Para abdi praja itu akhirnya menyerah. Mereka melapor pada Muh. B. Awan
perihal kejadian luar biasa itu. Ia merasa takjub. la kemudian menanyai warga
Hadrami mengenai siapa sebenarnya Habib Ahmad. Ketakjubannya kian mem­
bumbung kala mengetahui kesejatian sosok habib yang alim itu.
Penguasa Mekah itu kemudian mengadakan jamuan istimewa untuk Habib
Ahmad sebagai tanda maaf. Sang Habib menyambut hangat. Di tengah jamuan
itu, Muh. B. Awan membujuk Habib Ahmad agar bersedia menetap di Mekah.
Habib Ahmad tidak langsung menjawab ya ataupun tidak. "Aku tanyakan dulu
kepada ibundaku, Khadijah AI-Kubra." katanya. Beberapa hari kemudian, ia
mendatangi Syarif dan memberi kabar, "Maaf Amir, Ibunda Khadijah
menghendaki aku untuk kembali ke Quwereh." Peristiwa itu terjadi pada musim
haji tahun 1250 Hijriyah.
HAFAL QUR’AN
Habib Ahmad bin Muhammad bin Alwi al-Muhdor lahir di kota Rasyid, lembah
Dau'an,Hadramaut(Yaman)tahun 1217 Hijriyah. Saat masih kanak-kanak, ia
diboyong ayahnya ke Haramain. Di sana ia berhasil menghafal Alquranul Karim
dalam usia tujuh tahun dengan bacaan yang bagus. Ia kemudian menekuni
berbagai bidang pengetahuan. Diantara guru-gurunya di Mekah adalah:
Syekh Umar bin Abdurrasul al-Attar, Syekh Muhammad Sholeh ar-Rais, Syekh
Ahmad as-Showi al-Mishri dan Syekh AbdurRahman al-Kazbaniy.
Setelah bekal ilmunya lumayan mumpuni, ia mulai sering diajak mondar-mandir
antara Mekah dan Hadramaut oleh ayahnya. Ketika singgah di Hadramaut, ia
menyempatkan diri menimba ilmu kepada ulama-ulama besar di sana, seperti
Habib Hasan bin Sholeh al-Bahr, Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas, Habib
Abmad bin Umar bin Sumaith, Habib Abdullah bin Idrus al-Barr dan Syekh
Abdullah bin Ahmad Basaudan.
Menginjak usia dewasa, ia memutuskan kembali ke kota Rasyid. Ia menempati
rumah salah satu pam dari pihak ibunya yang merupakan keluarga besar marga
Bazar'ah. la kemudian menikah dengan seorang wanita salehah dari keluarga
al-Habsyi. Dari pernikahan ini ia dikaruniai putra dan putri bernama Umar,
Hamid, Hadun, Khadijah, dan lainnya.
Selanjutnya, setelah memiliki uang cukup, ia membeli sebuah rumah daerah
Quwereh. Di kota itu ia menikah lagi dengan wanita dari keluarga Syekh Abu
Bakar bin Salim setelah istri pertamanya meninggal dunia. Pernikahan kedua ini
membuahkan beberapa putra dan putri diantaranya: Muhammad, Musthafa dan
Sholeh.
Dari kota inilah, nama Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdor terus
menjulang. Cahaya ilmu dan akhlaknya menerangi negeri Hadramaut, bahkan
seluruh persada bumi. la dicintai kaum muslimin. Kalam-kalamnya mudah
diterima lubuk hati. Dan tersingkaplah nubuat yang pernah ditorehkan Syekh
Umar Bamakhramah.
Ya, beratus tahun sebelumnya, Syekh Umar menulis untaian syair yang
mengilustrasikan sosok Habib Ahmad alMuhdor. Dilukiskannya perangai Habib
Ahmad beserta tempat-tempat yang pernah ia singgahi. Habib Hasan bin
Sholeh al-Bahr, salah satu guru Habib Ahmad, ketika membaca syair itu, ia
berseru kepada orang-orang sekitarnya, "Katakan kepada Ahmad al-Muhdor
bahwa Syekh Bamakhramah mengajaknya bicara."
Selain berilmu tinggi, Habib Ahmad dikenal keras dalam mujahadah. Jauh hari
ia telah menyiapkan liang kuburnya sendiri yang ditempatkan di sebelah
masjidnya. la meluangkan waktu berbaring di liang itu setiap hari sembari
membaca Alquran. Tercatat tujuh ribu kali khataman ia selesaikan di dalam
kubur itu sebelum akhirnya meninggal dunia. Namun ia juga pribadi yang unik.
Di balik kekhusyuannya itu ia selalu menampakkan diri sebagai sosok yang
jenaka. la suka bergurau. Gurauannya bahkan kadang keterlaluan. Pernah ia
menyesal dan berniat takkan bergurau lagi. Akan tetapi ia langsung ditegur
Rasulullah SAW dalam mimpi agar meneruskan kebiasaannya bergurau.
Hati Habib Ahmad memiliki pertautan yang erat dengan Ummul Mukminin,
Khadijah al-Kubra. la menulis kumpulan syair yang memuji ibunda Az-Zahra
itu. Hikayat di atas adalah salah satu bukti. Dan akhirnya ia menyusul
ibundanya itu pada tahun 1304 H, dalam usia 87 tahun. la meninggalkan
beberapa putra yang shaleh. Salah satunya adalah Habib Muhammad al-
Muhdor, Bondowoso, seorang ulama yang pernah meramaikan belantika
dakwah di Nusantara ini. la juga meninggalkan beberapa murid yang hebat.
Diantaranya: Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Abdurrahman bin
Muhammad al-Masyhur dan Habib Idrus bin Umar al-Habsyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar