Senin, 23 Juni 2014

Lathifah dalam Thariqat

MENGENAL LATHIFAH-LATHIFAH BATHIN
dalam THARIQAT SUFI...
Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu
kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian),
dan mencakup secara esensial tentang jalan
sufi dalam melewati maqomat dan ahwal
tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,
kemudian melangkah kepada aktivitas-aktivitas,
yang meliputi:
Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa,
artinya mensucikan diri dari berbagai
kecenderungan buruk, tercela, dan hewani
serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji
dan malakuti.
Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini
berarti menghapus dari hati kecintaan akan
kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara
dan galau kekhawatirannya atas kesedihan,
serta memantapkan dalam tempatnya
kecintaan kepada Allah semata.
Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan
jiwa dari segenap pikiran yang bakal
mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat
kepada Allah.
Keempat, tajalliyah ar-Ruh atau pencerahan
ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah
dan gelora cintanya.
1. Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah,
berarti istana yang menunjukan betapa
keunikan struktur tubuh manusia.
2. Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
3. Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur
rohaniah
4. Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
5. Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
6. Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
7. Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah
Hal ini relevan dengan firman Allah SWT.
dalam Hadist Qudsi :
“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia)
itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada),
di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak
balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu’ad (jujur
ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf
(kerinduan), di dalamnya lagi ada lubbun
(merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun
ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun
ada “Aku”.
Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin
memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem
interiorisasi dalam diri manusia yang
strukturnya yang dapat diperhatikan dalam
gambar di atas.
Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut
berasal dari alam amri (perintah) Allah : “Kun
fayakun”, yang artinya, “jadi maka
jadilah” (QS.36:82) merupakan al-ruh yang
bersifat immaterial. Semua yang berasal dari
alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material.
Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah
telah menjadikan badan jasmaniah manusia,
selanjutnya Allah menitipkan kelima lathifah
tersebut ke dalam badan jasmani manusia
dengan keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan
kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya
ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada
tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis
yang berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah
al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-
lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya
al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya.
Dengan kata lain bertempatnya lathifah yang
bersifat immaterial ke dalam badan jasmani
manusia adalah sepenuhnya karena kuasa
Allah.
Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh
bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat
barzakhiyah (keadaan antara kehidupan
jasmaniah dan rohaniah).,,,,,!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar