Suatu ketika, Syekh Abdul Wahhab al-Salahi memandang saya dan bertanya, “Yaa Syekh! Siapakah Syekhmu?”
Saya berkata, “Jika Syekhku menerima, maka Syekhku adalah Syekh`Abd Allah Daghestani.”
Beliau berdiri dan berkata, “Alzimhu! Yaa waladii, alzimhu! Fa innahu al-fariidal-wahiid, allatii yajtami` ma`a Rasuulillah (s), yakazhatan laa manaaman!” “Berpeganglah dengan erat kepadanya, wahai anakku, berpeganglah dengan erat padanya, karena beliau adalah satu-satunya orang yang dapat bertemu dengan Nabiullah (s) dalam keadaan terjaga, bukan ketika tidur.” (Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!)
Lihatlah pada kekuatan Grandsyekh (q)! Jika bukan karena kekuatannya, saya tidak dapat membuka mulut saya di sini. Beliau adalah orang yang sangat diberkati. Allah Allah! Beliau berkata, “Beliau adalah satu-satunya orang di Syam yang dapat yakzhatan laa manaaman, alzimhu!” Semoga Allah mensucikan rahasianya. Syekh kita adalah singa! Allah Allah, Subhaan Allah”
Sebagaimana yang diceritakan oleh Syekh Hisyam Kabbanni dari Mawlana Syekh Nazim Adil an-Naqsybandi
Grandsyekh, semoga Allah memberkati jiwanya, selalu merupakan pancuran ilmu. Beliau berkata bahwa di dalam khalwatnya beliau pernah berdoa, tetapi beliau tidak pernah mengungkapkan doa itu kepada orang banyak. Ini berasal dari rahasia yang Grandsyekh perintahkan kepada Mawlana Syekh Nazim (q) untuk dibukakan pada tahun 1969 ketika kami menunaikan ibadah haji bersama Mawlana Syekh. Grandsyekh meminta beliau untuk menahan saya dan saudara saya di kamarnya, di mana beliau pernah melakukan khalwat selama satu tahun di Madinah. Beliau memberikan semua rahasia ini kepada kami dan bagaimana kalian dapat menggunakannya, tetapi tidak menggunakannya dengan tanpa izin mereka. Jadi, kami duduk di sana setiap hari bersama Mawlana Syekh Nazim (q) dan pergi keluar untuk salat, lalu kembali lagi, dan beliau mendiktekan kepada kami semua rahasia yang beragam ini.
Beliau mengatakan bahwa salah satunya, yang mungkin sebagian orang akan merasa keberatan karena mereka tidak dapat memahaminya, tetapi Mawlana Syekh Nazim (q) berkata, “Grandsyekh memberiku makanannya untuk dimakan; aku sendiri memakan makananku dan beliau memberi ini, yaitu semangkuk sup lentil, dan beliau memberikannya lewat bawah pintu, karena beliau tidak makan, dan aku melakukan khalawat selama enam bulan bersama beliau sementara Grandsyekh meneruskannya selama enam bulan lagi.”
Kemudian beliau berkata bahwa pada suatu hari beliau mendengar Grandsyekh berbicara dengan bahasa Arab, meskipun beliau tidak fasih berbahasa Arab, dan hanya sedikit kata-kata yang beliau ketahui. Mawlana Syekh Nazim berkata,
“Aku melihat beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa dalam bahasa Arab. Tidak ada satu pun kalimat yang beliau ulangi, setiap kalimat dalam doanya berbeda, dan semua yang beliau baca adalah kalimat-kalimat munajat yang tidak dibaca pada doa kedua atau ketiga, dan beliau gemetar. Beliau membukakan sebuah penglihatan (ru’yah) bagiku dan aku melihat beliau berada di bawah Arasy Allah dengan doa itu, sebuah doa yang ditujukan untuk seluruh umat. Salah satu fadilah dari doa tersebut adalah agar Allah (swt) menerima permohonannya. Beliau berkata, ‘Ya Rabbi, setiap orang yang datang dan duduk di dalam shuhba-ku (asosiasi, majelis bersama beliau), aku ingin agar mereka senantiasa bersamaku di dunia dan akhirat dan aku ingin agar maqam mereka diangkat hingga ke maqam yang sama denganku.’ Aku takut bahwa beliau akan melihatku di sana, karena kami berada di kamar yang sama. Sebelumnya tidak pernah murid dan Syekh mereka berada di kamar yang sama untuk berkhalwat, karena murid tidak dapat mengemban apa yang dibaca atau dilakukan oleh syekhnya! Tetapi beliau mengizinkan aku untuk berada di kamar yang sama selama enam bulan dalam khalwat tersebut dan ketika waktuku selesai, aku mendengar ada seseorang yang menangsi di luar pintu. Aku melihat ke sana tetapi tidak ada orang di sana, tetapi suara tangisannya masih ada. Kemudian Grandsyekh melihatku dan berkata, ‘Nazim Effendi, mengapa engkau khawatir dengan orang yang menangis? Biarkan ia masuk ke Neraka, karena itu adalah Iblis! Aku tidak dapat membelenggu mereka, mereka berada di luar kendaliku, di luar otoritasku.'”
Seperti inilah tipe Syekh yang kalian miliki, dan beliau masih bersama kita di dunia dan akhirat! Namun demikian kita tidak dapat mengerti, pikiran kita tidak dapat menyatukannya.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
18 September 2014 Bury, UK
Courtesy of Sufilive.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar