Minggu, 21 Desember 2014

Muallif Shalawat Wahidiyah

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH 

KISAH DAN PETUAH

Catatan Kecil 134 : "KESAKSIAN" SEBAGAI PERSONAL (PENGAMAL) APA YG KAMI KETAHUI, RASAKAN DAN ALAMI DALAM PERJUANGAN WAHIDIYAH TTG : "QUTHBUR - ROBBANI".

SETELAH SHOLAWAT WAHIDIYAH TERCIPTA TAHUN 1963 DAN JUGA TELAH DIUJI COBA KEAMPUHANNYA SEPERTI DALAM SEJARAH LAHIRNYA SHOLAWAT WAHIDIYAH, BELIAU HADROTUL MUKARROM MBAH YAHI MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA AL-GHOUTS FII ZAMANIHI KEMUDIAN BELIAU MENGADAKAN ASRAMA WAHIDIYAH (UP GRADING DA'I WAHIDIYAH) PERTAMA KALI PADA TAHUN 1964 SETELAH MUJAHADAH KUBRO, DAN JUGA BELIAU MENGADAKAN ASRAMA WAHIDIYAH (UP GRADING DA'I WAHIDIYAH) YANG KEDUA PADA AWAL TAHUN 1965, BERTEMPAT DI SERAMBI MASJID PONDOK PESANTREN KEDUNGLO KEDIRI.

ASRAMA WAHIDIYAH (UP GRADING DA'I WAHIDIYAH) PERTAMA INI DIIKUTI OLEH SEKITAR 36 ORANG YANG TERDIRI DARI PARA TOKOH WAHIDIYAH (PERSONIL PSW PUSAT), PARA KYAI DAN BEBERAPA PENGAMAL WAHIIDIYAH DARI DAERAH YANG DISAMPAIKAN LANGSUNG OLEH MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA. BEGITU PULA UP GRADING DA'I WAHIDIYAH YANG KEDUA KALI, DIIKUTI LEBIH BANYAK LAGI, JUGA MATERI KULIAH-KULIAH WAHIDIYAH LANGSUNG DISAMPAIKAN OLEH BELIAU SENDIRI.

KETIKA PEMBAHASAN MATERI UP GRADING SAMPAI BAB "GHOUTSIYYAH" (Asrama Wahiidiyah yang kedua), MBAH YAHI QS WA RA SETELAH MENJELASKAN BAB AL-GHOUTS SEMPAT BERTANYA KEPADA PARA PESERTA UP GRADING : "SIAPA YANG PERNAH BERJUMPA DENGAN GHOUTSU HADZAZ ZAMAN ?". TANYA MBAH YAHI QS WA RA.
TAK SATUPUN DIANTARA PESERTA ASRAMA WAHIDIYAH/UP GRADING YANG MENJAWAB PERTANYAAN MBAH YAHI QS WA RA TERSEBUT. SETELAH MBAH YAHI QS WA RA MENYELESAIKAN MATERI TENTANG "GHOUTSIYYAH" PAGI ITU, BELIAUPUN KEMBALI KE NDALEM.

SETELAH ITU KYAI MAHMUD MISBACH SALAH SEORANG PESERTA UP GRADING DARI KEPANJEN MALANG MENCERITAKAN KEPADA REKAN-REKAN PESERTA YANG LAIN, PERIHAL MIMPINYA SEMALAM KALAU DI DAHI MBAH YAHI MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA TERTULIS KALIMAT "QUTHBUR ROBBANI".
NAMUN KARENA KYAI MAHMUD MISBACH TIDAK MENGERTI ATAU MUNGKIN LUPA BAHWA "QUTHBUR ROBBANI" ADALAH NAMA LAIN DARI "AL-GHOUTS", MAKA BELIAU BENGONG DIAM SAJA, GAK MENJAWAB KETIKA MBAH YAHI QS WA RA MENANYAKAN KEPADA PARA PESERTA UP GRADING, SIAPA YANG PERNAH BERJUMPA DENGAN "GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA ???".

"YA, BELIAU MBAH YAHI QS WA RA ITULAH "GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA". TERIAK REKAN-REKAN PESERTA UP GRADING YANG LAIN SECARA SERENTAK 
DAN SELANJUTNYA MEREKA BERAMAI-RAMAI MEMBOPONG KYAI MAHMUD MISBACH.

ALFAATIHAH 3X,

YAA AYYUHAL-GHOUTSU SALAAMULLOOH " ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH " MUUSHILATIL LIL-HADLROTIL'ALIYYAH....... (3x)

Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salam Alloh kuhaturkan Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh dan arahkan pancaran sinar Nadroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS 7x !.
Duhai Pemimpin Kami Duhai Kekasih Alloh !.

KETERANGAN :

Pada tahun 1964 sesudah peringatan Ulang Tahun Shalawat Wahidiyah yang pertama, diadakan Asrama Wahidiyah (UP GRADING) di Kedunglo dan diikuti tokoh-tokoh dan para Kyai yang sudah menerima Shalawat Wahidiyah, dari personil Pusat dan pengamal daerah Kediri, Madiun, Tulungagung, Blitar, Malang, Jombang, Mojokerto dan Surabaya. Asrama diadakan selama tujuh hari tujuh malam, dan kuliah-kuliah Wahidiyah langsung diberikan oleh Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Qs wa Ra - Mu’allif Shalawat Wahidiyah Al-Ghouts Fii Zamanihi sendiri. Didalam asrama itulah lahirnya kahimat nida’ “YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH”.

Sebagai pelengkap untuk menyempurnakan dan meningkatkan amalan Shalawat Wahidiyah yang sudah ada, maka didalam lembaran Shalawat Wahidiyahpun kemudian ditambahkan kalimat tersebut. (periksa terlampir “Lembaran Shalawat Wahidiyah” yang ditulis pada tahun 1964).

Pada kira-kira awal tahun 1965, beliau menerangkan hal-hal mengenai Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra. Didalam fatwanya tersebut (dalam suatu asrama Wahidiyah yang kedua) di Kedunglo, lahirlah dari kandungan fatwanya : 

# YAA AYYUHAL - GHOUTSU SALAAMULLOH, 
# ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAH. 
# WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH,
# MUUSHILATIL - LILHADLROTIL ‘ALIYYAH.

Aurod ini, merupakan suatu jembatan emas yang menghubungkan tepi jurang pertahanan nafsu disuatu fihak dan tepi kebahagiaan kesadaran kepada Allah wa Rasulihi SAW, dilain fihak. Sebagian pengamal Shalawat Wahidiyah menyebutnya “ISTIGHOTSAH” dalam Wahidiyah. 

Istighotsah ini tidak langsung dicantumkan kedalam rangkaian Shalawat Wahidiyah dalam lembaran-lembaran yang diedarkan kepada masyarakat, tetapi dianjurkan banyak diamalkan oleh mereka yang sudah agak lama mengamalkan Shalawat Wahidiyah, terutama dalam mujahadah-mujahadah khusus. Begitu juga kalimah nida’ “FAFIRRUU ILALLAH” pada waktu itu belum dicantumkan dalam rangkaian pengamalan Shalawat Wahidiyah, tetapi dibaca bersama-sama oleh imam dan makmum pada akhir tiap-tiap do’a. Dan pada waktu itu “WAQUL JAA-AL HAQQU WA ZAHAQOL BAATHIL INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQOO” juga belum dijadikan rangkaian dengan “FAFIRRIUU ILALLAH” seperti sekarang. 

Tentulah ini suatu kebijaksanaan yang mengandung berbagai macam hikmah dan sirri-sirri yang kita tidak mampu menguraikannya atau tegasnya tidak mengetahuinya. Demikianlah dalam masa-masa sesudah tahun 1965, beberapa waktu lamanya “LEMBARAN SHALAWAT WAHIDIYAH” yang diedarkan kepada masyarakat tetap seperti semula yaitu sampai pada “YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH”.

Perhatian masyarakat makin hari makin terus bertambah-tambah terhadap Shalawat Wahidiyah. Permintaan-permintaan lembaran Shalawat Wahidiyah makin bertambah-tambah, sekalipun disana sini ada sebagian masyarakat yang tidak mau menerimanya dan bahkan memberikan reaksi terhadap Shalawat Wahidiyah. Kontras-kontras terhadap Shalawat Wahidiyah tersebut, ternyata dikemudian hari mengandung hikmah dari Allah SWT. Yakni merupakan saluran tarbiyah Allah SWT bagi peningkatan kesadaran kepada Allah wa Rasulihi SAW


Tidak ada komentar:

Posting Komentar