Kamis, 04 Februari 2016

Tentang tareqat Tijaniyah

Ajaran dan Dzikir Tarekat Tijaniyah
Sepengetahuan kami syekh Ahmad at-Tijani ra tidak meninggalkan karya tulis yang beliau ajarkan dalam tarekatnya. Ajaran tarekat ini dapat dipelajari dari kitab karya murid-muridnya, seperti Jawahirul-Ma’ani wa Bulugul-Amani fii-Faidhis-Syeikhit-Tijani, Kasyful-Hijab Amman Talaqqa Ma’at-Tijani minal-Ahzab, dan As-Sirrul-Abhar fi-Aurad Ahmad at-Tijani. Kitab kitab ini dipakai oleh para muqoddam sebagai panduan dalam menyebar luaskan ajaran Tarekat Tijaniyah sejak abad ke-19. Tarekat Tijaniyah mempunyai wiridan yang sangat sederhana dan mudah. Wiridannya hanya terdiri dari Istighfar, Shalawat dan Tahlil yang masing-masing dibaca sebanyak 100 kali. Diamalkan sehari dua kali, setelah shalat Shubuh dan Ashar. Wadhifahnya terdiri dari Istighfar (astaghfirullah al-adzim alladzi laa ilaha illa hua al hayyu al-qayyum) sebanyak 30 kali, Shalawat Fatih 50 kali, Tahlil (La ilaaha illallah) 100 kali, dan ditutup dengan doa Jauharatul Kamal sebanyak 12 kali. Wirid wadhifah ini juga boleh diamalkan sehari dua kali, yaitu sore dan pagi hari, tetapi lebih afdhol jika dilakukannya pada malam hari secara berjama’ah. Selain itu, setiap hari Jum’at sore pengikut tarekat ini berkumpul untuk melaksanakan dzikir Hayhalah, yaitu membaca dzikir tahlil setelah shalat Ashar sampai matahari terbenam. Dalam pelaksanaan dzikir Wadzifah dan Haylalah, syekh Ahmad ra menganjurkan untuk dilaksanakannya secara berjamaah, berwudhu, bersih badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, tidak boleh berbicara, pasang niat untuk berdzikir, serta menghadap kiblat. Seperti halnya ajaran tarekat lain, tarekat Tijani juga menganjurkan kepada para pengikutnya untuk menggambarkan wajah syekh Ahmad ra saat mereka sedang berdzikir, agar tertanam rasa cinta yang kuat kepada syekhnya dimanapun mereka berada. Satu hal yang perlu untuk diketahui dari dzikir Tarekat Tijaniyah ( yang membedakannya dengan tarekat-tarekat lain ), bahwa tujuan dzikir dalam tarekat ini, lebih menitik beratkan pada kesatuan jiwa dengan Rasulullah SAW, bukan kemanunggalan jiwa dengan Tuhan, sebagaimana tarekat lain. Oleh karena itu, tarekat ini disebut juga dengan nama Thoriqoh Muhammadiyyah atau Thoriqoh Ahmadiyyah, yang temanya merujuk langsung kepada nama Rasulullah SAW. Akibatnya terlihat jelas, tarekat ini lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas praktis, dan tidak terlalu menekankan pada mujahadah yang ketat, bahkan menolak ajaran esoterik, terutama ekstatik dan metafisis kaum shufi. Coba perhatikan petikan dari kitab As-sirrul-Abhar Ahmad at-Tijani yang membahas tentang tata tertib, berdzikir dalam tarekat ini : “Untuk dapat mengamalkan wirid tarekat ini, anda haruslah sebagai seorang muslim dewasa ( akil balig ), dan anda-pun harus meminta izin / restu dari orang tua, sebab orang tua adalah salah satu sarana ( wasilah ) untuk sampai kepada Allah. Setelah itu anda harus mencari seorang syekh yang telah memiliki izin yang sah untuk mentalqin, supaya anda dapat berhubungan dengan Allah secara benar melalui bimbingan seorang guru. Sebaiknya anda menghindar dari wiridan yang diterima dari syekh yang lain, sebab Allah tidak menciptakan dua hati di dalam diri anda. Jangan sekali-kali mengunjungi seorang wali-pun, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, sebab tidak seorang pun yang dapat melayani dua mursyid sekaligus. Selain itu anda harus istiqomah melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah dan disiplin menjalankan ketentuan hukum syari’at, sebab tidak ada syariat yang lebih baik selain syariat yang dibawa oleh makhluk terbaik ( yaitu Rosulullah SAW ). Anda harus mencintai syekh Ahmad ra dan seluruh khalifahnya seumur hidup, sebab mencintai mereka merupakan sarana untuk menyatukan jiwa dengan Rosulullah SAW. dan jangan terfikir untuk meninggalkan majlis para muqoddam ( guru ) yang membimbing anda, sebab ini adalah salah satu ciri dari kegagalan. Anda dilarang keras untuk menfitnah atau bermusuhan dengan syekh, sebab hal itu akan membawa kepada kehancuran. Istiqomah-lah dalam berdzikir, sebab di dalam berdzikir, anda akan dapat menemukan rahasia-rahasia ilahiyah. Anda dilarang keras mengkritik segala sesuatu yang tampak janggal dalam thariqah ini, mungkin itu disebab kan karena kedangkalan ilmu anda dalam memahaminya. Berkumpullah bersama dalam melaksanakan wirid wazhifah dan haylalah Jum’at, agar anda terpelihara dari tipu muslihat syetan. Anda dilarang membaca Jauharatul-Kamal kecuali dalam keadaan suci dari hadats, sebab Rosulullah SAW hadir dalam pembacaan ketujuh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar