Senin, 07 April 2014

Wali qutub

Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Beliau pernah berkata “Kakiku ada diatas kepala
seluruh wali.” Menurut Abdul Rahman Jami
dalam kitabnya yang berjudul Nafahat Al-Uns ,
bahwa beberapa wali terkemuka diberbagai abad
sungguh-sungguh meletakkan kepala mereka
dibawah kaki SyaikhAbdul Qadir al-Jilani.
Syaikh Ahmad al-Rifa’i
Sewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke
Maqam Nabi Muhammad Saw, maka nampak
tangan dari dalam kubur Nabi bersalaman
dengan beliau dan beliau pun terus mencium
tangan Nabi SAW yang mulia
itu. Kejadian itu dapat disaksikan oleh orang
ramai yang juga berziarah ke Maqam Nabi Saw
tersebut.
Salah seorang muridnya berkata : “Ya Sayyidi!
Tuan Guru adalah Quthub”. Jawabnya; “Sucikan
olehmu syak mu daripada Quthubiyah”. Kata
murid: “Tuan Guru adalah Ghaus!”. Jawabnya:
“Sucikan syakmu daripada Ghausiyah”. Al-Imam
Sya’roni mengatakan bahwa yang demikian itu
adalah dalil bahwa Syaikh
Ahmad al-Rifa’i telah melampaui “Maqamat” dan
“Athwar” karena Qutub dan Ghauts itu adalah
Maqam yang maklum (diketahui umum).
Sebelum wafat beliau telah menceritakan bilakah
waktunya akan meninggal dan sifat-sifat hal
ihwalnya beliau. Beliau akan menjalani sakit yang
sangat parah untuk menangung bilahinya para
makhluk. Sabdanya, “Aku telah di janji oleh
Allah, agar nyawaku tidak melewati semua
dagingku (daging harus musnah terlebih dahulu).
Ketika Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i sakit yang
mengakibatkan kewafatannya, beliau berkata,
“Sisa umurku akan kugunakan untuk menanggung
bilahi agungnya para makhluk.
Kemudian beliau menggosok-ngosokkan wajah
dan uban rambut beliau dengan debu sambil
menangis dan beristighfar . Yang dideritai oleh
Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i ialah sakit “Muntah
Berak”. Setiap hari tak terhitung banyaknya
kotoran yang keluar dari dalam perutnya. Sakit
itu dialaminya selama sebulan. Hingga ada yang
tanya, “Takkan boleh sampai begitu banyaknya
yang keluar, dari mana ya kanjeng syaikh.
Padahal sudah dua puluh hari tuan tidak makan
dan minum. Beliau menjawab, “Karena ini
semua dagingku telah habis, tinggal otakku, dan
pada hari ini nanti juga akan keluar dan besok
aku akan menghadap Sang Maha Kuasa. Setelah
itu ketika wafatnya, keluarlah benda yang putih
kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan tidak
ada lagi yang keluar dari perutnya.
Demikian mulia dan besarnya pengorbanan Aulia
Allah ini sehingga sanggup menderita sakit
menanggung bala yang sepatutnya tersebar ke
atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah yang
berbudi pekerti yang halus lagi mulia ini pada
hari Kamis waktu duhur 12 Jumadil Awal tahun
570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan tahun
578 Hijrah.
Syaikh Ahmad Badawi
Setiap hari, dari pagi hingga petang, beliau
menatap matahari, sehingga kornea matanya
merah membara. Apa yang dilihatnya boleh
terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan
ia lebih sering menatap
langit, bagaikan orang yang sombong.
Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan
riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya
tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih
memilih diam dan berbicara dengan bahasa
isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan
seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat
toyyibah, berdzikir dan bersholawat.
Pada usia tua beliau telah hafal al-Qur’an, untuk
memperdalam ilmu agama ia berguru kepada
syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan syaikh Ahmad
Rifai. Suatu hari, ketika beliau telah sampai
ketingkatannya, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani,
menawarkan kepadanya: ”Manakah yang kau
inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau
Maghrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang
sama juga diucapkan oleh gurunya Syaikh Ahmad
Rifai, dengan lembut, dan karna menjaga
tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab;
”Aku tak mengambil kunci kecuali dari al-Fattah
(Allah )”. Peninggalan syaikh Ahmad Badawi
yang sangat utama, yaitu bacaan shalawat
badawiyah sughro dan
shalawat badawiyah kubro.
Syaikh Abu Hasan asy-Syazili
Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang
mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan
tidak pula
diberikan kepada orang yang badannya
digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi
keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan
amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan
dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi
Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal)
dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari
kebiasaan diri dan amalnya.
Di antara keramatnya para Shiddiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara
istiqamah
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat
duniawi).
3. Boleh menjalankan perkara yang luar bisa,
seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan
sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan
pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah
swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa
saja yang menjadi gurunya. Kemudian beliau
menjawab,
“Guruku adalah Syaikh Abdus Salam ibnu
Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah
menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima
dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar
r.a, Umar bin Khattab r.a, Usman bin ‘Affan r.a
dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit
yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il
dan ruh yang agung.
Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan
muridku dan muridnya muridku, semua sampai
hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata
memandang, semua itu mereka bebas dari
neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh
syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang
kejadian apa saja yang akan terjadi besok
sampai hari kiamat”. Syekh Abu Abdillah Asy-
Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak
membaca Radiyallahu ‘an Asy-Syekh Abul Hasan
dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada
Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka
terkabulkanlah apa saja permintaanku”.
Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi
Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya
Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah
membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syaikh Abu
Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah
swt, apa yang menjadi kebutuhanku lalu
dikabulkan, seperti hal tersebut apakah
diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw
menjawab, “Abu Hasan itu anakku lahir batin,
anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang
tuanya, maka barang siapa bertawassul kepada
Abu Hasan, maka berarti dia sama saja
bertawassul kepadaku”.
Peninggalan syaikh Abu Hasan asy-Syazili yang
sangat utama, yaitu Hizib Nashr dan Hizib Bahar.
Orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan
istiqomah, akan mendapat perlindungan dari
segala bala. Bahkan, bila ada orang yang
bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia
akan melihat lautan air yang sangat luas. Si
penyatron akan melakukan gerak renang
layaknya orang yang akan menyelamatkan diri
dari daya telan samudera.
Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan
gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik
rumah
menegurnya. Hizib Bahar ditulis syaikh Abu
Hasan asy-Syazili di Laut Merah (Laut Qulzum).
Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu syaikh
Abu Hasan asy-Syazili pernah berlayar
menumpang perahu. Di tengah
laut tidak angin bertiup, sehingga perahu tidak
bisa berlayar selama beberapa hari. Dan,
beberapa saat kemudian Syaikh al-Syadzili
melihat Rasulullah.
Beliau datang membawa kabar gembira. Lalu,
menuntun syaikh Abu Hasan asy-Syazili
melafazkan doa-doa. Selesai sahaja syaikh Abu
Hasan asy- Syazili membaca doa, angin bertiup
dan kapal kembali berlayar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar