Jumat, 13 Mei 2016

Takhali Tahalli dan Tajalli

Hati adalah sebuah intan permata yang menyimpan sejuta kemilau dan keindahan, dari hati yang bersih akan terpancar cahaya keimanan, cahaya kebenaran, cahaya kearifan yang penuh pesona. Dari hati yang bersih akan semburat kilau yang penuh kearifan, dari hati yang bersih akan keluar sejuta kebijaksanaan, hati yang bersih adalah permata dengan berjuta kilau pesona.
Bagaimana menjadikan hati yang bersih, agar kilaunya keluar dan mampu menerangi jalan kehidupan yang akan dilaluinya?

Kata hati, bahasa hati, gerak hati, tanya hati, kretegeng ati, banyak sekali istilah yang digunakan untuk berusaha mendefinisikan hati.

Selalu saja menarik menulis dan berbicara tentang hati, karena disana, didalam kata “hati” ada segudang Tanya dan misteri yang belum terungkap dan selaksa ilmu yang belum tersingkap.
Tak akan habis cerita tentang hati, tak akan basi berbicara tentang hati, tak akan jemu menuliskan bisikan dan kata yang terbersit dari hati, tak akan puas kita belajar bahasa hati, bahasa yang mengandung seribu makna, bahasa yang mengandung selaksa rasa, bahasa yang mengandung berjuta keindahan.

Ada banyak cara untuk membersihkan hati, sehingga cahaya fitrah Rabbaniyah kita terpancar dominan dibanding dengan fitrah lainnya; salah satunya adalah melalui proses Muhasabah, yang diartikan sebagai sikap introspeksi diri dari setiap pribadi sebagai mahluk ciptaan Allah, melalui tiga tahapan, Yaitu Takhali, Tahali dan Tajali.

Takhali

Mengsongkan diri dari  sifat yang tercela lahir maupun bathin. Digambarkan sebagai sikap untuk mengosongkan, memperbaiki sikap dan perilaku, serta meninggalkan pola-pola kehidupan yang lama yang tidak atau kurang sesuai dengan norma, tata aturan atau syari’at.

Proses ini meliputi proses pengosongan diri dari sifat-sifat hewani, seperti rakus, tamak, buas dan tak tahu malu, pemarah, pengumpat, pendendam, pendengki serta sifat grasa-grusu (tidak sabaran).

Takhali juga meliputi upaya untuk mengendalikan sifat-sifat syaitoniyah yang ada pada diri dan hati kita, seperti sifat sombong, ujub, takabur, riya dan malas beramal shaleh.

“Ketika sebuah gelas diisi wedang jahe maka seharusnya ketika diminum maka rasanya adalah rasa wedang jahe. Namun apapbila ternyata gelas tadi belum bersih atau bekas dipakai menuang alkohol, kemudian kemasukkan kecoa, dan kejatuhan kotoran cicak, ditambah lagi dikencingi tikus... dan belum dicuci, maka wedang jahe yang dituang kedalam gelas tadi berubah rasanya menjadi rasa "Tidak Karuan". Begitu pula hati selayaknya gelas tadi dan Ilmu Agama ibarat wedang jahe... Inilah pentingnya Takhali,”

Tahali

Mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dari taat lahir dan taat  bathin. Digambarkan sebagai suatu aktivitas untuk mengisi kembali hati yang telah dibersihkan dengan proses Takhali dengan hal-hal baru yang lebih baik.

Sifat rakus dan tamak diganti dengan sifat Qana’ah, sifat buas diganti dengan sifat santun, sifat tak tahu malu diganti dengan sifat beradab, sifat pemarah, pengumpat, pendendam dan pendengki diganti dengan sifat pemaaf, serta sifat grasa-grusu diganti dengan sifat penyabar.

Sifat sombong, angkuh, ujub dan takabur diganti dengan sifat rendah hati, tepo seliro, tenggang rasa, hormat menghormati dan menghargai orang lain. Rasa malas diganti dengan sifat patuh, taat dan rajin dalam melaksanakan perintah Allah swt.

Tajali

Merasakan akan rasa ketuhanan sampai mencapai kenyataan Tuhan. Diartikan pemberdayaan sifat-sifat Rabbaniyah yang sudah terbentuk dalam proses tahali, sehingga bukan hanya bermanfaat untuk dirinya semata, tapi juga bermanfaat untuk orang lain dan lingkungannya.

Ketika kita sudah bisa berlaku Qana’ah dan kemudian ini kita tularkan kepada orang lain, insya Allah, tidak akan ada lagi kerakusan, kebuasan, nafsu serakah yang memangsa nilai-nilai kemanusian dalam bentuk korupsi, dalam bentuk diktator dan lainnya.

Ketika kita sudah bisa menjaga rasa malu kita, dan kita menularkannya kepada orang lain, insya allah tidak akan ada lagi kebinasaan umat dan lingkungan yang diakibatkan oleh tangan-tangan jahat yang tidak mempuyai rasa malu.

Ketika kita sudah bisa menjaga amarah dan lisan kita untuk hanya mengatakan dan menyampaikan kata dan perilaku yang baik, dan kita bisa menularkannya kepada orang lain, insya allah, perang dan kebiadaban tidak akan ada lagi, atau minimal bisa menekan angka kriminal dan tontonan kebrutalan dilingkungan kita.

Ketika kita sudah bisa berlaku sabar, baik sabar dalam menjalankan perintah Allah, maupun sabar dalam menjauhi larangannya, dan kita bisa menularkannya kepada orang lain, kedamaian tercipta, ketenangan terpelihara, harmoni bukan lagi sekedar impian.

Dalam bahasa lain, upaya atau proses penyempurnaan diri dan hati manusia, dapat dilakukan melalui proses Takhalluq, yaitu sebuah upaya kita untuk menggantungkan hati dan pikiran kita hanya kepada Allah semata.

Sebagai Tambahan...

Takhaluq,

Pengejawantahan sifat-sifat rabbaniyah, seperti sifat pemaaf, sifat penyabar, sifat kasih sayang dalam kehidupan keseharian kita.

Tahaqquq,

Proses aktualisasi sikap rabbaniyah kita dengan menebarkan cinta kasih kepada sesama dan lingkungan, berbagi dengan sesama dan lingkungan, hormat menghormati dan saling menghargai sehingga tercipta kehidupan yang damai dan harmoni yang selaras dengan langgam yang digariskan dalam tata aturan syari'at yang benar.

Apapun namanya, bagaimanapun prosesnya, kebersihan hati adalah sebuah keharusan, yang tidak bisa ditawar atau ditunda, karena dengan hati yang bersih sajalah jalan kehidupan kita terterangi oleh cahaya kebenaran yang akan menuntun untuk meniti jalan yang akan mengantar kita kepada Allah Swt.

Bagitulah INTI TASSAWUF

AHLI ILMU FIQIH, dalam cara mengenal Tuhannya dengan cara mencari keterangan/dalil Naqli ( Alquran dan hadis )

AHLI FILSAFAT, dalam mengenal Tuhannya dengan cara penyelidikan melalui akal pikiran.

AHLI TASSAWWUF, dalam mengenal tuhannya tidak dengan penyelidikan akal pikiran, tetapi dengan merasakan dihati dan menyaksikan dengan mata hati. oleh karena perlu membersihkan hati dari yang menyebabkan adanya hijab/dinding antara dirinya dengan tuhannya.

Tasawuf adalah salah satu diantara khazanah tradisi dan warisan keilmuan islam yang sangat berharga. Tasawuuf merupakan konsepsi pengetahuan yang menekankan spiritualitas sebagai metode tercapainya kebahagiaan dan kesempurnaan dalam hidup manusia. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa Rosulullah SAW. Pada awalnya tasawuf merupakan suatu penafsiran lebih lanjut atas tindakan dan perkataan Rosulullah saw yang sarat dengan dimensi sepiritualitas dan ketuhanan. Tasawuf tidak bisa di ketahui melalui metode-metode logis atau rasional.

“Jaga hatimu, beri bingkai terindah, pelihara dari kotor dan debu, agar hati senantiasa hidup, segar dan lestari sampai kita kembali nanti."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar