Sebuah pesawat melintasi daratan benua
Afrika, atmosfer dan lautannya beserta
biosfernya yang rumit. Sayap pesawat nan
kokoh melibas setiap awan yang ada
dihadapannya. Penumpang pesawat duduk
tenang di kursi empuk sambil menikmati
sesuatu yang nyaman baginya sembari
menunggu pesawat itu lending pada bandara
tujuan selanjutnya. Diantara penumpang
pesawat itu ialah Habib Quraisy serta
seorang ibu Tua berpakaian penutup jilbab
disebelahnya. Usia ibu Tua itu berkisar
sekitar 65 atau 70 tahun. Di dalam
perjalanan ibu Tua itu menyapa Habib
Quraisy dan menanyakan tempat tujuannya
dengan berbahasa arab yang fasih
“Kemana Anda akan pergi ?” Tanya Ibu Tua
itu
“Saya akan transit ke Yordan kemudian
melanjutkan perjalanan ke Yaman”. Jawab
Habib
“Dimana asal Anda ?” Tanya ibu Tua itu
kembali juga dengan bahasa arab yang
sangat fasih. Habib jawab “Saya berasal dari
Indonesia”
Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia,
sejurus ibu Tua mentranslate bahasanya
dengan bahasa Indonesia. Padahal dari
perbincangannya Ia mengetahui bahwa ibu
Tua itu sendiri adalah wanita kelahiran
Jerman dan warga Negara Jerman. Pada
gilirannya ibu Tua itu lantas berbahasa
Indonesia yang amat fasih pula. Lalu
bertanya lagi
“Adik di Indonesia dimana?”. Habib Quraisy
katakan ; “Saya di Jawa”
Tak ubahnya seperti mengetahui sesuatu, Ibu
itu lantas merubah dialognya dengan
menggunakan bahasa Jawa yang dialegnya
sangat halus dan hampir-hampir Habib
Quraisy tidak paham dan Ia katakan pada
Ibu itu “Luar biasa, Ibunda begitu banyak
menguasai bahasa sampai bahasa Indonesia
dan Jawa sekalipun, padahal Anda orang
Barat”. Ibu Tua itu hanya tersenyum bijak
sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’
menguasai sebelas bahasa dan duapuluh
bahasa daerah”
Silih waktu dari perbincangan Habib Quraisy
bersama Ibu Tua itu mengarah kepada hal-
hal yang berkaitan dengan agama. Wanita
Tua itu mulai mengupas pembahasan Al
Qur’an dengan indah dan mahirnya. Habib
pun penasaran atas kehebatannya
menjelaskan Al Qur’an dan bertanya
“Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?” Beliau
menjawab “Ya, saya telah menghafal Al
Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya
menghafal Al Quran sehingga saya berusaha
menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun
hafal”
Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu
melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an
harus bergandengan dengan hadist.
Sehingga saya kemudian berupaya lagi
menghafal hadist tentang hukum sehingga
saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di
luar kepala”
“Lantas saya masih belum merasa cukup,
karena di dalam Islam bukan hanya ada
halal dan haram tapi harus ada fadhailul
amal, maka saya pilih kitab Riyadhus
Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”.
Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya
tentang Islam kepada Habib Quraisy
Dan lagi Ibu itu kembali bertutur “Di sisi
agama ada namanya tasawuf, maka saya
cendrung pada tasawuf sehingga saya
memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai
saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan
membacanya. Saking seringnya saya
membaca Ihya Ulumuddin sampai-sampai
Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”
Habib Quraisy terperangah melihat
kehebatan dan luar biasanya Ibu Tua itu.
Namun karena tidak mau percaya begitu
saja, Habib pun akhirnya mencoba mentest
kebenaran perkataannya. Apakah benar Ia
telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia
menguasai Tafsir Jalalain tentang
asbabunnuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah
melalui beberapa pertanyaan. Ternyata
memang benar Ibu itu hafal Al Qur’an
bahkan Ia mampu menjawab tafsirnya
dengan mahir dan piawai. Ketika Habib
mengangkat permasalahan ihya mawat yang
ada di dalam kitab Bulughul Maram Ibu Tua
itu pun menjabarkannya cukup jelas. Ketika
Habib membahas tentang hadist Riyadhus
Sholihin maka Ibu Tua itu menyebutka sesuai
apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul
Falihin sebagai syarah kitab hadist tersebut.
Dan lagi Ia menjelaskan masalah hati
psikologi berbasis kitab Ihya Ulumuddin
pada pasal ajaibul qulub
Kembali Habib dibuat heran akan kehebatan
Ibu Tua itu dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. Menurutnya, sejauh ini selain
gurunya Habib belum pernah menemukan
orang sekaliber Ibu yang ada duduk di
sampingnya
Pesawat mendarat lending di airport. Ketika
pesawat itu sudah benar-benar berhenti
para penumpang semuanya menyiapkan diri
termasuk barangnya bawaannya menuruni
pesawat. Begitu pula Ibu itu mengambil
tasnya yang di ada di kabin, karena sudah
merasa kenal Habib mencoba bantu
mengambilkan tas itu dan menurunkan tiga
tas ke lantai pesawat. Subhanallah… ketika
Ibu itu menunduk untuk mengambil tas itu
ternyata keluar dari bilik jilbabnya seutas
kalung yang bertanda palang salib
Seperti petir menyambar di siang bolong,
Habib Quraisy menunduk dengan lemah. Ibu
itu hanya tersenyum dan mengatakan “Akan
saya jelaskan kepadamu nanti di hotel”
Seperti katanya Habib akan transit dulu
selama satu hari satu malam, pun Ibu Tua
itu. Maka di ruang receptioner (ruang tunggu)
Ia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib
dan kemudian berjanji untuk bertemu di
ruang lobi restaurant
Sesuai kesepakatan keduanya akhirnya
bertemu. Kepada Habib Quraisy Ibu itu
mengatakan “Saya bukan orang Kristen,
mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena
saya menganggap Kristen itu hanya dongeng
belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya
Kristen, tapi kalung ini adalah pemberian
almarhumah ibu saya”. Ibu Tua itu pun
mengatakan bahwa Ia telah mempelajari
beberapa agama, Kristen, Hindu juga Islam.
Ia juga sempat mengungkapkan
ketertarikannya mengenai keagungan yang
ada di bilik wahyu Allah Swt dan hadits
Nabi Muhammad Saw
“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib
bertanya
Dia katakan “Saya tidak beragama”
“Seandainya Ibu masuk agama Islam, begitu
membaca syahadat, ibu akan langsung
mendapat titel kiyai haji”. karena demikian
luas ilmu yang ia miliki kata Habib. Ia
menjawab “Mungkin karena saya belum
dapat hidayah dari Allah”
Habib Quraisy sempat menetaskan air mata
bersyukur kepada Allah Swt, bagaimana
orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an
dan lain sebagainya belum Allah izinkan
untuk beriman kepada-Nya. Sementara kita
tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah
Swt untuk menjadi seorang yang muslim
(AlHabib Quraisy bin Qosim Baharun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar