Laman
- Beranda
- al ilmu
- al kisah
- Allah dan Jalan menuju Allah
- Cahaya
- Do'a Doa
- Futuhat Al Makiyyah
- Hadits Qudsy
- Kalam Kalam Hikmah
- Kata Hati
- Kebenaran Hakiki
- Kitab Tauhid
- Mahkota Aulia Illaita'ala
- Mutiara Kalam Habaib
- My notes
- Qitab Sirr Al Asrar
- Shalawat
- Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
- Syar'i
- Syarh Al Hikam
- Taddabur Ayat Ayat
- Tokoh dan Biografi
Senin, 30 Juni 2014
SYAIKH ABU BAKAR BIN SALIM
Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim.
Nasab Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
As-Syekh Al Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin
Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman
As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud
Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-
Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad
Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam
Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin
Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi
bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-
Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid
Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Syeikh Abu bakar bin Salim ra dilahirkan pada tanggal 13 Jumadil Akhir 919 H
( 1498 M ) di kota Tarim Al Ghanna, Yaman. Nama ibundanya adalah Syarifah
Thalhah binti Aqil bin Ahmad bin Abu Bakar As-Sakron bin Abdurrahman
Assegaf. Beliau tumbuh dewasa sebagai seorang tokoh sufi yang masyhur,
sekaligus seorang yang ‘Alim dan mengamalkan ilmunya. Demi kepentingan
pendidikan dan pengembangan dakwah, beliau hijrah ke kota ‘Inat yang
letaknya tidak berjauhan dengan Tarim. Beliau mendirikan masjid dan membeli
tanah yang luas untuk perkuburan. Beliau hidupkan kota ‘INAT dengan ilmu,
yakni dengan mengajar, mendidik dan membimbing. Manusia datang dari
berbagai pelosok daerah guna menuntut ilmu dari beliau, sehingga ‘Inat menjadi
kota yang padat penduduknya. Murid-murid beliau datang dari berbagai kota di
Yaman, dan juga dari mancanegara, misalnya :Syam, India dan berbagai Negara
lainnya.
Beliau adalah seorang dermawan yang suka menjamu tamu. Beliau
mengeluarkan sedekah sebagaimana orang tidak takut jatuh miskin. Jika tamu
yang berkunjung banyak, beliau memotong satu atau dua ekor unta untuk
jamuannya. Karena sambutan yang hangat ini, maka semakin banyak orang
datang mengunjungi beliau. Dalam menjamu dan memenuhi kebutuhan
tamunya, beliau tidak segan-segan untuk turun tangan sendiri. Setiap hari
beliau membagikan seribu potong roti kepada fakir miskin. Beliau dikenal
sebagai seorang yang sangat tawadhu, tidak ada seorangpun yang pernah
melihat beliau duduk bersandar ataupun bersila. Syeikh Abdurrahman bin
Ahmad Bawazir, seorang yang faqih, mengatakan :
“Sejak 15 tahun sebelum wafatnya, didalam berbagai majlisnya, baik bersama
kaum khusus ataupun awam, Syeikh Abu bakar bin Salim tidak pernah terlihat
duduk, kecuali dalam posisi duduknya orang yang sedang tasyahud akhir.”
Karena budi pekerti yang luhur ini, masyarakat sangat mencintai beliau. Nama
beliau menjadi tersohor ke seluruh penjuru dunia. Selain para muridnya, banyak
sekali orang-orang yang datang untuk menimba ilmu dari beliau. Mereka datang
terhormat dan pulang pun dengan terhormat.
Sejak kecil beliau telah hafal qur’an. Beliau menuntut ilmu dari :
• Sayid ‘Umar Ba Syaiban
• Al faqih ‘Abdullah bin Muhammad Ba Makhramah
• Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Ba Jamal As Syibami Ad Du’ani.
Beliau mempelajari Risalatul Qusyairiyah yang sangat terkenal dalam dunia
tasawuf dibawah bimbingan Syeikh ‘Umar bin Abdullah Ba Makhramah. Beliau
gemar menekuni ilmu pengetahuan, sampai-sampai beliau menghatamkan Ihya
Ulumudinnya Hujjatul Islam Al Ghazali sebanyak 40 kali dan menghatamkan
kitab Syafi’iyah, Al Minhaj karya Imam Nawawi sebanyak 3 kali. Diantara
kebiasaan wejangan kepada masyarakat setelah shalat jum’at.
Beliau banyak melakukan ibadah dan riyadhah. Pernah selama waktu yang
lama, beliau berpuasa dan hanya berbuka dengan kurma yang masih hijau.
Selama 90 hari beliau berpuasa dan shalat malam di lembah Yabhur. Dan
selama 40 tahun beliau shalat subuh di masjid Ba ‘Isa, di kota Lisk, dengan
wudlu Isya. Setiap malam beliau berziarah ke tanah pekuburan Tarim dan
berkeliling untuk melakukan shalat diberbagai mesjid di Tarim, dan beliau
mengakhiri perjalanannya dengan shalat subuh berjamaah di masjid Ba ‘Isa.
Sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah meninggalkan shalat witir dan
dhuha. Semasa hidupnya beliau berziarah ke makam nabiyullah Hud sebanyak
40 kali. Setiap malam, selama 40 tahun, beliau berjalan dari Lisk menuju Tarim,
melakukan shalat pada setiap masjid di Tarim, mengusung air untuk mengisi
tempat wudhu, tempat minum bagi para peziarah, dan kolam tempat minum
hewan.
Pada malam minggu, 27 bulan Dzulhijah 992 H ( 1571 M ), beliau wafat di kota
‘Inat.
Putra Putri Syekh Abu Bakar bin Salim ra.
Anak-anak Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berjumlah 17 orang; 4 perempuan dan
13 laki-laki. Sayyid Al-Imam Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur
meriwayatkan perkataan dari Al-Imam Al-habib Idrus bin Umar Al-Habsy Ra:
“Sesungguhnya anak ( laki-laki ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berjumlah 13
orang; yang semuanya adalah Wali Allah yang bermaqom Qutb”
Anak perempuan Syekh Abu Bakar bin Salim :
1. Syarifah Fatimah.
2. Syarifah Aisyah
3. Syarifah Ulwiyah
4. Syarifah Tolhah
Anak laki-laki Syekh Abu Bakar bin Salim Ra :
1. Sayyid Abdurrahman
2. Sayyid Ja’far
3. Sayyid Abdullah Al-Akbar
4. Sayyid Salim
5. Sayyid Al-Husein. ( Kholifah Ayahandanya )
6. Sayyid Al-Hamid
7. sayyid Umar Al-Mahdhor
8. Sayyid Hasan
9. Sayyid Ahmad
10. Sayyid Sholeh.
11. Sayyid Ali
12. Sayyid Syekhan.
13. Sayyid Abdukllah Al-Asghar.
Murid-murid Utama Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
1. Sayyid Ahmad bin Muhammad Al-Habsy; Shohib Syi’ib Al-Husaisah.
2. Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri; Shohib Taris, wafat 1037 H.
3. Sayyid Muhammad bin Alwi; Shohib Al-Muqoy rowiyat.
4. Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Biyd, Shohib As-Syi’ir.
5. Sayyid Yusuf Al-Qodhiy bin Al-Hasany Al-Farisy; Shohib Maryamah; lahir di
Maroko, di kota Al-Fasi tahun965 H, wafat di daerah Maryamah 1008 H.
6. Sayyid Al-Hasyb Umar bin ‘Isa Barakwah As-Samarqandy, Shohib Talqin,
wafat di Ghurfah.
7. Syekh Hasan Basya’ib, Shohib Al-Wasitoh.
8. Syekh Ahmad bin Sahl, Shohib Hiytar.
9. Al-faqih Muhammad bin Abdurrahman bin Sirojuddin Jamal, Shohib Al-
Ghurfah.
Karomah Syekh Abu Bakar bin Salim
1. Binatang ternak yang hilang
Seorang Lelaki Badui yang kehilangan binatang ternaknya dan ia telah mencari
kesana kemari, namun tidak ia ketemukan juga. Kemudian ia teringat akan
perkataan salah seorang pembantu dari Syekh Abu bakar bin Salim Ra, bahwa
Syekh Abu Bakar bin Salim dapat mengetahui dimanakah binatang ternaknya, ia
pun menemui syekh dan memberitahukan perkataan pembantu beliau itu
sebagai alasan yang menyebabkan dirinya datang dan bertanya kepada Syekh
Abu Bakar bin salim Ra. Lalu Syekh memanggil pembantunya dan beliau
menanyakan apakah benar perkataan si Badui tadi dan apa sebabnya ?.
pembantu beliau menjawab :
“Sesungguhnya aku pernah mendengar anda berkata bahwa dunia ini dalam
pandangan mata anda bagaikan sebuah piring belaka.”
Syekh Abu Bakar bin Salim kemudian menegur pembantunya tersebut dan
melarang jangan berbicara seperti itu lagi, karena beliau tidak ingin dianggap
sombong. Namun beliau tetap menolong si Badui tersebut dengan
memberitahukan dimana binatang ternaknya. Lalu si Badui tersebut pergi ke
tempat yang ditunjuk oleh Syekh dan menemukan binatang tersebut persis
seperti yang diberitahukan beliau.
2. Ramalan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Syekh Abu Bakar bin Salim pernah memberikan khabar kepada Umar bin
Abdullah Ja’far Al-Katsiry, sewaktu Umar bin Abdullah berada di dalam penjara.
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengabarkan bahwa Umar bin Abdullah akan
segera keluar dari penjara dan akan menjadi penguasa di Hadrhamaut. Tak
lama kemudian Umar bin Abdullah keluar dari penjara dan menjadi penguasa
Hadrhamaut.
3. Isyarat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan dari Syekh Sholeh As-Salik Ahmad bin Ali Bajabir Rahimahullah,
beliau berkata :
“ Tatkala sudah termasyhurnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, aku merindukan
untuk berziarah kepada beliau, dan aku menginginkan mendapatkan isyarah
lebih dahulu sebelum aku berziarah. Dan dikala tengah malam tiba, ada cahaya
yang memancar dari atas atap rumahku, lalu cahaya tersebut memenuhi seluruh
rumahku, kemudian tiba-tiba hadirlah Syekh Abu Bakar bin salim Ra turun dan
kemudian duduk disampingku, berbicara kepada diriku dan beliau memberikan
isyarat kepadaku, maka setelah itu akupun berziarah kepada beliau.”
4. Kesembuhan dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Ada seorang Sholihin yang bercerita : “ Sekali waktu aku sakit keras, dan pada
saat menjelang malam aku merasakan kepayahan, lalu aku bertawassul kepada
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Tak lama kemudian aku tertidur dan bermimpi
jumpa beliau, ku lihat diri beliau di atas kendaraan, kedua kakinya sampai tujuh
lapis bumi dan kepalanya menembus sampai ke langit dan beliau mengucapkan
dua bait syair
“Kaum yang sudah sampai di Hadhirah Tuhan mereka dan telah nyata
Bagi mereka keindahan akan hal tersebut dengan senyata-
nyatanya
“Dan tatkala mereka dipanggil olehnya kepada jalan kesuk-
sesan,
Mereka pun menyahuti dengan penuh keta’atan : “Kami me-
nyahuti
Panggilanmu wahai yang memanggil kami dengan segala
keindahan
( amal dan ganjaran )”
Di dalam mimpiku, beliau mengisyaratkan bahwa aku berhasil mendapatkan
kesembuhan dan kesehatan dari sakitku, dan ketika aku bangun di pagi harinya,
ternyata aku telah sehat dan penyakitku telah hilang dengan keberkahan Syekh
Abu Bakar bin Salim.
Diriwayatkan dari Syekh Al Wali Abiyd bin Abdul Malik bin Nafi As- Syibamy:
“Sekali waktu aku ditimpa suatu penyakit sedangkan aku berada di negeriku, di
Syibam, maka aku lalu bertawassul kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu
beliau tiba-tiba hadir dan masuk ke rumahku lalu memdo’akan diriku, kemudian
aku pun sehat dengan keberkahan beliau.”
5. Mangkuk kopi yang dikirim Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan bahwa ada rombongan yang berziarah kepada beliau yang berasal
dari Syam, dan salah satu dari mereka bercerita :
“Tatkala aku sedang duduk bersama Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, terlintas
dalam benakku, aku ingin minta do’a beliau, agar istriku yang berada di Syam
tidak marah kepadaku dan ridho atas diriku, karena aku telah lama
meninggalkan dirinya karena lamanya perjalananku.
maka tiba-tiba Syekh Abu Bakar bin Salim berbicara dan memberitahukan
kepadaku, padahal aku belum sempat berkata sepatah katapun, beliau berkata ;
“keluargamu akan ridho atas dirimu ketika engkau pulang. Sekiranya aku mau,
sungguh aku akan hadirkan keluargamu pada saat ini juga di majlis ini, tetapi
cukup (sudah) kuberikan kopi didalam mangkuk ini kepada mereka.”
Pada saat itu ku lihat di tangan beliau ada mangkuk yang berisi kopi, kemudian
ketika aku pulang ke negeriku dan bertemu keluargaku, akupun terheran-heran
karena ternyata mereka semuanya merasa senang dengan kepulanganku dan
mereka tidak marah sama sekali kepadaku; persis seperti yang dikatakan oleh
Syech Abu Bakar bin Salim. Lalu karena penasaran dan masih merasa takjub,
akupun bertanya kepada mereka adakah orang yang telah datang kepada
mereka? Dengan memakai pakaian seperti yang dipakai Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra saat itu, serta berciri-ciri seperti beliau, juga dengan membawa
mangkuk yang berisi kopi, pada hari yang dikatakan oleh Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra? Mereka pun berkata :
“Benar ada seorang Syekh yang telah datang kepada kami dengan membawa
semangkuk kopi dan kamipun meminumnya”.
6. Kasyafnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan bahwa ada serombongan jama’ah yang datang kepada beliau
untuk berrziarah kepada beliau. Tatkala ditengah jalan mereka berbincang satu
sama lain :
“sungguh kita ingin mengetahui kasyafnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, kita
minta saja didalam hati masing-masing, sekarang, agar dijamu beliau dengan
makanan laut dan kurma”
Padahal saat itu bukanlah musimnya, kemudian setelah melalui perjalanan
panjang, merekapun bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim, dan dikala
waktu sarapah tiba. Syekh Abu Bakar bin Salim berkata kepada pembantunya :
“pergilah engkau dengan rombongan ke rumah si Fulan, sesungguhnya di
rumahnya ada makanan untuk sarapan mereka”
Kemudian si pembantu tersebut pergi mengantarkan rombongan tadi menuju
kerumah yang dimaksud, setibanya mereka disana, kagetlah mereka karena
semua
Makanan yang mereka minta dalam hati sewaktu dalam perjalanan tadi sudah
terhidang lengkap. Setelah mereka selesai makan dan telah pulang, sang
empunya rumah datang dan ia tidak mendapati apapun dirumahnya ataupun
juga bekas makanan tersebut.
7. Penderita Lepra yang sembuh dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin
Salim.
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki di Maroko yang ditimpa lepra
disekujur tubuhnya, dan ia mempunyai saudara laki-laki yang sudah berikhtiar
kesana-kemari, namun tiada hasil dan mereka berdua adalah orang-orang
kaya. Saudaranya sudah memanggil seluruh tabib yang terkenal di masa itu
dan sudah meminta do’a kepada para wali yang termasyhur di masa itu. Tetapi
penyakit saudaranya tidak kunjung sembuh. Sampai akhirnya ada seorang ahli
batin yang berkata kepada mereka :
“Cobalah kalian meminta keberkahan dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di kota
I’nat, Yaman agar saudaramu mendapat kesembuhan.”
Kemudian saudaranya ini bermusafir pada saat itu juga ke kota I’nat. ketika
telah sampai, iapun berziarah dan berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra. Sebelum sempat ia berbicara; Syekh Abu Bakar bin Salim telah berkata
lebih dulu, dengan jalan kasyaf, beliau berkata :
“Aku telah terima ziarahmu dan keinginan dirimu untuk menyembuhkan
saudaramu yang sedang sakit di Maroko. Nanti pada waktu hari Jum’at, pada
waktu khotib berdiri di mimbar, masuklah engkau ke masjid kami, lalu pergilah
ke telaga yang ada di masjid kami, basahilah sekujur badanmu dengan air
telaga tersebut, apabila tubuhmu telah kering dari air, ulangi lagi sebanyak 3x
berturut – turut”.
Lelaki tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra. Kemudian pada waktu yang telah ditentukan yaitu hari jum’at, iapun
masuk ke telaga, lalu berendam kedalamnya berturut-turut selama 3x. kemudian
setelah itu, ia sholat Jum’at, pada waktu ia menunaikan sholat Jum’at ada
seorang laki-laki disebelahnya berkata kepada dirinya bahwa ibundanya pada
saat itu telah wafat di Maroko. Setelah ia menunaikan ziarah dan telah selesai
seluruh maksud tujuannya, ia kemudian pamit kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra dan segera pulang ke negerinya, Maroko. Ketika telah sampai
dirumahnya, ia menemui saudaranya yang sakit, ternyata saudaranya tersebut
pada saat itu telah sembuh, dan badannya telah bersih dari penyakit kusta.
Lalu ia pun bertanya kepada saudaranya, bagaimana sampai dirinya bisa
sembuh, kemudian saudaranya bercerita :
“Pada hari jum’at ( pada saat bersamaan saudaranya bertemu dengan Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra di I’nat dan menunaikan perintah beliau ) datang
kepadaku seorang lelaki ( yang sifatnya seperti Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
membasahi diriku, sampai 3x berturut-turut, setelah itu akupun langsung
sembuh, dan laki-laki tersebut hilang dari hadapanku”.
Dan memang benar ibunda mereka telah wafat pada saat itu, tetapi ternyata
dengan madad keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, saudaranya yang
sakit lepra tersebut mendapatkan kesembuhan.
8. Jari tangan Syekh Abu Bakar bin Salim ra bersinar.
Diriwayatkan bahwasanya istri beliau pada suatu malam meminta lampu
kepada beliau, maka beliau mengeluarkan jari-jari beliau dan pada saat itu jari-
jar beliau bersinar seperti lampu.
9. Syekh Abu Bakar bin Salim Ra Wali Shohibul waqt.
Diriwayatkan dari sebagian kaum Sadah Ba’alawi, ia bercerita :
“Satu ketika aku bermimpi seolah-olah aku bermaksud pergi haji ke Makkah
Musyarofah. Tatkala aku memasuki Masjidil Haram, aku tidak mendapati
Baitullah sebagaimana mestinya berada di tempatnya. Akupun lalu merasa
bingung. Pada saat itu aku melihat ada seorang laki-laki dari pada Bani Alawi,
akupun lalu bertanya kepadanya :
“Dimanakah Ka’bah ?.
Ia menjawab :
”Jalanlah bersamaku, aku akan menunjukkan kepada engkau Ka’bah”.
Maka aku pun berjalan disisinya. Sampai akhirnya kami masuk ke kota ‘Inat. Di
sana aku melihat satu kubah yang sangat besar di sisi rumah Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra, dan aku mendengar suara beliau didalamnya. Laki-laki tersebut
berkata kepadaku : “Inilah rumah yang diagungkan”, dan kulihat Baitullah ada di
sisi rumah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra”.
Kemudian akupun bangun dari tidurku pada saat itu juga. Lalu setelah aku
memikirkan mimpiku tersebut dan mengenai hal Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
yang ku lihat dalam mimpiku, maka tahulah aku bahwasanya Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra adalah Wali Shohibul waqt.”
10. Rombongan Musafir yang diselamatkan Allah swt dengan keberkahan Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Faqih Muhammad bin Sirojuddin Jamal Rohimahullah, beliau
bercerita :
“Sesungguhnya aku bermusafir ke negeri India pada bulan Asyura tahun 973 H
dengan naik kapal, sampai akhirnya pada satu tempat yang dikenal dengan
nama Khuril Gari. Pada saat kapal kami mengalami kerusakan, keadaan saat itu
sangatlah gelap dan hujan turun dengan lebatnya. Para penumpangnya merasa
kebingungan dan ketakutan sehingga mereka menangisi keadaan mereka. Aku
sendiri berdo’a kepada Allah swt dan bertawassul dengan para waliyullah, lalu
aku beristighotsah dan hatiku bertawajuh kepada Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra. Setelah aku bertawasul kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, aku
mendengar suara beliau seolah-olah dekat denganku. Kemudian aku bangun
dan memberitahukan kepada para penumpang yang lain bahwasanya telah ada
isyarah dan bisyarah dalam keadaan yang sangat sulit saat itu. Dan ternyata
kamipun selamat oleh bantuan Allah swt dengan kemuliaan Syekh Abu Bakar
bin Salim ra.
11. Panjang umur dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Dari Faqih Muhammad juga diriwayatkan, beliau bercerita :
“Sekali waktu diriku mengalami sakit yang sangat parah. Hal ini terjadi pada
bulan Ramadhan tahun 988 H, pada saat itu keadaanku sangat payah, sehingga
tak ubahnya sedang mendekati ajal dan dalam keadaan sakratul maut. Pada
saat itu seolah-olah hadir sosok ghaib yang bisa kudengar dan dapat kulihat,
kemudian tiba-tiba aku mendapati surat dari Syekh Abu Bakar bin salim Ra.
Pada surat tersebut, ketika kubaca tertulis sebagai berikut :
“Sesungguhnya kami mengetahui akan keadaanmu, engkau sedang sakit
sedemikian rupa. Tidak usahlah engkau cemaskan penyakitmu, insya Allah
engkau akan sehat dan terlepas dari pada maut dan kembali kepada kami.
Karena kehidupannmu dibutuhkan untuk kemaslahatan zhohir maupun batin
bagi kaum muslimin. Dan janganlah sekali-kali engkau merasa cemas didalam
hatimu terhadap penyakitmu ini. Sesungguhnya aku telah memberikan syafa’at
bagimu dengan keselamatan dan panjang umur.”
Maka tatkala aku telah selesai melihat surat yang sampai kepadaku secara
ghaib dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, tanpa diduga aku sembuh pada saat
itu juga dengan izin Allah swt dengan keberkahan daripada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
12. Makanan yang dihabiskan pembantu Syekh abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan, tatkala beliau hendak mengadakan perayaan dalam rangka khitan
dari sebagian anak-anak beliau. Beliaupun mengadakan walimah yang besar
dan mengundang penduduk Tarim dan sekitarnya. Pada perayaan tersebut,
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mempersiapkan jamuan yang banyak bagi yang
hadir, tetapi ternyata entah kenapa para undangan makan hidangan tersebut
sedikit sekali. Hal ini menyinggung perasaan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra,
beliau lalu berkata kepada pembantunya, yaitu audh bin Syekh Ali
Bamazru’ ( penduduk wasithoh ), beliau berkata :
“berdirilah engkau dan bersihkan hidangan ini, dan makan olehmu sendiri.”
Sedangkan jumlah hidangan pada waktu itu adalah sebanyak 60 hidangan.
Pembantu beliau makan setiaphidangan tersebut satu persatu tanpa
mendapatkan
Mudharat sedikitpun daripada tindakannya tersebut. Dan tatkala orang-orang
yang telah diundang Syekh abu Bakar bin Salim Ra itu hendak pulang menuju
Tarim, dipertengahan jalan mereka tiba-tiba ditimpa rasa lapar yang sangat
luar biasa, sehingga merekapun mengutus sebagian dari pada mereka ke kota
mishtoh untuk meminta kurma, tetapi mereka tidak mendapatkan kurma
sedikitpun; setelah itu barulah mereka menyadari bahwa rasa lapar yang
mereka derita, karena tidak menghabiskan jamuan Syekh Abu Bakar bin salim
ra, atau dengan kata lain mereka tidak menghargai perjamuan yang telah
dihidangkan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, maka mereka pun lalu meminta
maaf kepada beliau.
13. Dinding Masjid yang berjalan dengan perintah Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra.
Diriwayatkan dari Al-Mualim Al-Fadhil Ahmad bin Abdurrahman Bawazir, ia
berkata : Ada satu kisah yang diriwayatkan dari Ar-Rojul As-Sholeh Al-Mualim
Al-Walid Abdurrahman binMuhammad bin Abdullah Bawazir yang ia terima
riwayatnya dari beberapa orang Arifin, ia berkata :
“Sesungguhnya Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, tatkala sedang membangun
masjid beliau yang masyhur di kota ‘Inat, beliau berkata kepada seorang pekerja
bangunannya yaitu ibnu Ali sambil menunjuk satu dinding yang baru didirikan,
beliau berkata :
“Dinding yang didirikan ini tidak akan dimakmurkan oleh kaum muslimin, kami
menginginkannya agar dibuat sedikit maju.”
Ibnu Ali menjawab :
“Ya Sayyidi yang anda inginkan adalah kemaslahatan, tetapi bagaimanakah
kami akan merubahnya lagi, karena dinding ini sudah terlanjur didirikan di
tempat ini.”
Pada saat itu Syekh abu Bakar bin Salim Ra memegang tongkat, beliau lalu
memukul dinding tersebut dengan tongkat beliau, maka dengan seizin Allah swt
dinding tersebut berpindah tempat dari tempatnya semula sampai kepada
tempat yang diinginkan oleh Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
14. Darwisy yang mendapatkan futuh dengan barokah Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
Diriwayatkan dari Sayyidina Al-Imam Al-qutb Al-habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad, bahwasanya beliau bercerita :
“Sesungguhnya ada seorang Darwisy yang telah datang kepada Sayyid As-
Syekh Abdullah bin Syekh Al Aydrus dan berkhidmat kepada beliau sampai
beberapa waktu.”
Pada suatu ketika, si Darwisy ini berkata kepada pembantu As-Syekh Abdullah
bin Syekh Al-aydrus :
“Katakan kepada tuanmu, sesungguhnya aku menginginkan daripada As-syekh
Abdullah sabun.”
Maka pembantu inipun menyampaikan pesan si Darwisy itu kepada beliau.
Kemudian As-Syekh Abdullah Al-aydrus memberikan sabun untuk mencuci baju.
Maka tatkala pembantu beliau memberikan sabun ini kepada Darwisy tersebut,
ia terbelalak dan berkata :
“Sesungguhnya bukanlah sabun seperti ini yang aku inginkan, tetapi yang aku
inginkan adalah sabun untuk hatiku”
Kemudian Syekh abdullahbun Syekh Al-aydrus berkata kepada Darwisy ini :
“kami tidak mempunyai sabun yang engkau inginkan, kalau sekiranya engkau
menginginkan sabun untuk hatimu; pergilah engkau kepada Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra,.”
Kemudian keluarlah si Darwisy ini untuk pergi menemui Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra dan berkhidmat kepada beliau. Tak lama kemudian iapun
mendapatkan keinginannya dan mendapatkan Futuh daripada Allah swt dengan
barokah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
15. Tanah Dhorikh ( Makam ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mujarab unuk obat
segala macam penyakit.
Di Turbah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra terdapat pasir atau tanah (katsib)
yang sangat termasyhur kemujarabannya bagi orang-orang yang menginginkan
keberkahan. Salah satu yang termasyhur adalah bahwa tanah ini bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit, oleh karena jugalah Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra mendapatkan gelar “ Maula Katsib “.
Diceritakan oleh Sayyid Abdul qodir bin Abdullah bin Umar bin Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra, beliau berkata :
“Adalah aku berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra satu ketika
bersama guruku Guruku Sayyid Ahmad al-Junaidi banal-Imam Ahmad Al-
Junaid. Kami berziarah ke ‘Inat dan berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra. Sesudah berziarah, beliau menginginkan untuk mengambil pasir di
makam tersebut untuk menyembuhkan luka yang diderita beliau di salah satu
kaki beliau. Dan beliau meminta kepada salah seorang keturunan Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra agar meletakkan pasir tersebut atas luka beliau, dan luka
tersebut sembuh dengan seizin Allah swt”.
Dan diceritakan juga dari Syekh Abdullah Qadri Basya’ib, ia bercerita :
“Sesungguhnya aku selalu membawa tanah dari makam Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra, tatkala aku bermusafir menuju ke Makkah, aku membawa tanah
tersebut, dan selama perjalanan aku tidak mendapatkan musibah apapun juga.
Tatkala kami telah sampai di Makkah, maka kami mencengar khabar bahwa
kapal yang kami tumpangi tersebut pecah dan tenggelam. Akupun bersyukur
kepada Allah swt. Tanah ini juga selalu aku jaga dan bawa kemanapun aku
pergi; juga selama aku bermukim di Al-Haramain selam 9 tahun. Sampai
akhirnya akupun keluar dari makkah. Dan selama itu, aku selalu membawa
tanah tersebut dan tidak pernah sekalipun aku di timpa kesusahan.
16. Berpindahnya maqom kewilayahan Syekh Ma’ruf Ba jamal kepada Syekh
Abu Bakar bin Salim Ra.
Diceritakan dalam kitab Insussalikin Ila Maqomatil Wasilin yang ditulis oleh
Sayyid Abdullah bin Ahmad Baharun. Di dalam kitab tersebut diceritakan kisah
dari Umar bin Ali Bamansur, ia bercerita :
“Telah memberi kabar kepada kami seorang daripada kaum Arifin,ia bercerita :
tatkala wafat seorang wali besar yaitu Syekh Ma’ruf Ba Jamal di Budhoh salah
satu daerah di Dau’an. Kaum sholihin melihat dengan ‘Ainul Bashiroh mereka,
ada sungai yang mengalir dari Budhoh, sungai tersebut di penuhi cahaya yang
cemerlang. Sungai itu mengalir sampai ke Syibam dan memenuhi kota Sybam
dengan cahaya, sampai ke Ghurfah dan terus ke Tarim sampai akhirnya ke kota
‘Inat dan sungai tersebut berkumpul di hadirat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Maka tahulah seluruh murid Al-Wali Syekh Ma,ruf Ba jamal bahwa maqom atau
kewalian daripada Syekh Ma’ruf Ba Jamal telah berpindah dan diwarisi oleh
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Kemudian murid-murid Syekh Ma’ruf Ba jamal
menemui beliau. Sebelum mereka ingin berkata-kata, semuanya di kasyaf oleh
Syekh Abu Bakar bin Salim. Lalu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengajari
mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai beberapa hal ghaib.
Kemudian merekapun pulang ke Tarim, termasuk di antara rombongan mereka
yaitu Syekh umar Baraja As-Shonubari. Dan mereka berkumpul bersama Syekh
Husain bin Faqih Abdullah Balhaj Bafadhol. Dan merekapun menceritakan
daripada keagungan Syekh Abu Bakar bin salim Ra.”
17. Kekasyafan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dan Ziarah yang qobul.
Berkata Al-Faqih Muhammad bin Abdurrahman Sirojuddin Rohimahullah :
Daripada sebagian kekeramatan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, sebagaimana
yang telah dikabarkan kepadaku dari ayahandaku bahsanya ia bercerita :
“Sungguh telah terbayang atas kami banyak manusia yang berziarah kepada
Nabi Hud as. Dan tatkala itu adalah permulaan atau bidayah akan zuhurnya
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra. Dan sesungguhnya aku sangat menginginkan
berziarah bersama mereka didalam jama’ah mereka, rombongan yang agung,
tetapi aku merasa segan dan terlintas dalam hatiku sekiranya aku
menginginkan untuk menulis surat kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dan
meminta kepada beliau mendo’akan kami agar mendapat fadhilah daripada
ziarah tersebut. Tetapi akupun merasa sangat segan untuk menulis surat
tersebut dan akupun tidak pernah memberitahu satu orangpun atas
keinginanmu itu. Dan tatkala aku pulang setelah berziarah kepada Nabi Hud as,
tiba-tiba aku aku mendapatkan surat dari Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yang
isinya adalah sebagai berikut :
“Sesungguhnya kami menghadirkan ruh kalian didalam acara ziarah kepada
Nabi Allah Hud as, dan kami mendoa’kan kalian, dan kamipun mendoa’kan agar
kalian sekeluarga mendapatkan fadhilah dan keutamaan pada ziarah tersebut.”
Setelah aku membaca surat dari pada Syekh Abu Bakar bin Salim tersebut,
akupun mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt. Dan bertambah
ta’zhimlah diriku kepada beliau.”
18. Syekh Abu Bakar bin Salim Ra dipilih oleh Syekh Faris Ba Qais.
Ketika Syekh Faris, seorang wali besar yang berkunjung ke Tarim dan hendak
melanjutkan perjalanannya untuk berziarah ke makam Nabi Allah Hud as, beliau
meminta seseorang untuk mengantar beliau beserta rombongan, lalu beliau
memilih diantara penduduk Tarim yang pantas untuk mengantar beliau
berziarah, tatkala Syekh Faris melihat Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yang kala
itu masih berusia 4 ( empat ) tahun; beliaupun menunjuk Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra untuk mengantar beliau, dan Syekh Faris tidak mau digantikan oleh
orang lain; lalu pergilah Syekh Abu Bakar bin salim Ra bersama rombongan
Syekh Faris dengan digendong pembantu beliau yang bernama Baqahawil.
19. Berubahnya warna rambut Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Syekh Abdullah bin Zen :
“Sekali waktu kami sedang berada di majlis Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu
terlintaslah di dalam hatiku keraguan kepada beliau, tiba-tiba pada saat itu
juga dalam Hal-nya warna ( kulit dan baju ) Syekh Abu Bakar bin Salim Ra
berubah-rubah, dan rambut beliau juga sesaat berubah warna menjadi putih dan
sekejap kemudian kembali berwarna hitam.”
Syekh Abdurrahman bin Zen berkisah :
“Sekali waktu aku berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu kami
melihat warna beliau berubah-rubah; seketika itu juga terkadang-kadang
berwarna putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian berubah lagi menjadi
hitam manis, dan rambut beliaupun terkadang berubah warna menjadi putih
kemudian kembali berwarna hitam”.
20. Perempuan yang bertemu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Syarif Umar bin Muhammad bin Ali bercerita bahwa ada seorang perempuan
dari salah satu qabilah arab yang telah mendengar tentang kekeramatan beliau,
dan ia berkata bahwa ia ingin bertemu dan berziarah kepada Syekh Abu Bakar
bin Salim Ra; sebelum kalimatnya selesai ia ucapkan, tiba-tiba pada saat itu
juga hadir seseorang didepannya yang tak ia kenal dan berkata kepadanya :
“Engkau ingin bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim ? Akulah Syekh Abu
Bakar bin Salim ”
Dan kemudian langsung hilang pada saat itu juga, tak lama berselang, iapun
berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di ‘Inat, dan tatkala ia melihat
syekh Abu baker bin salim Ra, iapun terkejut karena ternyata wajah beliau sama
dengan seseorang yang mendatanginya secara ghaib di kala lalu itu, lalu syekh
Abu Bakar bin Salim Ra berkata kepadanya :
“Yang mendatangimu tempo hari itu adalah aku “
Padahal jarak tempuh antara daerah tempat tinggal perempuan itu dan kota
‘Inat adalah satu bulan perjalanan.
21. Orang-orang yang bernazar bagi Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Dikisahkan oleh Al-Imam Al-qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Athas, bahwa
ada seorang perempuan yang bernazar ingin memberikan makanan kepada
Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, lalu ia pun membawa makanan ala kadar
tersebut ke rumah Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, ketika ia meminta kepada
yang ada disana, pembantu tersebut merasa enggan untuk menyampaikan
makanan yang ala kadarnya itu dan ia berkata kepada si perempuan tadi :
“Syekh Abu Bakar bin Salim Ra tidak berhajat kepada makananmu”
Sedihlah ia mendengar perkataan pembantu tadi, tapi tiba-tiba Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra keluar dari rumah beliau dan mendatangi si perempuan tadi
dan menerima makanan tersebut, seraya mengucapkan terima kasih dan
pembantu tadi ditegur beliau.
Dikisahkan bahwa ada seorang yang mempunyai kebun yang luas dan ia
bernazar; seandainya tanamannya tidak dirusak oleh binatang, maka
sepersepuluh dari hasil panennya akan diberikan kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim ra, tak lama kemudian ia melihat binatang yang biasanya merusak
tanaman di kebunnya tidak bisa masuk kekebunnya tersebut dan hasil
panennya sangat bagus semuanya dengan barokah dari Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra.
22. Orang-orang yang berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim Ra.
Diriwayatkan oleh Sayyid Ahmad bin Syekh Al-faqih Ali bin Sayyid Al-Faqih
Syekh Al- Hasan Ra :
“Ada serombongan jama’ah yang ingin berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim ra, tatkala mereka telah sampai di Sewun mampirlah mereka ke Sulthan
Al-Katsiriy, sebagian dari rombongan ada yang tinggal dan sebagian yang lain
meneruskan perjalanan mereka untuk berziarah kepada Syekh Abu Bakar bin
Salim Ra; tak lama kemudian rombongan yang tinggal tadi merasa menyesal
dan mereka berniat ingin melanjutkan perjalanan untuk berziarah kembali, lalu
mereka berpikir untuk menemui pembantu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra yaitu
yang bernama Baraja untuk bertabarruk, lalu mereka menemui pembantu beliau
tersebut yang sedang berada di rumah beliau yang berada di Sewun; tanpa
diduga pembantu beliau tersebut berkata kepada mereka :
“Kalian akan bertemu Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di rumah ini, masuklah
kalian, Bismillah”
Lalu merekapun masuk dan mereka bertemu dengan Syekh Abu Bakar bin Salim
Ra di rumah tersebut ( yang berada di Seiwun ); kemudian mereka lama
berbincang-bincang dengan beliau, dan beliau juga membaca fatehah untuk
mereka, setelah itu mereka pulang, dan didalam perjalanan mereka bertemu
dengan rombongan lainnya yang baru pulang dari ‘Inat dan berkata kepada
mereka :
“Syekh Abu Bakar bin Salim mengirimkan salam buat kalian “
Mendengar hal ini merekapun merasa ta’jub karena merekapun baru saja
berkumpul dengan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra di waktu yang sama di
Sewun.
23. Mendapatkan anak dengan barokah Syekh Abu Bakar bun Salim Ra.
Berkata Al-Mu’allim Ahmad bin Abdurrahman Bawazir :
Ketika Syekh Abu Bakar bin Salim sedang duduk di majlis beliau dan sedang
menemui orang-orang yang berziarah kepada beliau, tiba-tiba ada seseorang
yang berpenampilan seperti seorang Darwisy menghampiri beliau dan beliaupun
berdiri menyambut orang tersebut seraya berkata :
“Engkau adalah Syekh Al-Bakri? Yang mengajar di Makkah?”
Orang tersebut menjawab :”benar”
Kemudian syekh Abu Bakar bin Salim Ra bertanya :
“Apakah engkau mempunyai anak?” Jawabnya : “tidak”
Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim Ra mengeluarkan mangkuk beliau yang
berwarna merah, kemudian dipenuhi oleh beliau dengan kopi, kemudian
diberikan
Kepada Syekh Al-Bakri, seraya berkata :
“Wahai Syekh Al-Bakri berikanlah kopi ini kepada istrimu, Insya Allah ia akan
segera mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi
seorang Ulama Makkah “
Tak lama kemudian Syekh Bakri mendapatkan anak laki-laki dan anak tersebut
menjadi seorang Ulama Makkah, persis seperti yang dikatakan oleh Syekh Abu
Bakar bin Salim Ra”
Diriwayatkan bahwa Al-Fadhil Al-Wali Al-Imam Abdurrahman Al-Biyd Al-
Ba’alawi, salah seorang murid Syekh Abu Bakar bin Salim Ra, suatu hari hendak
menemui beliau bersama seseorang bernama Utsman Khatib sambil membawa
kopi, ketika mereka telah berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim Ra,
beliau lebih dulu berkata kepada mereka berdua :
“Wahai Sayyid Abdurrahman sesungguhnya engkau ingin mempunyai keinginan
untuk mempunyai seorang anak laki-laki; karena engkau hanya mempunyai
anak perempuan; sesungguhnya Allah swt berfirman : Yahabu liman yasinasan
wa yahabu liman yasya az-zukur”
Sayyid Abdurrahman menjawab:
”Benar ya Sayyidi, selain ingin berjumpa dengan anda, itulah juga keinginanku”
Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim Ra berkata kepada Sayyid Abdurrahman :
“Sesungguhnya anak perempuan akan mendapatkan kelapangan dunia dan
akherat, dan engkau akan mendapatkan anak laki-laki yang mengkhatamkan Al-
qur’an, minumlah kopimu, sedangkan engkau ya Utsman keinginanmu adalah
agar engkau mendapatkan kemuliaan, engkau akan mendapatkan kemaslahatan
dari anak cucumu dan mereka akan diberikan Allah swt kelapangan dalam
urusan duniawi mereka”
Kemudian sayyid Abdurrahman kembali meneruskan cerita beliau :
Demi Allah sungguh yang terjadi pada kami berdua persis seperti yang
dikatakan Syekh Abu Bakar bin salim Ra’ nyaris tidak meleset barang satu huruf
pun dari perkataan beliau.”
Karya-karyanya
1. Miftahus saraair wa kanjuz zakhooir
2. Mi’rajul Arwah Ilal Minhajul Widhoh
3. Fathul Babil Mawahib Wa Bughyah Mathlabul Tholib
4. Mi’rajut Tauhid.
Kata mutiara dan nasihatnya
• Barangsiapa diam, ia akan selamat dan barangsiapa berbicara ia akan
menyesal.
• Orang yang bahagia adalah orang yang disenangkan oleh Allah tanpa alas an
tertentu dan orang yang sengsara adalah orang yang disengsarakan Allah tanpa
sebab tertentu. Demikianlah menurut ilmu hakikat. Sedangkan menurut ilmu
syariat; orang yang bahagia adalah orang yang oleh Allah diberi kesenangan
dengan melakukan berbagai amal saleh, dan orang yang disengsarakan oleh
Allah dengan meninggalkan amal-amal saleh dan melanggar syariat agama.
• Orang yang sengsara adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya
Barangsiapa mengenal dirinya, ia tidak akan melihat selain Allah swt.
Barangsiapa tidak mengenal dirinya, ia tidak akan melihat Allah swt.
• Setiap wadah memercikan apa yang ditampungnya.
• Barangsiapa tidak bermujahadah pada masa bidayahnya, ia tidak akan
mencapai puncak. Dan barangsiapa tidak bermujahadah, ia tidak akan
bermusyahadah; {“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (bermujahadah)
di jalan kami, niscaya akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. : Al-
Ankabut,29 : 69”}
• Barangsiapa tidak memelihara waktunya, ia tidak akan selamat dari bencana.
• Barangsiapa bergaul dengan orang baik, ia akan memperoleh berbagai
pengetahuan dan asrar, dan barangsiapa bergaul dengan orang-orang jahat, ia
akan memperoleh aib dan siksa neraka.
• Berbagai hakikat tidak akan diperoleh kecuali dengan meninggalkan berbagai
penghalang.
• Dalam Qanaah terdapat ketenteraman dan keselamatan; dalam tamak
terdapat kehinaan dan penyesalan.
• Orang yang arif melihat aib-aib dirinya; sedang orang yang lalai melihat aib-
aib orang lain.
• Dan orangyang bahagia adalah orang yang melawan hawa nafsunya, berpaling
dari alam untuk menghadap kepada penciptanya, dan melewatkan waktu pagi
dan sore dengan meneladani sunah nabinya.
• Hendaklah kamu bertawadhu dan tidak menonjolkan diri. Jauhilah sikap
takabur dan cinta kedudukan.
• Kesuksesanmu adalah ketika kamu membenci nafsumu dan kehancuranmu
adalah saat kamu meridhainya. Karena itu, bencilah nafsumu dan jangan
meridhainya, niscaya kamu akan berhasil meraih segala cita-citamu, Insya
Allah.
• Orang yang arif adalah yang mengenal dirinya, sedangkan orang jahil adalah
yang tidak mengenal dirinya.
• Alangkah mudah bagi seorang Arifbillah untuk membimbing orang jahil,
kadangkala kebahagiaan abadi dapat diraih hanya lewat sekilas pandangannya.
• Ridhalah atas maqam apapun yang Allah berikan kepadamu. Seorang Sufi
berkata, “selama lebih 40 tahun aku tidak pernah merasa benci pada maqam
yang Allah berikan kepadaku.”
• Berprasangka baiklah kepada sesama hamba Allah, sebab buruk sangka
timbul karena tiadanya taufiq. Ridhalah selalu pada qodho, bersikap sabarlah,
walaupun musibah yang kamu alami teramat besar. Firman Allah :
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan dibalas dengan
pahala tanpa batas. ( Az Zumar, 39 :10 )
• Dan tinggalkanlah hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagimu, dan benahilah
dirimu lebih dahulu.
• Dunia adalah anak perempuan Akhirat, barangsiapa telah menikahi seorang
perempuan, haram memperistri ibunya.
• Berbagai hakikat terhijab dari hati, karena perhatian kepada selain Allah.
• Waktumu yang paling bermanfaat adalah disaat kamu fana’ dan waktumu
yang paling sia-sia adalah disaat kamu menyadari dirimu.
• Ketahuilah oleh kalian sesungguhnya Allah swt bertajalli ( mengagungkan
dirinya ) di hati para kekasihnya; para kaum Arifin, karena mereka menghapus
selainnya di hati mereka dan mereka menghilangkan selain Allah swt dalam
pandangan mereka terhadap semesta dan pada setiap kejadiannya bahwa
semuanya adalah semata-mata ciptaan Allah swt, dan mereka melalui siang,
pagi serta sore hari selalu dalam keadaan taat kepadanya; mereka selalu
beribadat serta berharap dan takut kepadanya; serta selalu ruku’ dan bersujud
kepadanya, mereka selalu dalam keadaan bahagia dan gembira serta ridho
dengan segala ketentuan Qadha dan Qadar yang telah ditentukan Allah swt atas
mereka; berkata Nabi Ayyub as :”Bila mana aku hendak memilih di antara dua
perkara, maka aku akan memilih perkara yang ada Ridho Allah swt didalamnya
karena hanya hal itulah yang mendatangkan kemaslahatan bagiku” Berkata
kaum ‘Arifin : “Kalau sekiranya kedua mataku melihat selain Allah, maka akan
ku butakan, kalau sekiranya ke dua telingaku mendengar selain Allah, maka
akan ku tulikan, dan bilamana lidahku berkata yang tidak diperintahkan Allah,
maka akan ku potong”
• Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.
• Sesungguhnya Bala’ yang menimpamu pada saat lupamu, bila engkau
menyadarinya adalah merupakan jalanmu untuk kembali mengenal Allah swt
dan kembali mendekatkan dirimu kepadanya pada saat engkau meminta bala
tersebut dihilangkannya, dan bala’ sesungguhnya adalah bilamana engkau
melupakan Allah swt dan engkau lupa bahwa dirimu selalu faqir kepadanya.
• Beristiqamahlah kalian dalam setiap amal, karena para Ahli kasyaf sekalipun
semua bermohon kepada Allah swt agar mereka diberikan kekuatan dalam
beristiqamah agar mereka tidak jatuh dalam keadaan terhijab darinya.
• Ketahuilah oleh kalian; Ma’rifat kepada Allah swt adalah dengan kejelasan dan
bukan dengan tersamar, dan bilamana seorang hamba diberinya ma’rifat
kepadanya, maka ia pasti akan melihat semua amal yang dicintai oleh
Rasulullah saw.
• Sesungguhnya derajat yang tertinggi dalam maqom sabar adalah menahan
diri dari pada mengadu kepada selain Allah swt.
• Derajat paling tinggi disisi para Auliya Allah swt yang utama, adalah Tawadhu
dan Khumul ( menutupi keistimewaan diri ).
KELUARGA SYAIKH ABUBAKAR BIN SALIM BIN ABDULLAH BIN ABDURAHMAN
BIN ABDULLAH BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF
Syaikh al-Fakhor Abu Bakar bin Salim (shohib Inat), wafat tahun 992 H,
mempunyai
Empat orang anak perempuan yaitu: Fathimah, Aisyah, Alwiyah dan Talhah. Dan
tiga belas orang anak laki, yaitu:
1. Abdurahman
2. Ja'far keturunannya terputus
3. Abdullah al-Akbar
4. Salim (keturunannya sedikit dan terputus)
5. Husin, wafat di Inat tahun 1044 H, mempunyai tujuh orang anak perempuan:
Alwiyah, Talhah, Salma, Fathimah al-Kubra,Aisyah, Sekhah, Fathimah al-Sughro,
Maryam, Ruqaiyah.
Anak laki-lakinya:
a. Salim
keturunannya terputus
b. Abdurahman
c. Abu Bakar
keturunannya sedikit dan terputus
d. Soleh
e. Ahmad, wafat tahun 1061 H, mempunyai sepuluh orang anak laki:
1) Aqil
keturunannya terputus
2) Usman
3) Abdullah keturunannya sedikit dan terputus
4) Abdurahman keturunannya di Syihir, Sawahil
5) Muhammad keturunannya di Inat, Jawa
6) Soleh keturunannya di Nazwan, Gazah, Yafi', India
7) Syech keturunannya di Yafi'
8) Abu Bakar keturunannya di Inat
9) Umar keturunannya di Inat, Jawa, India, Sawahil, Zhufar
10) Salim, wafat di Ghaizhoh tahun 1087 H, mempunyai empat orang anak laki:
a) Hasan keturunannya di Zhufar
b) Muhammad keturunannya Aal-Dzi'bu di Ghaizhoh, Sawahil, Inat
c) Muhsin keturunannya di Zhufar, Ghaizhoh, India
d) Ali keturunannya di Inat
f. Idrus, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Zein
2. Ali (keturunannya di Syihir)
3. Abu Bakar (keturunannya di Misthoh)
g. Syechon, wafat tahun 1019 H, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Mahdi
2. Abdullah (keturunannya di Sawahil, Zanjibar)
3. Salim (keturunannya di Inat, Baidho')
h. Hasan, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Abdullah (keturunannya terputus di Inat)
2. Soleh (keturunannya keluarga al-Khamur di Khamur dan India)
3. Abu Bakar (keturunannya keluarga al-Khiyyid di India, Inat, Jawa, Hijaz)
i. Muhsin, mempunyai dua orang anak laki:
1. Muhammad
2. Ali, mempunyai dua orang anak laki:
a) Hadi (kakek Keluarga al-Hadi bin Salim di Khunaidaroh, Inat)
b) Abdullah (al-Haddar di Inat)
j. Umar, mempunyai lima orang anak laki:
1. Muhsin (keturunannya di Musyah, Jawa)
2. Ahmad (keturunannya di Mokalla, Ghorib, Sah)
3. Ali (keturunannya di Gail Sah, Sihir, Jawa)
4. Salim (keturunannya di Gail Sah)
5. Abdullah (keturunannya di Jawa, Inat)
k. Muhammad, mempunayi dua orang anak laki:
1. Umar
2. Ali (keturunannya keluarga Ahmad di Inat dan al-Bin Jindan di Inat dan India
dan Jawa)
l. Syech (wafat tahun 1113 H, keturunannya di Inat, Du'an, Jubail)
m. Hamzah, wafat tahun 1106 H, mempunyai dua orang anak laki:
1. Idrus (wafat tahun 1037 H, keturunannya terputus)
2. Tholib (keturunannya di Inat, India, Jawa)
6. Hamid al-Hamid, wafat tahun 1030 H, mempunyai delapan orang anak laki:
a. Hafidz
b. Ali keturunannya terputus
c. Mahdi
d. Umar keturunannya di Silik
e. Abdullah keturunannya di Amud, Inat, Jawa
f. Mutohhar keturunannya al-Aqil Mutohar di Damun, Yaman, Jawa, Palembang,
Singapura.
g. Abu Bakar keturunannya al-Abi Bakar bin Hamid di Qasam, Jurdan
h. Alwi keturunannya al-Alwi bin Hamid di Zhufar
7. Umar al-Muhdhar, wafat di Inat tahun 997 H, mempunyai tiga orang anak
laki:
a. Muhammad, mempunyai dua orang anak dan keturunannya terputus.
b. Ali, keturunannya di Bihan, Raudhah Bani Israil.
c. Abu Bakar, keturunannya di Bihan, Khamur dekat Syibam, India, Du'an, Jawa.
8. Hasan, mempunyai seorang anak bernama: Ali, mempunyai dua orang anak:
a. Hasan, keturunannya di Inat dan Surabaya.
b. Ahmad, kakek keluarga Abu Futhaim bin Abi Bakar bin Ahmad bin Hasan,
keturunannya di Jawa, India, Asia, Rahyah, Taribah.
9. Ahmad, mempunyai dua orang anak: Nasir dan Syech (keturunannya di Inat,
Sihir)
10. Soleh, mempunyai seorang anak bernama: Umar, keturunannya di Baijan,
Hajran, Dekat Qasam, Ghaizhoh, India, Jawa.
11. Ali, keturunannya di Sawahil, Saihut.
12. Syaichon, mempunyai dua orang anak, yaitu:
a. Abdullah, keturunannya di Rakhiyah, Wadi 'Ain, India dan Surabaya.
b. Muhammad, keturunannya di Jawa.
13. Abdullah al-Asghor, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Hadi
keturunannya terputus.
b. Muhammad
c. Ali (keturunannya di Rahyah, Jurdan, Jawa)
Minggu, 29 Juni 2014
Shalawat Hajiyah
SHOLAWAT AGAR CEPAT NAIK HAJI
Allohumma sholli 'alaa Sayyidinaa
Muhammadin sholaatan tuballighunaa hajja
baitikal haroom (muharrom) wa ziyaarota
habiibika Sayyidinaa Muhammadin 'alaihi
afdholush-sholati was-salam fii shihhatin wa
'aafiyatin wa salaamatin wa buluughil maroom
wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa baarik wa
sallim ajma'iin.
Artinya: "Ya Allah, anugerahkan rahmat kepada
junjungan kami Nabi Muhammad, yg dgn
berkahnya Engkau sampaikan kami berhaji ke
rumah-Mu yg dimuliakan dn berziarah ke
makam kekasih-Mu yg jg junjungan kami Nabi
Muhammad (semoga terlimpah baginya
sholawat dn salam yg paling utama), dlm
keadaan sehat wal'afiat, selamat serta tercapai
segala cita-cita, anugerahkn pula kpd segenap
keluarga dn sahabat beliau, beserta
keberkahan dn keselamatan."
KETERANGAN:
Bagi yg ingin cepat naik haji bacalah sholawat
di atas secara rutin, baik dlm rangkaian doa
sesuai sholat maupun sbg kanca melek wengi,
wiridan shalat malam. Dan di anjurkan pula
merutinkan baca surah Al-Hajj.
Ijazah dari: KH. A. Baidhowi Syamsuri
(pengasuh ponpes Sirojuth-Tholibin, brabo,
grobogan lafal sholawat yg tercantaum di atas
adalah "BAITIKAL MUHARROM"). sedangkan
Nyai Hj. Shofiyyah Umar (Sesepuh Ponpes Al-
Muayyad solo lafal yg tercantum adalah
"BAITIKAL HAROOM") meski berbeda kata
keduanya bermakna sama.
KH. Muhammad Abdul Haqq (Mursyid Thariqoh
Syadziliyyah dn Sesepuh Ponpes Darussalam,
Muntilan, Magelang) atau Mbah Mad
Watuconggol.
Sabtu, 28 Juni 2014
Wasiatul Musthafa (husni m)
TERJEMAH KITAB WASHIYATUL
MUSHTOFA
TERJEMAH KITAB WASHIYATUL MUSHTOFA
Segala puji saya haturkan kehadirat Allah yang
menjadi Tuhan semua alam. Shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada pemimpin
kita nabi Muhammad SAW dan keluarga beserta
para sahabatnya. (Ayat Al-Qur’an) ini
merupakan wasiat atau pesan Nabi Muhammad
kepada sahabat Ali bin Abi Thalib Karromallahu
wajhah.
Sahabat Ali berkata: “Rasulullah mengajakku,
kemudian, aku menyepi bersama beliau di
kediamannya, dan beliau berkata: Wahai Ali,
kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan
Nabi Harun di sisi Nabi Musa. Hanya saja tidak
ada nabi setelah aku. Hari ini aku berwasiat
padamu yang jika kau menjaganya, maka kau
akan hidup terpuji dan mati syahid serta kau
akan di bangkitkan oleh Allah pada hari Qiyamat
dengan keadaan ahli fiqih dan alim”. Wahai Ali:
“Barang siapa memakan barang halal maka
bersihlah agamanya, lunak hatinya, dan
da’wahnya tidak terhalang”. Wahai Ali: “Barang
siapa makan barang Subhat (belum jelas
pemiliknya) maka tidak jelas agamanya dan
gelap hatinya. Dan barang siapa makan barang
Haram, maka matilah hatinya, tipis agamanya,
lemah keyakinannya, dan Allah akan
menghalangi da’wahnya serta sedikit
ibadahnya”. Wahai Ali: “Jika Allah murka pada
hambanya, maka ia akan diberi rizqi berupa
barang Haram dan jika murka tersebut sudah
memuncak, maka Allah akan mengutus syetan
kepadanya yang memberinya barokah,
menemaninya, menyibukkannya dengan urusan-
urusan agama, dan mempermudah baginya
urusan- urusan duniawi”. Allah berfirman:
• Setiap orang yang berjalan kaki untuk mencari
harta haram maka syetanlah yang menjadi
temannya
• Setiap orang yang berkendaraan untuk
mencari harta haram, maka syetanlah yang
menjadi boncengannya
• Setiap orang yang lupa untuk menyebut nama
Allah ketika melakukan hubungan intim, maka
Syetanlah yang menjadi yang menyertai
putranya
Demikianlah firman Allah – Syetan akan
menyertai harta dan anak mereka.
Wahai Ali: “Allah tidak akan menerima shalat
tanpa wudlu, dan Shadaqah dari barang haram”
Wahai Ali: “Kualitas agama seorang mu’min
senantiasa bertambah selama dia tidak
mengonsumsi barang haram, dan orang yang
menjauhi Ulama maka akan mati hatinya, dan ia
buta akan keta’atan pada Allah”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang membaca Al-
Qur’an tapi ia tidak menghalalkan kehalalannya
dan tidak mengharamkan keharamannya maka
ia termasuk orang-orang yang membuang Al-
Qur’an di belakang punggungnya”.
Fasal. Menerangkan Tentang Wudlu dan Shalat
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai Ali,
aku akan menjelaskan tentang menyempurnakan
wudlu, sesungguhnya itu adalah separuh Iman,
jika kau berwudlu maka janganlah berlebih-
lebihan dalam menggunakan air, dan jika kau
selesai bersuci, maka bacalah ayat (Ayat Al-
Qur’an) Sebanyak 10 kali setelah membasuh
kedua kaki, niscaya Allah akan memberimu
jalan keluar atas masalahmu”.
Wahai Ali: “Jika engkau selesai dari bersuci,
maka ambillah air, kemudian usapkanlah ke
lehermu, setelah itu, bacalah do’a: “Maha suci
engkau, Ya Allah, dengan memujimu aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain engkau,
engkau maha Esa, tiada sekutu bagimu, aku
memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat
kepada-Mu”. Kemudian lihatlah ke bumi dan
berdo’alah: “Aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-
Mu”. Sesungguhnya orang yang membaca do’a
tersebut, maka Allah akan mengampuni semua
dosa-dosanya baik yang besar, maupun yang
kecil.”
Wahai Ali: “Sesungguhnya malaikat akan
memintakan ampun seseorang selama dia masih
dalam keadaan suci dan tidak hadats”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang mandi pada hari
Jum’at, maka Allah akan mengampuni dosanya
antara Jum’at ini sampai jum’at yang
berikutnya, dan menggantinya dengan pahala di
kuburnya, serta memberatkan timbangan amal
baiknya”.
Wahai Ali: “Pakailah siwak, karena siwak
memiliki 24 ke’utamaan baik di dalam tubuh
maupun agama.
Wahai Ali: “Lakukanlah shalat pada waktunya
karena merupakan sumber segala keutamaan
dan puncak segala ibadah”.
Wahai Ali: “Jibril berharap untuk menjadi anak
adam di sebabkan 7 perkara yaitu:
1. Shalat 5 waktu dengan berjama’ah.
2. Berkumpul di 1 majelis bersama ulama’.
3. Menjenguk orang sakit.
4. Mengantarkan jenazah.
5. Memberi minum orang yang membutuhkan.
6. Mendamaikan 2 orang yang berselisih.
7. Memulyakan tetangga dan anak yatim.
Wahai Ali: “Shalatlah pada malam hari walau
hanya seperti orang yang memerah sapi
(sebentar), orang yang shalat pada malam hari
adalah orang yang paling bagus wajahnya”.
Wahai Ali: “Jika kau takbir hendak shalat, maka
renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua
tanganmu sampai lurus dengan kedua
pundakmu, dan jika engkau takbir, letakkanlah
tangan kananmu di atas tangan kirimu tepat di
bawah pusarmu. Dan jika engkau Ruku’
letakkanlah kedua tanganmu di atas lututmu dan
renggangkanlah jari-jarimu”.
Wahai Ali: “Bersegeralah melakukan shalat
shubuh, lakukanlah shalat maghrib setelah
terbenamnya matahari seperti halnya memerah
sapi (sebentar). Sesungguhnya demkian itu
adalah perbuatan para nabi”.
Wahai Ali: “Lakukanlah shalat berjama’ah,
karena itu disisi Allah seperti pahalanya sama
dengan melakukan Haji”. Tidaklah suka
melakukan Shalat berjama’ah, kecuali mu’min
yang benar-benar dicintai Allah. Dan tidaklah
suka meninggalkan shalat berjama’ah, kecuali
orang munafik yang benar-benar dibenci Allah.
Wahai Ali: “Hamba yang paling di cintai Allah
adalah hamba yang Selalu bersujud dan
berdo’a dalam sujudnya: Ya Rabbi,
sesungguhnnya aku telah mendzolimi diriku
sendiri Maka ampunilah dosaku, sesungguhnya
tidak ada yang berhak Mengampuni dosa- dosa
kecuali engkau”.
Wahai Ali: “Dirikanlah shalat dhuha baik ketika
berpergian maupun ketika di rumah.
esungguhnya ketika hari kiamat Datang, maka
sebuah suara memanggil dari atas surga, “Di
Manakah orang-orang yang telah melakukan
shalat Dhuha ?”.Masuklah dari pintu Dhuha
dengan aman dan sentosa”. Dan Allah takkan
mengutus seorang nabi, kecuali ia
Memerintahnya untuk mendirikan shalat Dhuha.
Wahai Ali: “Di antara kemulyaan orang mu’min
adalah: Istri yang penurut, shalat berjamaah dan
tetangga Yang mencintainya.
Fasal: Menerangkan Tentang Puasa
Nabi bersabda: “Barang siapa berpuasa di
bulan Ramadhan dan menjauhi hal-hal yang
haram dan kurang ajar di bulan tersebut maka
Allah akan ridho padanya dan menyiapkan
surga-surga untuknya”.
Wahai Ali: “Barang siapa puasa bulan
Ramadhan dan dilanjutkan dengan puasa 6 hari
pada bulan Syawwal maka Allah akan mencatat
baginya pahala satu tahun penuh”.
Fasal: Menerangkan Shodaqoh (Sedekah)
Nabi bersabda: “Sesungguhnya para wali Allah
memperoleh luasnya Rahmat Allah bukan
karena banyaknya Ibadah, tapi karena
kedermawanan hati dan menganggap dunia itu
hina”.
Wahai Ali: Orang yang dermawan itu dekat
dengan Allah, dekat dengan Rahmat Allah dan
jauh dari siksa Allah. Orang yang kikir itu jauh
dari Allah, jauh dari Rahmat Allah, dan dekat
dengan siksa Allah.
Wahai Ali: “Aku melihat sebuah tulisan di atas
pintu surga: ‘Engkau di haramkanbagi setiap
orang kikir, orang yang berani pada orang tua,
dan tukang mengadu domba”.
Wahai Ali: “Ketika Allah menciptakan surga,
maka surga bertanya: ‘Untuk apa aku
diciptakan ?’, Allah menjawab: ‘Untuk orang-
orang yang dermawan dan bertaqwa’, Surga
berkata: ‘Aku rela’. Dan Neraka bertanya,
‘Wahai tuhanku, untuk apa aku diciptakan ?,
Allah menjawab: ’Untuk orang yang kikir dan
sombong’. Neraka berkata: ‘aku memang di
siapkan untuk keduanya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang tidak menuruti
hawa nafsunya maka surga adalah tempat
kembalinya, dan barang siapa yang menuruti
hawa nafsunya maka nerakalah tempat
kembalinya”.
Wahai Ali: “Hati- hatilah (takutlah) terhadap
do’anya orang-orang yang dermawan.
Sesungguhnya jika lisannya tergelincir maka
Allah yang akan menindaknya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang memberi makan
seorang muslim dengan sukarela, maka Allah
akan mencatat satu juta kebaikan untuknya, dan
menghapus satu juta kejelekan. Dan
mengangkat 1000 derajat untuknya”.
Wahai Ali: “Cintailah saudaramu seperti kau
mencintai dirimu sendiri’.
Wahai Ali: “Carilah kebaikan di pagi hari, dan
mulyakanlah tamu. Sesungguhnya ketika tamu
berkunjung di suatu kaum, maka rizqi juga akan
turun bersamanya, dan ketika ia pergi maka ia
akan pergi dengan membawa dosa-dosanya
penghuni rumah yang ia kunjungi kemudian
membuangnya ke
laut.
Wahai Ali: “Malaikat tidak akan masuk ke dalam
rumah yang di dalamnya terdapat beberapa
gambar atau patung atau orang yang berani
pada orang tuanya dan rumah yang tidak pernah
dimasuki tamu”.
Wahai Ali: “Berbuatlah suatu kebaikan walaupun
kepada orang-orang yang rendah kita, Sahabat
Ali: ‘Siapakah yang dimaksud dengan orang-
orang rendah ya Rasulullah ?, Nabi menjawab,
‘Yaitu orang-orang yang tidak mau menerima
nasehat ketika di nasehati, dan tidak mau
berhenti ketika di cegah, dan tidak mau
memperdulikan ucapannya dan ucapan orang
lain”.
Wahai Ali: “Sedekah dengan cara samar itu bisa
melebur murka tuhan, dan menarik barokah dan
rizqi yang banyak, dan pagi-pagilah (cepat-
cepatlah) untuk bersedakah, sesungguhnya,
bahaya turun sebelum pagi buta, sehingga
kepastian jelek akan ditolak udara”.Wahai Ali:
“Jika kau bersedekah maka bersedehkahlah
dengan hartamu yang paling
bagus”.Sesungguhnya, sesuap sedekah di
barang halal itu lebih disukai disisi Allah dari
pada 100 sedekah yang diberikan setelah kau
mati.Allah berfirman: “Hari ketika, seseorang
menunggu pahala atau kebaikan yang dilakukan
kedua tangannya”.
Wahai Ali: “Bersedehkahlah untuk kerabat-
kerabatmu yang mati, sesungguhnya Allah
memerintah malaikat untuk membawa sedekah
orang-orang yang hidup kepada kerabat-
kerabatnya yang telah mati, sehingga mereka
lebih bahagia daripada di dunia, dan mereka
berdo’a: ‘Ya Allah
ampunilah dosa-dosa orang yang menerangi
kuburan kami dan bahagiakanlah ia dengan
surga sebagaimana ia telah membahagiakan
kami”.
Wahai Ali: “Beramallah murni karena Allah,
sesungguhnya Allah tidak menerima, kecuali
amalnya orang yang murni kepada Allah”.
Allah berfirman: “Barang siapa yang berharap
bisa bertemu Allah maka hendaknya ia beramal
baik dan tidak menyekutukan Allah dengan
siapapun dalam ibadah”.
Fasal: Menerangkan Do’a Iftitah (Minta
Ampunan), Al-qur’an, (beberapa dzikir yang
lain)
Nabi bersabda: “Berdo’alah diantara Adzan dan
Iqomah, sesungguhnya do’a tersebut tidak akan
ditolak.”
Wahai Ali: “Jika engkau berdo’a, maka
bentangkanlah tanganmu lurus di dadamu dan
jangan kau angkat melebihi kepalamu dan
berisyarat kepada Allah dengan jari telunjuk
kananmu”.
Wahai Ali: “Jangan keraskan suaramu didalam
membaca al-qur’an dan berdo’a ketika ada
orang-orang shalat, sesungguhnya demikian itu
akan menggangu shalat mereka”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang berdzikir kepada
Allah sebelum waktu fajar, sebelum terbitnya
matahari dan terbenamnya matahari, maka Allah
akan mau untuk menyiksanya di neraka”.
Wahai Ali: “Jika engkau telah shalat, maka
tetaplah duduk di tempatmu sampai matahari
terbit, sesungguhnya Allah mencatat pahalanya
orang yang duduk di tempatnya seperti
pahalanya melaksanakan Haji dan Umroh atau
memerdekakan budak atau sedekah 1000 dinar
di jalan Allah”. Wahai Ali: “Barang siapa yang
setiap harinya membaca: ‘Hamba memohon
ampun pada Allah, dzat yang maha Agung, atas
dosa-dosa hamba dan kedua orang tua hamba
serta dosa-dosa semua orang mu’min baik laki-
laki atau perempuan, baik yang masih hidup
atau yang sudah mati. Maka Allah akan
mencatatnya sebagian dari kekasih-kekasih
Allah”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang setiap hari
membaca: ‘Tiada tuhan selain Allah, sebelum
segala sesuatu, tiada tuhan selain Allah setelah
segala sesuatu, tiada tuhan selain Allah, maka
tidak ada satupun malaikat langit dan bumi
kecuali memintakan ampun untuk-nya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang setiap hari
membaca: ‘Yaa Allah berikanlah aku berkah
ketika mati dan setelah mati, maka Allah tidak
akan menghisap amal yang telah ia perbuat di
dunia, dan barang siapa yang membaca takbir
100 x sebelum terbitnya matahari, dan 100 kali
sebelum terbenamnya matahari maka Allah akan
mencatat baginya pahala 100 orang ahli ibadah,
dan 100
pejuang di jalan Allah, dan barang siapa
membaca shalawat kepadaku setiap hari atau
setiap malam sebanyak 100 kali, maka ia wajib
mendapat syafa’atku (pertolongan), dan
banyaknya istighfar itu merupakan benteng
orang-orang yang taubat dari neraka.
Fasal: Menerangkan Kejujurandan danBerteman
Nabi bersabda: “Wahai Ali, jujurlah engkau
walaupun kejujuran itu membahayakanmu di
dunia tapi akan bermanfaat di akhirat dan
janganlah berdusta, sesungguhnya walaupun
dusta itu bermanfaat bagimu di dunia, tapi akan
membahayakanmu di akhirat”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang banyak dosanya,
maka hilanglah kebaikannya atau
keindahannya”.
Wahai Ali: “Hendaknya kamu jujur dalam
berbicara, menjaga pembicaraan, menjaga
amanat, dermawan hatinya dan terjaga
perutnya”.
Wahai Ali: “Sejelek-jeleknya teman adalah yang
lengah terhadap temannya dan menyebarkan
kejelekannya”.
Wahai Ali: “Pertemanan itu mempunyai
beberapa tanda: Seorang teman menjadikan
hartanya dibawah hartamu, dan jiwanya
dibawah jiwamu, dan harga dirinya dibawah
harga dirimu”.
Fasal: Menerangkan Taubat
Nabi bersabda: “Tidaklah berguna taubatnya
orang yang bertaubat sampai ia membersihkan
perutnya dari barang haram dan pekerjaan yang
baik (halal)”.
Wahai Ali: “Jika orang alim itu tidak bertaqwa
maka nasehat yang ia sampaikan kepada hati
manusia itu layaknya tetesan air oli atau telur
burung dan batu yang licin”.
Wahai Ali: “Jika selama 40 hari seorang mu’min
tidak berkumpul dengan ulama’ sama sekali,
maka batinnya akan keras dan ia berani
melakukan dosa-dosa besar. Karena ilmu
adalah kehidupan hati, sesungguhnya tidak akan
segan-segan menyiksa orang kaya tapi pencuri
dan orang alim tapi fasiq (suka melakukan
dosa-dosa besar)”.
Fasal: Menjaga Mulut
Nabi bersabda: “Jangan mencela seseorang,
sebab sesuatu yang ada dalam dirinya. Karena
tidak ada daging yang tak bertulang dan tidak
ada tebusan bagi gunjingan ikut meminta
kehalalan orang yang di gunjing / meminta maaf
padanya”.
Wahai Ali: “Allah tidak menciptakan sesuatu
dalam diri manusia yang lebih utama daripada
mulut. Mulut bisa menjadikan seseorang masuk
surga, dan juga masuk neraka, maka jagalah
(tahanlah) mulutmu, sesungguhnya mulut itu
laksana anjing”.
Wahai Ali: “Janganlah kamu mengutuk seorang
muslim, dan juga kawan, agar kutukan itu tidak
kembali pada dirimu”.
Fasal: Menerangkan Malu
Wahai Ali: “Agama itu kesemuanya terletak pada
rasa malu, yaitu jika kau menjaga kepala dan
apa yang ada di sekitarnya dan menjaga perut
serta apa yang ada di dalamnya”.
Fasal: Wira’i
Nabi bersabda: “Tidaklah sempurna agamanya
orang yang tidak punya rasa takut, tidaklah
sempurna akalnya orang yang tidak bisa
menjaga, tidaklah sempurna ibadahnya orang
yang tidak berilmu, tidaklah sempurna
keperwiraan orang yang tidak bersedekah,
Tidaklah aman bagi orang yang
tidak memiliki rahasia, tidaklah sempurna
taubatnya orang yang tidak penolong, tidaklah
sempurna kedermawanan orang yang tidak
punya rasa malu.
Wahai Ali: “Barang siapa yang tidak menghindar
dari kemaksiatan, maka berada di perut bumi,
lebih baik daripada di atas bumi. Karena dia
tidak punya rasa iman di hatinya”.
Wahai Ali: “Inti dari Wira’I adalah: meninggalkan
perkara haram dan apa yang telah di haramkan
Allah, dan pokok kemulyaan itu adalah dengan
meninggalkan kemaksiatan”.
Wahai Ali: “Sesungguhnya dengan budi pekerti
yang baik, seseorang bisa sampai pada derajat
orang yang berperang di jalan Allah dalam
keadaan berpuasa”.
Wahai Ali: “Puncak Ibadah adalah diam atau
tidak berbicara kecuali dzikir kepada Allah”.
Wahai Ali: “Banyak tidur bisa menjadikan hati
mati dan menyisakan penyesalan”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang diberi nikmat
oleh Allah kemudian bersyukur, dan diberi
cobaan kemudian bersabar, dan berbuat jelek
kemudian minta ampunan, maka ia akan masuk
surga melalui pintu mana saja yang ia
kehendaki.”
Wahai Ali: “Janganlah bersenang-senang,
sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang
yang suka bersenang-senang, dan bersedihlah,
karena Allah suka terhadap setiap orang yang
bersedih”.
Wahai Ali: “Tidak seharipun berlalu kecuali ia
berkata: ‘Aku adalah hari baru dan aku yang
menyaksikan perbuatanmu, maka lihatlah apa
yang kau kerjakan”.
Fasal: Mencela Dunia
Wahai Ali: “Janganlah mengingkari kematian,
mereka hanya mengingat dunia saja. Ali
bertanya ? ‘Siapa mereka wahai Nabi ?’, Nabi
menjawab, ’Mereka adalah orang-orang kaya
dan memiliki harta dunia seperti yang kau lihat,
mereka memperhatikan dunia, sebagaimana ibu
memperhatikan anaknya, dan mereka termasuk
orang-orang yang merugi di hari esok”.
Fasal: Mengetahui Kedudukan Manusia Allah
Nabi bersabda: “Sebaik-baiknya manusia disisi
Allah adalah Manusia yang paling berguna.
Sejelek-jeleknya manusia di sisi Allah adalah
orang yang panjang usianya tapi jelek
perbuatannya dan sebaik-baiknya mereka
adalah orang yang panjang usianya dan baik
perbuatannya”. Orang yang paling dibenci Allah
adalah:
1. Makan sendirian
2. Memukul budaknya
3. Memulyakan orang kaya
4. Menghina orang fakir.
Adapun yang lebih jelek daripadanya adalah
orang yang semasa hidupnya menetapi perkara
haram dan mati dalam keadaan menetapi
perkara haram, dan yang lebih jelek
daripadanya adalah, orang yang panjang
umurnya dan jelek perbuatannya dan tidak mau
bertaubat dari hal-hal yang dilarang Allah,
Sementara ia senang mengharapkan ampunan
Allah, dan yang lebih jelek daripadanya adalah
orang yang pura-pura mau berteman dengan
saudaranya se-iman padahal dia tidak mau
berteman dengannya, dan yang lebih jelek
daripadanya adalah orang yang mengawali
usianya dengan lupa, dan mengakhirinya
dengan rasa malas, untuk melakukan keta’atan
pada Allah.
Fasal: Tanda-Tanda Kebaikan
Nabi bersabda: “Tanda-tanda orang sabar
adalah perbuatan baik, pengabdianyang baik di
sisi Allah.
Wahai Ali: “Orang mu’min itu mempunyai 3
tanda, yaitu membenci harta, wanita, dan
Wahai Ali: “Orang yang cerdas (berakal)
mempunyai 3 tanda yaitu menjadikan dunia
sebagai sarana menuju akhirat, Sabar
menghadapi kesulitan”.Orang yang alim
mempunyai 3 tanda yaitu jujurnya ucapan,
menjauhi perkara haram dan rendah hati. Orang
yang taqwa mempunyai 3 tanda,
takut akan dusta dan hal-hal yang jelek, takut
untuk berteman dengan teman yang jelek.
Meninggalkan sebagian perkara yang halal
karena khawatir jatuh pada perkara haram.
Wahai Ali: “Tanda-tandi jujur itu ada 3,
Merahasiakan Ibadah, Sedekah, dan
Musibah”.Orang yang shaleh mempunyai 3
tanda:
1. Memperbaiki hubungan antara dia dengan
Allah
2. Memperbaiki agamanya dengan perbuatan
3. Rela / Ridlo terhadap orang lain sebagaimana
ia Ridlo pada dirinya sendiri
Tanda-tanda orang yang bahagia ada 3:
• Makanan yang halal
• Berkumpul dengan Ulama’
• Shalat lima waktu dengan berjamaah Wahai
Ali: “Tanda-tanda orang mu’min itu ada 3,
bersegera untuk melakukan keta’atan, menjauhi
hal-hal yang di haramkan, berbuat baik pada
orang yang berbuat jelek padanya”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang dermawan ada
3, memaafkan di saat mampu melawan,
mengeluarkan zakat, senang bersedekah”.
Wahai Ali: “Tanda orang yang arif itu ada 3,
bersilaturrahmi kepada orang yang memutusnya,
memberi kepada orang yang tidak memberinya,
mema’afkan orang yang telah menganiayanya”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang sabar itu
ada 3, yaitu sabar melakukan ketaatan pada
Allah, sabar menerima cobaan dari Allah, sabar
menjalani kepastian / ketentuan dari Allah”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang bertaubat
itu ada 3, menjauhi perkara yang diharamkan,
senang mencari ilmu, tidak kembali melakukan
kesalahan yang sama sebagaimana perasaan
susu tidak kembali pada puting susu
Fasal: Tanda-Tanda Menyekutukan Allah
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang kufur itu ada 3,
Ragu mengenai Allah, Benci terhadap hamba-
hamba Allah yang lain, Lupa untuk melakukan
ketaatan”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang munafik itu ada
3, Jika berbicara ia berdusta, Jika berjanji ia
mengingkari, Jika dipercaya dia mengingkari,
dan Nasihat tidak ada gunanya bagi dia”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang pamer ada
3, menyempurnakan ruku’ dan sujud (sholat)
ketika shalat dihadapan orang lain, dan
menguranginya ketika shalat sendirian,
bersemangat jika seseorang memujinya, dzikir
kepada Allah dalam keadaan sepi”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang tolol itu ada 3,
yaitu meremehkan kefardluan, banyak bicara
selain dzikir, mencela terhadap Allah”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang tertipu ada 3,
yaitu sering berdusta, sering menyandarkan
kebutuhannya pada orang lain”.
Wahai Ali: Tanda-tanda orang celaka ada 3,
yaitu makanan pokoknya berupa barang haram,
Menjauhi orang alim, Tidak shalat berjamaah.
Tanda-tanda pendosa ada 3, yaitu senang
terhadap kerusakan, Membahayakan orang lain,
Menjauhi petunjuk. Tanda-tanda orang dzalim
ada 3, yaitu tidak peduli dari manakah apa yang
ia makan, memaksa orang yang berhutang”.
Fasal: Do’a-Do’a
Nabi bersabda: “Jika kau hendak masuk ke
dalam masjid, maka awali dengan kaki
kananmu, dan keluar dengan kaki kirimu”.
Wahai Ali: “Bacalah surat Yasiin pada pagi dan
sore hari, sesungguhnya orang yang melakukan
hal tersebut, maka Allah akan menjamin
keamanannya”.
Wahai Ali: “Barang siapa membaca surat Hasyr
di setiap malam, maka ia akan dihindarkan dari
kejelekan dunia dan akhirat”.
Wahai Ali: “Barang siapa membaca surat Al-
Baqoroh pada malam Jum’at, maka tampaklah
baginya cahaya antara langit ke 7 dan bumi
• Barang siapa membaca suratAl-Mulk, pada
malam Jum’at, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya,dan dilindungi dari fitnah
(pertanyaan) kubur.
• Barang siapa yang membaca akhir surat Al-
Kahfi seraya tidur miring, maka Allah akan
membangun cahaya di kepala sampai
matakakinya
• Barang siapa yang membaca surat At-Thaariq
ketika akan tidur, maka Allah akan menulis
kebaikan baginya sebanyak bintang-bintang di
langit.
• Barang siapa yang membaca Al-Mulk
kemudian membaca: Yaa Allah, jagalah hamba
dengan agama Islam, baik dalam keadaan
berdiri, duduk, maupun tidur, ‘Yaa Allah
sesungguhnya aku berlindung padamu dari
kejahatan semua binatang yang mana engkau
adalah dzat yang menguasai ubun-ubun mereka
dan aku meminta kebaikan yang telah ada
dalam kekuasaanmu’. Maka Allah akan
melindunginya di Kejahatan jin, manusia, dan
hewan melata.
Wahai Ali: “Jika kau mempunyai hajat, maka
bacalah ayat kursi dan berdo’alah kepada Allah
dalam keadaan kesusahan dan kesulitan dan
bacalah: ’Wahai dzat yang maha hidup dan
maha tiada tuhan selain engkau, dengan
rahmatmu aku meminta perlindungan padamu,
maka ampunilah aku dan perbaikilah
keadaanku, serta berikanlah jalan keluar atas
kesusahanku’. Maka sesungguhnya Allah akan
melapangkan kesusahanmu dan memberi jalan
keluar atas Kesulitanmu serta memenuhi
kebutuhanmu”.
Wahai Ali: “Jika kau tertimpa suatu kesulitan
atau masalah , maka bacalah: ‘Maha suci
engkau wahai tuhanku, tiada tuhan selain
engkau, aku pasrah kepadamu, Engkau adalah
tuhan Arsy yang agung”.
Wahai Ali: “Perbanyaklah membaca do’a yang
telah Jibril ajarkan padaku, itu yang akan kekal
baik dalam agama, dunia dan di akhirat”.
Wahai Ali: “Jika kau melihat bulan sabit, maka
bertahlillah sebanyak 3 kali, dan bertakbirlah 3
kali dan bacalah, Allah Maha Besar, Maha
Mulya daripada apa yang aku khawatirkan dan
aku takutkan”.
Fasal: Perihal yang Bermacam-Macam
Wahai Ali: “Jika kau bertemu dengan muslim
yang lain, maka hendaknya kamu yang
mengucap salam terlebih dahulu, Niscaya Allah
akan menulis untukmu 20 kebaikan, dan
jawablah salam, niscaya Allah akan menulis 40
kebaikan bagi orang yang menjawab salam”.
Wahai Ali: “Takutlah untuk marah, karena
sesungguhnya marah dari syetan dan ia adalah
sejelek-jeleknya sesuatu yang ada pada dirimu
ketika kau marah”.
Wahai Ali: ”Takutlah akan do’a orang yang di
aniaya, karena sesungguhnya Allah akan
mengabulkan do’anya dan kalaupun ia kafir
maka kekufurannya akan kembali padanya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang memerintah
suatu kebaikan dan melarang suatu
kemungkaran, dan barang siapa yang selalu
jujur dalam urusannya, maka Allah tidak suka
untuk memurkainya, jika anak yatim menangis,
maka Arsy akan goncang, dan diserukan pada
Jibril. Wahai Jibril: ‘Perluaslah Neraka untuk
tempat orang yang membuat anak yatim
menangis, dan perluaslah surga untuk orang
yang membuatnya tertawa”.
Wahai Ali: “6 macam dari ummatku yang kelak
masuk surga:
1. Pemuda yang bertaubat
2. Orang yang bersedekah secara diam-diam
(samar)
3. Orang yang mendirikan Shalat Dhuha
4. Orang yang lebih rela kehilangan harta
daripada ketinggalan Shalat berjamaah satu kali
5. Orang yang mengalirkan air matanya karena
rasa takut pada Allah
6. Orang yang bersedekah dengan ulama”.
Wahai Ali: “Orang yang menuntun orang buta
dengan tangan kirinya, maka tangan kanannya
dalam tuntunan tangan kirinya”.
Wahai Ali: “Ketika manusia dalam keadaan
sekarat, maka ruas-ruas tulangnya saling
menyapa satu sama lain, seraya berkata, ‘Salam
Sejahtera untukmu, sesungguhnya aku telah
mati’. Begitu juga rambut Uban pada rambut
hitam”.
Wahai Ali: “Jagalah wasiatku sebagaimana aku
menjaganya dari Jibril yang diturunkan dari
Allah. Maha Suci Nama-nama-nya dan tiada
Tuhan selain dia.
MUSHTOFA
TERJEMAH KITAB WASHIYATUL MUSHTOFA
Segala puji saya haturkan kehadirat Allah yang
menjadi Tuhan semua alam. Shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada pemimpin
kita nabi Muhammad SAW dan keluarga beserta
para sahabatnya. (Ayat Al-Qur’an) ini
merupakan wasiat atau pesan Nabi Muhammad
kepada sahabat Ali bin Abi Thalib Karromallahu
wajhah.
Sahabat Ali berkata: “Rasulullah mengajakku,
kemudian, aku menyepi bersama beliau di
kediamannya, dan beliau berkata: Wahai Ali,
kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan
Nabi Harun di sisi Nabi Musa. Hanya saja tidak
ada nabi setelah aku. Hari ini aku berwasiat
padamu yang jika kau menjaganya, maka kau
akan hidup terpuji dan mati syahid serta kau
akan di bangkitkan oleh Allah pada hari Qiyamat
dengan keadaan ahli fiqih dan alim”. Wahai Ali:
“Barang siapa memakan barang halal maka
bersihlah agamanya, lunak hatinya, dan
da’wahnya tidak terhalang”. Wahai Ali: “Barang
siapa makan barang Subhat (belum jelas
pemiliknya) maka tidak jelas agamanya dan
gelap hatinya. Dan barang siapa makan barang
Haram, maka matilah hatinya, tipis agamanya,
lemah keyakinannya, dan Allah akan
menghalangi da’wahnya serta sedikit
ibadahnya”. Wahai Ali: “Jika Allah murka pada
hambanya, maka ia akan diberi rizqi berupa
barang Haram dan jika murka tersebut sudah
memuncak, maka Allah akan mengutus syetan
kepadanya yang memberinya barokah,
menemaninya, menyibukkannya dengan urusan-
urusan agama, dan mempermudah baginya
urusan- urusan duniawi”. Allah berfirman:
• Setiap orang yang berjalan kaki untuk mencari
harta haram maka syetanlah yang menjadi
temannya
• Setiap orang yang berkendaraan untuk
mencari harta haram, maka syetanlah yang
menjadi boncengannya
• Setiap orang yang lupa untuk menyebut nama
Allah ketika melakukan hubungan intim, maka
Syetanlah yang menjadi yang menyertai
putranya
Demikianlah firman Allah – Syetan akan
menyertai harta dan anak mereka.
Wahai Ali: “Allah tidak akan menerima shalat
tanpa wudlu, dan Shadaqah dari barang haram”
Wahai Ali: “Kualitas agama seorang mu’min
senantiasa bertambah selama dia tidak
mengonsumsi barang haram, dan orang yang
menjauhi Ulama maka akan mati hatinya, dan ia
buta akan keta’atan pada Allah”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang membaca Al-
Qur’an tapi ia tidak menghalalkan kehalalannya
dan tidak mengharamkan keharamannya maka
ia termasuk orang-orang yang membuang Al-
Qur’an di belakang punggungnya”.
Fasal. Menerangkan Tentang Wudlu dan Shalat
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai Ali,
aku akan menjelaskan tentang menyempurnakan
wudlu, sesungguhnya itu adalah separuh Iman,
jika kau berwudlu maka janganlah berlebih-
lebihan dalam menggunakan air, dan jika kau
selesai bersuci, maka bacalah ayat (Ayat Al-
Qur’an) Sebanyak 10 kali setelah membasuh
kedua kaki, niscaya Allah akan memberimu
jalan keluar atas masalahmu”.
Wahai Ali: “Jika engkau selesai dari bersuci,
maka ambillah air, kemudian usapkanlah ke
lehermu, setelah itu, bacalah do’a: “Maha suci
engkau, Ya Allah, dengan memujimu aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain engkau,
engkau maha Esa, tiada sekutu bagimu, aku
memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat
kepada-Mu”. Kemudian lihatlah ke bumi dan
berdo’alah: “Aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-
Mu”. Sesungguhnya orang yang membaca do’a
tersebut, maka Allah akan mengampuni semua
dosa-dosanya baik yang besar, maupun yang
kecil.”
Wahai Ali: “Sesungguhnya malaikat akan
memintakan ampun seseorang selama dia masih
dalam keadaan suci dan tidak hadats”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang mandi pada hari
Jum’at, maka Allah akan mengampuni dosanya
antara Jum’at ini sampai jum’at yang
berikutnya, dan menggantinya dengan pahala di
kuburnya, serta memberatkan timbangan amal
baiknya”.
Wahai Ali: “Pakailah siwak, karena siwak
memiliki 24 ke’utamaan baik di dalam tubuh
maupun agama.
Wahai Ali: “Lakukanlah shalat pada waktunya
karena merupakan sumber segala keutamaan
dan puncak segala ibadah”.
Wahai Ali: “Jibril berharap untuk menjadi anak
adam di sebabkan 7 perkara yaitu:
1. Shalat 5 waktu dengan berjama’ah.
2. Berkumpul di 1 majelis bersama ulama’.
3. Menjenguk orang sakit.
4. Mengantarkan jenazah.
5. Memberi minum orang yang membutuhkan.
6. Mendamaikan 2 orang yang berselisih.
7. Memulyakan tetangga dan anak yatim.
Wahai Ali: “Shalatlah pada malam hari walau
hanya seperti orang yang memerah sapi
(sebentar), orang yang shalat pada malam hari
adalah orang yang paling bagus wajahnya”.
Wahai Ali: “Jika kau takbir hendak shalat, maka
renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua
tanganmu sampai lurus dengan kedua
pundakmu, dan jika engkau takbir, letakkanlah
tangan kananmu di atas tangan kirimu tepat di
bawah pusarmu. Dan jika engkau Ruku’
letakkanlah kedua tanganmu di atas lututmu dan
renggangkanlah jari-jarimu”.
Wahai Ali: “Bersegeralah melakukan shalat
shubuh, lakukanlah shalat maghrib setelah
terbenamnya matahari seperti halnya memerah
sapi (sebentar). Sesungguhnya demkian itu
adalah perbuatan para nabi”.
Wahai Ali: “Lakukanlah shalat berjama’ah,
karena itu disisi Allah seperti pahalanya sama
dengan melakukan Haji”. Tidaklah suka
melakukan Shalat berjama’ah, kecuali mu’min
yang benar-benar dicintai Allah. Dan tidaklah
suka meninggalkan shalat berjama’ah, kecuali
orang munafik yang benar-benar dibenci Allah.
Wahai Ali: “Hamba yang paling di cintai Allah
adalah hamba yang Selalu bersujud dan
berdo’a dalam sujudnya: Ya Rabbi,
sesungguhnnya aku telah mendzolimi diriku
sendiri Maka ampunilah dosaku, sesungguhnya
tidak ada yang berhak Mengampuni dosa- dosa
kecuali engkau”.
Wahai Ali: “Dirikanlah shalat dhuha baik ketika
berpergian maupun ketika di rumah.
esungguhnya ketika hari kiamat Datang, maka
sebuah suara memanggil dari atas surga, “Di
Manakah orang-orang yang telah melakukan
shalat Dhuha ?”.Masuklah dari pintu Dhuha
dengan aman dan sentosa”. Dan Allah takkan
mengutus seorang nabi, kecuali ia
Memerintahnya untuk mendirikan shalat Dhuha.
Wahai Ali: “Di antara kemulyaan orang mu’min
adalah: Istri yang penurut, shalat berjamaah dan
tetangga Yang mencintainya.
Fasal: Menerangkan Tentang Puasa
Nabi bersabda: “Barang siapa berpuasa di
bulan Ramadhan dan menjauhi hal-hal yang
haram dan kurang ajar di bulan tersebut maka
Allah akan ridho padanya dan menyiapkan
surga-surga untuknya”.
Wahai Ali: “Barang siapa puasa bulan
Ramadhan dan dilanjutkan dengan puasa 6 hari
pada bulan Syawwal maka Allah akan mencatat
baginya pahala satu tahun penuh”.
Fasal: Menerangkan Shodaqoh (Sedekah)
Nabi bersabda: “Sesungguhnya para wali Allah
memperoleh luasnya Rahmat Allah bukan
karena banyaknya Ibadah, tapi karena
kedermawanan hati dan menganggap dunia itu
hina”.
Wahai Ali: Orang yang dermawan itu dekat
dengan Allah, dekat dengan Rahmat Allah dan
jauh dari siksa Allah. Orang yang kikir itu jauh
dari Allah, jauh dari Rahmat Allah, dan dekat
dengan siksa Allah.
Wahai Ali: “Aku melihat sebuah tulisan di atas
pintu surga: ‘Engkau di haramkanbagi setiap
orang kikir, orang yang berani pada orang tua,
dan tukang mengadu domba”.
Wahai Ali: “Ketika Allah menciptakan surga,
maka surga bertanya: ‘Untuk apa aku
diciptakan ?’, Allah menjawab: ‘Untuk orang-
orang yang dermawan dan bertaqwa’, Surga
berkata: ‘Aku rela’. Dan Neraka bertanya,
‘Wahai tuhanku, untuk apa aku diciptakan ?,
Allah menjawab: ’Untuk orang yang kikir dan
sombong’. Neraka berkata: ‘aku memang di
siapkan untuk keduanya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang tidak menuruti
hawa nafsunya maka surga adalah tempat
kembalinya, dan barang siapa yang menuruti
hawa nafsunya maka nerakalah tempat
kembalinya”.
Wahai Ali: “Hati- hatilah (takutlah) terhadap
do’anya orang-orang yang dermawan.
Sesungguhnya jika lisannya tergelincir maka
Allah yang akan menindaknya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang memberi makan
seorang muslim dengan sukarela, maka Allah
akan mencatat satu juta kebaikan untuknya, dan
menghapus satu juta kejelekan. Dan
mengangkat 1000 derajat untuknya”.
Wahai Ali: “Cintailah saudaramu seperti kau
mencintai dirimu sendiri’.
Wahai Ali: “Carilah kebaikan di pagi hari, dan
mulyakanlah tamu. Sesungguhnya ketika tamu
berkunjung di suatu kaum, maka rizqi juga akan
turun bersamanya, dan ketika ia pergi maka ia
akan pergi dengan membawa dosa-dosanya
penghuni rumah yang ia kunjungi kemudian
membuangnya ke
laut.
Wahai Ali: “Malaikat tidak akan masuk ke dalam
rumah yang di dalamnya terdapat beberapa
gambar atau patung atau orang yang berani
pada orang tuanya dan rumah yang tidak pernah
dimasuki tamu”.
Wahai Ali: “Berbuatlah suatu kebaikan walaupun
kepada orang-orang yang rendah kita, Sahabat
Ali: ‘Siapakah yang dimaksud dengan orang-
orang rendah ya Rasulullah ?, Nabi menjawab,
‘Yaitu orang-orang yang tidak mau menerima
nasehat ketika di nasehati, dan tidak mau
berhenti ketika di cegah, dan tidak mau
memperdulikan ucapannya dan ucapan orang
lain”.
Wahai Ali: “Sedekah dengan cara samar itu bisa
melebur murka tuhan, dan menarik barokah dan
rizqi yang banyak, dan pagi-pagilah (cepat-
cepatlah) untuk bersedakah, sesungguhnya,
bahaya turun sebelum pagi buta, sehingga
kepastian jelek akan ditolak udara”.Wahai Ali:
“Jika kau bersedekah maka bersedehkahlah
dengan hartamu yang paling
bagus”.Sesungguhnya, sesuap sedekah di
barang halal itu lebih disukai disisi Allah dari
pada 100 sedekah yang diberikan setelah kau
mati.Allah berfirman: “Hari ketika, seseorang
menunggu pahala atau kebaikan yang dilakukan
kedua tangannya”.
Wahai Ali: “Bersedehkahlah untuk kerabat-
kerabatmu yang mati, sesungguhnya Allah
memerintah malaikat untuk membawa sedekah
orang-orang yang hidup kepada kerabat-
kerabatnya yang telah mati, sehingga mereka
lebih bahagia daripada di dunia, dan mereka
berdo’a: ‘Ya Allah
ampunilah dosa-dosa orang yang menerangi
kuburan kami dan bahagiakanlah ia dengan
surga sebagaimana ia telah membahagiakan
kami”.
Wahai Ali: “Beramallah murni karena Allah,
sesungguhnya Allah tidak menerima, kecuali
amalnya orang yang murni kepada Allah”.
Allah berfirman: “Barang siapa yang berharap
bisa bertemu Allah maka hendaknya ia beramal
baik dan tidak menyekutukan Allah dengan
siapapun dalam ibadah”.
Fasal: Menerangkan Do’a Iftitah (Minta
Ampunan), Al-qur’an, (beberapa dzikir yang
lain)
Nabi bersabda: “Berdo’alah diantara Adzan dan
Iqomah, sesungguhnya do’a tersebut tidak akan
ditolak.”
Wahai Ali: “Jika engkau berdo’a, maka
bentangkanlah tanganmu lurus di dadamu dan
jangan kau angkat melebihi kepalamu dan
berisyarat kepada Allah dengan jari telunjuk
kananmu”.
Wahai Ali: “Jangan keraskan suaramu didalam
membaca al-qur’an dan berdo’a ketika ada
orang-orang shalat, sesungguhnya demikian itu
akan menggangu shalat mereka”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang berdzikir kepada
Allah sebelum waktu fajar, sebelum terbitnya
matahari dan terbenamnya matahari, maka Allah
akan mau untuk menyiksanya di neraka”.
Wahai Ali: “Jika engkau telah shalat, maka
tetaplah duduk di tempatmu sampai matahari
terbit, sesungguhnya Allah mencatat pahalanya
orang yang duduk di tempatnya seperti
pahalanya melaksanakan Haji dan Umroh atau
memerdekakan budak atau sedekah 1000 dinar
di jalan Allah”. Wahai Ali: “Barang siapa yang
setiap harinya membaca: ‘Hamba memohon
ampun pada Allah, dzat yang maha Agung, atas
dosa-dosa hamba dan kedua orang tua hamba
serta dosa-dosa semua orang mu’min baik laki-
laki atau perempuan, baik yang masih hidup
atau yang sudah mati. Maka Allah akan
mencatatnya sebagian dari kekasih-kekasih
Allah”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang setiap hari
membaca: ‘Tiada tuhan selain Allah, sebelum
segala sesuatu, tiada tuhan selain Allah setelah
segala sesuatu, tiada tuhan selain Allah, maka
tidak ada satupun malaikat langit dan bumi
kecuali memintakan ampun untuk-nya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang setiap hari
membaca: ‘Yaa Allah berikanlah aku berkah
ketika mati dan setelah mati, maka Allah tidak
akan menghisap amal yang telah ia perbuat di
dunia, dan barang siapa yang membaca takbir
100 x sebelum terbitnya matahari, dan 100 kali
sebelum terbenamnya matahari maka Allah akan
mencatat baginya pahala 100 orang ahli ibadah,
dan 100
pejuang di jalan Allah, dan barang siapa
membaca shalawat kepadaku setiap hari atau
setiap malam sebanyak 100 kali, maka ia wajib
mendapat syafa’atku (pertolongan), dan
banyaknya istighfar itu merupakan benteng
orang-orang yang taubat dari neraka.
Fasal: Menerangkan Kejujurandan danBerteman
Nabi bersabda: “Wahai Ali, jujurlah engkau
walaupun kejujuran itu membahayakanmu di
dunia tapi akan bermanfaat di akhirat dan
janganlah berdusta, sesungguhnya walaupun
dusta itu bermanfaat bagimu di dunia, tapi akan
membahayakanmu di akhirat”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang banyak dosanya,
maka hilanglah kebaikannya atau
keindahannya”.
Wahai Ali: “Hendaknya kamu jujur dalam
berbicara, menjaga pembicaraan, menjaga
amanat, dermawan hatinya dan terjaga
perutnya”.
Wahai Ali: “Sejelek-jeleknya teman adalah yang
lengah terhadap temannya dan menyebarkan
kejelekannya”.
Wahai Ali: “Pertemanan itu mempunyai
beberapa tanda: Seorang teman menjadikan
hartanya dibawah hartamu, dan jiwanya
dibawah jiwamu, dan harga dirinya dibawah
harga dirimu”.
Fasal: Menerangkan Taubat
Nabi bersabda: “Tidaklah berguna taubatnya
orang yang bertaubat sampai ia membersihkan
perutnya dari barang haram dan pekerjaan yang
baik (halal)”.
Wahai Ali: “Jika orang alim itu tidak bertaqwa
maka nasehat yang ia sampaikan kepada hati
manusia itu layaknya tetesan air oli atau telur
burung dan batu yang licin”.
Wahai Ali: “Jika selama 40 hari seorang mu’min
tidak berkumpul dengan ulama’ sama sekali,
maka batinnya akan keras dan ia berani
melakukan dosa-dosa besar. Karena ilmu
adalah kehidupan hati, sesungguhnya tidak akan
segan-segan menyiksa orang kaya tapi pencuri
dan orang alim tapi fasiq (suka melakukan
dosa-dosa besar)”.
Fasal: Menjaga Mulut
Nabi bersabda: “Jangan mencela seseorang,
sebab sesuatu yang ada dalam dirinya. Karena
tidak ada daging yang tak bertulang dan tidak
ada tebusan bagi gunjingan ikut meminta
kehalalan orang yang di gunjing / meminta maaf
padanya”.
Wahai Ali: “Allah tidak menciptakan sesuatu
dalam diri manusia yang lebih utama daripada
mulut. Mulut bisa menjadikan seseorang masuk
surga, dan juga masuk neraka, maka jagalah
(tahanlah) mulutmu, sesungguhnya mulut itu
laksana anjing”.
Wahai Ali: “Janganlah kamu mengutuk seorang
muslim, dan juga kawan, agar kutukan itu tidak
kembali pada dirimu”.
Fasal: Menerangkan Malu
Wahai Ali: “Agama itu kesemuanya terletak pada
rasa malu, yaitu jika kau menjaga kepala dan
apa yang ada di sekitarnya dan menjaga perut
serta apa yang ada di dalamnya”.
Fasal: Wira’i
Nabi bersabda: “Tidaklah sempurna agamanya
orang yang tidak punya rasa takut, tidaklah
sempurna akalnya orang yang tidak bisa
menjaga, tidaklah sempurna ibadahnya orang
yang tidak berilmu, tidaklah sempurna
keperwiraan orang yang tidak bersedekah,
Tidaklah aman bagi orang yang
tidak memiliki rahasia, tidaklah sempurna
taubatnya orang yang tidak penolong, tidaklah
sempurna kedermawanan orang yang tidak
punya rasa malu.
Wahai Ali: “Barang siapa yang tidak menghindar
dari kemaksiatan, maka berada di perut bumi,
lebih baik daripada di atas bumi. Karena dia
tidak punya rasa iman di hatinya”.
Wahai Ali: “Inti dari Wira’I adalah: meninggalkan
perkara haram dan apa yang telah di haramkan
Allah, dan pokok kemulyaan itu adalah dengan
meninggalkan kemaksiatan”.
Wahai Ali: “Sesungguhnya dengan budi pekerti
yang baik, seseorang bisa sampai pada derajat
orang yang berperang di jalan Allah dalam
keadaan berpuasa”.
Wahai Ali: “Puncak Ibadah adalah diam atau
tidak berbicara kecuali dzikir kepada Allah”.
Wahai Ali: “Banyak tidur bisa menjadikan hati
mati dan menyisakan penyesalan”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang diberi nikmat
oleh Allah kemudian bersyukur, dan diberi
cobaan kemudian bersabar, dan berbuat jelek
kemudian minta ampunan, maka ia akan masuk
surga melalui pintu mana saja yang ia
kehendaki.”
Wahai Ali: “Janganlah bersenang-senang,
sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang
yang suka bersenang-senang, dan bersedihlah,
karena Allah suka terhadap setiap orang yang
bersedih”.
Wahai Ali: “Tidak seharipun berlalu kecuali ia
berkata: ‘Aku adalah hari baru dan aku yang
menyaksikan perbuatanmu, maka lihatlah apa
yang kau kerjakan”.
Fasal: Mencela Dunia
Wahai Ali: “Janganlah mengingkari kematian,
mereka hanya mengingat dunia saja. Ali
bertanya ? ‘Siapa mereka wahai Nabi ?’, Nabi
menjawab, ’Mereka adalah orang-orang kaya
dan memiliki harta dunia seperti yang kau lihat,
mereka memperhatikan dunia, sebagaimana ibu
memperhatikan anaknya, dan mereka termasuk
orang-orang yang merugi di hari esok”.
Fasal: Mengetahui Kedudukan Manusia Allah
Nabi bersabda: “Sebaik-baiknya manusia disisi
Allah adalah Manusia yang paling berguna.
Sejelek-jeleknya manusia di sisi Allah adalah
orang yang panjang usianya tapi jelek
perbuatannya dan sebaik-baiknya mereka
adalah orang yang panjang usianya dan baik
perbuatannya”. Orang yang paling dibenci Allah
adalah:
1. Makan sendirian
2. Memukul budaknya
3. Memulyakan orang kaya
4. Menghina orang fakir.
Adapun yang lebih jelek daripadanya adalah
orang yang semasa hidupnya menetapi perkara
haram dan mati dalam keadaan menetapi
perkara haram, dan yang lebih jelek
daripadanya adalah, orang yang panjang
umurnya dan jelek perbuatannya dan tidak mau
bertaubat dari hal-hal yang dilarang Allah,
Sementara ia senang mengharapkan ampunan
Allah, dan yang lebih jelek daripadanya adalah
orang yang pura-pura mau berteman dengan
saudaranya se-iman padahal dia tidak mau
berteman dengannya, dan yang lebih jelek
daripadanya adalah orang yang mengawali
usianya dengan lupa, dan mengakhirinya
dengan rasa malas, untuk melakukan keta’atan
pada Allah.
Fasal: Tanda-Tanda Kebaikan
Nabi bersabda: “Tanda-tanda orang sabar
adalah perbuatan baik, pengabdianyang baik di
sisi Allah.
Wahai Ali: “Orang mu’min itu mempunyai 3
tanda, yaitu membenci harta, wanita, dan
Wahai Ali: “Orang yang cerdas (berakal)
mempunyai 3 tanda yaitu menjadikan dunia
sebagai sarana menuju akhirat, Sabar
menghadapi kesulitan”.Orang yang alim
mempunyai 3 tanda yaitu jujurnya ucapan,
menjauhi perkara haram dan rendah hati. Orang
yang taqwa mempunyai 3 tanda,
takut akan dusta dan hal-hal yang jelek, takut
untuk berteman dengan teman yang jelek.
Meninggalkan sebagian perkara yang halal
karena khawatir jatuh pada perkara haram.
Wahai Ali: “Tanda-tandi jujur itu ada 3,
Merahasiakan Ibadah, Sedekah, dan
Musibah”.Orang yang shaleh mempunyai 3
tanda:
1. Memperbaiki hubungan antara dia dengan
Allah
2. Memperbaiki agamanya dengan perbuatan
3. Rela / Ridlo terhadap orang lain sebagaimana
ia Ridlo pada dirinya sendiri
Tanda-tanda orang yang bahagia ada 3:
• Makanan yang halal
• Berkumpul dengan Ulama’
• Shalat lima waktu dengan berjamaah Wahai
Ali: “Tanda-tanda orang mu’min itu ada 3,
bersegera untuk melakukan keta’atan, menjauhi
hal-hal yang di haramkan, berbuat baik pada
orang yang berbuat jelek padanya”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang dermawan ada
3, memaafkan di saat mampu melawan,
mengeluarkan zakat, senang bersedekah”.
Wahai Ali: “Tanda orang yang arif itu ada 3,
bersilaturrahmi kepada orang yang memutusnya,
memberi kepada orang yang tidak memberinya,
mema’afkan orang yang telah menganiayanya”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang sabar itu
ada 3, yaitu sabar melakukan ketaatan pada
Allah, sabar menerima cobaan dari Allah, sabar
menjalani kepastian / ketentuan dari Allah”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang bertaubat
itu ada 3, menjauhi perkara yang diharamkan,
senang mencari ilmu, tidak kembali melakukan
kesalahan yang sama sebagaimana perasaan
susu tidak kembali pada puting susu
Fasal: Tanda-Tanda Menyekutukan Allah
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang kufur itu ada 3,
Ragu mengenai Allah, Benci terhadap hamba-
hamba Allah yang lain, Lupa untuk melakukan
ketaatan”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang munafik itu ada
3, Jika berbicara ia berdusta, Jika berjanji ia
mengingkari, Jika dipercaya dia mengingkari,
dan Nasihat tidak ada gunanya bagi dia”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang yang pamer ada
3, menyempurnakan ruku’ dan sujud (sholat)
ketika shalat dihadapan orang lain, dan
menguranginya ketika shalat sendirian,
bersemangat jika seseorang memujinya, dzikir
kepada Allah dalam keadaan sepi”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang tolol itu ada 3,
yaitu meremehkan kefardluan, banyak bicara
selain dzikir, mencela terhadap Allah”.
Wahai Ali: “Tanda-tanda orang tertipu ada 3,
yaitu sering berdusta, sering menyandarkan
kebutuhannya pada orang lain”.
Wahai Ali: Tanda-tanda orang celaka ada 3,
yaitu makanan pokoknya berupa barang haram,
Menjauhi orang alim, Tidak shalat berjamaah.
Tanda-tanda pendosa ada 3, yaitu senang
terhadap kerusakan, Membahayakan orang lain,
Menjauhi petunjuk. Tanda-tanda orang dzalim
ada 3, yaitu tidak peduli dari manakah apa yang
ia makan, memaksa orang yang berhutang”.
Fasal: Do’a-Do’a
Nabi bersabda: “Jika kau hendak masuk ke
dalam masjid, maka awali dengan kaki
kananmu, dan keluar dengan kaki kirimu”.
Wahai Ali: “Bacalah surat Yasiin pada pagi dan
sore hari, sesungguhnya orang yang melakukan
hal tersebut, maka Allah akan menjamin
keamanannya”.
Wahai Ali: “Barang siapa membaca surat Hasyr
di setiap malam, maka ia akan dihindarkan dari
kejelekan dunia dan akhirat”.
Wahai Ali: “Barang siapa membaca surat Al-
Baqoroh pada malam Jum’at, maka tampaklah
baginya cahaya antara langit ke 7 dan bumi
• Barang siapa membaca suratAl-Mulk, pada
malam Jum’at, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya,dan dilindungi dari fitnah
(pertanyaan) kubur.
• Barang siapa yang membaca akhir surat Al-
Kahfi seraya tidur miring, maka Allah akan
membangun cahaya di kepala sampai
matakakinya
• Barang siapa yang membaca surat At-Thaariq
ketika akan tidur, maka Allah akan menulis
kebaikan baginya sebanyak bintang-bintang di
langit.
• Barang siapa yang membaca Al-Mulk
kemudian membaca: Yaa Allah, jagalah hamba
dengan agama Islam, baik dalam keadaan
berdiri, duduk, maupun tidur, ‘Yaa Allah
sesungguhnya aku berlindung padamu dari
kejahatan semua binatang yang mana engkau
adalah dzat yang menguasai ubun-ubun mereka
dan aku meminta kebaikan yang telah ada
dalam kekuasaanmu’. Maka Allah akan
melindunginya di Kejahatan jin, manusia, dan
hewan melata.
Wahai Ali: “Jika kau mempunyai hajat, maka
bacalah ayat kursi dan berdo’alah kepada Allah
dalam keadaan kesusahan dan kesulitan dan
bacalah: ’Wahai dzat yang maha hidup dan
maha tiada tuhan selain engkau, dengan
rahmatmu aku meminta perlindungan padamu,
maka ampunilah aku dan perbaikilah
keadaanku, serta berikanlah jalan keluar atas
kesusahanku’. Maka sesungguhnya Allah akan
melapangkan kesusahanmu dan memberi jalan
keluar atas Kesulitanmu serta memenuhi
kebutuhanmu”.
Wahai Ali: “Jika kau tertimpa suatu kesulitan
atau masalah , maka bacalah: ‘Maha suci
engkau wahai tuhanku, tiada tuhan selain
engkau, aku pasrah kepadamu, Engkau adalah
tuhan Arsy yang agung”.
Wahai Ali: “Perbanyaklah membaca do’a yang
telah Jibril ajarkan padaku, itu yang akan kekal
baik dalam agama, dunia dan di akhirat”.
Wahai Ali: “Jika kau melihat bulan sabit, maka
bertahlillah sebanyak 3 kali, dan bertakbirlah 3
kali dan bacalah, Allah Maha Besar, Maha
Mulya daripada apa yang aku khawatirkan dan
aku takutkan”.
Fasal: Perihal yang Bermacam-Macam
Wahai Ali: “Jika kau bertemu dengan muslim
yang lain, maka hendaknya kamu yang
mengucap salam terlebih dahulu, Niscaya Allah
akan menulis untukmu 20 kebaikan, dan
jawablah salam, niscaya Allah akan menulis 40
kebaikan bagi orang yang menjawab salam”.
Wahai Ali: “Takutlah untuk marah, karena
sesungguhnya marah dari syetan dan ia adalah
sejelek-jeleknya sesuatu yang ada pada dirimu
ketika kau marah”.
Wahai Ali: ”Takutlah akan do’a orang yang di
aniaya, karena sesungguhnya Allah akan
mengabulkan do’anya dan kalaupun ia kafir
maka kekufurannya akan kembali padanya”.
Wahai Ali: “Barang siapa yang memerintah
suatu kebaikan dan melarang suatu
kemungkaran, dan barang siapa yang selalu
jujur dalam urusannya, maka Allah tidak suka
untuk memurkainya, jika anak yatim menangis,
maka Arsy akan goncang, dan diserukan pada
Jibril. Wahai Jibril: ‘Perluaslah Neraka untuk
tempat orang yang membuat anak yatim
menangis, dan perluaslah surga untuk orang
yang membuatnya tertawa”.
Wahai Ali: “6 macam dari ummatku yang kelak
masuk surga:
1. Pemuda yang bertaubat
2. Orang yang bersedekah secara diam-diam
(samar)
3. Orang yang mendirikan Shalat Dhuha
4. Orang yang lebih rela kehilangan harta
daripada ketinggalan Shalat berjamaah satu kali
5. Orang yang mengalirkan air matanya karena
rasa takut pada Allah
6. Orang yang bersedekah dengan ulama”.
Wahai Ali: “Orang yang menuntun orang buta
dengan tangan kirinya, maka tangan kanannya
dalam tuntunan tangan kirinya”.
Wahai Ali: “Ketika manusia dalam keadaan
sekarat, maka ruas-ruas tulangnya saling
menyapa satu sama lain, seraya berkata, ‘Salam
Sejahtera untukmu, sesungguhnya aku telah
mati’. Begitu juga rambut Uban pada rambut
hitam”.
Wahai Ali: “Jagalah wasiatku sebagaimana aku
menjaganya dari Jibril yang diturunkan dari
Allah. Maha Suci Nama-nama-nya dan tiada
Tuhan selain dia.
Imsyakiyah bukanlah bid'ah(piss ktb)
Adakah Waktu Imsak Dalam Islam ?
Belakangan ada fatwa yang ganjil yang
mengatakan bahwa imsak adalah bid’ah
(sesat). Seperti fatwa yang dikeluarkan oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang
salah satunya mengatakan sebagaimana
berikut:
: ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ، ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ، ﺑﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﻪ
ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ : ﻭَﻛُﻠُﻮﺍْ ﻭَﺍﺷْﺮَﺑُﻮﺍْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺨَﻴْﻂُ
ﺍﻷَﺑْﻴَﺾُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻴْﻂِ ﺍﻷَﺳْﻮَﺩِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍْ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﻴْﻞِ ﻭَﻻَ
ﺗُﺒﺎﺷِﺮُﻭﻫُﻦَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻋَﺎﻛِﻔُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ ﺗِﻠْﻚَ ﺣُﺪُﻭﺩُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻼَ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮﻫَﺎ
ﻛَﺬﺍﻟِﻚَ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ .
“Hal ini (imsak) TERMASUK BID’AH, tiada
dalilnya dari sunnah, bahkan sunnah
bertentangan dengannya, karena Allah
berfirman di dalam kitabnya yang mulia.”
Imsak yang dilakukan oleh sebagian orang itu
adalah suatu tambahan dari apa yang
diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
sehingga menjadi kebatilan, dia termasuk
PERBUATAN YANG DIADA-ADAKAN dalam
agama Allah padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda: “Artinya : Celakalah
orang yang mengada-adakan! Celakalah orang
yang mengada-adakan ! Celakalah orang yang
mengada-adakan ! “
Begitulah alasan mereka golongan pembid’ah.
Sepertinya yang membid’akan imsak itu hanya
kelompok yang pekerjaannya mencari bid’ah,
bukan pencari sunnah.
Fatwa ini banyak mempengaruhi sebagian
muslim di Indonesia untuk ikut menyebarkan
faham dalam tulisan mereka dengan redaksi
“waktu imsak sebelum waktu shubuh sebagai
perbuatan bid’ah” dan juga “menyelisihi
sunnah dan membuat bid’ah dalam agama”.
Alasannya karena “tidak ada dalilnya” ,
“berlebih-lebihan dalam agama” dll.. Alasan-
alasan seperti itu sebenarnya tidak terlalu
mengherankan, karena dalam kurikulum yang
mereka ajarkan tidak jauh daripada seputar
bid’ah, sesat, kafir yang menyebabkan umat
keluar dari islam dalam persepsi mereka atau
setidak-tidaknya menimbulkan fitnah dan
keresahan.
Konklusi sederhana fatwa tersebut adalah:
Imsak -> tidak ada di zaman Rasul dan
Sahabat -> diada-adakan-> bid`ah -> sesat->
di neraka.
Maka dengan berpedoman kepada imsakiyah
berapa banyak orang yang dibid’ahkan dan
disesatkan? Silahkan hitung sendiri jumlah
muslim yang hidup hari ini dan yang sudah
meninggal tapi dulu memakai imsakiyah serta
muslim akan datang yang mungkin juga
memakai imsakiyah. Jikalau imsakiyah adalah
bid`ah, maka semua mereka adalah calon
penghuni neraka.
Apakah benar dengan berpedoman kepada
imsakiyah seseorang bisa masuk neraka!
Apakah memang seperti itu hakikat ajaran
agama kita atau pemahaman mereka saja yang
bermasalah?!
Mari kita kupas hukum ber-imsak tersebut?
Imsakiyah yang dimaksud adalah: selembaran
kertas yang berisi jadwal waktu shalat, imsak
(mulai menahan untuk berpuasa) dan syuruq
(waktu matahari terbit), yang biasa dicetak di
kalender, di buku, koran, dll. atau dicetak
secara terpisah.
Maksud imsakiyah secara lebih khusus adalah:
waktu mulai menahan sebelum terbitnya fajar
(masuknya waktu subuh), bagi orang yang
berpuasa.
Hal yang disepakati oleh ulama adalah:
Setiap muslim wajib mulai menahan dari segala
yang membatalkan puasa sejak terbit
fajarshadiq (saat masuknya waktu shalat
Subuh.
Seorang muslim yang masih makan/minum
saat fajar shadiq telah terbit, maka puasanya
tidak sah, tapi ia tetap wajib menahan pada
hari tersebut dan puasa di hari itu diganti
(qadhai)
Seorang muslim wajib menahan diri dari segala
yang membatalkan puasa dan menjauhkan
dirinya dari sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari. Dan ia boleh mengkonsumsi
makanan sampai sebelum terbit fajar, apabila:
Yakin bahwa fajar belum masuk, atau
Dipastikan dengan informasi dari orang yang
bisa dipercaya (tsiqah) bahwa masih ada
waktu untuk boleh makan/minum, atau
Berpedoman kepada ijtihad.
Jikalau ada yang makan dan minum tanpa
pertimbangan 3 hal diatas, kemudian terbukti
bahwa ia makan dan minum saat fajar TELAH
terbit, maka puasanya batal dan ia WAJIB
mengganti (qadha`) puasa hari itu. Sama
halnya dengan saat berbuka puasa. Apabila
sudah berbuka sedangkan mereka tidak
melalui 3 proses di atas, kemudian terbukti
bahwa mereka telah berbuka di saat matahari
BELUM terbenam, maka puasa mereka batal
dan mereka WAJIB mengganti (qadha`) di hari
lain.
4. Rasul saw. dan para sahabat sudah berhenti
mengkonsumsi sesuatu pada saat sahur sekitar
10-15 menit sebelum terbitnya fajar shadiq.
Akan ada pembahasan tentang ini lebih rinci di
bawah.
5. Seorang yang mulai menahan sejak sebelum
terbit fajar, tidak berdosa dan tidak merusak
kepada puasanya.
6. Filosofi dasar dalam beribadah lebih
didominasi oleh prinsip ihtiyath (kehati-hatian)
dalam melaksanakannya.
Realita yang tidak bisa dipungkiri adalah:
Tidak semua umat mengetahui fajar shadiq dan
fajar kadzib. Dan tidak semua umat yang bisa
membedakannya.
Tidak semua umat yang bisa melihat jam dan
atau mendengar azan/isyarat sudah mulai
menahan dengan mudah. Bisa jadi karena
mereka tinggal di pedalaman, karena jauh dari
masjid, karena tidak masuk listrik, dll..
Titik perdebatan
Imsakiyah ini tidak ada di zaman Rasul Saw.
dan di zaman sahabat (salaf sholeh).
Apa manfaat imsakiyah?
Imsakiyah memang tidak ada di zaman Rasul
Saw. dan sahabat, akan tetapi dari penjelasan
di atas dan realita yang kita temui serta
pengalaman yang sudah dialami oleh mayoritas
kaum muslimin, imsakiyah sangat membantu,
seperti:
Membantu seorang muslim untuk mengetahui
waktu shalat, waktu imsak (ketika berpuasa),
dan waktu syuruq (matahari terbit)
Membantu seorang muslim untuk mengukur
waktu yang mereka butuhkan untuk persiapan
pelaksanaan sahur dan berbuka.
Menghidari kesalahan dalam penetapan waktu
yang menyebabkan batalnya pelaksanaan
ibadah mereka; puasa dan shalat.
Lebih hati-hati untuk mengakhiri sahur dan
memulai berbuka puasa.
Dll.
Perspektif imsak menurut ilmu Falak
Waktu imsak adalah waktu tertentu sebelum
shubuh, saat kapan biasanya seseorang mulai
berpuasa. Mengenai waktu imsak ada yang
berpendapat 15 menit, 10 menit, dan ada yang
menggunakan 18 menit dan 20 menit sebelum
fajar shodiq yang merupakan awal waktu
shubuh dan juga awal berpuasa. Dalam hal ini
para ahli astronomi berbeda pendapat
mengenai irtifa’ (ketinggian matahari) fajar
shadiq yang pada waktu itu dibawah ufuq
(horizon) ada yang berpendapat -18,-19,dan
-20.
Fenomena ini dalam astronomi disebut dengan
Twilight, fenomena ini muncul dibawah horizon
sampai matahari terbit pada pagi hari atau
setelah matahari terbenam pada sore hari.
Pada waktu itu cahaya kemerahan di langit
sebelah timur sebelum matahari terbit, yaitu
saat matahari menuju terbit pada posisi jarak
zenith 108 derajad di bawah ufuq sebelah
timur[7]. Dalam Explanatory Supplemen to The
Astronomical Almanac dijelaskan” this is
caused by the scattering of sunlight from upper
layer of the earth atmosphere. It begins at
sunset (ends at sunrise) and is conventionally
taken to end (or begin) when the center of the
sun reaches an altitude of -18”.
Fajar sendiri dibagi menurut ahli astronomi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu fajar waktu
pagi dan fajar waktu senja hari, secara fiqhi
fajar dibagi menjadi dua juga yaitu fajar shodiq
dan fajar kadzib, dalam hal ini K. Maisur
mengatakan sebagaimana dijelaskan oleh
ulama bahasa arab dan ulama fiqh:
ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻨﺘﺸﺮ ﺿﻮﺅﻩ ﻣﻌﺘﺮﺿﺎ ﻳﻨﻮﺍﺣﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ. ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﻜﺎﺫﺏ ﻓﺈﻧﻪ
ﻳﻄﻠﻊ ﻣﺴﺘﻄﻴﻼ ﺛﻢّ ﻳﺬﻫﺐ ﻭﻳﻌﺘﻘﺒﻪ ﻇﻠﻤﺔ. ﻭﺫﺍﻟﻚ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺼﺎﺩﻕ
Dalam ranah fiqih fajar dapat dibagi dua
macam yaitu fajar shadiq dan fajar kadzib.
Fajar kadzib adalah fenomena cahaya
kemerahan yang tampak dalam beberapa saat
kemudian menghilang sebelum fajar shadiq,
dalam dunia ilmu astronomi sering disebut
Twilight False atau Zodiacal light, Fajar kadzib
terjadi akibat hamburan cahaya matahari oleh
debu-debu antar planet di ekliptika.
Sedangkan fajar shadiq adalah fenomena
astronomical twilight yang muncul setelah fajar
kadzib. Para Ahli Fiqih memberi gambaran
bahwa fenomena fajar shadiq ketika mega
putih (biyadh) dari horizon telah tampak dari
arah timur, hal tersebut telah dijelaskan dalam
surat Al-Baqarah ayat 187 dimana waktu
melakukan puasa adalah ketika terbitnya fajar
(fajar shadiq) sampai tenggelamnya matahari.
Penyelesaian permasalahan yang menjadi
perdebatan
Imsakiyah ini memang tidak ada di zaman
Rasul Saw. dan di zaman sahabat (salaf
sholeh) juga tidak ada dalil tekstual secara
khusus ataupun secara umum. Akan tetapi
keberadaannya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar syariat islam. Justru
keberadannya membawa maslahat yang besar
bagi umat islam. Keberadannya sangat
membantu seorang muslim/ah untuk bisa
menyempurnakan pelaksanaan ibadah puasa
mereka. Karena mereka tahu waktu dan sangat
berhati-hati dalam menentukan waktu menahan
diri dari segala hal yang membatalkan puasa
dengan memulai menahan sebelum waktunya.
Justru keberadaan imsakiyah ini dalam kondisi
tertentu bisa masuk ke dalam kaidah yang
disebutkan oleh ulama ushul:
ﻣﺎ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺍﻻ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﻭﺍﺟﺐ
“Apapun yang tidak sempurna pelaksanaan
sebuah kewajiban kecuali dengannya, maka
ianya akan menjadi wajib juga”.
Aplikasi kaidah di atas pada permasalahan
adalah: Jikalau sempurnanya pelaksanaan
imsak tidak akan bisa tercapai kecuali dengan
adanya imsakiyah, maka imsakiyah juga akan
menjadi wajib.
Sesuatu yang tidak ada/tidak dilakukan di
zaman Rasul atau generasi salaf, bukan berarti
haram/tidak boleh dilakukan oleh orang-orang
setelah mereka. Apalagi hal-hal yang dilakukan
adalah sesuatu yang baik dan mendukung
maslahat dalam melaksanakan agama secara
sempurna yang dihasilkan dari proses ijtihad.
Dan Hal-hal yang haram/tidak boleh dilakukan
oleh generasi setelah Rasul Saw. adalah
apabila DILARANG oleh Rasul Saw., bukan hal-
hal yang ditinggalkan/tidak dilakukan. oleh
karena itu ulama ushul mengatakan :
ﺍﻟﺘﺮﻙ ﻻ ﻳﻔﻴﺪ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ
“Rasul Saw. dan sahabat tidak melakukan
sesuatu bukan berarti yang tidak dilakukan itu
adalah haram dilakukan.”
Oleh karena itu imsakiyah bukanlah sebuah
perkara bid`ah hanya dengan alasan imsakiyah
tidak ada di zaman Rasul Saw. dan sahabat.
Dan imsakiyah juga tidak bisa dikatakan
bertentangan dengan sunnah Rasul Saw.
karena memang tidak ada larangan terhadap
imsakiyah baik secara umum maupun secara
khusus.
Jikalau mereka menyatakan imsakiyah ini
bid`ah karena tidak ada dalil khusus yang
memerintahkan atau membolehkan, maka kita
akan juga tagih kepada mereka mana dalil yang
melarangnya dengan dalil khusus?! Apakah ada
larangan di dalam Al Qur`an dan sunnah
terhadap imsakiyah secara khsusus?!
Jawabannya pasti tidak!
Perlu diketahui bahwa perbuatan kaum
muslimin akan terus berkembang dan akan
sangat bervariatif dari masa ke masa, akan
sangat beragam dari satu tempat dibandingkan
dengan tempat lainnya. Perbuatan yang sudah
umum terjadi di zaman Rasul Saw. belum tentu
terjadi di zaman-zaman selanjutnya.
Sebaliknya, perbuatan yang belum ada di
zaman Nabi Saw. boleh jadi baru ada pada
zaman-zaman selanjutnya. Untuk menyikapi
bervariatif dan terus berkembanganya
perbuatan seorang muslim/ah dari satu waktu
ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain,
syariat kita menjelaskan tuntutan syar`i secara
garis besar/ umum, agar bisa dijadikan patokan
oleh para ulama untuk menemukan hukum
permasalahan-permasalahan yang terjadi
kapanpun melalui piranti ijtihad. Oleh karena
itu tidak semua permasalahan yang dijelaskan
secara khusus oleh dalil al Qur`an dan sunnah.
Jikalau setiap permasalahan dituntut harus
dijelaskan dengan dalil-dalik khusus, apa
gunanya dalil-dalil umum yang ada di dalam al
Qur`an dan sunnah? Apakah mereka hanya
akan menerima dalil-dalil-dalil khusus saja,
sementara dalil-dalil umum ditolak?! Bukankah
perbuatan mereka ini sama dengan Bani Israil
seprti yang diceritakan oleh QS: Al Baqarah:
85:
ﺃَﻓَﺘُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺒَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺗَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻓَﻤَﺎ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
ﺇِﻟَّﺎ ﺧِﺰْﻱٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻳُﺮَﺩُّﻭﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺷَﺪِّ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﻭَﻣَﺎ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻐَﺎﻓِﻞٍ ﻋَﻤَّﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al
Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian
yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang
berbuat demikian dari padamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada
hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat.
Kenapa ada Imsakiyah dan perspektif syariat
dalam menghukumi imsakiyah?
Mari kita lihat dasar adanya imsakiyah dan
pendapat para ulama hadits tentang imsakiyah
ini:
Sebenarnya ketetapan waktu imsak sebagai
ihtiyath (kehati-hatian) itu punya dasarnya.
Habib Hasan bin Ahmad bin Saalim al-Kaaf
menyebut dalam “at-Taqriiraat as-Sadiidah fil
Masaa-ilil Mufiidah” yang merupakan kumpulan
dari ringkasan ajaran guru-guru beliau terutama
sekali al-’Allaamah al-Faqih al-Muhaqqiq al-
Habib Zain bin Ibrahim bin Zain Bin Smith,
pada halaman 444 menyatakan :
…”Dan memuai imsak (menahan diri) dari
makan dan minum (yakni bersahur) itu adalah
mandub (disunnatkan) sebelum fajar, kira-kira
sepadan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
membaca 50 ayat (sekitar seperempat jam)”.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, berbunyi:-
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻋَﻦْ ﺯَﻳْﺪِ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺗَﺴَﺤَّﺮْﻧَﺎ
ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻡَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻗُﻠْﺖُ ﻛَﻢْ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ
ﺍﻷَﺫَﺍﻥِ ﻭَﺍﻟﺴَّﺤُﻮﺭِ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺪْﺭُ ﺧَﻤْﺴِﻴﻦَ ﺁﻳَﺔً .
Dari Sayyidina Anas meriwayatkan bahwa
Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a. berkata: “Kami
telah makan sahur bersama-sama Junjungan
Nabi Saw., kemudian baginda bangun
mengerjakan shalat. Sayyidina Anas bertanya
kepada Sayyidina Zaid:- “Berapa lamanya
antara azan (Subuh) dengan waktu makan
sahur itu ?” Dia menjawab: “sepadan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50
ayat.”
Hadis ini menunjukkan bahwa jarak atau
interval waktu antara bersahurnya Rasul Saw.
dan azan Subuh adalah kira-kira 50 ayat. Itu
artinya Rasul Saw. tidak lagi makan sahur
sampai berkumandangnya azan Subuh. Pada
redaksional hadits disebutkan secara jelas
bahwa Rasul Saw. bersahur dan berhenti kira-
kira waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50
ayat al Qur`an sebelum masuk waktu Subuh.
Inilah yang dipahami oleh para ulama kita,
sehingga menetapkan sunnah berimsak sekitar
waktu yang dibutuhkan untuk pembaca 50 ayat
Al Qur`an tersebut yang diperkirakan setara
dengan 10 – 15 menit.
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani di dalam kitab
“Fathul Baari” tatkala mensyarah maksud
hadits di atas antara lain menyatakan:-
“Dan Imam al-Qurthubi berkomentar:
“Padanya (yakni dalam kandungan hadits di
atas) terdapat dalil bahwasanya berhenti dari
sahur adalah sebelum terbitnya fajar….”
Jadi jelas dinyatakan oleh Imam al-Qurthubi
bahwa berhenti sahur Rasulullah Saw. menurut
hadits di atas adalah sebelum terbitnya fajar
(qabla thulu`il fajri), yang mengisyaratkan
bahwa tidaklah Rasulullah Saw. masih
mengkonsumsi sahur sampai terbit fajar.
Selanjutnya Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani juga
menyatakan bahwa:-
“Maka disamakan oleh Zaid bin Tsabit waktu
yang demikian itu dengan ukuran pembacaan
al-Quran sebagai isyarat bahwa waktu tersebut
(yakni waktu senggang antara selesai sahur
dan azan) adalah waktu untuk ibadah
membaca al-Quran.”
Jadi bukanlah waktu itu untuk mengunyah
makanan lagi, inilah yang dimaksudkan!
Al-’Allaamah Badruddin al-’Ayni di dalam kitab
“‘Umdatul Qari” yang juga merupkan syarah
Sahih Bukhari menyatakan:-
“Hadits Zaid bin Tsabit menunjukkan
bahwasanya selesai daripada sahur adalah
sebelum fajar dengan kadar pembacaan 50
ayat.”
Beliau juga menulis:-
“Bahwasanya padanya (yakni pada hadits Zaid
tersebut) mengakhirkan sahur sehingga tinggal
waktu antara azan dan makan sahur itu kadar
pembacaan 50 ayat… maka dari situ ianya
menunjukkan bahwasanya mereka (Nabi Saw.
dan sahabat) menyegerakan bersahur dan
berhenti sehingga tinggal (waktu) antara
mereka dan fajar sekitar selama waktu yang
dibutuhkan tersebut.”
Artinya Rasul Saw. dan sahabat berhenti
bersahur sebelum terbit fajar sekitar selama
waktu yang dibutuhkan untuk membacaan 50
ayat dan mereka tidaklah mengundurkan sahur
sehingga terbitnya fajar shadiq.
Imam an-Nawawi di dalam kitab “Syarah
Muslim” tatkala mensyarahkan hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Bakar bin
Abu Syaibah yang kandungannya hampir sama
dengan hadits Imam al-Bukhari di atas dengan
perbedaannya bahwa dalam lafaz al-Bukhari
dinyatakan “berapa kadar waktu antara azan
dan sahur” dan dalam hadits Muslim juga
digunakan “berapa kadar waktu antara
keduanya”, menyatakan:-
“… padanya (yakni dalam hadits tersebut)
terkandung anjuran untuk mengakhirkan sahur
beberapa saat sebelum terbit fajar”, ( yakni
kita dianjurkan untuk mengakhirkan makan
sahur beberapa saat sebelum terbitnya fajar
shadiq.
Perhatikanlah, dengan berdasarkan
pemahaman terhadap hadits di atas yang
berasal dari perbuatan Rasul Saw. ulama
berpendapat bahwa adanya waktu imsak yang
menjadi sunnah untuk menyelesaikan makan
sahur (yakni bagi yang telah bersahur) sebelum
fajar shadiq terbit.
Ijtihad ulama mazhab Syafi`i seperti yang
disebutkan oleh Al-’Allaamah Sayyid ‘Abdullah
al-Jurdani di dalam kitab “Fathul ‘Allam bi
syarhi Mursyidil Anaam” volume 4 halaman 59
menyebutkan:-
“Telah berkata Imam ar-Ramli seperti (kata)
Imam Ibnu Hajar setelah kedua orang itu
menyebutkan hadits Zaid bin Tsabit tersebut: “
Dan padanya (yakni terkandung dalam hadits
tersebut) dalil bahwa sunnah untuk
mengakhirkan sahur. Yaitu yang afdhalnya
adalah diakhirkannya sahur tersebut sehingga
berhenti darinya (selesai dari bersahur) dan
malam masih tersisa (masih belum terbit fajar
shodiq) selama waktu yang dibutuhkan untuk
(pembacaan) 50 ayat.
Pendapat Habib Umar bin Hafidz,
Pertanyaan:
Banyak orang yg makan sampai waktu adzan
tiba, yaitu ia tidak berimsak kecuali tatkala
mendengar adzan. Apakah hal ini
diperbolehkan atau dia wajib berimsak
sebelumnya?
Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa ber-imsak itu lebih
afdhal. Selama belum terbitnya fajar
diperbolehkan baginya untuk makan apa yang
dikehendakinya. Akan tetapi berhati-hati
dengan imsak sebelum azan dengan (untuk
menjaga) satu jangka masa adalah baik.
Apabila seseorang sampai fajar telah terbit lalu
dia makan dan minum, kemudian ternyata
perbuatannya itu (yakni makan/minumnya tadi)
terjadi setelah terbit fajar, maka berdosalah dia
dan wajib atasnya untuk berpuasa sehari
sebagai ganti puasanya hari tersebut (yakni
apabila nyata bahwa dia telah makan dan
minum setelah fajar terbit, maka dia berdosa
dan wajib qadha).
Oleh karena itu, maka berhati-hati itu lebih
utama dan yang sedemikian itu telah diambil
oleh para ulama berdasarkan yang disebutkan
di dalam hadits yang mulia:
“Berapa masa antara sahur s.a.w. dan sholat ?
Dijawabnya : Sekadar 50 ayat. 50 ayat
dikadarkan dengan seperempat jam atau
sepertiga, atas sekurang-kurangnya. Oleh
karena itu, imsak sebelum fajar dengan
seperempat jam atau sepertiga jam adalah
awla dan ahwath (terlebih utama dan terlebih
berhati-hati).
Oleh karena Ihtiyath (berhati-hati) yang bisa
dilakukan oleh seorang muslim dalam masalah
imsak itu sangat luas dan ia bisa dipersempit
oleh seseorang itu atas dirinya menurut
kehendaknya, seperti dilaksanakannya puasa
untuk satu hari secara sempurna itu dengan
dimulai menahan pada hari itu sebelum habis
waktu boleh makan dan minum tersebut (yakni
sebelum tiba fajar hari tersebut) sekitar 10 atau
15 menit (sebagai ihtiyath bagi dirinya untuk
mendapatkan kesempurnaan puasa satu hari
tersebut). Karena menyeret dirinya dalam
keraguan untuk penentuan yang sedemikian
adalah satu keburukan dalam berhubungan
dengan Allah al-Jabbar Swt.. Bahkan
semestinya dia berihtiyath sebelum fajar, maka
berimsaklah dia sebelum fajar. Dan pada
Maghrib, sedemikian juga dia berihtiyath
(berhati-hati) untuk tidak berbuka sehingga
diyakini terbenamnya matahari. Wa billahit
tawfiq.
KESIMPULAN
1. Imsakiyah bukanlah sebuah perkara bid`ah
hanya dengan alasan imsakiyah tidak ada di
zaman Rasul Saw., karena sesuatu yang tidak
ada/tidak dilakukan di zaman Rasul atau
generasi salaf, bukan berarti haram/tidak boleh
dilakukan oleh orang-orang setelah mereka.
Apalagi hal-hal yang dilakukan adalah sesuatu
yang baik dan mendukung maslahat dalam
melaksanakan agama secara sempurna yang
dihasilkan dari proses ijtihad. Dan Hal-hal yang
haram/tidak boleh dilakukan oleh generasi
setelah Rasul Saw. adalah apabila DILARANG
oleh Rasul Saw., bukan hal-hal yang
ditinggalkan/tidak dilakukan.
2. Imsakiyah sangat membantu seorang yang
berpuasa untuk bisa berpuasa dengan
sempurna dari segi penentuan waktu dan
terhindari dari batal/rusaknya puasa yang
dilakukannya. Oleh karena itu ulama justru
menghukumi sunnah untuk berhenti
mengkonsumsi/melakukan hal-hal yang
membatalkan puasa beberapa saat sebelum
terbit fajar (masuknya waktu subuh). Dan inilah
yang kita kenal saat ini dengan istilah imsak.
Demikianlah pemaparan singkat mengenai
imsakiyah Ramadhan (imsak sebelum terbit
fajar shadiq). Semoga bermanfaat dan kaum
muslimin tidak terpengaruh dengan fitnah yang
timbul. Amiin.
Wallahu a’lam
Belakangan ada fatwa yang ganjil yang
mengatakan bahwa imsak adalah bid’ah
(sesat). Seperti fatwa yang dikeluarkan oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang
salah satunya mengatakan sebagaimana
berikut:
: ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ، ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ، ﺑﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﻪ
ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ : ﻭَﻛُﻠُﻮﺍْ ﻭَﺍﺷْﺮَﺑُﻮﺍْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺨَﻴْﻂُ
ﺍﻷَﺑْﻴَﺾُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻴْﻂِ ﺍﻷَﺳْﻮَﺩِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍْ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﻴْﻞِ ﻭَﻻَ
ﺗُﺒﺎﺷِﺮُﻭﻫُﻦَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻋَﺎﻛِﻔُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ ﺗِﻠْﻚَ ﺣُﺪُﻭﺩُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻼَ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮﻫَﺎ
ﻛَﺬﺍﻟِﻚَ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ .
“Hal ini (imsak) TERMASUK BID’AH, tiada
dalilnya dari sunnah, bahkan sunnah
bertentangan dengannya, karena Allah
berfirman di dalam kitabnya yang mulia.”
Imsak yang dilakukan oleh sebagian orang itu
adalah suatu tambahan dari apa yang
diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
sehingga menjadi kebatilan, dia termasuk
PERBUATAN YANG DIADA-ADAKAN dalam
agama Allah padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda: “Artinya : Celakalah
orang yang mengada-adakan! Celakalah orang
yang mengada-adakan ! Celakalah orang yang
mengada-adakan ! “
Begitulah alasan mereka golongan pembid’ah.
Sepertinya yang membid’akan imsak itu hanya
kelompok yang pekerjaannya mencari bid’ah,
bukan pencari sunnah.
Fatwa ini banyak mempengaruhi sebagian
muslim di Indonesia untuk ikut menyebarkan
faham dalam tulisan mereka dengan redaksi
“waktu imsak sebelum waktu shubuh sebagai
perbuatan bid’ah” dan juga “menyelisihi
sunnah dan membuat bid’ah dalam agama”.
Alasannya karena “tidak ada dalilnya” ,
“berlebih-lebihan dalam agama” dll.. Alasan-
alasan seperti itu sebenarnya tidak terlalu
mengherankan, karena dalam kurikulum yang
mereka ajarkan tidak jauh daripada seputar
bid’ah, sesat, kafir yang menyebabkan umat
keluar dari islam dalam persepsi mereka atau
setidak-tidaknya menimbulkan fitnah dan
keresahan.
Konklusi sederhana fatwa tersebut adalah:
Imsak -> tidak ada di zaman Rasul dan
Sahabat -> diada-adakan-> bid`ah -> sesat->
di neraka.
Maka dengan berpedoman kepada imsakiyah
berapa banyak orang yang dibid’ahkan dan
disesatkan? Silahkan hitung sendiri jumlah
muslim yang hidup hari ini dan yang sudah
meninggal tapi dulu memakai imsakiyah serta
muslim akan datang yang mungkin juga
memakai imsakiyah. Jikalau imsakiyah adalah
bid`ah, maka semua mereka adalah calon
penghuni neraka.
Apakah benar dengan berpedoman kepada
imsakiyah seseorang bisa masuk neraka!
Apakah memang seperti itu hakikat ajaran
agama kita atau pemahaman mereka saja yang
bermasalah?!
Mari kita kupas hukum ber-imsak tersebut?
Imsakiyah yang dimaksud adalah: selembaran
kertas yang berisi jadwal waktu shalat, imsak
(mulai menahan untuk berpuasa) dan syuruq
(waktu matahari terbit), yang biasa dicetak di
kalender, di buku, koran, dll. atau dicetak
secara terpisah.
Maksud imsakiyah secara lebih khusus adalah:
waktu mulai menahan sebelum terbitnya fajar
(masuknya waktu subuh), bagi orang yang
berpuasa.
Hal yang disepakati oleh ulama adalah:
Setiap muslim wajib mulai menahan dari segala
yang membatalkan puasa sejak terbit
fajarshadiq (saat masuknya waktu shalat
Subuh.
Seorang muslim yang masih makan/minum
saat fajar shadiq telah terbit, maka puasanya
tidak sah, tapi ia tetap wajib menahan pada
hari tersebut dan puasa di hari itu diganti
(qadhai)
Seorang muslim wajib menahan diri dari segala
yang membatalkan puasa dan menjauhkan
dirinya dari sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari. Dan ia boleh mengkonsumsi
makanan sampai sebelum terbit fajar, apabila:
Yakin bahwa fajar belum masuk, atau
Dipastikan dengan informasi dari orang yang
bisa dipercaya (tsiqah) bahwa masih ada
waktu untuk boleh makan/minum, atau
Berpedoman kepada ijtihad.
Jikalau ada yang makan dan minum tanpa
pertimbangan 3 hal diatas, kemudian terbukti
bahwa ia makan dan minum saat fajar TELAH
terbit, maka puasanya batal dan ia WAJIB
mengganti (qadha`) puasa hari itu. Sama
halnya dengan saat berbuka puasa. Apabila
sudah berbuka sedangkan mereka tidak
melalui 3 proses di atas, kemudian terbukti
bahwa mereka telah berbuka di saat matahari
BELUM terbenam, maka puasa mereka batal
dan mereka WAJIB mengganti (qadha`) di hari
lain.
4. Rasul saw. dan para sahabat sudah berhenti
mengkonsumsi sesuatu pada saat sahur sekitar
10-15 menit sebelum terbitnya fajar shadiq.
Akan ada pembahasan tentang ini lebih rinci di
bawah.
5. Seorang yang mulai menahan sejak sebelum
terbit fajar, tidak berdosa dan tidak merusak
kepada puasanya.
6. Filosofi dasar dalam beribadah lebih
didominasi oleh prinsip ihtiyath (kehati-hatian)
dalam melaksanakannya.
Realita yang tidak bisa dipungkiri adalah:
Tidak semua umat mengetahui fajar shadiq dan
fajar kadzib. Dan tidak semua umat yang bisa
membedakannya.
Tidak semua umat yang bisa melihat jam dan
atau mendengar azan/isyarat sudah mulai
menahan dengan mudah. Bisa jadi karena
mereka tinggal di pedalaman, karena jauh dari
masjid, karena tidak masuk listrik, dll..
Titik perdebatan
Imsakiyah ini tidak ada di zaman Rasul Saw.
dan di zaman sahabat (salaf sholeh).
Apa manfaat imsakiyah?
Imsakiyah memang tidak ada di zaman Rasul
Saw. dan sahabat, akan tetapi dari penjelasan
di atas dan realita yang kita temui serta
pengalaman yang sudah dialami oleh mayoritas
kaum muslimin, imsakiyah sangat membantu,
seperti:
Membantu seorang muslim untuk mengetahui
waktu shalat, waktu imsak (ketika berpuasa),
dan waktu syuruq (matahari terbit)
Membantu seorang muslim untuk mengukur
waktu yang mereka butuhkan untuk persiapan
pelaksanaan sahur dan berbuka.
Menghidari kesalahan dalam penetapan waktu
yang menyebabkan batalnya pelaksanaan
ibadah mereka; puasa dan shalat.
Lebih hati-hati untuk mengakhiri sahur dan
memulai berbuka puasa.
Dll.
Perspektif imsak menurut ilmu Falak
Waktu imsak adalah waktu tertentu sebelum
shubuh, saat kapan biasanya seseorang mulai
berpuasa. Mengenai waktu imsak ada yang
berpendapat 15 menit, 10 menit, dan ada yang
menggunakan 18 menit dan 20 menit sebelum
fajar shodiq yang merupakan awal waktu
shubuh dan juga awal berpuasa. Dalam hal ini
para ahli astronomi berbeda pendapat
mengenai irtifa’ (ketinggian matahari) fajar
shadiq yang pada waktu itu dibawah ufuq
(horizon) ada yang berpendapat -18,-19,dan
-20.
Fenomena ini dalam astronomi disebut dengan
Twilight, fenomena ini muncul dibawah horizon
sampai matahari terbit pada pagi hari atau
setelah matahari terbenam pada sore hari.
Pada waktu itu cahaya kemerahan di langit
sebelah timur sebelum matahari terbit, yaitu
saat matahari menuju terbit pada posisi jarak
zenith 108 derajad di bawah ufuq sebelah
timur[7]. Dalam Explanatory Supplemen to The
Astronomical Almanac dijelaskan” this is
caused by the scattering of sunlight from upper
layer of the earth atmosphere. It begins at
sunset (ends at sunrise) and is conventionally
taken to end (or begin) when the center of the
sun reaches an altitude of -18”.
Fajar sendiri dibagi menurut ahli astronomi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu fajar waktu
pagi dan fajar waktu senja hari, secara fiqhi
fajar dibagi menjadi dua juga yaitu fajar shodiq
dan fajar kadzib, dalam hal ini K. Maisur
mengatakan sebagaimana dijelaskan oleh
ulama bahasa arab dan ulama fiqh:
ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻨﺘﺸﺮ ﺿﻮﺅﻩ ﻣﻌﺘﺮﺿﺎ ﻳﻨﻮﺍﺣﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ. ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﻜﺎﺫﺏ ﻓﺈﻧﻪ
ﻳﻄﻠﻊ ﻣﺴﺘﻄﻴﻼ ﺛﻢّ ﻳﺬﻫﺐ ﻭﻳﻌﺘﻘﺒﻪ ﻇﻠﻤﺔ. ﻭﺫﺍﻟﻚ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺼﺎﺩﻕ
Dalam ranah fiqih fajar dapat dibagi dua
macam yaitu fajar shadiq dan fajar kadzib.
Fajar kadzib adalah fenomena cahaya
kemerahan yang tampak dalam beberapa saat
kemudian menghilang sebelum fajar shadiq,
dalam dunia ilmu astronomi sering disebut
Twilight False atau Zodiacal light, Fajar kadzib
terjadi akibat hamburan cahaya matahari oleh
debu-debu antar planet di ekliptika.
Sedangkan fajar shadiq adalah fenomena
astronomical twilight yang muncul setelah fajar
kadzib. Para Ahli Fiqih memberi gambaran
bahwa fenomena fajar shadiq ketika mega
putih (biyadh) dari horizon telah tampak dari
arah timur, hal tersebut telah dijelaskan dalam
surat Al-Baqarah ayat 187 dimana waktu
melakukan puasa adalah ketika terbitnya fajar
(fajar shadiq) sampai tenggelamnya matahari.
Penyelesaian permasalahan yang menjadi
perdebatan
Imsakiyah ini memang tidak ada di zaman
Rasul Saw. dan di zaman sahabat (salaf
sholeh) juga tidak ada dalil tekstual secara
khusus ataupun secara umum. Akan tetapi
keberadaannya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar syariat islam. Justru
keberadannya membawa maslahat yang besar
bagi umat islam. Keberadannya sangat
membantu seorang muslim/ah untuk bisa
menyempurnakan pelaksanaan ibadah puasa
mereka. Karena mereka tahu waktu dan sangat
berhati-hati dalam menentukan waktu menahan
diri dari segala hal yang membatalkan puasa
dengan memulai menahan sebelum waktunya.
Justru keberadaan imsakiyah ini dalam kondisi
tertentu bisa masuk ke dalam kaidah yang
disebutkan oleh ulama ushul:
ﻣﺎ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺍﻻ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﻭﺍﺟﺐ
“Apapun yang tidak sempurna pelaksanaan
sebuah kewajiban kecuali dengannya, maka
ianya akan menjadi wajib juga”.
Aplikasi kaidah di atas pada permasalahan
adalah: Jikalau sempurnanya pelaksanaan
imsak tidak akan bisa tercapai kecuali dengan
adanya imsakiyah, maka imsakiyah juga akan
menjadi wajib.
Sesuatu yang tidak ada/tidak dilakukan di
zaman Rasul atau generasi salaf, bukan berarti
haram/tidak boleh dilakukan oleh orang-orang
setelah mereka. Apalagi hal-hal yang dilakukan
adalah sesuatu yang baik dan mendukung
maslahat dalam melaksanakan agama secara
sempurna yang dihasilkan dari proses ijtihad.
Dan Hal-hal yang haram/tidak boleh dilakukan
oleh generasi setelah Rasul Saw. adalah
apabila DILARANG oleh Rasul Saw., bukan hal-
hal yang ditinggalkan/tidak dilakukan. oleh
karena itu ulama ushul mengatakan :
ﺍﻟﺘﺮﻙ ﻻ ﻳﻔﻴﺪ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ
“Rasul Saw. dan sahabat tidak melakukan
sesuatu bukan berarti yang tidak dilakukan itu
adalah haram dilakukan.”
Oleh karena itu imsakiyah bukanlah sebuah
perkara bid`ah hanya dengan alasan imsakiyah
tidak ada di zaman Rasul Saw. dan sahabat.
Dan imsakiyah juga tidak bisa dikatakan
bertentangan dengan sunnah Rasul Saw.
karena memang tidak ada larangan terhadap
imsakiyah baik secara umum maupun secara
khusus.
Jikalau mereka menyatakan imsakiyah ini
bid`ah karena tidak ada dalil khusus yang
memerintahkan atau membolehkan, maka kita
akan juga tagih kepada mereka mana dalil yang
melarangnya dengan dalil khusus?! Apakah ada
larangan di dalam Al Qur`an dan sunnah
terhadap imsakiyah secara khsusus?!
Jawabannya pasti tidak!
Perlu diketahui bahwa perbuatan kaum
muslimin akan terus berkembang dan akan
sangat bervariatif dari masa ke masa, akan
sangat beragam dari satu tempat dibandingkan
dengan tempat lainnya. Perbuatan yang sudah
umum terjadi di zaman Rasul Saw. belum tentu
terjadi di zaman-zaman selanjutnya.
Sebaliknya, perbuatan yang belum ada di
zaman Nabi Saw. boleh jadi baru ada pada
zaman-zaman selanjutnya. Untuk menyikapi
bervariatif dan terus berkembanganya
perbuatan seorang muslim/ah dari satu waktu
ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain,
syariat kita menjelaskan tuntutan syar`i secara
garis besar/ umum, agar bisa dijadikan patokan
oleh para ulama untuk menemukan hukum
permasalahan-permasalahan yang terjadi
kapanpun melalui piranti ijtihad. Oleh karena
itu tidak semua permasalahan yang dijelaskan
secara khusus oleh dalil al Qur`an dan sunnah.
Jikalau setiap permasalahan dituntut harus
dijelaskan dengan dalil-dalik khusus, apa
gunanya dalil-dalil umum yang ada di dalam al
Qur`an dan sunnah? Apakah mereka hanya
akan menerima dalil-dalil-dalil khusus saja,
sementara dalil-dalil umum ditolak?! Bukankah
perbuatan mereka ini sama dengan Bani Israil
seprti yang diceritakan oleh QS: Al Baqarah:
85:
ﺃَﻓَﺘُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺒَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺗَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻓَﻤَﺎ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
ﺇِﻟَّﺎ ﺧِﺰْﻱٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻳُﺮَﺩُّﻭﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺷَﺪِّ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﻭَﻣَﺎ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻐَﺎﻓِﻞٍ ﻋَﻤَّﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al
Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian
yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang
berbuat demikian dari padamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada
hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat.
Kenapa ada Imsakiyah dan perspektif syariat
dalam menghukumi imsakiyah?
Mari kita lihat dasar adanya imsakiyah dan
pendapat para ulama hadits tentang imsakiyah
ini:
Sebenarnya ketetapan waktu imsak sebagai
ihtiyath (kehati-hatian) itu punya dasarnya.
Habib Hasan bin Ahmad bin Saalim al-Kaaf
menyebut dalam “at-Taqriiraat as-Sadiidah fil
Masaa-ilil Mufiidah” yang merupakan kumpulan
dari ringkasan ajaran guru-guru beliau terutama
sekali al-’Allaamah al-Faqih al-Muhaqqiq al-
Habib Zain bin Ibrahim bin Zain Bin Smith,
pada halaman 444 menyatakan :
…”Dan memuai imsak (menahan diri) dari
makan dan minum (yakni bersahur) itu adalah
mandub (disunnatkan) sebelum fajar, kira-kira
sepadan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
membaca 50 ayat (sekitar seperempat jam)”.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, berbunyi:-
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻋَﻦْ ﺯَﻳْﺪِ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺗَﺴَﺤَّﺮْﻧَﺎ
ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻡَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻗُﻠْﺖُ ﻛَﻢْ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻴْﻦَ
ﺍﻷَﺫَﺍﻥِ ﻭَﺍﻟﺴَّﺤُﻮﺭِ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺪْﺭُ ﺧَﻤْﺴِﻴﻦَ ﺁﻳَﺔً .
Dari Sayyidina Anas meriwayatkan bahwa
Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a. berkata: “Kami
telah makan sahur bersama-sama Junjungan
Nabi Saw., kemudian baginda bangun
mengerjakan shalat. Sayyidina Anas bertanya
kepada Sayyidina Zaid:- “Berapa lamanya
antara azan (Subuh) dengan waktu makan
sahur itu ?” Dia menjawab: “sepadan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50
ayat.”
Hadis ini menunjukkan bahwa jarak atau
interval waktu antara bersahurnya Rasul Saw.
dan azan Subuh adalah kira-kira 50 ayat. Itu
artinya Rasul Saw. tidak lagi makan sahur
sampai berkumandangnya azan Subuh. Pada
redaksional hadits disebutkan secara jelas
bahwa Rasul Saw. bersahur dan berhenti kira-
kira waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50
ayat al Qur`an sebelum masuk waktu Subuh.
Inilah yang dipahami oleh para ulama kita,
sehingga menetapkan sunnah berimsak sekitar
waktu yang dibutuhkan untuk pembaca 50 ayat
Al Qur`an tersebut yang diperkirakan setara
dengan 10 – 15 menit.
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani di dalam kitab
“Fathul Baari” tatkala mensyarah maksud
hadits di atas antara lain menyatakan:-
“Dan Imam al-Qurthubi berkomentar:
“Padanya (yakni dalam kandungan hadits di
atas) terdapat dalil bahwasanya berhenti dari
sahur adalah sebelum terbitnya fajar….”
Jadi jelas dinyatakan oleh Imam al-Qurthubi
bahwa berhenti sahur Rasulullah Saw. menurut
hadits di atas adalah sebelum terbitnya fajar
(qabla thulu`il fajri), yang mengisyaratkan
bahwa tidaklah Rasulullah Saw. masih
mengkonsumsi sahur sampai terbit fajar.
Selanjutnya Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani juga
menyatakan bahwa:-
“Maka disamakan oleh Zaid bin Tsabit waktu
yang demikian itu dengan ukuran pembacaan
al-Quran sebagai isyarat bahwa waktu tersebut
(yakni waktu senggang antara selesai sahur
dan azan) adalah waktu untuk ibadah
membaca al-Quran.”
Jadi bukanlah waktu itu untuk mengunyah
makanan lagi, inilah yang dimaksudkan!
Al-’Allaamah Badruddin al-’Ayni di dalam kitab
“‘Umdatul Qari” yang juga merupkan syarah
Sahih Bukhari menyatakan:-
“Hadits Zaid bin Tsabit menunjukkan
bahwasanya selesai daripada sahur adalah
sebelum fajar dengan kadar pembacaan 50
ayat.”
Beliau juga menulis:-
“Bahwasanya padanya (yakni pada hadits Zaid
tersebut) mengakhirkan sahur sehingga tinggal
waktu antara azan dan makan sahur itu kadar
pembacaan 50 ayat… maka dari situ ianya
menunjukkan bahwasanya mereka (Nabi Saw.
dan sahabat) menyegerakan bersahur dan
berhenti sehingga tinggal (waktu) antara
mereka dan fajar sekitar selama waktu yang
dibutuhkan tersebut.”
Artinya Rasul Saw. dan sahabat berhenti
bersahur sebelum terbit fajar sekitar selama
waktu yang dibutuhkan untuk membacaan 50
ayat dan mereka tidaklah mengundurkan sahur
sehingga terbitnya fajar shadiq.
Imam an-Nawawi di dalam kitab “Syarah
Muslim” tatkala mensyarahkan hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Bakar bin
Abu Syaibah yang kandungannya hampir sama
dengan hadits Imam al-Bukhari di atas dengan
perbedaannya bahwa dalam lafaz al-Bukhari
dinyatakan “berapa kadar waktu antara azan
dan sahur” dan dalam hadits Muslim juga
digunakan “berapa kadar waktu antara
keduanya”, menyatakan:-
“… padanya (yakni dalam hadits tersebut)
terkandung anjuran untuk mengakhirkan sahur
beberapa saat sebelum terbit fajar”, ( yakni
kita dianjurkan untuk mengakhirkan makan
sahur beberapa saat sebelum terbitnya fajar
shadiq.
Perhatikanlah, dengan berdasarkan
pemahaman terhadap hadits di atas yang
berasal dari perbuatan Rasul Saw. ulama
berpendapat bahwa adanya waktu imsak yang
menjadi sunnah untuk menyelesaikan makan
sahur (yakni bagi yang telah bersahur) sebelum
fajar shadiq terbit.
Ijtihad ulama mazhab Syafi`i seperti yang
disebutkan oleh Al-’Allaamah Sayyid ‘Abdullah
al-Jurdani di dalam kitab “Fathul ‘Allam bi
syarhi Mursyidil Anaam” volume 4 halaman 59
menyebutkan:-
“Telah berkata Imam ar-Ramli seperti (kata)
Imam Ibnu Hajar setelah kedua orang itu
menyebutkan hadits Zaid bin Tsabit tersebut: “
Dan padanya (yakni terkandung dalam hadits
tersebut) dalil bahwa sunnah untuk
mengakhirkan sahur. Yaitu yang afdhalnya
adalah diakhirkannya sahur tersebut sehingga
berhenti darinya (selesai dari bersahur) dan
malam masih tersisa (masih belum terbit fajar
shodiq) selama waktu yang dibutuhkan untuk
(pembacaan) 50 ayat.
Pendapat Habib Umar bin Hafidz,
Pertanyaan:
Banyak orang yg makan sampai waktu adzan
tiba, yaitu ia tidak berimsak kecuali tatkala
mendengar adzan. Apakah hal ini
diperbolehkan atau dia wajib berimsak
sebelumnya?
Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa ber-imsak itu lebih
afdhal. Selama belum terbitnya fajar
diperbolehkan baginya untuk makan apa yang
dikehendakinya. Akan tetapi berhati-hati
dengan imsak sebelum azan dengan (untuk
menjaga) satu jangka masa adalah baik.
Apabila seseorang sampai fajar telah terbit lalu
dia makan dan minum, kemudian ternyata
perbuatannya itu (yakni makan/minumnya tadi)
terjadi setelah terbit fajar, maka berdosalah dia
dan wajib atasnya untuk berpuasa sehari
sebagai ganti puasanya hari tersebut (yakni
apabila nyata bahwa dia telah makan dan
minum setelah fajar terbit, maka dia berdosa
dan wajib qadha).
Oleh karena itu, maka berhati-hati itu lebih
utama dan yang sedemikian itu telah diambil
oleh para ulama berdasarkan yang disebutkan
di dalam hadits yang mulia:
“Berapa masa antara sahur s.a.w. dan sholat ?
Dijawabnya : Sekadar 50 ayat. 50 ayat
dikadarkan dengan seperempat jam atau
sepertiga, atas sekurang-kurangnya. Oleh
karena itu, imsak sebelum fajar dengan
seperempat jam atau sepertiga jam adalah
awla dan ahwath (terlebih utama dan terlebih
berhati-hati).
Oleh karena Ihtiyath (berhati-hati) yang bisa
dilakukan oleh seorang muslim dalam masalah
imsak itu sangat luas dan ia bisa dipersempit
oleh seseorang itu atas dirinya menurut
kehendaknya, seperti dilaksanakannya puasa
untuk satu hari secara sempurna itu dengan
dimulai menahan pada hari itu sebelum habis
waktu boleh makan dan minum tersebut (yakni
sebelum tiba fajar hari tersebut) sekitar 10 atau
15 menit (sebagai ihtiyath bagi dirinya untuk
mendapatkan kesempurnaan puasa satu hari
tersebut). Karena menyeret dirinya dalam
keraguan untuk penentuan yang sedemikian
adalah satu keburukan dalam berhubungan
dengan Allah al-Jabbar Swt.. Bahkan
semestinya dia berihtiyath sebelum fajar, maka
berimsaklah dia sebelum fajar. Dan pada
Maghrib, sedemikian juga dia berihtiyath
(berhati-hati) untuk tidak berbuka sehingga
diyakini terbenamnya matahari. Wa billahit
tawfiq.
KESIMPULAN
1. Imsakiyah bukanlah sebuah perkara bid`ah
hanya dengan alasan imsakiyah tidak ada di
zaman Rasul Saw., karena sesuatu yang tidak
ada/tidak dilakukan di zaman Rasul atau
generasi salaf, bukan berarti haram/tidak boleh
dilakukan oleh orang-orang setelah mereka.
Apalagi hal-hal yang dilakukan adalah sesuatu
yang baik dan mendukung maslahat dalam
melaksanakan agama secara sempurna yang
dihasilkan dari proses ijtihad. Dan Hal-hal yang
haram/tidak boleh dilakukan oleh generasi
setelah Rasul Saw. adalah apabila DILARANG
oleh Rasul Saw., bukan hal-hal yang
ditinggalkan/tidak dilakukan.
2. Imsakiyah sangat membantu seorang yang
berpuasa untuk bisa berpuasa dengan
sempurna dari segi penentuan waktu dan
terhindari dari batal/rusaknya puasa yang
dilakukannya. Oleh karena itu ulama justru
menghukumi sunnah untuk berhenti
mengkonsumsi/melakukan hal-hal yang
membatalkan puasa beberapa saat sebelum
terbit fajar (masuknya waktu subuh). Dan inilah
yang kita kenal saat ini dengan istilah imsak.
Demikianlah pemaparan singkat mengenai
imsakiyah Ramadhan (imsak sebelum terbit
fajar shadiq). Semoga bermanfaat dan kaum
muslimin tidak terpengaruh dengan fitnah yang
timbul. Amiin.
Wallahu a’lam
Langganan:
Postingan (Atom)