Kamis, 06 Maret 2014

Makna Shalawat Allah Kepada Nabi Muhammad

Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB
(PISS-KTB)
RAHASIA DI BALIK SHALAWATNYA ALLAH SWT.
KEPADA RASULULLAH SAW.
Rais Am Jam’iyah Ahlut Thariqah al-Mu’tabarah
an-Nahdliyah, sekaligus ketua umum thariqah sufi
sedunia, Maulana al-Habib M. Luthfi bin Ali bin
Hasyim bin Yahya Pekalongan, menjelaskan
perihal rahasia di balik bacaan shalawat Allah
kepada nabiNya.
“Saya kagum terhadap satu ayat yang
mengangkat kebesaran Nabi Muhammad saw dan
memerintahkan untuk membaca shalawat,” tutur
Habib Luthfi yang kemudian membacakan ayat al-
Quran yang berisi perintah shalawat Nabi Saw.
Beliau dawuh dalam bahasa Jawa: “Yen Allah
ta’ala merintahake shalat, ning mustahil Allah
shalat. Allah ta’ala merintahake zakat, Allah ta’ala
mboten usah zakat. Allah ta’ala merintahake haji
neng Alah ta’ala mboten haji. Tapi nek shalawat
Nabi, Allah ta’ala paring shalawat dumateng
Kanjeng Nabi. Niku bedane adoh, niku
istimewane kebesarane shalawat.”
(Allah Swt. telah memerintahkan shalat, tetapi
Allah mustahil shalat. Allah Swt. memerintahkan
zakat, tetapi Allah Swt. tidak zakat. Allah Swt.
memerintahkan haji, tetapi Allah Swt. tidak haji.
Namun kalau shalawat Nabi, Allah Swt.
bershalawat kepada Baginda Nabi Saw. Itulah
tingkat perbedaan yang sangat jauh, menunjukkan
keistimewaan dan keagungan shalawat).
Kenapa redaksi pada ayat memakai “’ala an-
Nabiy”, bukan “‘ala Muhammad”? Karena yang
dijunjung oleh Allah adalah pangkatnya Kanjeng
Nabi Saw. Allah Swt. memberikan contoh
langsung kepada hambaNya tentang bgaimana
memberikan penghargaan kepada Nabi Saw.
dengan tidak mengucapkan namanya saja
(Muhammad), akan tetapi dengan pangkatnya.
Tak ada satupun ayat dalam al-Quran Allah Swt.
memanggil Nabi Muhammad Saw. dengan
namanya belaka.
Sedangkan kalimat “yushalluna ‘ala an-Nabiy”,
bukan menggunakan kalimat madhi (masa
lampau) tetapi mudhari’ (masa sekarang dan
seterusnya). Artinya rahmat Allah Swt. kepada
Kanjeng Nabi Saw. sampai besok di akherat. Dan
shalawatnya Allah Ta’ala bukan “Allahumma
shalli ‘ala Muhammad”, tetapi rahmatan
maqrunatan bita’dzimin (rahmat kasih sayang
yang dibarengi dengan pengagungan).
Maksudnya, Allah memberi shalawat kepada Nabi
Saw. bukan sejak beliau diangkat menjadi Nabi,
tetapi sudak sejak zaman azali.
Ayat itu juga merupakan bentuk kemuliaan yang
diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw.
Kemuliaan yang membedakan beliau dengan
makhluk yang lain. Segala sesuatu yang
diciptakan Allah tidak diciptakan percuma,
semuanya juga memiliki kelebihan tersendiri,
yang membedakan satu dengan yang lain. Maka
tidak mustahil kalau Allah memberi kemuliaan
(perintah shalawat) ini kepada Kanjeng Nabi Saw.
Kemuliaan yang diberikan Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. itu merupakan kewenangan
Allah. Jangankan untuk memuliakan nabi, bahkan
setiap tumbuhan dan segala sesuatu diciptakan
Allah dengan kemuliaannya masing-masing. Yen
Allah Ta’ala ngersaake niku mboten onten seng
mustahil, serba mungkin (Jika Allah Swt.
menghendaki itu tidak ada yang mustahil,
semuanya serba mungkin).
Ketika kita mengucapkan shalawat kepada Nabi
Saw., maka akan timbul cinta kepada beliau Saw.
Dengan demikian, kita akan semakin banyak
melakukan sunnah-sunnah yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar